Anda di halaman 1dari 42

PROPOSAL ANALISA PERENCANAAN PAJAK DALAM UPAYA

MENGEFISIENSIKAN KEWAJIBAN PAJAK PADA PT SUMBER


SUKSES MOBILINDO SEJAHTERA PERIODE 2006 – 2008

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Penelitian
Pajak digunakan pemerintah sebagai pendapatan negara untuk
membiayai keperluan negaranya. Pajak dibebankan oleh pemerintah
kepada wajib pajak baik yang berupa perorangan maupun wajib pajak
berbadan hukum.
Pada perusahaan dagang maupun industri, sudah pasti kegiatan
operasional perusahaan akan banyak menimbulkan biaya pajak, baik itu
pajak penghasilan (PPh), maupun pajak pertambahan nilai (PPN) yang
dapat mengurangi penghasilan bersih perusahaan. Oleh karena itu
perusahaan di dalam melakukan kegiatan usahanya dapat menggunakan
celah dari peraturan pajak untuk melakukan penghindaran yang secara
legal agar biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk pajak dapat
diefisiensikan serendah mungkin namun juga tidak melanggar ketentuan
pemerintah mengenai perpajakan baik pidana maupun perdata.
PT. SUMBER SUKSES MOBILINDO SEJAHTERA adalah suatu
perusahaan yang bergerak di bidang penjualan mobil, perdagangan suku
cadang dan aksesoris mobil, jasa konsultasi bidang mesin mobil, jasa
penyelenggaraan usaha teknik, usaha showroom mobil, serta perawatan,
pemeliharaan, dan perbaikan mobil yang berlokasi di Denpasar, Bali.
Perusahaan ini dalam mendapatkan mobil, suku cadang, serta aksesoris
tersebut melakukan transaksi pembelian yang dapat digolongkan menjadi
dua bagian yaitu pembelian lokal dan pembelian import. Pembelian lokal
adalah pembelian yang dilakukan dengan pemasok dalam negeri
sedangkan pembelian import adalah yang dilakukan dengan pemasok luar
negeri. Serta selisih antara nilai penjualan dengan nilai pembelian serta
pendapatan yang lainnya yang dikenakan pajak yang
membuat perusahaan dikenakan Pajak Penghasilan Badan. Berdasarkan
pertimbangan inilah yang menjadi acuan penulis dalam memilih PT.
SUMBER SUKSES MOBILINDO SEJAHTERA untuk dilakukan
penelitian lebih seksama mengenai perencanaan pajak dalam
mengefisiensikan kewajiban pajak pada perusahaan tersebut. Dari hasil
penelitian tersebut, penulis mengharapkan bahwa perusahaan dapat
melakukan perencanaan pajak dengan baik dan benar tanpa harus
melanggar peraturan undang – undang pajak yang berlaku. Berdasarkan
uraian diatas dapat dilakukan penelitian berjudul PERENCANAAN
PAJAK DALAM MENGEFISIENSIKAN KEWAJIBAN PAJAK PADA
PT. SUMBER SUKSES MOBILINDO SEJAHTERA.
I.2 Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan luasnya permasalahan perencanaan pajak, maka untuk
lebih memfokuskan dan agar penulisan proposal ini tidak menyimpang
dari topik yang diambil, maka ruang lingkup penulisan proposal ini
dibatasi melakukan perencanaan Pajak pada Penghasilan Badan, yang
difokuskan pada PPh pasal 25, dan pasal 29 dengan berdasarkan data
laporan keuangan PT. SUMBER SUKSES MOBILINDO SEJAHTERA
pada tahun 2006, 2007 dan 2008. Perencanaan PPh Badan pada tahun
2006, 2007, dan 2008 menggunakan peraturan perpajakan serta undang –
undang perpajakan yang berlaku pada tahun tersebut. Dengan data
tersebut diharapkan dapat dijadikan dasar penelitian untuk melakukan
perencanaan pajak tahun 2006, 2007, dan 2008 dan tidak menutup
kemungkinan bila nantinya penulis mendapatkan data – data yang lain
dilapangan yang dapat mendukung proses penelitian.
I.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi masalah Perpajakan yang dihadapi PT PT. SUMBER
SUKSES MOBILINDO SEJAHTERA terutama dalam PPh badan Pasal 25
dan pasal 29.
2. Menganalisa biaya – biaya dalam laporan keuangan yang dapat
dijadikan sebagai acuan dalam membuat perencanaan pajak.
3. untuk mengukur tingkat keakuratan perencanaan pajak yang telah
diterapkan ke dalam kewajiban pajak PT. SUMBER SUKSES
MOBILINDO SEJAHTERA.
4. Untuk membandingkan pajak yang selama ini terutang dengan hasil
dari perencanaan pajak dan Mengevaluasi hasil dari perencanaan pajak
tersebut.
Manfaat dari penelitian ini antara lain:
1. Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk mengaplikasikan atau
mempraktekan teori – teori yang diperoleh selama masa perkuliahan serta
memperoleh kesempatan untuk lebih memperluas dan memperdalam
wawasan dalam bidang perpajakan dengan cara mempraktekannya
langsung ke lapangan.
2. Bagi perusahaan, diharapkan penelitian ini dapat memberikan
masukan-masukan yang bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi dan
efektifitas dalam penghematan beban perpajakannya.
3. Bagi pihak lain yang tidak terlibat langsung dalam penelitian, penelitian
ini dapat menambah pengetahuan dan dapat dijadikan sebagai referensi
untuk melakukan penelitian yang lain.
I.4 Metodologi Penelitian
Metode pengumpulan data yang akan digunakan adalah metode
survey langsung ke perusahaan dengan pengumpulan data secara tidak
langsung berupa data berupa arsip laporan keuangan PT. SUMBER
SUKSES MOBILINDO SEJAHTERA tahun 2006, 2007, dan 2008. Serta
mengumpulkan data yang didapat dari hasil kuesioner Dengan metode
penelitian literatur penulis akan melakukan pencarian referensi atas teori-
teori yang relevan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pajak
II.1.1 Definisi Pajak
Pajak merupakan iuran yang harus dibayarkan oleh setiap
penduduk di Indonesia untuk negaranya dalam rangka pembangunan
negara. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang. Asas ini sesuai
dengan perubahan ketiga UUD 1945 pasal 23A yang menyatakan "pajak
dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur
dalam undang-undang."

Adapun pengertian pajak menurut beberapa ahli :

Menurut Prof Dr Adriani, pajak adalah iuran kepada negara yang


dapat dipaksakan, yang terutang oleh wajib pajak membayarnya menurut
peraturan derngan tidak mendapat imbalan kembali yang dapat ditunjuk
secara langsung.

Menurut Prof. DR. Rachmat Sumitro,SH, pajak adalah iuran rakyat


kepada kas negara (peralihan kekayaan dari kas rakyat ke sector
pemerintah berdasarkan undang-undang) dapat dipaksakan dengan tiada
mendapat jasa timbal balik yang langsung dapat ditunjukkan dan
digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.

Sedangkan menurut Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., &


Brock Horace R, pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor
swasta ke sector pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun
wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu,
tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar
pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan
pemerintahan.

