Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Al-Mauidzah Hasanah

Secara bahasa, mauizah hasanah terdiri dari dua kata, yaitu mauizah dan hasanah. Kata Mauidzah
berasal dari kata wa’adzaya’idzu-wa’adzan-‘idzatan yang berarti, nasihat, bimbingan, pendidikan, dan
peringatan. Sedankan Hasanah merupakan kebalikan dari sayyi’ah yang artinya kebaikan.

Secara istilah, ada beberapa pendapat antara lain:

Menurut Imam Abdullah bin Ahmad an-Nasafi yang dikutip oleh H. Hasanuddin, Al-Mauizhah Hasanah
adalah perkataan-perkataan yang tidak tersembunyi bagi mereka, bahwa engkau memberikan nasihat
dan menghendaki manfaat kepada mereka atau dengan Al-Quran.

Menurut Abd. Hamid Al-Mauizhah Hasanah merupakan salah satu metode dalam dakwah untuk
mengajak ke jalan Allah dengan memberikan nasihat atau membimbing dengan lemah lembut agar
mereka mau berbuat baik.

Jenis-jenis Dakwah Al-Mauidzah Hasanah

Nasihat

Secara bahasa Nasihat berasal dari bahasa Arab yaitu Nashaha yang berarti khata yaitu menjahit.
Sebagian ahli ilmu berkata nasihat adalah perhatian hati terhadap yang dinasihati. Nasihat adalah salah
satu cara dari al-mauizah al-hasanah yang bertujuan mengingatkan bahwa segala perbuatan pasti ada
hukuman dan akibatnya.

Secara terminologi nasihat adalah memerintah atau melarang atau menganjurkan yang dibarengi dengan
motivasi dan ancaman. Nasihat harus berkesan dalam jiwa atau mengikat jiwa dengan keimanan dan
petujuk. Sesuai dengan firman Allah dalam Al-Quran.

öqs9ur $¯Rr& $oYö;tFx. öNÍköŽn=tã Èbr& (#þqè=çFø%$# öNä3|¡àÿRr& Írr& (#qã_ã ÷z$# `ÏB Nä.Ì »tƒÏŠ $¨B
çnqè=yèsù žwÎ) ×@ŠÎ=s% öNåk÷]ÏiB ( öqs9ur öNåk¨Xr& (#qè=yèsù $tB tbqÝàtãqム¾ÏmÎ/ tb%s3s9 #ZŽö yz
öNçl°; £‰x©r&ur $\G Î7÷Vs?
Artinya: “Dan Sesungguhnya kalau kami perintahkan kepada mereka: “Bunuhlah dirimu atau keluarlah
kamu dari kampungmu”, niscaya mereka tidak akan melakukannya kecuali sebagian kecil dari mereka.
dan Sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal
yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka)”.

Nasihat dalam berdakwah mengajak manusia kepada akidah yang benar dan melarang mereka mengikuti
akidah yang rosak, seorang aktiviti dakwah sebaiknya lebih banyak menggunakan metode memberi
nasihat yang baik daripada metode berbantah, metode menyanyangi dan berbelas kasih daripada
metode mengingkari dan mencela. Dia memilih metode yang disukai dan ucapan-ucapan yang beradab.

Tabsyir Wa Tandzira

a. Pengertian Tabsyir

Tabsyir secara bahasa berasal dari kata basyara yang berarti memperhatikan, merasa senang. Menurut
Quraish Shihab basyara berarti penampakan sesuatu dengan baik dan indah. Dalam bahasa Arab
basyara artinya kulit, karena kulit yang membuat kelihatan indah. Kata tabsyir diartikan dengan berita
gembira karena membawa keindahan dan kebaikan.

Tabsyir dalam istilah dakwah adalah penyampaian dakwah yang berisi kabar-kabar yang
menggembirakan bagi orang-orang yang mengikuti dakwah. Terminologi tabsyir dalam konteks dakwah
adalah informasi, berita yang baik dan indah sehingga boleh membuat orang gembira untuk menguatkan
keimanan sekaligus sebagai sebuah harapan dan menjadi motivasi dalam beribadah serta beramal soleh.

Tandzir menurut istilah dakwah adalah penyampaian dakwah di mana isinya berupa peringatan terhadap
manusia tentang adanya kehidupan akhirat dengan segala konsekuensinya. Menurut penulis, tandzir
adalah ungkapan yang mengandung unsur peringatan kepada orang yang tidak beriman atau kepada
orang yang melakukan perbuatan dosa atau hanya untuk tindakan preventif agar tidak terjerumus pada
perbuatan dosa dengan bentuk ancaman berupa seksaan di hari kiamat.

