427 734 1 SM PDF
427 734 1 SM PDF
Abstrak
Salah satu komponen struktur dalam bangungan yang penting adalah plat. Perhitungan plat
lantai struktur existing pada gedung puskesmas Ganjaragung Kota Metro mengacu pada
Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung Tahun 1983 menggunakan mutu beton K-225
dengan nilai slump beton ready mix adalah 5 cm. Berdasarkan penelitian penulangan pada
pekerjaan pembesian plat lantai memakai besi Ø10 – 125 mm, tulangan lapangan menggunakan
besi Ø10 – 150 mm dengan tebal plat 12 cm.
Kata kunci : Plat lantai, PPIUG tahun 1983.
e-ISSN ; 2548-6209
p-ISSN ; 2089-2098 TAPAK Vol. 6 No. 2 MEI 2017 190
masing-masing komponennya adalah dimana gaya tekan ditahan oleh beton, dan
agregat.Agregat berfungsi sebagai bahan tarik ditahan oleh tulangan baja.
pengisi, air dan semen yang bereaksi Beton bertulang (reinforced
membentuk pasta yang lambat laun concrete) adalah struktur komposit yang
mengeras. Pasta berfungsi sebagai perekat sangat baik untuk digunakan pada
yang merekatkan agregat-agregat yang konstruksi bangunan.Pada struktur beton
semula terpisah. bertulang terdapat berbagai keunggulan
Beton normal adalah beton yang akibat dari penggabungan dua buah bahan,
mempunyai berat isi 2200-2500 kg/m2 yaitu beton (PC + aggregat halus + aggregat
menggunakan agregat alam yang kasar + zat aditif) dan baja sebagai
dipecahkan atau tanpa dipecahkan yang tulangan. Kualitas beton sangat tergantung
tidak menggunakan bahan tambahan. Beton kepada kualitas bahan penyusunnya.
dalam keadaan mengeras mempunyai nilai
kuat tekan yang tinggi. Sifat-Sifat Beton
Secara umum kelebihan dan 1. Durability (keawetan)
kekurangan beton sebagai berikut 2. Kuat tekan ditentukan pembebanan
(Mulyono, 2004) : benda uji silinder 150 mm dan
1. Kelebihan Beton tinggi 300 mm.
a. Dapat dengan mudah dibentuk 3. Kuat tarik merupakan sifat yang
sesuai dengan kebutuhan penting untuk memprediksi retak
konstruksi. dan seleksi balok.
b. Mampu memikul beban yang 4. Modulus Elastis yaitu perbandingan
berat. antara kuat tekan beton dengan
c. Tahan terhadap temperatur yang regangan beton yang biasanya
tinggi. ditentukan pada 15-50% dari kuat
2. Kekurangan Beton tekan beton.
a. Bentuk yang telah dibuat sulit 5. Rangkak (creep)
diubah 6. Susut (shrinkage) merupakan
b. Pelaksanaan pekerjaan perubahan volume yang
membutuhkan ketelitian yang berhubungan dengan pembebanan.
tinggi. 7. Workbility
c. Berat.
d. Daya pantul suara besar. Bahan Penyusun Beton
1. Semen
Pengertian Beton Bertulang Semen adalah suatu jenis bahan
Pada dasarnya beton bertulang yang memungkinkan melekatnya fragmen-
merupakan gabungan logis dari dua jenis fragmen mineral menjadi satu massa yang
bahan atau material yaitu beton polos dan padat. Meskipun definisi ini dapat
tulangan baja. Beton polos merupakan diterapkan untuk banyak jenis bahan,
bahan yang memiliki kekuatan tekan yang semen yang dimaksudkan untuk konstruksi
tinggi akan tetapi memiliki kekuatan tarik beton adalah bahan jadi dan mengeras
yang rendah. Sedangkan tulangan baja akan dengan adanya air yang dinamakan semen
memberi kekuatan tarik yang besar hidraulis. Hidraulis berarti semen bereaksi
sehingga tulangan baja akan memberikan dengan air dan membentuk suatu bahan
kekuatan tarik yang diperlukan. Dengan massa .Semen Portland adalah semen
adanya kelebihan masing-masing elemen hidraulis yang dihasilkan dengan cara
tersebut, maka konfigurasi antara beton dan menghaluskan klinker terutama dari silikat-
tulangan baja diharapakan dapat saling silikat kalsium yang bersifat hidraulis
berkerjasama dalam menahan gaya-gaya dengan gibs sebagai bahan tambahan.