Dari berbagai pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ada


beberapa unsure yang tidak dapat dipisahkan dari pengertian pajak
tersebut, yaitu:

a) Pajak dipungut berdasarkan undang – undang beserta aturan


pelaksanaannya.
b) Pajak memiliki sifat dapat dipaksakan, hal ini berarti jika terdapat
pelanggaran atas aturan perpajakan dapat dikenakan sanksi.
c) Dalam pembayaran Pajak tidak dapat ditunjukan adanya
kontraprestasi secara langsung oleh pemerintah
d) Pajak dipungut oleh pemerintah, baik pemerintah pusat, maupun oleh
pemerintah daerah. Pajak tidak dapat dipungut oleh pihak lain diluar
pemerintah yang berorientasi kepada keuntungan.
e) Pajak yang dipungut dari masyarakat digunakan oleh pemerintah untuk
membiayai pengeluaran – pengeluaran pemerintah dalam rangka
menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin maupun pembangunan.
II.1.2 Fungsi Pajak
II.1.2.1 Fungsi anggaran (budgetair)

Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk


membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Untuk menjalankan tugas-
tugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan, negara
membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan pajak.

II.1.2.2 Fungsi mengatur (regulerend)


Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui
kebijaksanaan pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan
sebagai alat untuk mencapai tujuan.

II.1.2.3 Fungsi stabilitas

Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk


menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga
sehingga inflasi dapat dikendalikan, Hal ini bisa dilakukan antara lain
dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak,
penggunaan pajak yang efektif dan efesien.

II.1.2.4 Fungsi redistribusi pendapatan

Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk


membiayai semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai
pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada
akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat

II.2 Pajak Penghasilan.


Pajak Penghasilan diatur dalam Undang- Undang Nomor 7 Tahun
1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang
Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan. Kemudian pemerintah mengubah lagi menjadi
Undang-Undang no 36 Tahun 2008.
Pajak penghasilan adalah pajak yang dibebankan pada penghasilan
perorangan, perusahaan atau badan hukum lainnya yang diterima atau
diperoleh selama satu tahun pajak. Pajak penghasilan bisa diberlakukan
tarif progresif, proporsional, atau regresif.
II.2.1 Subyek Pajak Penghasilan
Menurut UU PPh nomor 7 tahun 2000 pasal 2, yang menjadi subjek
PPh adalah orang pribadi; warisan yang belum terbagi sebagai satu
kesatuan, menggantikan yang berhak; badan; dan bentuk usaha tetap
(BUT). Subjek Pajak terdiri dari:

a) Subjek Pajak Dalam Negeri


i. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia
atau yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga)
hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau yang dalam suatu
tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat
tinggal di Indonesia.
ii. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan
di Indonesia, meliputi Perseroan Terbatas, perseroan komanditer,
perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama
dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,
persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial
politik atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap dan
bentuk badan lainnya termasuk reksadana.
iii. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan,
menggantikan yang berhak.
b) Subjek Pajak Luar Negeri.
i. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di
Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan
puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang
tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia;
ii. Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di
Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka
waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh
panghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau;
iii. melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia.
II.2.2 Obyek Pajak Penghasilan
Menurut UU PPh no. 7 tahun 2000 pasal 4, yang menjadi objek
Pajak Penghasilan adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP), baik yang
berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai
untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib pajak yang
bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun termasuk :

a. penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang


diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium,
komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun atau imbalan dalam bentuk
lainnya kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang Pajak Penghasilan;
b. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan;
c. laba usaha;
d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:
i. keuntungan karena pengalihan harta kepada
perseroan, persekutuan,dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau
penyertaan modal;
ii. keuntungan yang diperoleh perseroan,
persekutuan, dan badan lainnya karena pengalihan harta kepada
pemegang saham, sekutu atau anggota;
iii. keuntungan karena likuidasi, penggabungan,
peleburan, pemekaran, pemecahan atau pengambilalihan usaha;
iv. keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah,
bantuan atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah
dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau
badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk
koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada
hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara
pihak pihak yang bersangkutan;
e. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai
biaya;
f. bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang;
g. dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil
usaha koperasi;\
h. royalti;
i. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
j. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
k. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah
tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
l. keuntungan karena selisih kurs mata uang asing;
m. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
n. premi asuransi;
o. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang
terdiri dari WP yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
p. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak
II.2.3 Pengecualian Obyek Pajak Penghasilan
a. Bantuan atau sumbangan termasuk zakat yang diterima oleh badan
amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh
Pemerintah dan para penerima zakat yang berhak. Harta hibahan yang
diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat,
dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau
pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan, epanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan antara pihakpihak ybs;
b. Warisan;
c. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai
pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal;
d. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari
Wajib Pajak atau Pemerintah;
e. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi
jiwa, asuransi dwiguna dan asuransi beasiswa;
f. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan
terbatas sebagai WP Dalam Negeri, koperasi, BUMN atau BUMD dari
penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat
kedudukan di Indonesia dengan syarat:
o dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
o bagi perseroan terbatas, BUMN dan BUMD yang menerima dividen,
kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah
25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor dan harus
mempunyai usaha aktif di luar kepemilikan saham tersebut;
g. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan , baik yang dibayar oleh pemberi
kerja maupun pegawai;
h. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam
bidangbidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan;
i. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan,
perkumpulan, firma dan kongsi;
j. Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksa dana
selama 5 (lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau
pemberian izin usaha;
k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura.
II.2.4 Tarif Pajak Penghasilan.
Pajak progresif adalah tarif pemungutan pajak dengan persentase
yang naik dengan semakin besarnya jumlah yang digunakan sebagai dasar
pengenaan pajak, dan kenaikan persentase untuk setiap jumlah tertentu
setiap kali naik.

Tarif Degresif (Menurun) adalah tarif pemungutan pajak yang


persentasenya semakin kecil bila jumlah yang dijadikan dasar pengenaan
pajak semakin besar.

Tarif Proporsional adalah tarif pajak yang menggunakan persentase


tetap tanpa memperhatikan jumlah yang dijadikan dasar pengenaan
pajak.

Tarif Tetap adalah tarif pemungutan pajak yang besar nominalnya


tetap tanpa memperhatikan jumlah yang dijadikan dasar pengenaan
pajak.

Tarif Pajak Badan Sebelum Tahun 2009


Tabel 2.3
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

Sampai dengan Rp50.000.000,00 10%

Di atas
Rp50.000.000,00 sampai dengan Rp100.000.000,00 15%
30%
Di atas Rp100.000.000,00
Sumber : UU PPh No. 17 th. 2000 pasal 17
Tarif Pajak Setelah Tahun 2009
Untuk Tahun 2009, berlaku efektif sejak 1 Januari 2009 wajib Pajak
Badan dikenakan Tarif tunggal sebesar 30% yang kemudian diturunkan
menjadi 28%, dan nantinya akan menjadi 25% pada tahun 2010. Untuk
WP Badan Masuk Bursa diberikan tarif 5% lebih rendah dari tariff yang
berlaku.

