05 - Tetapan Fisika PDF
05 - Tetapan Fisika PDF
TETAPAN FISIKA
Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan laporan praktikum Tetapan Fisika dengan baik. Terdapat berbagai kendala
dalam perjalanan menyelesaikan praktikum dan laporan. Namun hal ini tidak mengurungkan
niat kami untuk menyelesaikan laporan praktikum ini. Maka kami ingin berterima kasih kepada
seluruh pihak yang telah membantu kami dalam proses pembuatan hingga penyelesaian laporan
praktikum ini, yaitu :
2. Dr. Hayun, M.Si., Apt. sebagai responser pada praktikum Tetapan Fisika
Akhir kata, semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
dapat dipergunakan sebaik – baiknya. Penulis menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang
sempurna, maka penulis terbuka bagi kritik dan saran yang membangun demi peningkatan
kualitas laporan praktikum berikutnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
3.2.1 Alat.................................................................................................................................. 9
4.2 Pembahasan.......................................................................................................................... 25
iii
4.2.1 Rotasi Jenis ................................................................................................................... 25
LAMPIRAN ................................................................................................................................. 31
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Tetapan Fisika adalah tetapan dasar yang teramati di alam dan muncul dalam
persamaan dasar fisika. Fungsi Tetapan Fisika adalah untuk mengidentifikasi suatu
senyawa dan uji kemurnian. Untuk melakukan identifikasi dan uji kemurnian maka
diperlukan suatu baku pembanding atau dapat ditentukan dengan melihat temperatur
yang ada di buku literatur, dengan syarat keadaan saat pengukuran tetapan fisika dibuat
sedemikian rupa sehingga sama dengan standar yang ada di literatur.
Adapun tetapan fisika antaralain adalah rotasi optik, indeks bias, suhu lebur, bobot
jenis. Prinsip dari rotasi optik adalah senyawa memiliki besar sudut pemutaran bidang
polaritas yang terjadi jika sinar terpolarisasi dilewatkan melalui cairan. Indeks bias
ditentukan dengan perbandingan kecepatan cahaya dalam udara dengan kecepatan
cahaya dalam zat tersebut. Penentuan suhu lebur didasarkan pada sifat zat padat yang
akan berubah menjadi bentuk cairnya ketika molekul dari zat padat tersebut mendapatkan
energi yang cukup untuk memecah ikatan intermolekulernya. Tetapan fisika yang
terakhir adalah bobot jenis. Penetapan bobot jenis didasarkan pada perbandingan bobot
zat di udara pada suhu 25° terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama.
Adanya perbedaan nilai tetapan fisika membuktikan bahwa senyawa itu bukan atau
telah tercemar dengan kontaminan. Pada praktikum kali ini, kelompok kami melakukan
penetapan uji cemaran pada sampel yang diberikan dengan membandingkan nilai tetapan
fisika suatu sampel yang dilihat dari pengamatan dibandingkan dengan literatur.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
Cahaya putih merupakan cahaya polikromatik yang terdiri dari berbagai panjang
gelombang yang dapat bervibrasi kesegala arah. Cahaya putih dapat diubah menjadi
cahaya monokromatik (hanya terdiri dari satu panjang gelombang) dengan menggunakan
suatu filter atau sumber cahaya yang khusus. Cahaya monokromatik ini disebut cahaya
terpolarisasi. Interaksi suatu senyawa organik tertentu dengan cahaya terpolarisasi
dianalisis dengan polarimeter. Sedangkan polarimeter adalah alat yang digunakan untuk
mengukur besaran yang terjadi akibat interaksi suatu senyawa organik dengan cahaya
terpolarisasi.
Polarimeter digunakan untuk menentukan rotasi optik, konsentrasi, dan komposisi
isomer optis dalam campuran rasemiknya. Hasil dari polarimeter dapat dipakai untuk
menentukan konsentrasi isomer optis aktif dalam larutan yang tidak diketahui
konsentrasinya, menentukan rotasi optis/rotasi spesifik suatu isomer optis aktif, dan
menentukan komposisi enantiomer dalam campuran rasemiknya.
Pehitungan
Rumus perhitungan rotasi jenis zat cair dan zat padat
α = pengamatan rotasi yang terkoreksi dalam derajat pada suhu t dan panjang
gelombang x
t = suhu pengukuran rotasi dalam derajat Celcius
x = garis spektrum spesifik atau panjang gelombang cahaya yang digunakan
l = panjang tabung polarimeter dalam dm
d = bobot jenis zat cair atau larutan pada suhu pengamatan
p = kadar larutan dinyatakan sebagai jumlah g zat dalam 100 g larutan
c = kadar larutan dinyatakan sebagai jumlah g zat dalam 100 ml larutan
3
20°C dan suhu tersebut harus benar-benar diatur dan dipertahankan karena sangat
mempengaruhi indeks bias.