yang berkerja dalam struktur tersebut, Fungsi semen adalah untuk merekatkan
e-ISSN ; 2548-6209
191 TAPAK Vol. 6 No. 2 MEI 2017 p-ISSN ; 2089-2098
butiran-butiran agar agregat terjadi massa 2. Air
yang kompak atau padat, dan semen juga Pada pembuatan beton air diperlukan
berguna Untuk mengisi rongga-rongga dalam proses pengadukan untuk
diantara butiran antara agregat. Sesuai melarutkan semen sehingga membentuk
dengan pemakaiannya semen dibagi pasta (bereaksi dengan semen) yang
menjadi 5 jenis yaitu : kemudian mengikat semua agregat dari
- Tipe I yang paling besar sampai paling halus dan
Semen portland untuk penggunaan menjadi bahan pelumas antara butir-butir
umum yang tidak memerlukan agregat agar dapat mudah dikerjakan dalam
persyaratan khusus. Semen jenis ini proses pengadukan, penuangan, maupun
yang paling banyak digunakan yaitu pemadatan. Pasta semen merupakan hasil
80-90% dari produksi semen portland. reaksi kimia antara air dan semen maka
- Tipe II bukan perbandingan jumlah air terhadap
Semen portland yang penggunaanya total berat campuran yang penting, tetapi
memerlukan ketahanan sulfat dan justru perbandingan air dengan semen atau
panas hidrasi yang sedang. Semen jenis yang biasa disebut Faktor Air Semen
ini biasanya digunakan pada (FAS). Air yang berlebihan akan
bangunan- bangunan lepas pantai, menyebabkan banyaknya gelembung air
pondasi, atau bastment dimana tanah setelah proses hidrasi selesai, sedangkan air
/air tanah terkontaminasi oleh sulfat, yang terlalu sedikit akan menyebabkan
bangunan-bangunan yang proses hidrasi tidak tercapai seluruhnya,
berhubungan dengan rawa, saluran- sehingga akan mempengaruhi penguatan
saluran air buangan limbah. beton. Untuk air yang tidak memenuhi
- Tipe III : syarat mutu kekuatan beton pada umur 7
Semen portland yang penggunaannya hari dan 28 hari tidak boleh kurang dari
merupakan persyaratan awal tinggi. 90% jika dibandingkan dengan kekuatan
Semen jenis ini biasanya digunakan beton yang menggunakan air
pada pembuatan beton pracetak, standar/suling.
bangunan yang membutuhkan Kualitas air sangat mempengaruhi
pembongkaran bakesting yang lebih kekuatan beton. Kualitas air erat kaitannya
cepat, perbaikan pavement serta dengan bahan-bahan yang terkandung
pembetonan di daerah bercuaca dingin dalam air tersebut. Air diusahakan agar
(Salju). tidak membuat rongga pada beton, tidak
- Tipe IV membuat retak pada beton dan tidak
Semen portland yang dalam membuat korosi pada tulangan yang
penggunaannya menuntut panas mengakibatkan beton menjadi rapuh.
hidrasi yang rendah. Semen jenis ini
biasanya digunakan untuk 3. Agregat
pembangunan konstruksi dan Didalam beton, agregat mengisi
basement. sebagian besar volume beton, yaitu berkisar
- Tipe V antara 50% sampai 80%, sehingga sifat-
Semen portland yang dalam sifat dan mutu agregat sangat berpengaruh
penggunaannya menuntut persyaratan terhadap sifat dan mutu beton.
tahan terhadap sulfat. Penggunaan Berdasarkan ukuran besar butiran maka
semen jenis ini sama dengan pada agregat dibagi dua yaitu agregat kasar dan
semen jenis II dengan kontaminasi agregat halus. Agregat halus umumnya
sulfat yang pekat. terdiri dari pasir atau partikel-partikel yang
lewat saringan # 4 atau 5 mm, sedangkan
agregat kasar tidak lewat saringan tersebut.
Ukuran maksimum agregat kasar dalam
e-ISSN ; 2548-6209
p-ISSN ; 2089-2098 TAPAK Vol. 6 No. 2 MEI 2017 192
struktur beton diatur di dalam peraturan arsitektual serta struktur lainnya, peralatan
untuk kepentingan berbagai komponen, layan terpasang termasuk berat keran.