II.2.5 Pajak Penghasilan Pasal 25


1. Besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang harus
dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan adalah sebesar Pajak
Penghasilan yang terutang menurut Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan tahun pajak yang lalu dikurangi dengan:
a. Pajak Penghasilan yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam Pasal
21 dan Pasal 23 serta Pajak Penghasilan yang dipungut sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 22; dan
b. Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh
dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24. dibagi 12 (dua belas)
atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.
2. Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak
untuk bulan-bulan sebelum batas waktu penyampaian Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan, sama dengan besarnya
angsuran pajak untuk bulan terakhir tahun pajak yang lalu.
3. Apabila dalam tahun pajak berjalan diterbitkan surat ketetapan pajak
untuk tahun pajak yang lalu, maka besarnya angsuran pajak dihitung
kembali berdasarkan surat ketetapan pajak tersebut dan berlaku mulai
bulan berikutnya setelah bulan penerbitan surat ketetapan pajak.
4. Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menetapkan
penghitungannbesarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan
dalam hal-hal tertentu, yaitu:
a. Wajib Pajak berhak atas kompensasi kerugian;
b. Wajib Pajak memperoleh penghasilan tidak teratur;
c. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun yang lalu
disampaikan setelah lewat batas waktu yang ditentukan;
d. Wajib Pajak diberikan perpanjangan jangka waktu penyampaian Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan;
e. Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan yang mengakibatkan angsuran bulanan lebih besar dari
angsuran bulanan sebelum pembetulan;
f. terjadi perubahan keadaan usaha atau kegiatan Wajib Pajak.
5. Penghitungan besarnya angsuran pajak bagi Wajib Pajak baru, bank,
Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan Wajib Pajak
tertentu lainnya termasuk Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu
diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan.
6. Bagi Wajib Pajak orang pribadi yang bertolak ke luar negeri wajib
membayar pajak yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.
7. Pajak yang telah dibayar sendiri dalam tahun berjalan oleh Wajib
Pajak orang pribadi pengusaha tertentu merupakan pelunasan pajak yang
terutang untuk tahun pajak yang bersangkutan, kecuali apabila Wajib
Pajak yang bersangkutan menerima atau memperoleh penghasilan lain
yang tidak dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final menurut
Undang-undang ini.
II.2.6 Pajak Penghasilan Pasal 29
Pajak penghasilan (pph) pasal 29 adalah mengenai kredit pajak,
pelunasan kekurangan pembayaran pajak, surat pemberitahuan tahunan
dan pengembalian kelebihan pembayaran pajak yang disebutkan bahwa
apabila pajak yang terutang untuk suatu tahun pajak ternyata lebih besar
dari pada jumlah kredit pajak, maka kekurangan pajak yang terutang
harus dilunasi selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga sesudah tahun
pajak yang bersangkutan berakhir, sebelum Surat Pemberitahuan
Tahunan disampaikan..

II.3 Perencanaan Pajak


Perencanaan pajak (tax planning) merujuk kepada proses
merekayasa usaha dan transaksi Wajib Pajak agar utang pajak berada
dalam jumlah yang minimal, tetapi masih dalam bingkai peraturan
perpajakan. Namun demikian, perencanaan pajak juga dapat diartikan
sebagai perencanaan pemenuhan kewajiban perpajakan secara lengkap,
benar, dan tepat waktu sehingga dapat secara optimal menghindari
pemborosan sumber daya.
II.3.1 Aspek Formal Dalam Perencanaan Pajak
a. Kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP) dan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP);
b. Menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan;
c. Memotong dan/atau memungut pajak;
d. Membayar pajak;
e. Menyampaikan Surat Pemberitahuan.
II.3.2 Aspek Material Dalam Perencanaan Pajak
Basis penghitungan pajak adalah objek pajak. Dalam rangka
optimalisasi alokasi sumber dana, manajemen akan merencanakan
pembayaran pajak yang tidak lebih dan tidak kurang. Untuk itu, objek
pajak harus dilaporkan secara benar dan lengkap.

II.3.3 Tujuan Dilakukan Perencanaan Pajak


Menurut Lumbatoruan (2000;483), fungsi perencanaan pajak adalah
Secara teoritis perencanaan pajak adalah bagian dari manajemen pajak.
Perencanaan pajak disini tidak sama dengan perencanaan yang merugikan
penerimaan Negara. Tujuan manajemen pajak dasarnya serupa dengan
tujuan manajemen keuangan yaitu sama-sama bertujuan untuk
memperoleh likuiditas dan laba yang cukup. Lebih lanjut, Sophar
Lumbantoruan (2000;483) menjelaskan tujuan dan fungsi perencanaan
yaitu melakukan kewajiban perpajakan, dan usaha efisiensi

II.3.4. Strategi Umum Perencanaan Pajak


Tax Avoidance
Tax Avoidance atau penghindaran pajak adalah suatu usaha transaksi
yang ditujukan untuk meminimalkan biaya pajak dengan memanfaatkan
kelemahan – kelemahan ketentuan perpajakan suatu Negara. Dengan
demikian, usaha tersebut dilakukan secara legal karena tidak melanggar
ketentuan pajak.

Tax Evasion
Tax Evasion atau penggelapan pajak adalah suatu usaha untuk
meringankan biaya pajaknya dengan memanipulasi penghasilan yang
diperolehnya secara illegal atau melanggar ketentuan hokum perpajakan
yang berlaku.

Tax Saving
Tax saving merupakan upaya efisiensi beban pajak melalui pemilihan
alternatif pengenaan pajak dengan tarif yang lebih rendah. Misalnya,
perusahaan yang memiliki penghasilan kena pajak lebih dari Rp. 100 juta
dapat melakukan perubahan pemberian natura kepada karyawan menjadi
tunjangan dalam bentuk uang. Penghematan pajak atas perubahan ini
berkisar antara 5%-25% untuk penghasilan karyawan sampai dengan Rp.
200 juta.

Menunda pembayaran kewajiban pajak


Menunda pembayaran kewajiban pajak tanpa melanggar peraturan yang
berlaku dapat dilakukan melalui penundaan pembayaran PPN. Penundaan
ini dilakukan dengan menunda penerbitan faktur pajak keluaran hingga
batas waktu yang diperkenankan, khususnya untuk penjualan kredit.
Dalam hal ini, penjual dapat menerbitkan faktur pajak pada akhir bulan
berikutnya setelah bulan penyerahan barang.

Mengoptimalkan kredit pajak yang diperkenankan


Wajib Pajak sering kurang memperoleh informasi mengenai pembayaran
pajak yang dapat dikreditkan yang merupakan pajak dibayar dimuka.
Misalnya, PPh Pasal 22 atas pembelian solar dan/atau impor dan Fiskal
Luar Negeri atas perjalanan dinas pegawai.

Tax Treaty
Tax treaty atau yang lebih dikenal dengan PerjanjianPenghindaran Pajak
Berganda (P3B) adalah perjanjian perpajakan antara dua negara yang
dibuat dalam rangka meminimalisir pemajakan berganda dan berbagai
usaha penghindaran pajak. Perjanjian ini digunakan oleh penduduk dua
negara untuk menentukan aspek perpajakan yang timbul dari suatu
transaksi di antara mereka. Penentuan aspek perpajakan tersebut
dilakukan berdasarkan klausul-klausul yang terdapat dalam tax treaty
yang bersangkutan sesuai jenis transaksi yang sedang dihadapi.

II.3.5. Tahapan Dalam Perencanaan Pajak


a. Menganalisis informasi yang ada (analyzing the existing data base)
b. Membuat satu atau lebih model kemungkinan jumlah pajak (designing
one or more possible tax plans)
c. Mengevaluasi pelaksanaan perencanaan pajak (evaluating a tax plan)
d. Mencari kelemahan dan memperbaiki kembali rencana pajak
(debugging the tax plans)
e. Memutakhirkan rencana pajak (updating the tax plan)
II.4 Perencanaan Pajak untuk Pajak Penghasilan (PPh)
II.4.1 Laba Akuntansi Kaitannya dengan Penghasilan Kena Pajak
Dalam akuntansi terdapat masalah yang timbul jika berkaitan
dengan pajak penghasilan. Masalah masalah tersebut timbul dalam
standar atau aturan yang digunakan dalam pelaporan akuntansi dengan
pelaporan pajak seringkali tidak sama atau saling bertentangan.
Perbedaan tersebut harus dilakukan rekonsiliasi fiskal, sehingga nantinya
dapat diketahui penghasilan kena pajak perusahaan.

