Pendahuluan
Dalam dunia pendidikan sering dijumpai istilah taksonomi, yang merupakan
sebuah istilah dalam pengelompokkan ranah penilaian tujuan pendidikan. Kata
taksonomi diambil dari bahasa Yunani yaitu Tassein yang berarti untuk
mengklasifikasi dan Nomos yang berarti aturan. Taksonomi dapat diartikan sebagai
klasifikasi berhirarki dari sesuatu, atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Semua hal
yang bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian sampai pada kemampuan berfikir,
dapat di klasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi.
Dari beberapa definisi tentang taksonomi, dapat ditarik sebuah pengertian bahwa
taksonomi merupakan pengklafikasian berdasarkan tingkatan tertentu. Lebih khusus
lagi dalam dunia pendidikan, taksonomi adalah pengklasifikasian terhadap tingkat
kemampuan peserta didik dalam mencapai tujuan belajar mengajar baik ditinjau dari
aspek kognitif, afektif, dan juga psikomotor.
Untuk mencapai tujuan hasil belajar yang terarah maka diperlukan yang
namanya taksonomi tujuan pendidikan. Taksonomi tujuan pendidikan merupakan
sebuah kerangka acuan untuk mengelompokkan kompetensi yang diharapkan tercapai
oleh peserta didik sebagai dampak dari hasil sebuah pembelajaran. Taksonomi juga
merujuk pada tujuan pembelajaran yang diharapkan agar dengan adanya taksonomi ini
para pendidik dapat mengetahui secara jelas dan pasti apakah tujuan instruksional
pelajaran bersifat kognitif, afektif atau psikomotor. Jadi, fungsi utama taksonomi
pendidikan adalah digunakan sebagai acuan untuk menganalisis tujuan pembelajaran,
kesesuaian bahan ajar dengan tujuan yang ingin dicapai, kesesuaian tujuan dengan
evaluasi, dan kesesuaian bahan ajar dengan evaluasi. Sehingga berdasarkan taksonomi
itu memberikan rambu-rambu yang jelas ketika menetapkan kata kerja dalam rumusan
indikator pencapaian hasil belajar, yang akan dijadikan landasan oleh pendidik dalam
menyusun inetrumen evaluasi hasil belajar.
Sejak publikasi taksonomi Bloom pada tahun 1956, telah terjadi perkembangan
taksonomi pendidikan, sampai yang baru-baru ini Clarkson, Bishop, dan Seah (2010)
mengembangkan taksonomi lima tingkat dari Mathematical Wellbeing dengan
mempertimbangkan dimensi kognitif dan afektif dari Bloom dan menambahkan
taksonomi emosional. Beberapa taksonomi dalam pendidikan yang telah banyak
digunakan pada pendidikan sains saat ini, antara lain taksonomi: Bloom (1956), SOLO
(1982, 1995), McCormack and Yager (1989), Marzano (1998); Anderson dan
Krathwohl (2001), Fink (2003), dan Marzano & Kendall (2001, 2007).
Evaluation
Synthesis
Analysis
Application
Comprehension
Knowledge
SOLO (Structure of the Observed Learning Outcome) diajukan oleh Biggs dan
Collis (1995). Taksonomi ini berguna untuk menandai berbagai tingkat pertanyaan dan
tanggapan atau respon peserta didik sesuai yang diharapkan. Menurut Biggs dan
Collins, secara sederhana kemampuan kognitif dapat diartikan sebagai suatu proses
berfikir atau kegiatan intelektual seseorang yang tidak dapat secara langsung terlihat
dari luar. Apa yang terjadi pada seseorang yang sedang belajar tidak dapat diketahui
secara langsung tanpa orang itu menampakkan kegiatan yang merupakan fenomena
belajar. Kemampuan kognitif yang dapat dilihat adalah tingkah laku sebagai akibat
terjadinya proses berfikir seseorang. Dari tingkah laku yang tampak itu dapat ditarik
kesimpulan mengenai kemampuan kognitifnya. Kita tidak dapat melihat secara
langsung proses berfikir yang sedang terjadi pada seorang siswa yang sedang
dihadapkan pada sejumlah pertanyaan, akan tetapi kita dapat mengetahui kemampuan
kognitifnya dari jenis dan kualitas respons yang diberikan.
Creat
Evaluate
Knowledge Domain
Analyze
Factual Conceptual Procedural Metacognition
Apply
Understand
Remember
Fokus revisi lebih menekankan pada proses kognitif dan jenis pengetahuan,
bukan pada item asesmen yang merupakan fokus dari taksonomi Bloom sebelunya
(Krathwohl, 2002). RBT biasanya diasumsikan hierarkis berdasarkan permintaan
kognitif atau kompleksitas kognitif, mirip dengan taksonomi Bloom sebelumnya.