namun pada dasarnya bertujuan agar Adapun berat jenis dari masing-masing
agregat dapat masuk atau lewat diantara bahan yang berkerja pada struktur yang
sela-sela tulangan atau acuan. Agregat yang berpedoman pada PPIUG 1983 (Peraturan
digunakan harus memenuhi ketentuan SII Pembebanan Indonesia Untuk Gedung
005-80 dan dalam hal-hal yang tidak Tahun 1983) yang diterbitkan oleh
tercakup dalam standar tersebut juga harus Departemen Pekerjaan Umum RI (DPU RI)
memenuhi ketentuan ASTM (American adalah sebagai berikut:
Society for Testing Materials) C33-86
untuk agregat normal, serta pada ASTM Tabel 1. Berat Sendiri Pada Bangunan
C330-80 untuk agregat ringan. Sedangkan
berdasarkan jenis dan cara
penambangannya dibedakan dengan istilah
alami dan batu pecah. Agregat alami adalah
agregat yang langsung diambil dari alam
tanpa diproses pemecahan, sedang agregat
batu pecah mengalami proses pemecahan
dan pengayakan untuk menentukan ukuran
besar butir.
Guna pembuatan beton yang baik,
agregat harus memenuhi persyaratan yang
telah ditetapkan yang mencakup kadar Sumber : Peraturan Pembebanan
lumpur, gradasi, kekerasan, berat jenis, Indonesia Untuk Gedung (
penyerapan, kandugan organic, dan kadar PPIUG ) 1983
air. Tabel 2. Berat Sendiri Komponen
Agregat halus yang biasa disebut pasir Bangunan
adalah agregat yang mempunyai besar butir
lebih kecil dari 4,80 mm. Butiran-butiran
pasir untuk beton adalah tajam, keras,
bersifat kekal yaitu tidak pecah oleh
pengaruh cuaca. Agregat kasar yang
biasanya disebut kerikil atau batu pecah Sumber : Peraturan Pembebanan
ialah agregat yang mempunyai ukuran Indonesia Untuk Gedung (
besar butir di atas 4,80 mm PPIUG ) 1983
Pembebanan Beban Hidup (Live Load)
Pembebanan pada struktur Beban hidup adalah seluruh beban
bangunan merupakan salah satu hal yang tidak tetap yang dapat mempengaruhi berat
terpenting dalam perencanaan sebuah bangunan dan atau unsur bangunan.
gedung. Jenis beban utama yang bekerja Dimana sifat dari beban hidup adalah
dan diperhitungkan pada struktur bangunan bersifat mobil (dapat berpindah).
gedung adalah sebagai berikut: Contohnya adalah: perabotan,
perlengkapan, kendaraan dan manusia.
Beban Mati Adapun beban hidup yang bekerja
Beban mati (Dead Load) adalah pada lantai gedung menurut fungsinya
berat seluruh bahan konstruksi bangunan masing-masing adalah sebagai berikut:
gedung yang terpasang, termasuk dinding,
lantai, plafon, tangga, dinding partisi tetap,
Finishing, klading gedung dan komponen
e-ISSN ; 2548-6209
193 TAPAK Vol. 6 No. 2 MEI 2017 p-ISSN ; 2089-2098
Tabel 3. Muatan Hidup Lantai Bangunan beban ultimate sebagai dasar perencanaan.
Kombinasi beban terfaktor diatur dalam
SNI-1727-2013 pasal 2.3.2 yaitu sebagai
berikut :
1. 1.4 D
2. 1.2 D + 1.6 L + 0.5 (Lr atau S atau R)
3. 1.2 D + 1.6 (Lr atau S atau R) + (L
atau 0.5 W)
4. 1,2D + 1,0W + L + 0,5 (Lr atau S atau
Sumber : Peraturan Pembebanan R)
Indonesia Untuk Gedung ( 5. 1,2 D + 1,0 E + L + 0,2 S
PPIUG )1983 6. 0,9 D + 1,0 W
7. 0,9 D + 1,0 E
Beban Angin Dengan :
Beban angin adalah beban yang D: dead load (beban mati)
bekerja pada bangunan atau bagiannya E: beban gempa
karena adanya selisih tekanan udara L: live load (beban hidup)
(hembusan angina kencang).Beban angina Lr: beban hidup atap
ini ditentukan dengan menganggap adanya S: beban salju
tekanan positif dan tekanan negatif (isapan R: beban hujan
angina), yang bekerja tegak lurus pada W: beban angin
bidang-bidang bangunan yang ditinjau. Kuat Rencana
Menurut peraturan pembebanan Kuat rencana suatu komponen
Indonesia untuk gedung 1983, besarnya struktur, sambungannya dengan komponen
tekanan tiup angin ini harus diambil struktur lain, dan penampangnya,
minimum 25 kg/m2 luas bidang bangunan sehubungan dengan perilaku lentur, beban
yang ditinjau. Sedangkan untuk dilaut normal, geser, dan torsi, harus diambil
sampai sejauh 5 km dari tepi pantai tekanan sebagai hasil kali kuat nominal, yang
tiup angin ini diambil 40 kg/m2, serta untuk dihitung berdasarkan ketentuan dan asumsi
daerah-daerah di dekat laut dan daerah- dari tata cara ini, dengan suatu faktor
daerah lain dimana kemungkinan terdapat reduksi kekuatan (Φ).