Akuntansi di Indonesia dibuat peraturan untuk perlakuan akuntansi


untuk pajak penghasilan, yang tertuang dalam PSAK 46 yang mengatur:

a. Mempertanggungjawabkan konsekuensi pajak pada periode berjalan


dan periode mendatang untuk hal – hal sebagai berikut:
i. Pemulihan Nilai catat aktiva dan
pelunasan nilai catat kewajiban yang disajikan dalam neraca.
ii. Transaksi atau kejadian lain dalam
periode berjalan yang diakui dan disajikan dalam laporan komersial
perusahaan.
b. Pengakuan aktiva pajak tangguhan yang berasal dari sisa kerugian
yang belum dikompensasikan, penyajian pajak penghasilan di dalam
laporan keuangan komersial dan pengungkapan informasi yang
berhubungan dengan pajak penghasilan.
II.4.2 Biaya yang Boleh Dikurangkan dari Penghasilan Bruto
Didalam pajak, terdapat biaya yang dapat dikurangkan untuk
mengurangi biaya pajak yang terutang yang biasa dikenal dengan biaya
fiskal. Menurut Undang – Undang PPh no 17 tahun 2000, pasal 6 ayat (1),
yang termasuk biaya fiskal yaitu:
a. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan,
termasuk biaya pembelian bahan, biaya berkenaan dengan pekerjaan atau
jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan
yang diberikan dalam bentuk uang, bunga, sewa, royalti, biaya perjalanan,
biaya pengolahan limbah, premi asuransi, biaya administrasi, dan pajak
kecuali pajak penghasilan.
b. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan
amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak atas biaya lain yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun.
c. iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan;
d. kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan
digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan;
e. kerugian dari selisih kurs mata uang asing;
f. biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di
Indonesia;
g. biaya bea siswa, magang, dan pelatihan;
h. piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih, dengan syarat :
i. telah dibebankan sebagai biaya dalam
laporan laba rugi komersial;
ii. telah diserahkan perkara penagihannya
kepada Pengadilan Negeri atau Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara
(BUPLN) atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan
piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang
bersangkutan;
iii. telah dipublikasikan dalam penerbitan
umum atau khusus; dan
iv. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar
piutang yang tidak dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak,
yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Keputusan Direktur
Jenderal Pajak.

Apabila penghasilan bruto setelah pengurangan sebagaimana yang


telah disebutkan tadi masih didapat kerugian, maka kerugian tersebut
dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak berikutnya
berturutturut sampai dengan 5 (lima) tahun. Kepada orang pribadi
sebagai Wajib Pajak dalam negeri diberikan pengurangan berupa
Penghasilan Tidak Kena Pajak

II.4.3 Biaya yang Tidak Boleh Dikurangkan dari Penghasilan Bruto


Biaya yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto,
menurut Undang – Undang no 17 tahun 2000, pasal 9 ayat (1) yaitu :

a. pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti


dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi
kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;
b. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi
pemegang saham, sekutu, atau anggota;
c. pembentukan atau pemupukan dana cadangan kecuali cadangan
piutang tak tertagih untuk usaha bank dan sewa guna usaha dengan hak
opsi, cadangan untuk usaha asuransi, dan cadangan biaya reklamasi untuk
usaha pertambangan, yang ketentuan dan syaratsyaratnya ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Keuangan;
d. premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi bea siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang
pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut
dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan;
e. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan
makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau
imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan;
f. jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang
saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai
imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan;
g. harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali
zakat atas penghasilan yang nyata-nyata dibayarkan oleh Wajib Pajak
orang pribadi pemeluk agama Islam dan atau Wajib Pajak badan dalam
negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepada badan amil zakat
atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah;
h. Pajak Penghasilan;
i. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi
Wajib Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya;
j. gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau
perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham;
k. sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi
pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-
undangan di bidang perpajakan.
II.5 Sanksi Perpajakan
Tata cara pengenaan pajak dan sanksi-sanksi berkenaan dengan
pelaksanaan Undang-undang ini dilakukan sesuai dengan Undang-undang
Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang
Nomor 16 Tahun 2000.
II.6 Pelaporan dan Pembayaran Pajak Penghasilan
Tata cara pelaporan dan pembayaran pajak dilakukan sesuai
dengan Undangundang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000. Untuk pelaporan, sebagaimana
telah ditentukan dengan Undang – Undang no 16 tahun 2000, pasal 3 ayat
(3) yang berisi tentang Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan
adalah :
a. untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lambat 20 (dua puluh) hari
setelah akhir Masa Pajak;
b. untuk Surat Pemberitahuan Tahunan, paling lambat 3 (tiga) bulan
setelah akhir Tahun Pajak.
Untuk Pembayaran dan penyetoran pajak juga diatur dalam Undang –
Undang no 16 tahun 2000, pasal 9 ayat (1) yang isinya mengenai “Menteri
Keuangan menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran
pajak yang terutang untuk suatu saat atau Masa Pajak bagi masing-
masing jenis pajak, paling lambat 15 (lima belas) hari setelah saat
terutangnya pajak atau Masa Pajak berakhir”

Pasal 10 ayat (1) dan (2) juga mengatur tentang tatacara pembayaran
dan penyetoran pajak yang isinya (ayat 1) “Wajib Pajak wajib membayar
ataumenyetor pajak yang terutang di kas negara melalui Kantor Pos dan
atau bank badan usaha milik Negara atau bank badan usaha milik Daerah
atau tempat pembayaran lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan”.
(Ayat 2) “Tata cara pembayaran, penyetoran pajak, dan pelaporannya
serta tata cara mengangsur dan menunda pembayaran pajak diatur
dengan Keputusan Menteri Keuangan.”
BAB III
TINJAUAN UMUM PADA
PT SUMBER SUKSES MOBILINDO SEJAHTERA
III.1 Tinjauan Umum Perusahaan.
III.1.1 Sejarah singkat dan kegiatan operasional Perusahaan.
Perusahaan ini didirikan oleh Tuan Cokro Adinata pada tanggal 10
Juli 2002 di hadapan notaris T. Francisca Teresa N. SH. Di Denpasar
dengan akte pendirian No.104. Tanggal 29 September 2003.
Perusahaan ini saat didirikan memiliki modal dasar Rp.
5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) yang terbagi atas 10.000 lembar
saham yang masing – masing lembar saham bernilai nominal Rp.
500.000,00. Dari jumlah tersebut, yang telah disetor sebesar Rp.
4.750.000.000,00 atau 9.500 lembar saham, dengan kepemilikan Tuan
Cokro Adinata sebanyak 3.230 lembar saham, Tuan Christianto Tjahjadi
sebanyak 3.125 lembar saham, dan Tuan Poei Thin Hwa sebanyak 3135
lembar saham.
Perusahaan yang berlokasi di Jl. Gatot Subroto No. 210 A, Denpasar,
ini bergerak dibidang penjualan mobil dengan merek Ford yang diimpor
langsung dari Thailand dan Philipina, melakukan ekspor – impor dan
perdagangan suku cadang dan aksesoris mobil, melakukan usaha jasa
konsultasi dibidang mesin, menjalankan usaha showroom, serta melakukan
usaha dibidang perbengkelan yang meliputi perawatan, pemeliharaan,
perbaikan, dan pemasangan dan penjualan aksesoris kendaraan.
III.1.2 Maksud dan Tujuan Perusahaan
III.1.2.1 Maksud dan Tujuan
a. Melakukan usaha dalam bidang perdagangan.
b. Melakukan usaha dalam bidang jasa.
c. Melakukan usaha dalam bidang perbengkelan.

