DISUSUN OLEH:
RINIDA ELVITA
ANA KURNIAWATI
JONI JEMI ULLO
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan masih
jauh dari kata sempurna, baik dari segi penulisan, penyusunan kata demi kata
maupun dari segi bahasa. Oleh karena itu, kami mengharapkan kepada semua
pihak untuk memberikan sumbangan pemikiran berupa kritik dan saran dari para
pembaca yang sifatnya membangun yang akan kami terima dengan senang hati
demi penyempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak masa prasejarah umat manusia telah menggunakan berbagai zat untuk
mengurangi rasa sakit fisik atau mengubah kondisi kesadaran. Terlepas dari
konsekuensi mengonsumsi zat-zat semacam itu yang sering kali sangat merusak,
efek awalnya biasanya menyenangkan, suatu faktor yang mungkin menjadi akar
penyalahgunaan zat.
Orang-orang yang menyalahgunakan obat-obatan seperti obat dextro mengalami
kerugian yang sangat besar karenanya hubungan pribadi yang dekat sering kali
hancur, dan performa kerja sangat menurun. Kerugian karena penyalahgunaan
obat termasuk kematian dini para penyalahguna, penanganan para penyalahguna,
kriminalitas, dan penyakit medis yang sering kali ditimbulkan oleh
penyalahgunaan obat.
Penyalahgunaan obat-obatan saat ini marak terjadi. Tidak hanya orang dewasa
saja yang melakukan ini, akan tetapi kalangan siswa sekolahpun juga
menggunakan obat-obatan kesehatan untuk mabuk. Para anak-anak sekolah
menyalahgunakan obat-obatan kesehatan digunakan untuk mabuk dikarenakan
harganya yang relatif murah. Cukup mengkonsumsi dengan dosis yang cukup
banyak sudah bisa memberikan efek melayang (ngefly) atau mabuk.
Di tengah gencarnya pemerintah meningkatkan pendidikan bangsa, merebaknya
penyalahgunaan dekstro di kalangan pelajar menjadi ironi tersendiri. Pendidikan
yang seharusnya bisa menjadi benteng sebelum seseorang terjerumus dalam
dekapan dekstro, ternyata berfungsi kurang sempurna kalau tidak boleh dikatakan
tertinggal selangkah dibandingkan gerakan para gengster dekstro.
Saat ini generasi-generasi tak sehat karena dekstro terus bertambah karena
mengingat begitu mudah dan murah didapat di apotek-apotek dengan harga
seribuan rupian untuk sepuluh butir tanpa resep. Sehingga karena kebebasan
membeli itu membuat para pecandu dekstro bisa mengkonsumsi diatas 200
miligram agar sampai pada sensasi euforia dan halusinasi yang akan menimbulkan
rasa bahagia dan lupa terhadap masalah yang sedang mereka hadapi.
Kasus penyalahgunaan obat batuk dengan kandungan dekstrometorfan kerap
terjadi. Obat batuk dekstrometorfan sering disalahgunakan karena dapat
menyebabkan euforia dan rasa tenang (seperti halnya psikotropika) ketika
digunakan dalam dosis besar. Selain itu, obat ini juga dapat dibeli secara bebas
sehingga “dianggap”obat yang aman.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penulisan
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui dan memahami
penyalahgunaan obat dextrometrophan atau obat batuk yang terjadi
dilingkungan anak-anak.
BAB II
PEMBAHSAN
Cara mabuk yang tergolong dengan biaya murah ini, para remaja cukup membeli
obat batuk dan minum dalam jumlah yang banyak maka sudah membuat
kliyengan. Ini merupakan salah satu penyalahgunaan obat batuk. Efek setelah
minum obat batuk ini sangat merugikan kesehatan. Oleh karena itu para orang tua
harus mengawasi anak-anaknya terutama yang sudah masuk usia remaja.
Entah bagaimana para remaja dan anak-anak bisa mengetahui obat batuk sebagai
obat untuk mabuk. Bahkan mereka juga bisa tahu bagaimana cara untuk
menghilangkan efek mabuk tersebut. Jika obat batuk ini digunakan secara
kontinyu dan tanpa dosis yang benar tentunya akan memiliki efek samping yang
sangat berbahaya untuk kesehatan anak ataupun remaja.
Informasi dari BNN sendiri belum memiliki data yang spesifik terhadap
penyalahgunaan obat batuk sirup ini. Untuk menanggulangi terjadinya
penyalahgunaan obat batuk sirup maka BNN perlu bekerja sama dengan
BPOM. Obat batuk sirup atau cair ini tentunya belum bisa ditarik dari pasaran
dikarenakan harus ada prosedurnya.
Sebagaimana diketahui, sirup obat batuk yang beredar di pasaran merupakan obat-
obatan yang terbuat dari bahan kimia. Dalam sirup obat batuk sachetan
mengandung dextromethorpan yang jika dikonsumsi berlebihan dan jangka
panjang akan membuat tubuh mengalami beberapa hal.