kecepatan angina yang mungkin dapat SK SNI T-15 -1991-03-pasal 3.2.3.
menghasilkan tekanan tiup yang lebih besar Faktor Reduksi Kekuatan (Φ) ditentukan
dari yang ditentukan di atas, maka tekanan sebagai berikut :
tiup angin tersebut harus dihitung dengan a. Lentur dengan atau tanpa beban aksial
rumus : = 0,8
𝑉2 b. Geser dan puntir
𝑃= 𝑘𝑔/𝑚2 = 0,6
16
Dimana : c. Tarik aksial, tanpa dan dengan lentur
P = Tekanan tiap angin (kg/m2). = 0,8
V = Kecepatan angina (m/detik). d. Tekan aksial, tanpa dan dengan lentur
(sengkang) = 0,65
Beban kombinasi e. Tekan aksial, tanpa dan dengan lentur
Struktur dan komponennya harus (spiral) = 0,75
memenuhi syarat kekuatan dan layak pakai Dengan demikian dapat dinyatakan
terhadap bermacam-macam kombinasi bahwa kuat momen yang digunakan MR
beban.Dalam perencanaan struktur, beban (kapasitas momen) sama dengan kuat
harus dikombinasikan dengan faktor-faktor momen nominal (Mn) dikali faktor reduksi
tertentu sehingga mendapatkan envelope (Φ).
dari keseluruhan beban yang menghasilkan MR = ΦMn
e-ISSN ; 2548-6209
p-ISSN ; 2089-2098 TAPAK Vol. 6 No. 2 MEI 2017 194
1. Plat Lantai ditumpu oleh dinding-dinding bangunan
Pengertian Plat seperti pada gambar (a). Kemungkinan
Yang dimaksud dengan plat beton lainnya, yaitu pelat didukung oleh balok-
bertulang yaitu struktur tipis yang dibuat balok baja dengan sistem komposit seperti
dari beton bertulang dengan bidang yang pada gambar (d), atau didukung oleh kolom
arahnya horizontal, dan beban yang bekerja secara langsung tanpa balok, yang dikenal
tegak lurus pada struktur tersebut. dengan pelat cendawan, seperti gambar (c).
Ketebalan bidang pelat ini relatif sangat
kecil apabila dibandingkan dengan bentang
panjang/lebar bidangnya. Plat beton ini
sangat kaku dan arahnya horizontal,
sehingga pada bangunan gedung, plat ini
berfungsi sebagai diafragma/unsur pengaku
horizontal yang sangat bermanfaat untuk
mendukung ketegaran balok portal. fungsi
plat lantai adalah: Gambar 1. Jenis-jenis tumpuan pada pelat.
a. Memisahkan ruang bawah dengan
ruang atas. Jenis Perletakan Plat pada Balok
b. Sebagai tempat berpijak penghuni Kekakuan hubungan antara pelat dan
di lantai atas. konstruksi pendukungnya (balok) menjadi
c. Untuk menempatkan kabel listrik satu bagian dari perencanaan pelat. Ada 3
dan lampu pada ruang bawah. jenis perletakan pelat pada balok, yaitu sbb
d. Meredam suara dari ruang atas :
maupun dari ruang bawah. a. Terletak bebas
e. Menambah kekakuan bangunan Keadaan ini terjadi jika pelat diletakkan
pada arah horizontal. begitu saja di atas balok, atau antara pelat
Plat beton bertulang banyak dan balok tidak dicor bersama-sama,
digunakan pada bangunan sipil, baik sehingga pelat dapat berotasi bebas pada
sebagai lantai bangunan, lantai atap dari tumpuan tersebut, lihat gambar (1). Pelat
suatu gedung, lantai jembatan maupun yang ditumpu oleh tembok juga termasuk
lantai pada dermaga. Beban yang bekerja dalam kategori terletak bebas.