III.1.2.2 Untuk Mencapai Maksud dan Tujuan Tersebut.


III.1.2.2.1 Menjalankan usaha dalam bidang perdagangan, antara lain:
a. Perdagangan mobil
b. Perdagangan sparepart dan aksesoris mobil
III.1.2.2.2 Menjalankan usaha dalam bidang perbengkelan, antara lain:
a. Menjalankan usaha showroom mobil.
b. Perawatan, pemeliharaan, dan perbaikan.
c. Pemasangan dan penjualan aksesoris perusahaan.
III.1.3 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas
III.1.3.1 Struktur organisasi
Struktur organisasi adalah pengaturan terhadap sejumlah orang
tertentu untuk mencapai tujuan tertentu dalam sebuah organisasi. Jadi
bisa disimpulkan bahwa struktur organisasi dalam sebuah perusahaan
merupakan cara untuk mencapai tujuan perusahaan dengan
mengkoordinasikan sejumlah orang yang bekerja untuk perusahaan
tersebut.
Lihat stuktur dihalaman berikut:

III.1.3.2 Uraian Tugas


RUPS
a. Anggotanya terdiri dari para pemilik modal perusahaan.
b. Berwenang untuk mengangkat dan memberhentikan komisaris dan
direksi.
c. pembuat keputusan tertinggi dalam perusahaan
Direksi
a. Direksi bertanggung jawab penuh dalam melaksanakan tugasnya untuk
kepentingan perseroan dalam mencapai maksud dan tujuannya dengan
mengindahkan peraturan perudang – udangan yang berlaku.
b. Direksi berhak mewakili perseroan didalam dan diluar pengadilan
tentang segala hal dan dalam segala kejadian, mengikan perseroan dengan
pihak lain, serta menjalankan segala tindakan, baik yang mengenai
kepengurusan maupun kepemilikan.
c. Para anggota direksi harus bertindak bersama – sama dengan disertai
sekurang – kurangnya mendapat persetujuan dari para komisaris.
Pembagian tugas dan wewenang setiap anggota direksi ditetapkan oleh
rapat umum pemegang saham dan wewenang tersebut oleh rapat umum
pemegang saham dapat dilimpahkan kepada komisaris.
Komisaris
a. Komisaris melakukan pengawasan atas kebijaksanaan direksi dalam
menjalankan perseroan serta memberikan nasehat kepada direksi.
b. Direksi dan setiap anggota direksi wajib untuk memberikan penjelasan
tentang segala hal yang ditanyakan oleh komisaris.
c. Komisaris setiap waktu berhak memberhentikan untuk sementara
seorang atau lebih anggota direksi, apabila anggota direksi tersebut
bertentangan dengan anggaran dasar atau aturan perundang – undangan
yang berlaku.
d. Apabila seluruh anggota direksi diberhentikan sementara dan perseroan
tidak mempunyai seorangpun anggota direksi, maka untuk sementara
komisaris diwajibkan untuk mengurus perseroan.
Finanace & Accounting Manager
a. Bertanggungjawab terhadap proses pembayaran mobil oleh customer.
b. Bertanggungjawab terhadap proses penagihan pembayaraan oleh
leasing.
c. Monitor laporan retail & fleet yang dibuat oleh petugas administrasi.
d. Monitor proses penagihan atas penjualan AR
Stock Controller
a. Bertanggungjawab terhadap stok unit baru dari baru masuk sampai
keluar Dealer.
b. Check mobil unit baru yang masuk dibantu oleh bagian PDI
c. Menyiapkan mobil agar siap dimasukkan ke gudang dibantu Washer
Car
d. Manjaga kebersihan dan keberadaan unit untuk siap dialokasikan
e. Mengalokasikan stok unit
Service manager
a. Menentukan mekanik yang akan melakukan pekerjaan ulang (repeat
job) untuk memperbaiki kendaraan customer.
b. Membuat langkah korektif (corrective action) & mencatatnya dalam
“customer concern sheet” agar pekerjaan ulang tidak terjadi lagi.
c. Mengambalikan “customer concern sheet” ke DCRC
d. Menghubungi customer setelah kendaraan di service kembali ( repeat
job)
e. Mengadakan meeting internal dengan team service
f. Mengadakan meeting rutin dengan team service.
Personalia & General Affairs
a. Merancanakan dan menyiapkan recruitment.
b. Mereview dan menyeleksi pelamar yang potensial untuk wawancara
awal guna mencari Sumber Daya Manusia yang potensial.
c. Bekerjasama dengan departemen terkait untuk wawancara sesuai
dengan bidangnya.
d. Mengelola / meng up date personal files karyawan
e. Mengecek absensi karyawan setiap hari.
f. Mengurus jamsostek karyawan dan mengurus claim jamsostek
karyawan.
g. Melayani karyawan dengan baik menyediakan form-form yang
diperlukan oleh karyawan, seperti cuti, kas bon, pengeluaran kas, lembur
dan lain sebagainya.
h. Menghitung lembur karyawan untuk proses penggajian.
i. Membuat surat-surat / dokumen-dokumen penting yang berkaitan
dengan aturan ketenagakerjaan seperti : house rules, peraturan
perusahaan, kontrak kerja dan lain-lain.
DCRC
a. Memakai standar script telephone untuk menerima telepon.
b. Menyapa customer dengan ramah.
c. mencatat data-data tentang customer dalam formulir booking service
d. mencatat data kendaraan dalam formulir booking service
e. mencatat uraian pekerjaan yang akan dikerjakan di bengkel dalam
formulir booking service.
Driver
a. Mengecek kondisi dan kelengkapan mobil test drive
b. Menghidupkan mesin kendaraan test drive untuk pemanasan mobil
c. Menjaga kebersihan mobil test drive
d. Mengantar karyawan untuk kepentingan Perusahaan.
e. Handle tamu-tamu yang ada hubungannya dengan perusahaan.
Service & Part Manager
a. Menjalankan / mengevaluasi system dan prosedur kerja bengkel
b. Memutuskan dan mengevaluasi laporan teknik, warranty claim, lap
bulanan yang akan diajukan ke SOD FMI
c. Mengatur dan mengkoordinir tugas kepala regu
d. Mengatur, mengkoordinir dan inventory S. Part
e. Menunjuk dan mengevaluasi bengkel untuk pelaksanaan pekerjaan luar
Service Advisor
a. Menyiapkan history card kendaraan & membacanya sebelum
kendaraan yang booking service dating.
b. Memberitahukan DCRC/ petugas booking service, apabila customer
tidak uncul sesuai jadwal janji booking service.
c. menjawab telepon dengan segera.
d. Memakai kartu pengenal/ kartu karyawan
Salesman
a. Memperkenalkan customer kepada DCRC, service manager, SA
b. Membawa customer ke area pemeriksaan interaktif
c. Menjelaskan fasilitas booking service di bengkel dan keuntungan
booking service, spt:
d. tidak perlu antri
e. mekanik sudah disiapkan
f. ketersediaan spare part terjamin
III.2 Kebijakan Akuntansi Perusahaan.
Dasar penyusunan Laporan Keuangan.
Laporan Keuangan disusun berdasarkan basis akrual yaitu mencatat
transaksi – transaksi atau mengakui pendapatan maupun beban pada saat
terjadinya. Pendapatan dicatat pada saat barang / jasa diberikan kepada
pelanggan sesuai dengan perjanjian, dan beban dicatat pada saat barang /
jasa diterima oleh perusahaan yang disesuaikan dengan pengakuan
pendapatan tanpa memperhatikan adanya aliran kas keluar atas biaya
tersebut atau sebaliknya. Jadi pencatatan dilakukan bukan pada saat
penerimaan atau pengeluaran uang.
Kas
Merupakan Saldo uang tunai yang ada pada perusahaan per 31
Desember.
Bank
Merupakan saldo debet bank per 31 desember
Piutang Usaha
Piutang diakui pada saat adanya penyerahan barang yang tidak
disertai pembayaran tunai. Atas piutang usaha ini perusahaan tidak
membuat estimasi piutang yang tak tertagih, karena berdasarkan
pengalaman piutang tersebut akan dapat ditagih
Persediaan barang
Persediaan barang perusahaan dinilai berdasarkan harga beli pada
saat tanggal penilaian persediaan.
Aktiva Tetap
Aktiva tetap perusahaan dicatat berdasarkan harga perolehan dan
atas sebagian nilainya disusutkan dengan menggunakan metode prosentase
tetap dari nilai buku.
Adapun klasifikasi dan prosentase penyusutan aktiva tetap sebagai
berikut:
Golongan Prosentase
Tanah 0%
Bangunan 5%
I 50%
II 25%
Biaya perbaikan dan pemeliharaan dibebankan ke dalam laporan
laba rugi selama periode dimana biaya-biaya tersebut terjadi. Pengeluaran
yang memperpanjang masa manfaat aktiva atau yang memberikan
tambahan manfaat ekonomis dikapitalisasi dan disusutkan sesuai dengan
tingkat penyusutan aktiva yang bersangkutan.
Transaksi dan saldo dalam mata uang asing
Pembukuan perusahaan diselenggarakan dalam satuan Rupiah.
Transaksi dalam mata uang asing yang terjadi sepanjang tahun dicatat
berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia yang berlaku pada saat
terjadinya transaksi. Laba (rugi) nilai tukar yang diakibatkan penjabaran
dikreditkan atau dibebankan ke perhitungan laba rugi tahun atau periode
berjalan.
Periode Pembukuan
Perusahaan menggunakan periode pembukuan berdasarkan tahun
takwim mulai 1 Januari s/d 31 Desember tahun bersangkutan
III.3 Laporan keuangan Perusahaan
III.3.1 Proses Pengumpulan data
Dalam proses pengumpulan data, penulis melakukan metode
pengamatan dan wawancara untuk membantu dalam proses penelitian
yang dilakukan. Metode wawancara yang dilakukan penulis di tujukan
kepada Manajer Keuangan PT SUMBER SUKSES MOBILINDO
SEJAHTERA. Pertanyaan yang diajukan penulis kepada Manajer adalah
tentang kebijakan akuntansi yang diterapkan didalam perusahaan. Selain
itu juga diajukan pertanyaan mengenai aspek perpajakan dan
perencanaan pajak yang telah diterapkan di dalam perusahaan. Dalam
melakukan analisis data penulis menggunakan metode – metode sebagai
berikut :
a. Metode Pengamatan ( Observasi )
Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan penelitian langsung
ke perusahaan untuk mendapatkan informasi mengenai laporan keuangan
dan pelaksanaan perencanaan pajak yang telah dilakukan oleh
perusahaan.
b. Metode Wawancara
Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan tanya jawab baik
secara langsung maupun secara tidak langsung dengan bagian keuangan
perusahaan mengenai kebijakan akuntansi perusahaan, sistem perpajakan
yang diterapkan perusahaan dan struktur organisasi serta fungsi-fungsi
lain yang mendukung dilakukannya analisis.
c. Metode analitikal
Dalam metode ini, penulis membahas semua data yang ada dengan
melakukan analisa terhadap laporan laba rugi perusahaan, dan mencari
peraturan-peraturan perpajakan yang sesuai dengan tahun yang
bersangkutan untuk dapat menemukan celah-celah yang dapat digunakan
untuk melakukan perencanaan pajak.
III.3.2 Laporan Keuangan Perusahaan tahun 2006, 2007, dan 2008
PT SUMBER SUKSES MOBILINDO SEJAHTERA telah menyusun
laporan keuangan yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi yang
menjadi dasar untuk menghitung besarnya penghasilan kena pajak dan
memberikan kepastian akan kepatuhan perusahaan dalam menyusun
laporan keuangan dengan baik dan benar sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum.
Berikut ini merupakan laporan keuangan PT SUMBER SUKSES
MOBILINDO SEJAHTERA, yang terdiri dari Neraca dan Laporan Laba
Rugi pada tahun 2006, 2007, dan 2008.