Harga indeks bias dinyatakan dalam farmakope Indonesia edisi empat dinyatakan
garis (D) cahaya natrium pada panjang gelombang 589,0 nm dan 589,6 nm. Umumnya
alat dirancang untuk digunakan dengan cahaya putih. Alat yang digunakan untuk
mengukur indeks bias adalah refraktometer ABBE. Untuk mencapai kestabilan, alat
harus dikalibrasi dengan menggunakan plat glass standart.
4
2. Refraktometer genggam digital (digital handheld refractometers).
3. Laboratorium atau refraktometer Abbe (Abbe refraktometers).
4. Proses refraktometer inline (inline process refrakctometers).
Refraktor Abbe ditemukan oleh Ernst Abbe (1840 - 1905) yang bekerja untuk
Perusahaan Zeiss di Jena, Jerman pada akhir 1800-an. Instrumen pertama terdiri dari
termometer dan air yang bersikulasi yang berfungsi untuk mengontrol suhu instrument
dan cairan. Mereka juga mempunyai penyesuaian untuk menghilangkan efek dari
disperse dan skala analog darimana bacaan diambil.
Refraktometer Abbe merupakan alat untuk mendeterminasi konsentrasi secara
cepat, kemurnian, kualitas-kualitas disperse dari sampel cair, padat dan plastik.
Refraktometer Abbe yaitu suatu refraktometer yang dilengkapi dengan termometer
sebagai pengukur suhu. Ini adalah bench-top device untuk pengukuran presisi tinggi dari
indeks bias. Syaratnya adalah hanya bahan yang jernih, transparan dan Opaque dapat
diukur pada sinar yang ditransmisikan dan direfleksikan. Prinsip pengukurannya dengan
sinar yang ditransmisikan sinar kasa atau sumber sinar prisma sampel telescope. Prinsip
kerja dari refraktometer sesuai dengan namanya adalah memanfaatkan refraksi cahaya.
Refraktometer Abbe adalah refraktometer untuk mengukur indeks bias cairan, padatan
dalam c
airan atau serbuk dengan indeks bias dari 1,300 sampai 1,700 dan presentase
padatan 0 sampai 95% alat untuk menentukan indeks bias minyak, lemak gelas optic,
larutan gula dan sebagainya, indeks bias antara 1,300 dan 1,700 dapat dibaca langsung
dengan ketelitian sampai 0,001 dan dapat diperkirakan sampai 0,0002 dari gelas skala di
dalam. Pengukuran dapat didasarkan atas prinsip bahwa cahaya yang masuk melalui
prisma cahaya hanya bisa melewati bidang batas antara cairan dan prisma kerja dengan
suatu sudut yang terletak dalam batas-batas tertentu yang ditentukan oleh sudut batas
antara cairan dengan alas. Cara menghitung indeks bias adalah
𝑐
n=
𝑣
Keterangan
n=indeks bias;
c=kecepatan cahaya di udara;
v=kecepatan cahaya dalam zat
5
Pada prakteknya refraktometer akan ditera pada skala sesuai dengan
penggunaannya. Sebagai contoh refraktometer yang dipakai untuk mengukur konsentrasi
larutan gula akan ditera pada skala gula. Begitu juga dengan refraktometer untuk larutan
garam, protein dan lain-lain. Faktor-faktor penting yang harus diperhitungkan pada
semua pengukuran refraksi adalah temperatur cairan dan jarak gelombang cahaya yang
dipergunakan untuk mengukur n. Pengaruh temperatur terhadap indeks bias gelas adalah
sangat kecil, tetapi cukup besar terhadap cairan dan terhadap kebanyakan bahan plastik
yang perlu diketahui indeksnya.
6
Penentuan titik lebur sediaan organik padat dapat dilakukan dengan metode
pipa kapiler, alat ini terdiri dari termometer yang diletakan di tengah cawan
pemanas yang berisi sampel, dipanaskan lalu diamati suhu pada saat zat mulai
melebur hingga selesai melebur. Jika tidak dinyatakan lain dalam monografi,
gunakan Metode III. Enam prosedur untuk penetapan jarak lebur atau suhu lebur
yang diberikan berikut ini bervariasi tergantung pada keadaan sifat dasar senyawa
yang diuji, antara lain:
1. Metode I
• zat padat suhu lebur tinggi (> 105°C)
• pada suhu kamar bentuk padat,
• jika zat tsb mengandung hidrat/mudah menyerap uap air
hidrat/uap air harus dihilangkan dulu.