pada pelat umumnya diperhitungkan b. Terjepit elastis
terhadap beban gravitasi (beban mati Keadaan ini terjadi jika pelat dan balok
dan/atau beban hidup). Beban tersebut dicor bersama-sama secara monolit, tetapi
mengakibatkan terjadi momen lentur ukuran balok cukup kecil, sehingga balok
(seperti pada kasus balok). tidak cukup kuat untuk mencegah
terjadinya rotasi pelat. (lihat gambar (2))
Tumpuan Plat c. Terjepit penuh
Untuk merencanakan pelat beton Keadaan ini terjadi jika pelat dan balok
bertulang yang perlu dipertimbangkan tidak dicor bersama-sama secara monolit, dan
hanya pembebanan saja, tetapi juga jenis ukuran balok cukup besar, sehingga mampu
perletakan dan jenis penghubung di tempat untuk mencegah terjadinya rotasi pelat.
tumpuan. Kekakuan hubungan antara pelat
dan tumpuan akan menentukan besar
momen lentur yang terjadi pada pelat.
Untuk bangunan gedung, umumnya
pelat tersebut ditumpu oleh balok-balok
secara monolit, yaitu pelat dan balok dicor Gambar 2. Jenis perletakan pada pelat
bersama-sama sehingga menjadi satu-
kesatuan, seperti pada gambar (b) atau
e-ISSN ; 2548-6209
195 TAPAK Vol. 6 No. 2 MEI 2017 p-ISSN ; 2089-2098
Analisa Plat Dimana :
Dalam hal ini plat yang dipakai As = Luas tulangan yang diperlukan
adalah plat dua arah. Plat dua arah (mm2/m1)
didefinisikan sebagai plat yang didukung S = jarak antar tulangan (mm)
sepanjang keempat sisi atau perbandingan ρ = rasio penulangan
antara panjang dan lebar plat tidak lebih h = tebal plat (mm)
dari 2 (dua). Pada system struktur bentang n = jumlah tulangan
menerus, balok meneruskan beban yang Mu = momen lentur akibat beban batas
disangga sendiri maupun dari plat kepada Vu = gaya geser terfaktor
kolom penyangga. Komunitas penulangan Vn = kuat geser horisontal
plat diteruskan masuk kedalam balok-balok Wu = berat efekttif struktur
dan kemudian diteruskan kekolom. V = beban geser dasar akibat gempa (kN)
e-ISSN ; 2548-6209
p-ISSN ; 2089-2098 TAPAK Vol. 6 No. 2 MEI 2017 196
METODE PENELITIAN c. Setelah pencampuran sempurna
Bahan Bangunan maka campuran beton siap
1. Bahan Bangunan dituangkan ke dalam bak
a. Semen penampungan beton dengan cara
b. Air memutar kemudi, sehingga akan
c. Agregat Kasar (Split) terbalik dan isinya akan tertuang.
d. Agregat Halus (Pasir)
2. Baja Tulangan 2. Gerobak Dorong (Angkong)
a. Mutu dan jenis baja tulangan harus. 3. Alat Pemmotong Baja Tulangan (Bar
Tidak cacat seperti retak, lipatan, Cutter)
serpihan-serpihan atau berlapis- Bar cutter yaitu alat pemotong baja
lapis. tulangan sesuai ukuran yang di
b. Tidak kotor, karat, berminyak atau inginkan dan menggunakan alat
mengandung minyak dan bahan pemotong baja tulangan dengan mesin
yang dapat mengurangi kekuatan (Bar Cutter Listrik).
betonnya. 4. Alat Pembengkok Baja Tulangan (Bar
c. Baja tulangan yang digunakan Bander)
adalah besi tulangan polos yaitu Bar Bander adalah alat yang digunakan
besi ∅12, ∅10 digunakan untuk untuk membengkkokan baja tulangan
tulangan pokok. Sedangkan besi ∅8 dalam berbagai macam sudut sesuai
digunakan untuk tulangan dengan perencanaan dalam hal ini
cincin/sengkang. menggunakan alat pembengkok baja
3. Kayu tulangan manual.
Digunakan adalah kayu balok dan 5. Perancah (Scaffolding)
kasau untuk perancah dan begisting. 6. Penggali Tanah
4. Beton Ready Mix Pada pekerjaan penggalian tanah untuk
Beton Ready Mix adalah istilah beton pondasi dan sloof menggunakan alat
yang sudah siap untuk digunakan dan tradisional yaitu cangkul dan dikerjakan
tidak perlu lagi pengolahan dilapangan. secara manual dengan tenaga kerja.
Mutu beton yang di pakai dalam 7. Pemadat Tanah (Tamping Rammer)
penelitian ini adalah mutu beton K225 Tamping Rammer digunakan untuk
dan nilai slump beton ready mix adalah pekerjaan pemadatan tanah pada
5cm. pekerjaan fondasi, sloof dan lantai
dasar, agar diperoleh tingkat kepadatan
Alat tanah.