Efek negatifnya mulai dari gagal ginjal, hati rusak, pembuluh darah bisa
pecah, kulit akan melepuh seperti terbakar, sampai bisa mengakibatkan
kematian. Dampak yang begitu berbahaya bagi orang yang mengkonsumis sirup
obat batuk dengan dosis tinggi inilah yang membuat Badan Narkotika Nasional
(BNN) gencar melakukan kampanye bahaya obat batuk sachetan jika
disalahgunakan.
B. Penyalahgunaan Dextromethorphan
Di tengah gencarnya pemerintah meningkatkan pendidikan bangsa,
merebaknya penyalahgunaan dekstro (Dextromethorphan) di kalangan pelajar
menjadi ironi tersendiri. Pendidikan yang seharusnya bisa menjadi benteng
sebelum seseorang terjerumus dalam dekapan dekstro, ternyata berfungsi kurang
sempurna kalau tidak boleh dikatakan tertinggal selangkah dibandingkan gerakan
para gengster dekstro.
Pil dekstro sejatinya bukan narkoba dan hanya obat antibatuk yang bekerja pada
pusat batuk di otak. Tapi ketika secara jelas tercandu dekstro, pada akhirnya
seseorang akan menjadi generasi hilang akal dan kehilangan produktivitas
layaknya orang-orang normal bahkan ada yang sampai tewas.
Pil dekstro (dextromethorphan/DMP) adalah bahan aktif dalam obat batuk
“over the counter” (OTC), atau dapat dibeli secara bebas tanpa resep do toko obat.
Penggunaan obat batuk jenis ini telah disetujui pada 1958. Di dalam obat batuk,
DMP biasanya berupa kombinasi dengan jenis obat lainnya seperti parasetamol
(antinyeri, antidemam), CTM (antihistamin), pseudoefedrin/fenilpropanolamin
(dekongestan), atau guafenesin (eskpektoran).
Bila dikonsumsi dalam dosis yang sesuai pil dekstro bermanfaat untuk
menekan batuk (antitusif) dan penurun demam. Dextromethorphan bekerja dengan
cara menaikan ambang batas rangsang batuk. Hal ini berarti dextromethorphan
belerja pada otak dan bukan pada saluran pernapasan seperti beberapa jenis obat
lainnya.
Efek overdosis dextromethorphan dengan kadar konsumsi 100-200mg, adalah
stimulasi ringan. Konsumsi 200-400mg, euforia dan halusinasi. Konsumsi 300-
600mg, gangguan penglihatan dan hilangnya koodinasi gerak tubuh. Konsumsi
500-1500mg, sedasi disosiatif (perasaan bahwa jiwa dan raga terpisah).
Efek overdosis dextromethorphan pada tubuh bisa berupa bicara kacau,
gangguan berjalan, gampang tersinggung, berkeringat, dan bola mata berputar-
putar (nistagmus). Komplikasi yang timbul dapat berupa peningkatan tekanan
darah karena keracunan pseudoefedrin, kerusahan hati karena keracunan
parasetamol, gangguan saraf dan seistem kardiovaskuler akibat keracunan CTM.
Alkohol atau narkotika lain yang tertelan bersama DMP dapat meningkatkan efek
keracunan dan bahkan menimbulkan kematian.
Saat ini generasi-generasi tak sehat karena dekstro terus bertambah karena
mengingat begitu mudah dan murah didapat di apotek-apotek dengan harga
seribuan rupian untuk sepuluh butir tanpa resep. Sehingga karena kebebasan
membeli itu membuat para pecandu dekstro bisa mengkonsumsi diatas 200
miligram agar sampai pada sensasi euforia dan halusinasi yang akan menimbulkan
rasa bahagia dan lupa terhadap masalah yang sedang mereka hadapi.
a. Ketika mereka lupa pada permasalahan yang mereka hadapi, pada saat
yang sama negara juga sedang lupa kalau ada generasi yang hilang.
Beberapa kasus tragis yang melibatkan pil dekstro di Jawa Barat
tergambar seperti berikut:23 Maret 2009, Kab.Bandung, Dua orang
remaja, Aceng (18) dan Maman (18), ditemukan tewas akibat penyalah
gunaan obat batuk dekstro.
b. 31 Maret 2009, Kab. Ciamis, Saefudin (17), warga Citeureup, Kec.
Kawali, Kab. Ciamis, tewas setelah menelan tiga butir obat daftar G,
dekstro yang dicampur dengan minuman penambah stamina. Akhir Maret
2009, Kota Bandung, Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Hasan Sadikin
(RSHS) Bandung mencatat dalam waktu 10 hari berturut-turut sejak 21
Maret 2009 terdapat 12 pasien akibat keracunan dekstro.
c. 1 April 2009, Kab. Bandung, Seorang remaja, Komara (15) ditemukan
tewas terlentang di kebun sayuran dengan hidung dan mulut korban
mengeluarkan darah segar setelah menenggak puluhan dekstro.
d. 4 April 2009, Kota Banjar, Topan alias Olive, warga Tuguraja Kec.