• Pipa kapiler satu ujung tertutup.
2. Metode II
• zat padat suhu lebur rendah
• pada suhu kamar jika digerus bisa meleleh, dgn mudah masih dapat
diisikan ke pipa kapiler
• Jika partikel besar, suhu dinginkan dulu dan gerus hati-hati.
• Pipa kapiler satu ujung tertutup.
3. Metode III
• zat padat, tidak mengandung hidrat &/ tidak mengadung uap air.
• Tidak perlu dikeringkan dulu, langsung masukkan ke pipa kapiler
• jika ukuran partikel besar, gerus dulu. Pipa kapiler satu ujung
tertutup.
• Pada metode I dan III, zat setelah melebur mengalami destruksi.
4. Metode IV dan V
• alternatif Metode II, untuk zat padat suhu lebur rendah,
• setelah peleburan tidak terdestruksi, kembali seperti semula.
• Zat uji dimasukkan ke dalam pipa kapiler dalam keadaan cair, lalu
dinginkan kembali.
• Pipa kapiler kedua ujungnya terbuka.
• Metode IV, suhu lebur diamat pada saat senyawa yang diamati
dalam pipa kapiler menaik (memuai).
• Metode V, suhu lebur diamati pada saat senyawa mulai menetes.
7
5. Metode VI
Sama seperti Metode I, tetapi menggunakan alat lain yang memiliki
detektor tertentu.
8
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.2.1 Alat
Polarimeter
Tabung Polarimeter
9
Timbangan Analitik
Labu Ukur 25 ml
Pipet Tetes
10
Corong
Erlenmeyer
Gambar Kegunaan
Alat
11
Untuk
mengambil dan
memindahkan
Pipet tetes
cairan dalam
jumlah yang
sedikit
12
Spirtus dan Korek Membakar pipa kapiler
Gambar Kegunaan
Alat
Untuk mengukur
Piknometer
bobot jenis
13
Untuk
menimbang
Timbangan bobot
Analitik piknometer
dan/atau +
sampel
3.2.2 Bahan
Kloramfenikol
Etanol
14
3.2.2.2. Indeks Bias
Gambar
Bahan
Etanol
Air Destilasi
Tissue
15
3.2.2.3. Suhu Lebur
Bahan Gambar
Paracetamol
Kloramfenikol
Gambar
Bahan
16
Air Destilasi
17
1. Masukkan colokan power ke sumber power. Tunggu 5 menit agar temperatur
stabil.
2. Buka kompartemen sampel (5). Pasang tabung polarimeter yang dipenuhi
dengan air destilasi ke dalam tempat sampel.
3. Lihat melalui eyepiece (2) dan putar ke kiri atau kanan sampai
memungkinkan untuk melihat bidang dengan jelas. Putar selection wheel (3)
sampai skala (4) membaca zero pada kedua sisi. Satu bidang kuning-jingga
yang sama-sama jelas harus terlihat.
4. Letakkan tabung polarimeter dengan cairan yang akan diukur ke dalam
kompartemen pengukuran. Pastikan tidak ada gelembung udara dalam
tabung.
5. Tutup kompartemen sampel. Amati bidang melalui eyepiece dan fokuskan.
6. Putar selection wheel (3) sampai bidang penjelas yang seragam didapat.
7. Baca skala dengan dua vernier yang berlawanan.
8. Untuk sebagian besar bahan pada panjang gelombang 589 nm, sudut rotasi
akan berkurang 0,3% ketika suhu meningkat 1°C.
Pembacaan Skala
1. Skala memiliki 360° bagian dengan masing-masing bagian 1°. Vernier
memiliki 20 bagian yang setara dengan 19 bagian pada skala.
2. Dua kaca pembesar pembacaan (1) kecil tersedia untuk kemudahan
pembacaan skala dan mounted di eyepiece.
3. Tanpa menyentuh selection wheel (3), baca dua vernier yang berlawanan.
18
α1 dan α2 dibaca dari dua vernier yang berlawanan. Jika 1 = 2, alat berada pada
posisi tengah yang secara tepat dijustifikasi.
Pengisian Tabung Polarimeter
19
6. Kemudian tutup lagi dengan cara menunjukkan dan menurunkan prisma
bagian atas.