1. Mesin Aduk Beton (Concrete Mixer 8. Concrete Pump (CP) Truck
Molen) 9. Concrete Mixer Truck
Data Concrete Mixer Molen : 10. Alat Bantu
a. Merk : Nagamas a. Listrik
b. Kapasitas : 0,375 m3 b. Lampu
c. Bahan Bakar : Solar c. Ember
Cara kerja mesin adukan beton : d. Bak kecil
a. Pasir, kerikil, semen, dan air dengan e. Cangkul dan sekop untuk membantu
jumlah perbandingan tertentu perkerjaan adukkan beton, galian dan
dimasukan kedalam drum aduk. urugan tanah.
b. Kontruksi didalam drum dibuat f. Linggis, gergaji dan palu digunakan
sedemikian rupa, sehingga dengan pada saat pekerjaan pembuatan
berputarnya drum maka campurkan bekisting.
beton akan teraduk dengan rata. g. Catut/Util untuk merangkai tulangan
dengan kawat bendrat/pengait.
e-ISSN ; 2548-6209
197 TAPAK Vol. 6 No. 2 MEI 2017 p-ISSN ; 2089-2098
Tahapan Pekerjaan dengan Concrete mixer molen dan
1. Pekerjaan Persiapan dibantu dengan tenaga kerja,
a. Pembersihan lokasi proyek dipadatkan dengan menggunakan
b. Pembuatan pagar proyek besi atau kayu untuk mencegah
c. Pemasangan papan nama kegiatan terjadinya rongga-rongga pada
pekerjaan beton.
2. Pembuatan Direksi Keet i. Pembongkaran bekisting sloof
3. Pekerjaan Pembongkaran dilakukan setelah usia beton 3 - 4
4.Pengadaan Sarana Dan Prasarana hari, untuk perawatan selama 7 hari,
Penunjang dilakukan penyiraman secara
5. Pengukuran Dan Pemasangan Bowplank teratur setiap pagi hari.
6. Pekerjaan Tanah
3. Pekerjaan Kolom
Pekerjaan Struktur a. Memasang tulangan-tulangan
1. Pekerjaan Pondasi utama secara vertikal, diameter dan
a. Pekerjaan Penggalian tanah jarak harus disesuaikan dengan
b. Pembuatan lantai kerja rencana.
c. Pemasangan beton dacking (Beton b. Mengikat tulangan kolompada
tahu) ujung besi tulangan pondasi/dowel,
d. Pembesian / penulangan sambungan/dowel minimal jarak 1
e. Pemasangan bekisting meter. Setelah itu dipasang atau
f. Pengecoran beton rakit bagian bekisting kolom yang
2. Pekerjaan Sloof telah disiapkan.
a. Pekerjaan penggalian tanah c. Setelah bekisting terpasang dengan
b. Pembuatan lantai kerja kuat, maka atur tegaknya dari dua
c. Proses tulangan meliputi sisi.
pemotongan dan pembengkokkan d. Kuatkan bekisting tersebut agar
dilakukan sesuai dengan shop tidak bergeser kekanan atau kekiri
drawing. pada saat proses pengecoran
d. Membentuk tulangan sengkang dan ataupun pengeringan dengan
merangkainya ketulangan pokok memasang sekur dari kasau.
kemudian diikat dengan e. Pengecoran Kolom
menggunakan kawat bendrat agar f. Perawatan dan Pemeliharaan Beton
tidak mudah bergeser.
e. Pemasangan beton dacking (Beton 4. Pekerjaan Balok
tahu) a. Pekerjaan pemasangan perancah/
f. Memasang bekisting pada kedua scaffolding
sisinya dengan menggunakan b. Perakitan Tulangan balok.
