Anda di halaman 1dari 3

STUDI KASUS EKONOMI MANAJERIAL

(Kasus Nissan U Turn 1999-2001)


PAPER

Oleh

MELA FAJIRA
16059102

JURUSAN MANAJEMEN S1
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018
Kasus Nissan U Turn 1999 – 2001
Perusahaan skala besar sekelas Nissan juga dapat mengalami masalah sulit berkaitan dengan skala
ekonominya dalam bersaing dengan kompetitor. Sejak tahun 1998, Nissan mengidentifikasi
banyak kerugian yang dialami dalam operasi perusahaan. Penyebabanya adalah inefisiensi, terlalu
banyak sumberdaya yang dialokasikan untuk produksi dan pemasaran. Nissan kemudian meminta
Ghosn untuk melakukan restrukturisasi pada pabrik Nissan dalam rangka efisiensi. Ghosn setuju,
dan dalam menjalankan tugasnya banyak keputusan-keputusan tidak populer yang dibuatnya.
Tentu ini menuntut penyesuaian dari seluruh komponen perusahaan yang terlibat. Perubahan yang
dilakukan Ghosn antara lain: pengurangan jumlah tenaga kerja, meningkatkan rasa memiliki dan
tanggung jawab karyawan, mengaktifkan team work, menumbuhkan kesadaran bahwa burning
platform dan reengenering merupakan suatu kewajaran, penghematan, standarisasi keuangan
internasional. Tantangan terbesar bagi Gohsn adalah mengubah mindset dari anggota
perusahannya. Hasilnya sangat menakjubkan bagi Nissan. Nissan berhasil mengatasi krisis, tetapi
bagaimana kelanjutannya?
Analisis Kasus
kasus ini terlihat dengan jelas bahwa manajemen terhadap aspek-aspek ekonomi perusahaan
menyangkut pengambilan keputusan oleh manajer untuk membuat perusahaan tetap bergerak
dalam koridor untuk menuju pada tujuannya. Keputusan yang dibuat oleh manajer bukan suatu
langkah mudah. Pembuatan keputusan dapat dilakukan dengan cara intuitif maupun berdasarkan
pada pengalaman emprik. Pada keempat kasus, hampir tidak ada manajer yang membuat
keputusan murni dengan salah satu cara tersebut. Semuanya memadukan antara intuisi yang
dimiliki dengan pengalaman-pengalaman mereka secara empirik terkait dengan bidang tugasnya.
Walaupun demikian, asumsi-asumsi yang ditetapkan bisa saja tidak merupakan suatu kewajaran.
Asumsi tersebut berlaku dan dianggap tepat sesuai dengan kondisi perusahaan atau lingkungan
yang dipimpinnya.
Keputusan
yang dibuat para manajer boleh saja tidak populer, tetapi dapat juga mengikui pola-pola umum.
Untuk mendapatkan kompetensi utama dari perusahaan, kadang kala manajer membuat keputusan-
keputusan yang tidak populer. Keputusan tersebut bisa saja berseberangan dengan budaya kerja
perusahaan. Tidak menjadi masalah, di sinilah letak tantangan terbesar manajer untuk dapat
menghasilkan budaya organisasi yang baru. Dalam manajemen proses ini dikenal dengan banyak
istilah, seperti business process reenginering atau setting mindset, atau burning platfrom and renew
one. Hasil dari keputusan baru dapat ditentukan setelah dijalankan. Manajer yang baik tentunya
memiliki komitemen untuk menjalankan keputusan sampai pada saat hasil dari keputusan
dievaluasi. Bisa saja keputusan tersebut gagal. Kegagalan dapat menjadi sebuah pengalaman yang
berati untuk memikirkan langkah dan strategi baru. Pada hampir semua kasus, ide-ide cemerlang
justru timbul ketika perusahaan mengalami kesulitan dan masalah. Di sinilah letak pentingnya
sensitifitas bisnis, komunikasi, knowledge management, dan teamwork. Komponen-komponen
tersebut terbukti dapat menjawab pelaksanaan keputusan yang telah dibuat oleh manajer. Manajer
dalam menjalankan perusahaan harus siap menghadapi risiko. Oleh sebab itu, selain membuat
keputusan manajerial dalam bidang operasional perlu juga dilakukan manajemen risiko terhadap
operasional dan keputusan yang telah dibuat. Perkembangan dan operasi perusahaan pada
dasarnya harus menjalani siklus bisnis. Sampai pada saatnya, perusahaan mungkin akan berada di
bawah, tetapi dengan keputusan yang tepat perusahaan harus mampu bangkit kembali mungkin
dengan perubahan pada platform ataupun kebijakan yang diterapkan. Masa depan tidak dapat
diprediksi dengan tepat oleh proses pengambilan keputusan dengan teknik secanggih apapun juga.
Yang mungkin dilakukan oleh para manajer profesional adalah mengantisipasi dengan penerapan
manajemen yang tepat. Berbagai teknik dan metode manajemen modern tetap menekankan bahwa
perusahaan harus berani mengambil risiko dan menanggung risiko, tetapi dengan memperhatikan
usaha untuk memperkecil risiko dan impac dari beragam risiko tersebut. Seberapa hebatnya
manajer yang menjalankan tugas tidak akan berarti apa-apa tanpa dukungan dari para pekerja di
dalam perusahaan. Manajer berfungsi mengarahkan, mengendalikan, mengawasi, dan melakukan
evaluasi terhadap rencana-rencana yang telah ditetapkan. Operasi tetap kembali kepada para
karyawan dan unit kerja. Rasa memiliki perusahaan, karisma, dan kepemimpinan sangat penting
bagi para manajer untuk dapat membuat programnya dapat berjalan dan dilaksanakan dengan baik
oleh para karyawan. Hasil akhirnya tentu saja perusahaan mendapatkan tujuannya: profit dan
satisfaction bagi karyawan serta customer satsfaction and customer loyality.

Anda mungkin juga menyukai