Tabel 3.1
PT Sumber Sukses Mobilindo Sejahtera
NERACA KOMPARATIF
PER 31 DESEMBER 2006 DAN 2007
(Dalam Rupiah Penuh)
(Rp) (Rp)
31 Desember 2006 31 Desember 2007
AKTIVA
AKTIVA LANCAR
Kas 2,000,000.00 2,000,000.00
Bank 2,549,150,787.25 1,467,655,685.39
Deposito 0.00 0.00
Piutang Usaha 7,497,486,229.00 14,414,955,045.50
Piutang Lain - Lain 68,930,788.00 261,528,861.00
Persedian Barang 2,862,428,295.00 5,913,916,613.00
Uang Jaminan 2,500,000,000.00 3,500,000,000.00
Biaya Dibayar Dimuka 32,070,841.00 122,555,522.00
Jumlah Aktiva Lancar 15,512,066,940.25 25,682,611,726.89
AKTIVA TETAP
Harga Perolehan AT 4,673,763,413.00 4,437,822,725.00
Akumulasi Penyusutan
AT (1,901,497,027.40) (2,209,568,887.37)
Nilai Buku 2,772,266,385.60 2,228,253,837.63
AKTIVA LAIN - LAIN 2,258,038,921.00 6,649,103,966.00
TOTAL AKTIVA 20,542,372,246.85 34,559,969,530.52
HUTANG DAN MODAL
HUTANG LANCAR
Hutang Usaha 5,208,633,262.00 12,718,815,132.00
Hutang Bank 6,150,000,000.00 8,990,850,000.00
Hutang Lain - Lain 3,090,924,332.00 5,302,098,245.00
Hutang Biaya 906,133,000.00 1,216,759,555.00
Hutang Bunga 100,370,545.00 190,384,285.00
Hutang Leasing 494,872,500.00 260,161,567.00
Jumlah Hutang Lancar 15,950,933,639.00 28,679,068,784.00
EKUITAS
Modal Saham 4,750,000,000.00 4,750,000,000.00
Agio Saham 0.00 0.00
Laba Ditahan 802,092,698.56 (158,561,392.15)
Laba Tahun Berjalan (960,654,090.71) 1,289,462,138.67
Jumlah Modal 4,591,438,607.85 5,880,900,746.52
TOTAL HUTANG
DAN MODAL 20,542,372,246.85 34,559,969,530.52
Sumber Laporan Tahunan PT SUMBER SUKSES MOBILINDO
SEJAHTERA
tahun 2006 dan 2007
Tabel 3.2
PT Sumber Sukses Mobilindo Sejahtera
LAPORAN PERHITUNGAN LABA - RUGI
PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2006 DAN 2007
(Dalam Rupiah Penuh)
(RP) (RP)
2006 2007
PENDAPATAN
Penjualan Mobil 52,590,744,668.00 90,112,784,618.00
Pendapatan Bengkel 2,636,242,159.00 4,708,002,124.00
Total Pendapatan 55,226,986,827.00 94,820,786,742.00
HARGA POKOK PENJUALAN
Harga Pokok
Mobil (49,060,032,695.00) (85,325,392,834.00)
Harga Pokok Bengkel (1,832,343,977.00) (3,327,639,665.00)
Harga Pokok
Penjualan (50,892,376,672.00) (88,653,032,499.00)
Laba Kotor 4,334,610,155.00 6,167,754,243.00
BEBAN USAHA
Biaya Operasional dan
Adm. (3,434,801,216.00) (3,794,022,164.00)
Biaya Penyusutan dan Amortisasi (646,958,923.40) (535,114,357.47)
Jumlah Beban Usaha (4,081,760,139.40) (4,329,136,521.47)
Laba (Rugi) Usaha 252,850,015.60 1,838,617,721.53
PENDAPATAN DAN BIAYA NON OPERASIONAL
Pendapatan Non
Operasional 975,881,986.26 626,696,046.58
Biaya Non
Operasional. (2,189,386,092.57) (1,175,851,629.45)
Selisih Pendapatan dan Biaya non
Operasional (1,213,504,106.31) (549,155,582.87)
Laba (Rugi) Sebelum Pajak (960,654,090.71) 1,289,462,138.66
Sumber Laporan Tahunan PT SUMBER SUKSES MOBILINDO
SEJAHTERA
tahun 2006 dan 2007
Tabel 3.3
PT Sumber Sukses Mobilindo Sejahtera
NERACA
PER 31 DESEMBER 2008
(Dalam Rupiah Penuh)
(Rp)
31 Desember 2008
AKTIVA
AKTIVA LANCAR
Kas 2,000,000.00
Bank 1,742,557,649.10
Deposito 3,508,000,000.00
Piutang Usaha 10,898,868,013.00
Piutang Lain – Lain 4,918,666,182.00
Persedian Barang 5,431,370,576.00
Uang Jaminan 0.00
Biaya Dibayar Dimuka 1,007,701,698.00
Jumlah Aktiva Lancar 27,509,164,118.10
AKTIVA TETAP
Harga Perolehan Aktiva Tetap 5,429,301,749.00
Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap (3,147,739,350.00)
Nilai Buku 2,281,562,399.00
AKTIVA LAIN - LAIN 10,243,724,387.00
TOTAL AKTIVA 40,034,450,904.10
HUTANG DAN MODAL
HUTANG LANCAR
Hutang Usaha 14,560,112,261.00
Hutang Bank 11,500,000,000.00
Hutang Lain - Lain 8,850,900,691.60
Hutang Biaya 1,097,880,489.00
Hutang Bunga 0.00
Hutang Leasing 650,765,467.00
Jumlah Hutang Lancar 36,659,658,908.60
EKUITAS
Modal Saham 1,250,000,000.00
Agio Saham 0.00
Laba Ditahan 947,306,123.89
Laba Tahun Berjalan 1,177,485,871.61
Jumlah Modal 3,374,791,995.50
TOTAL HUTANG
DAN MODAL 40,034,450,904.10
Sumber Laporan Tahunan PT SUMBER SUKSES MOBILINDO
SEJAHTERA
tahun 2008