multiplek tebal 1 cm yang dirangkai c. Pekerjaan Bekisting Balok
dengan kasau kemudian dipaku satu
sama lain. 5. Pekerjaan Plat
g. Sebelum dicor dilakukan a. Pekerjaan Bekisting Plat
pembersihan dahulu pada bagian b. Pekerjaan Penulangan Plat
yang akan dicor dengan menyiram c. Pekerjaan Pengecoran Plat
air, agar menghindari terserapnya d. Pembongkaran Bekisting
air semen oleh bekisting. e. Perawatan beton
h. Pekerjaan selanjutnya adalah
pengecoran, pengecoran sloof
dengan mix design beton mutu K
225 yang dikerjakan secara manual
e-ISSN ; 2548-6209
p-ISSN ; 2089-2098 TAPAK Vol. 6 No. 2 MEI 2017 198
HASIL DAN PEMBAHASAN
= 8,406 Kg/m2
Analisa Pembebanan Plat 3. Beban Yang Bekerja Pada Plat Atap
1. Data-Data Perhitungan Plat a. Beban Mati (D)
a. Data Lapangan 1) Berat sendiri plat
f’c = 225 × 0,083 = 18,7 Mpa = 0,12 x 2400 x 1 = 288 Kg/m2
f’y = 240 MPa 2) Berat plafond an penggantung =
bentang terpanjang Lny = 4500 mm (0,11 + 0,07) x 1 = 18 Kg/m2
bentang terpendek Lnx = 3000 mm 3) Berat genangan air
Fungsi Gedung = Puskesmas = 50
2
Tebal Plat = 0,120 m Kg/m
Tebal spasi = 0,02 m Total
Beban (D) = 356
b. Data Perhitungan Berdasarkan Kg/m2
Peraturan Pembebanan Beton b. Beban Hidup (L) , plat atap adalah
Indonesia Untuk Gedung (PPIUG) 100 kg/m2
Tahun 1983 c. Beban berfaktor/rencana (SNI
faktor reduksi (θ) = 0,8 1727:2013) pasal 2.3.2
Tebal keramik = 0,008 m (U)
Bj Beton = 2400 Kg/m2 = 1,2 (D) + 1,6 (L)
Bj Pasangan = 2100 Kg/m2
Bj Keramik = 2400 Kg/m2 = 1,2 (356) + 1,6 (100)
e-ISSN ; 2548-6209
199 TAPAK Vol. 6 No. 2 MEI 2017 p-ISSN ; 2089-2098
Lx = Panjang bentang arah x 240
(bentang terpendek) 4500 0,8
1500
120 mm
=
5. Momen perlu 36
Dari perhitungan tersebut digunakan
a. Mlx = 0,001 . wu . lx 2 . x tebal plat ( h ) = 120 mm, karena h ≥ hmin
b. Mly = 0,001 . wu . lx 2 . x maka lendutan tidak diperhitungkan.
c. Mtx = -0,001 . wu . lx 2 . x
d. Mty = -0,001 . wu . lx 2 . x 6. Beban Pada Kondisi Berimbang
(0,85. f ' c) 600
ρb = β1
Keterangan : fy 600 fy
Mlx = Momen lapangan arah X
Mly = Momen lapangan arah Y
(0,85.18,7) 600
Mtx = Momen tumpuan arah X ρb = 0,85 = 0.04
Mty = Momen tumpuan arah Y 240 600 240
Wu = Beban berfaktor/rencana
lx 2 = Panjang bentang terpendek dalam ρmax = 0,75 x ρb = 0.03
arah X
𝑙𝑦
x = Koefisien yang tergantung 𝑙𝑥 (hasil ρmin = 1.4/240 = 0.0060
𝑙𝑦
dapat dilihat dari tabel momen Untuk menentukan As Perlu sesuai
𝑙𝑥
plat akibat beban terbagi rata, dengan peraturan SK SNI T-15 1991 – 03,
tumpuan terjepit penuh). jika ρperlu > ρmin maka menggunakan ρperlu,
jika ρperlu < ρmin maka menggunakan ρmin,
Maka dengan interpolasi didapatkan dalam hal ini nilai ρmax sebagai nilai batas
momen sebagai berikut : tertinggi dalam ρmin dan ρperlu.
a. Mlx = 0.001 x 8.406 x 3,0² x 36 =
2,72 KN/𝑚2 = 2,72 x 103 N𝑚2 7. Perhitungan tulangan lentur arah x
b. Mly = 0.001 x 8.406 x 3,0² x 17 = a. Penulangan Tumpuan (Mtx)
1,28 KN/𝑚2 = 1,82 x 103 N𝑚2 h = 120 mm
c. Mtx = - 0.001 x 8.406 x 3,0² x 76 = - Tinggi Efektif dx = h – p – ½ Px =
5,75 KN/𝑚2 = -5,75 x 103 N𝑚2 120 – 20 – ½ 10 = 95 mm
d. Mty = - 0.001 x 8.406 x 3,0² x 57 = - Mu = Mlx = 0.001x8.406x3,0²x36 =
4,31 KN/𝑚2 = -4,31 x 103 N𝑚2 2,72 KN/m = 2,72x106 N/mm
Mu 2,72 x10 6
Mn = =
6. Perhitungan hmin dan hmax 0,8
= 3,40 x 106 Nmm
h = 120 mm = 0,12 m
Mn 3,40 x 10 6
fy Rn = =
2
2
Ln 0,8 b.d 1000 .95
hmin = 1500
= 0,376 Nmm
36 9.