7. Sambil melihat alat, putar penyesuaian prisma (dibagian kanan bawah),
sambil terlihat antara gelap dan terang. Bila perlu sesuaikan posisi lampu
untuk mendapatkan pencahayaan terbaik sehingga batas terang gelap berada
tepat di persilangan diagonal.
8. Tekan tombol yang disebelah kiri sehingga skala tersinari dan baca harga
indeks bias yang tertera.
9. Buka prisma, gosok perlahan dengan kain bersih yang dibasahi aseton,
sehingga kering ditutup prisma dan matikan lampu.
20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pembacaan
Bahan Gambar
Rotasi Optik
Etanol +
142,9
Kloramfenikol
21
4.1.2 Indeks Bias
24,8°C)
2 Aseton 1,3514
22
4.1.3 Suhu Lebur
23
4.1.4. Bobot Jenis
24
4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini, kami diberikan dua bahan yaitu air destilasi dan aseton.
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengukur besarnya indeks bias bahan yang
disediakan dan membandingkannya hasil tersebut dengan literatur yang sudah ada.
Pengukuran indeks bias dilakukan dengan menggunakan Refraktometer Abbe’dan
suhu yang digunakan dalam percobaan refraktometer adalah 24,8°C.
25
Pertama, prima bagian atas dari Refraktometer Abbe’ dibuka. Lalu, kedua
permukaan prisma terlebih dahulu dibersihkan dengan tissue yang telah dibasahi
dengan etanol secara searah dengan hati-hati agar prisma tidak tergores dan rusak yang
dapat mempengaruhi hasil pembacaan indeks bias.
Etanol digunakan sebagai pembersih prisma karena etanol memiliki sifat yang
mudah menguap sehingga etanol tidak akan meninggalkan sisa pada permukaan.
Etanol dapat menghilangkan zat yang ada sebelumnya atau kontaminasi yang ada pada
permukaan prima sehingga kaca prisma menjadi steril.
Cairan diteteskan pada permukaan prisma, kemudian prisma ditutup dan dikunci.
Lalu, menggunakan pemutar bagian bawah refractometer untuk mendapatkan dan
menajamkan batas antara warna gelap dan terang. Sedangkan, untuk mengatur warna
dapat menggunakan pemutar bagian atas.
Cairan pertama yaitu air destilasi yang diukur memiliki nilai indeks bias sebesar
1,332. Menurut literatur, indeks bias dari air destilasi adalah 1,3325. Perbedaan indeks
bias air destilasi menurut literatur dan hasil pengamatan yaitu sebesar 0,0005. Hal ini
dikarenakan oleh perbedaan suhu pengukuran. Seharusnya, hasil yang didapatkan
dapat akurat apabila dilakukan pada suhu 25°C, bukan pada suhu 24,8°C.
Cairan kedua yaitu aseton yang diukur memiliki nilai indeks bias sebesar 1,3514.
Menurut literatur, indeks bias dari aceton adalah 1,36. Perbedaan indeks bias aceton
menurut literatur dan hasil pengamatan yaitu sebesar 0,008587. Hal ini dikarenakan
oleh perbedaan suhu pengukuran. Seharusnya, hasil yang didapatkan dapat akurat
apabila dilakukan pada suhu 25°C, bukan pada suhu 24,8°C. Pada pengukuran indeks
bias aseton dilakukan dengan cepat. Hal ini dikarenakan oleh sifat aseton yang mudah
menguap. Apabila pengamatan dilakukan terlalu lama, maka aseton lama kelamaan
akan menguap dan tidak menampakkan hasil yang diinginkan saat dibaca
menggunakan lensa. Sehingga, jika ingin melihat lagi dalam jangka waktu yang lama,
harus dilakukan pengulangan penetesan aseton pada permukaan prisma (Nayiroh,
2016).
27
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari data hasil pengamatan pada praktikum tetapan fisika kali ini, dapat
disimpulkan bahwa :
1. Penentuan Rotasi Optik Kloramfenikol
28
+ sampel sebesar 25,6211 g (Bobot cairan 10,1341 g). Dari data yang diperoleh dapat
dihitung bobot jenis dari larutan NaCl yaitu sebesar 1,9425 g/ml.
5.2 Saran
29
DAFTAR ACUAN
Arrahman, A, et al. (2017). Buku Penuntun Praktikum Analisis Farmasi Dasar. Depok.
British Pharmacopoiea 2009 Volume I & II. Monographs: Medicinal and Pharmaceutical
Substances Chloramphenicol. pp 1239-1241
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1979). Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Nayiroh, N. (2016). Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2015/2016 . Malang.
30
LAMPIRAN
31
32