Tabel 3.4
PT Sumber Sukses Mobilindo Sejahtera
LAPORAN PERHITUNGAN LABA - RUGI
PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2008
(Dalam Rupiah Penuh)
(RP)
2008
PENDAPATAN
Penjualan Mobil 106,231,269,600.00
Pendapatan Bengkel 8,186,549,734.00
Total Pendapatan 114,417,819,334.00
HARGA POKOK PENJUALAN
Harga Pokok Mobil (100,964,302,353.00)
Harga Pokok Bengkel (5,809,747,133.59)
Harga Pokok Penjualan (106,774,049,486.59)
Laba Kotor 7,643,769,847.41
BEBAN USAHA
Biaya Operasional dan Adm. (4,142,212,748.00)
Biaya Penyusutan dan Amortisasi (1,259,001,235.00)
Jumlah Beban Usaha (5,401,213,983.00)
Laba (Rugi) Usaha 2,242,555,864.41
PENDAPATAN DAN BIAYA NON
OPERASIONAL
Pendapatan Non Operasional 796,327,226.65
Biaya Non Operasional. (1,861,397,219.45)
Selisih Pendapatan dan Biaya non Operasional (1,065,069,992.80)
Laba (Rugi) Sebelum Pajak 1,177,485,871.61
Sumber Laporan Tahunan PT SUMBER SUKSES MOBILINDO
SEJAHTERA
tahun 2008
Berdasarkan hasil dari wawancara yang telah dilakukan oleh
penulis, diketahui terdapat beberapa informasi tambahan yang mungkin
dapat menimbulkan masalah perpajakan, diantaranya :

1. Perusahaan melakukan pemberian natura kepada 5 orang karyawan


pimpinan berupa 1 buah mobil, 30 liter BBM untuk 1 minggu, dan biaya
telepon sebesar Rp 500.000,00. Dimana pemberian natura tesebut
dimaksudkan untuk memudahkan karyawan dalam hal transportasi dan
untuk mendukung kegiatan marketing perusahaan khususnya dalam hal
penjualan dan pemasaran produk perusahaan.
2. Perusahaan menanggung Pajak Penghasilan Pasal 21, maka dari itu atas
pajak yang ditanggung oleh perusahaaan tersebut akan dikenakan koreksi
fiskal sesuai dengan Undang-Undang pajak penghasilan.
3. PT SUMBER SUKSES MOBILINDO SEJAHTERA ternyata tidak
mengimpor mobil dan suku cadangnya. Impor mobil dan sparepart
dilakukan oleh PT Ford Motor Indonesia, sedangkan PT SUMBER
SUKSES MOBILINDO SEJAHTERA membeli mobil dan suku cadangnya
dari PT Ford Motor Indonesia.
4. Biaya representasi perusahaan merupakan biaya yang dikeluarkan
perusahaan untuk menjamu mitra bisnis sehubungan dengan pemasaran
produk perusahaan, selama ini, perusahaan tidak membuat data normatif
atas biaya representasi tersebut. Hal ini membuat biaya representasi
memiliki potensi untuk dilakukan koreksi fiskal.
5. Perusahaan mengeluarkan biaya sumbangan. Dimana biaya ini
merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam rangka kegiatan
sosial seperti membantu pembangunan tempat ibadah kepada desa dilokasi
perusahaan.
6. Untuk dapat menyebarluaskan usahanya perusahaan melakukan
berbagai cara seperti membuat iklan di surat kabar lokal, dan perusahaan
menyimpan bukti-bukti yang terkait dengan entertainment tersebut.
7. Dalam rangka peningkatan kesejahteraan para karyawannya maka
perusahaan memberikan tunjangan hari raya kepada para karyawannya
setahun sekali.
8. Dalam menjalankan kegiatan usahanya perusahaan pernah melakukan
leasing.
9. Metode penyusutan yang digunakan oleh perusahaan adalah metode
penyusutan garis lurus.
10. Selama ini, dalam memenuhi kewajiban perpajakannya perusahaan tidak
pernah terlambat dalam membayar pajaknya. Dengan hal tersebut
mencerminkan bahwa perusahaan telah melakukan kewajiban
perpajakannya dengan baik sehingga denganhal ini memungkinkan untuk
dilakukannya tax planning.
11. Biaya rumah tangga adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk membeli
kebutuhan kantor seperti pembelian koran, majalah alat-alat untuk
membersihkan kantor pewangi ruangan dan makanan ringan ( snack dan
permen ).