fy 240
240 M = =
4500 0,8 0,85. f ' c 0,85.x18,7
1500
98,970 mm = 15.1
=
36 9.0,85
1 2M .Rn
fy ρperlu = 1 1
Ln 0,8 M fy
1500
hmax =
36
e-ISSN ; 2548-6209
p-ISSN ; 2089-2098 TAPAK Vol. 6 No. 2 MEI 2017 200
tulangan yang dipakai ∅ 10 – 150 mm2 ,
1 2 x15,1x0.376
= 1 1 = → 524 mm2 > 510 mm2.
15,1
240 Tulangan di pakai di lapangan
2
0.0015 ∅ 10 – 150 mm .→ 524 mm > 510 mm2.
2
1
2M .Rn ρperlu < ρmin = 0,0033 < 0,0060 maka
ρperlu = 1 1
M
fy tulangan menggunakan ρmin = 0,0060
As = ρmin x b x d
1 2.x15,1 x 0,18
= 1 1 = 0,0007 = 0.0060 x 1000 x 95 = 570 mm2
15,1 240
Dilihat dari tabel tulangan baja SNI
ρperlu < ρmin = 0.0007< 0.0060 maka 2013, jika di ketahui As pakai 570 mm2, maka
Tulangan menggunakan ρmin = 0.0060 tulangan yang dipakai ∅ 10 – 125 mm2 ,
As = ρmin x b x d → 628 mm2 > 570 mm2.
= 0.0060 x 1000 x 85 Tulangan di pakai di lapangan
= 510 mm2 ∅ 10 – 150 mm2 .→ 524 mm2 > 570 mm2.
Dilihat dari tabel tulangan baja SNI
2013, jika di ketahui As pakai 510 mm2, maka
e-ISSN ; 2548-6209
201 TAPAK Vol. 6 No. 2 MEI 2017 p-ISSN ; 2089-2098
b. Penulangan Lapangan arah y (Mly) 2. Untuk penulangan pada pekerjaan
pembesian plat lantai,
h = 120 mm - tulangan tumpuan arah x
memakai besi Ø10 – 125 mm,
Tinggi Efektif dy = h –p – p – ½ Py
- tulangan lapangan
= 120 – 20 –10 –½ 10 = 85 mm menggunakan besi Ø10 – 150
Mu = Mty = - 0.001 x 8.406 x 3,0² x 57 mm (Tinjauan Plat A2).
= -4,31 KN/m = -4,31 x 106 Nmm 3. Pada perhitungan plat lantai existing
tebal plat lantai 12 cm dengan asumsi
Mu 4,31 x10 6 untuk menambah kekakuan struktur
Mn = = = 5,39 x 106 Nmm
0,8 bangunan pada arah horizontal
Dilihat dari tabel tulangan baja SNI 2013, Anonim. PBI 1971. Cetakan ke-7. April
jika di ketahui As pakai 510 mm2, maka 1979. Diterbitkan oleh : Direktorat
tulangan yang dipakai ∅ 10 – 150 mm2 , penyelidikan masalah bangunan.
→ 524 mm2 > 510 mm2.
Tulangan di pakai di lapangan Anonim. PPIUG 1983. Departemen
2
∅ 10 – 150 mm .→ 524 mm > 510 mm2.
2
Pekerjaan Umum: Ditjen Cipta
Karya Direktorat Penyelidikan
PENUTUP Masalah bangunan. Jl.Tamansari
no.8 Bandung.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian diatas dapat Anonim. 1991. Departemen Pekerja
disimpulkan sebagai berikut : Umum. Catatan Pertama, Standart
1. Data Perhitungan Berdasarkan SK SNI-T15-1991-03. Tata Cara
Peraturan Pembebanan Indonesia Perhitungan Struktur Beton Dan
Untuk Gedung Tahun 1983 dengan Bangunan Gedung. Bandung:
menggunakan K-225.
e-ISSN ; 2548-6209
p-ISSN ; 2089-2098 TAPAK Vol. 6 No. 2 MEI 2017 202
Yayasan Lembaga Penyelidikan
Masalah Bangunan.
e-ISSN ; 2548-6209
203 TAPAK Vol. 6 No. 2 MEI 2017 p-ISSN ; 2089-2098