Cihideung Tasikmalaya tewas akibat overdosis pil dekstro.
e. 8 April 2009, Kab. Kuningan, Seorang siswa kls VI SD tewas dan dua
lainnya kritis setelah menelan obat dekstro yang dioplos dengan mnimuan
keras jenis vodka.
f. 19 April 2009, Kota Bandung, Seorang remaja W (18) tak sadarkan diri
setelah menelan 30 pil dekstro, pasien sudah setahun memakai obat
tersebut.
g. 4 Mei 2009, Kota Bandung, Seorang rmaja 12 tahun masuk Instalasi
Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung
dengan gangguan napas dan kesadaran setelah menenggak pil dekstro.
h. 9 Mei 2009, Kab. Tasikmalaya, dua pelajar SMP kelas IX Kec. Cipatujah
Kab. Tasikmalaya, tewas diduga karena overdosis setelah mengonsumsi
pil dekstro sejumlah 60 butir.
i. 16 September 2010, Kab. Tasikmalaya, dua pelajar tewas setelah diduga
karena menelan obat-obatan jenis dekstro sebanyak 20 butir tiap orang.
j. 19 Mei 2011, Tasikmalaya, Seorang remaja 16 tahum tewas setelah
menelan 16 butir dekstro yang dicampur dengan rokok berbahan dasar
tanaman liar, bunga dan daun kecubung, dan minuman tuak.
k. 14 November 2011, Kab. Cirebon, Sedikitnya seratus warga Blok Silampit
Desa Setu Patok Kec. Mundu berusia 13-30 tahun mencandu pil dekstro
(dextromethorphan) selama betahun-tahun. Para pecandu itu bahkan tak
segan-segan mencekoki warga lainnya yang berumur sembilan tahunan
minum dekstro sehingga memungkinkan bertambahnya jumlah pecandu.
l. 24 November 2011, Kab. Tasikmalaya, seorang pelajar nyaris tenggelam
setelah mabuk-mabukan dan mengonsumsi pil dekstro. Pelajar tersebut
menceburkan diri ke sungai setelah gurunya mendatangi warung tempat ia
mabuk-mabukan.
Tren mabuk obat batuk yang dilakukan banyak anak sekolah adalah salah satu
cara murah-meriah bagi mereka untuk “teler” dan bersantai mengusir stres. Tren
ini bisa dicegah dengan pengawasan orangtua dan pihak berwenang di sekolah.
Berikut yang harus Anda perhatikan:
a. Ketahui jenis obat yang paling sering disalahgunakan. Mabuk obat
batuk biasanya menggunakan obat-obatan yang mengandung DMP.
Banyak obat batuk, pilek, dan flu generik yang mengandung DMP. Tapi,
Komix, Coricidin, dan Robitusin adalah merek obat yang paling banyak
digunakan.
b. Ketahui istilah lain dari obat tersebut. DMP memiliki banyak istilah di
kalangan remaja. Pil dekstro, CCC, triple C, skittles, robo, red devil, sirup
dekstro, adalah istilah lain penyebutan obat DMP.
c. Periksa kembali kotak obat di rumah. Tidak ada orang tua yang ingin
menjadi pemasok obat terlarang untuk anak-anaknya. Artinya, Anda harus
memperhatikan dan pantau dengan baik setiap obat yang Anda miliki di
rumah. Jangan sampai, salah satu obat yang Anda miliki mengandung zat-
zat yang justru berbahaya.
e. Jadi panutan yang baik. Perilaku anak adalah cerminan dari orang tua.
Itu sebabnya, berusalah untuk selalu jadi panutan yang baik bagi anak-
anak Anda. Tidak susah, kok. Dimulai dari taat aturan dalam
mengonsumsi obat, misalnya. Minumlah obat dalam dosis yang memang
sudah ditentukan oleh dokter ataupun yang tertera pada kemasan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Di era modern ini, obat-obat yang disalahgunakan bukan hal yang sulit lagi
didapatkan. Bahkan obat-obat yang beredar dipasaran terkadang disalahgunakan
oleh banyak remaja saat ini seperti penyalahgunaan dektrometrophan. Untuk itu,
sebagai tenaga medis, sebaiknya harus memahami penyalahgunaan dekstro yang
marak terjadi dimasyarakat dan tentu juga cara panggulangan dan pencegahan
penyalahgunaan obat dektstro tersebut.
Dan yang lebih utama, kita dapat lebih bijak menghormati kesehatan otak dan
tubuh kita. Betapapun, kesehatan adalah harta tak ternilai yang telah
dianugerahkan Tuhan yang patut kita syukuri dan kita rawat. Lebih jauh dari itu,
kita bisa ikut menjaga hilangnya akal sehat pada satu generasi berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Badan POM RI. Info POM - Vol.13 No. 6 November-Desember 2012.