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

V.1 Simpulan
Melalui hasil pengamatan, perhitungan dan perencanaan yang telah
dilakukanoleh penulis pada PT. SUMBER SUKSES MOBILINDO
SEJAHTERA, maka penulis memberi kesimpulan bahwa:
1. Dalam perencanaan pajak, PT SUMBER SUKSES MOBILINDO
SEJAHTERA dapat mengganti biaya – biaya yang tidak dapat menjadi
pengurang penghasilan dengan bonus yang dapat dijadikan sebagai
deductable expense seperti bonus tambahan untuk karyawan yang
penghasilan brutonya tidak melebihi PTKP.
2. PT SUMBER SUKSES MOBILINDO SEJAHTERA belum melakukan
perencanaan pajak terhadap biaya yang berkaitan dengan natura seperti
pemberian kendaraan kepada karyawan.
3. PT. SUMBER SUKSES MOBILINDO SEJAHTERA belum
melaksanakan perencanaan yang efektif, hal ini di tandai dengan adanya
berbagai koreksi baik dalam PPh Pasal 23 maupun PPh Badan.
4. Perencanaan pajak PPh Pasal 23 yang dapat dilakukan PT SUMBER
SUKSES MOBILINDO SEJAHTERA adalah dengan menggunakan
metode gross up.
5. PT SUMBER SUKSES MOBILINDO SEJAHTERA tidak memotong
PPh Pasal 23 atas jasa yang telah digunakan. Hal ini akan merugikan
perusahaan karena jika dengan sengaja tidak memotong pajak PPh Pasal
23 maka akan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga yang besarnya
2% per bulan selama 24 bulan sampai dengan sanksi kenaikan sebesar
100% hal ini sesuai pasal 13 ayat 2 Undang-Undang No.16 tahun 2000
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
6. PT SUMBER SUKSES MOBILINDO SEJAHTERA belum mengoreksi
negatif atas penghasilan bunga dan pada beban bunga belum dikoreksi
positif atas PPh Final yang besarnya 20%.
7. Perusahaan harus mengoreksi biaya yang bersifat grey area dimana
biaya ini memiliki potensi besar untuk dilakukan koreksi positif.
8. PT SUMBER SUKSES MOBILINDO SEJAHTERA tidak pernah
terlambat dalam pelaporan dan pembayaran pajaknya.
9. Perencanaan pajak yang dapat dilakukan oleh perusahaan sesuai
dengan Undang- Undang perpajakan adalah sebesar Rp 122.886.473.24
yang semula berjumlah Rp 551.118.075,82, dan jika perusahaan menerima
usulan pajak ini maka perusahaan dapat menghemat hingga 78% untuk
tahun 2007. Untuk tahun 2008, perencanaan pajak yang dapat dilakukan
sebesar Rp 581.403.939,80 dari yang semula berjumlah Rp 672.183.043,01
dan juka perusahaan menerima usulan ini maka perusahaan dapat
menghemat hingga 14%.
V.2 Saran
1. PT SUMBER SUKSES MOBILINDO SEJAHTERA sebaiknya
memotong PPh Pasal 23 atas jasa perizinan dan pemeliharaan serta
melaporkan, menyetorkan dan melampirkannya pada SPT Tahunan.
2. Tahun 2006 perusahaan mengalami kerugian, maka untuk menghindari
kelebihan pembayaran pajak pada akhir tahun, perusahaan dapat
melakukan pengajuan pengurangan angsuran PPh Pasal 25 ke KPP.
Disamping itu atas kerugian tersebut, perusahaan dapat
mengkompensasikan ke tahun 2007
3. Perusahaan sebaiknya membuatkan daftar nominatif atas biaya
entertainment dan biaya lain – lain dan melampirkannya di dalam SPT.
4. Apabila pihak pemberi jasa tidak berkenan dipotong pajak, dalam hal
ini PPh pasal 23, atas biaya yang telah dikeluarkan oleh perusahaan untuk
jasa yang telah diterima. Maka perusahaan dapat menggunakan jasa dari
pihak lain yang sudah mengerti hak dan kewajiban untuk menghindari
kesalahan – kesalahan dalam prosedur perpajakannya.
5. Perusahaan sebaiknya mengadakan pembetulan terhadap SPT yang
telah disampaikan akibat adanya koreksi fiskal. Pembetulan ini berguna
agar SPT yang disampaikan tidak mengalami kesalahan yang berakibat
adanya sanksi baik administrasi maupun pidana. Selain itu perusahaan
juga bisa menggunakan fasilitas sunset policy yang berlaku sejak 1 januari
2008 hingga 31 desember 2008 dan diperpanjang hingga 31 maret 2009
untuk menghindari sanksi administrasi berupa bunga.
6. Perusahaan dapat memanfaatkan Account Representative di KPP untuk
mendapatkan informasi mengenai kewajiban perpajakannya. Hal ini
sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
98/KMK.01/2006.
DAFTAR PUSTAKA

Aris, A (2008). Manajemen dan Perencanaan Pajak.


http://aviantara.multiply.com/journal/item/5/Manajemen_dan_perencanaan_Paj
akDiakses tanggal 26 Januari 2009.
Direktorat Jenderal Pajak, Pajak – Pajak Penghasilan.
http://www.pajak.go.id/index.php?view=article&catid=44%3Ajenispajak&id=51
%3Apph&option=com_content&Itemid=170. Diakses tanggal 28 Februari
2009.
Direktorat Jenderal Pajak, Undang – Undang nomor 17 Tahun 2000 tentang
Pajak Penghasilan.
Edwin, dkk. 2008, Evaluasi Sistem Informasi Pembelian pada PT. Rukun Sejahtera
Teknik. Tesis S1 Tidak dipublikasikan, Universitas Bina Nusantara,
Jakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2007), Pernyataan Standart Akuntansi Keuangan per
1 September 2007. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
John Hutagaol (2000), Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda – Indonesia
dengan negara – negara di eropa. Jakarta: Penerbit Salemba empat.
Liberty, P (2002). Pemahaman Praktis Undang – Undang Perpajakan
Indonesia.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Muljono, Djoko. ( 2006 ). Akuntansi pajak. Yogyakarta: Penerbit Andi
Rudi (2008), Tarif Pajak Versi Undang-undang Pajak Penghasilan (PPh) yang
baru.
http://www.klinik-pajak.com/tarif-pajak-versi-undang-undang-
pajakpenghasilan-pph-yang-baru.html. Diakses Tanggal 19 Februari 2009.
Suryati, Sri (2007), Perencanaan Pajak Dalam Rangka Mengefisiensikan Pajak
Penghasilan Badan pada PT. Prima Sindo. Tesis S1 Tidak Dipublikasikan,
Universitas Bina Nusantara, Jakarta.
Waluyo (2007), Perpajakan Indonesia, Buku 1 Edisi 6. Jakarta: Penerbit
Salemba
Empat.
Waluyo (2008), Akuntansi Pajak. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Zain, M. (2007), Manajemen Perpajakan, Edisi 3. Bandung: Penerbit Salemba
Empat.
_______(n.d). Catatan Mata Kuliah Perpajakan.
http://kedanta.tripod.com/karya.html. Diakses tanggal 26 Januari
2009._______(n.d). Indonesian Tax Info.
http://doeytea.blogspot.com/2008/02/incometax.
html. Diakses tanggal 17 Februari 2009.
_______(2009). Pajak. http://id.wikipedia.org/wiki/Pajak. Diakses Tanggal
18
Februari 2009.
_______(n.d). Subjek Pajak Penghasilan.
http://www.kanwilpajakkhusus.depkeu.go.id/penyuluhan/pph/subjectpajak.htm
Diakses tanggal 18 Februari 2009
_______(n.d). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2000.
http://id.wikisource.org/wiki/Undang-Undang_Nomor_17_Tahun_2000.
Diakses

Anda mungkin juga menyukai