Tujuan yang dinyatakan RBT adalah klasifikasi tujuan pembelajaran, yang masing-
masing terdiri dari kata kerja (proses) dan kata benda (pengetahuan). Serupa dengan
OBT, tiga tingkat yang lebih rendah kadang-kadang diidentifikasi sebagai surface
learning dan tiga tingkat atas sebagai tahap deep learning (Spring, 2010; Stanny,
2016).
Dee Fink (2003) mengajukan taksonomi yang tidak hierarkis, yang mencakup
domain yang lebih luas dengan pengecualian domain psikomotor, dan meyebutnya
dengan Taxonomy of Significant Learning (TSL). Fink menganjurkan ungkapan
capaian pembelajaran dalam enam bagian, yakni: foundational knowledge,
application, integration, human dimension, caring, dan learning how to learn.
Deskripsi masing-masing bagian diperlihat pada Tabel 3. Serupa dengan taksonomi
Anderson (2001) dalam penekanannya adalah pada metakognisi (belajar untuk belajar)
dan juga mencakup aspek-aspek yang lebih afektif seperti human dimension dan caring:
mengidentifikasi / mengubah perasaan seseorang.
Tabel 3. Taxonomy of Significant Learning (Fink, 2003).
TSL Deskripsi
learning how to learn Menjadi murid yang lebih baik; menanyakan tentang subjek;
mengarahkan diri peserta didik
caring Mengembangkan perasaan, minat, nilai baru.
human dimension Belajar tentang diri sendiri, orang lain.
integration Sambungan ide, orang, alam kehidupan.
application Keterampilan; pemikiran kritis, kreatif, dan praktis; mengelola
tugas proyek.
foundational Memahami dan mengingat informasi ataupun ide
knowledge
Marzano dan Kendall (2007) mengusulkan apa yang disebutnya dengan The New
Taxonomy of Educational Objectives. Mereka membingkai ulang tiga domainnya
Bloom, dan mengkategorikan kegiatan belajar yang mereka gambarkan dengan enam
level pemrosesan pengetahuan (Gambar 3). Setiap level pemrosesan pengetahuan
dapat terjadi pada masing-masing dari tiga domain (Information, Mental Procedures,
dan Psychomotor Procedures). Empat level pemrosesan pengetahuan yang pertama
adalah kognitif, dimulai dengan Retrieval yang tidak kompleks, kemudian bergerak ke
atas dengan meningkatnya kompleksitas melalui Comprehension, Analysis, dan
Knowledge Utilisation. Level kelima Meta-cognitive System, melibatkan spesifikasi
peserta didik tentang tujuan pembelajaran, pemantauan proses, kejelasan, dan
keakuratan belajar peserta didik. Level keenam Self System, melibatkan pemeriksaan
peserta didik tentang pentingnya belajar dan efikasi diri, yang juga melibatkan respons
emosional terhadap pembelajaran dan motivasi peserta didik.
Flow of processing and
information Domain
Self System
Knowledge Domain
Metacognitive System
Mental Psychomotor
Information
Cognitive System - Procedures Procedures
Knowledge utilization
Cognitive System -
Analysis
Cognitive System -
Comprehension
Cognitive System -
Retrival
Referensi
Biggs J. & Tang, C. (2011). Teaching for Quality Learning at University: What the
Student Does, Fourth Edition, McGraw-Hill Education. Berkshire, England.
Fink, D., L. (2003). Creating Significant Learning Experiences - An Integrated
Approach to Designing College Courses. Jossey-Bass, San Francisco.
Irvine, J. (2017). A Comparison of Revised Bloom and Marzano’s New Taxonomy of
Learning. Research in Higher Education Journal, 172608.
Krathwohl, D. R. (2002). A Revision of Bloom's Taxonomy: An Overview. Theory
Into Practice, Vol. 41, No. 4, p. 212-218.
Marzano, R., & Kendall, J. (2007). The New Taxonomy of Educational Objectives
(2nd ed.). Thousand Oaks, CA: Corwin Press.
Munzenmaier, C. & Rubin, N. (2013). Bloom’s Taxonomy Whats Old is New Again.
The eLearning Guild. Stony Point, Santa Rosa.
Prasida . (2016). Relative Effectiveness of Mc Cormack and Yager Taxonomy and
Bloom'S Taxonomy in Teaching Physics. International Education & Research
Journal [IERJ], Vol. 2, Issue : 12, p. 132-135.
Scriven, M. (2007). The logic of evaluation. In H.V. Hansen, et. al. (Eds), Dissensus
and the Search for Common Ground, p. 1-16). Windsor, ON: OSSA.
Spring, H. (2010). Learning and teaching in action. Health Information and Libraries
Journal, Vol. 27, No. 1, p. 327-331. doi:10.1111/j.1471-1842.2010.00880.x
Stanny, C. J. (2016). Reevaluating Bloom’s Taxonomy: What Measurable Verbs
Can and Cannot Say about Student Learning. Education Sciences, Vol. 37, No.
6; doi:10.3390/educsci6040037.