Tujuan-tujuan Tabsyir

Menguatkan atau memperkokoh keimanan,

Memberikan harapan,

Menumbuhkan semangat untuk beramal,


Menghilangkan sifat keragu-raguan.

Bentuk-bentuk tandzir

Kata tandzir atau indzar secara bahasa berasal dari kata na-dza-ra, menurut Ahmad bin Faris adalah
suatu kata yang menunjukan untuk menakutkan. Tandzir menurut istilah dakwah adalah penyampaian
dakwah dimana dimana isinya berupa peringatan terhadap manusia tentang adanya kehidupan akhirat
dengan segala konsekuesinya

Bentuk-bentuk tandzir, yaitu:

Penyebutan nama Allah

Konsep ini diberikan kepada orang yang ketagihan kesenangan terlarang.

Menunjukan keburukan

Meskipun manusia suka berbuat jahat, terkadang mereka berusaha menutupinya agar tidak ketahuan
oleh orang lain. Dengan adanya pengungkapan keburukan, terkadang dapat menyadarkan manusia
untuk kembali kepada kebaikan sehingga mereka menjadi sadar.

Pengungkapan bahayanya

Menakut-nakuti manusia agar tidak berbuat dosa, dapat dilakukan dengan mengungkapkan bahayanya
doa tersebut.

Penegasan adanya bencana segera

Menakut-nakuti manusia agar tidak melakukan kriminal dan kezaliman, dapat dilaksanakan dengan
menegaskan adanya bencana dan kemelaratan yang akan menimpanya.

Penyebutan peristiwa akhirat

Kita dapat mendorong manusia agar mengerjakan bermacam-macam kebaikan dan meninggalkan
berbagai kejahatan, dengan menyebut berbagai peristiwa akhirat seperti azab neraka.

Wasiat
Secara etimologi kata wasiat berasal dari bahasa Arab dari kata Washa-Washiya-Washiatan, yang berarti
pesan penting berhubungan dengan sesuatu hal. Secara terminology wasiat adalah sarana untuk
mencapai tujuan dakwah. Bila dikaitkan dengan kebenaran, wasiat adalah profil paling cemerlang untuk
tegak menjaga kebenaran dan kebaikan. Bila dikaitkan dengan kesabaran, wasiat mampu mengerakkan
potensi umat untuk semakin kuat dan tegar dalam kebenaran, dalam mencapai tujuan kesatuan
perjalanan solidariti umat dalam semangat pantang menyerah.

Pengertian wasiat dalam konteks dakwah adalah ucapan berupa arahan (taujih) kepada orang lain
(mad’u) terhadap sesuatu yang belum dan akan terjadi.

Bentuk wasiat yang mempunyai internalisasi dengan dakwah

Bentuk Wasiat dalam Al-Quran

Allah berfiraman dalam Al-Quran surat An-Nisa: 131

¬!ur $tB ’Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# $tBur ’Îû ÇÚö‘F{$# 3 ô‰s)s9ur $uZøŠ¢¹ur tûïÏ%©!$# (#qè?ré& |=»tGÅ3ø9$#
`ÏB öNà6Î=ö6s% öNä.$ƒÎ)ur Èbr& (#qà)®?$# ©!$# 4

”Dan kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi, dan sungguh kami Telah memerintahkan
kepada orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada
Allah”.

Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah melalui para nabi dan kitab suci yang telah diturunkan kepada
mereka telah mewasiatkan kepada orang-orang yang telah diberi kitab suci sebelum ummat Islam, yaitu
para umat nabi Ibrahim, Daud, Musa, dan Isa. Dan Allah juga mewasiatkan kepada umat Islam agar
bertaqwa kepada Allah. Kandungan wasiat diatas adalah takwa. Jadi, bila dikaitkan dengan dakwah maka
wasiat dalam konteks ini adalah ucapan seorang da’I kepada mad’u yang bermuatan perintah tentang
sesuatuyang bermanfaat dan mencakup kebaikan di masa yang akan datang.

Bentuk wasiat dalam hadits

Anjuran berwasiat kepada kitab Allah

Wasiat nabi untuk para ulama

Wasiat nabi untuk para wanita


Konsepsi wasiat dalam metode dakwah

Tantangan bagi aktivis dakwah adalah tuntutan untuk merumuskan konsep secara professional. Tuntutan
tersebut bagi da’I dalam medan dakwah sudah diingatkan oleh nabi SAW, lewat sabdanya yang berbunyi:
sesungguhnya Allah sangat senang jika salah seorang diantara kamu melakukan sesuatu dengan cara
yang tekun (professional). Diantar unsur tersebut adalah esensi wasiat dalam dakwah, kapan wasiat
diberikan kepada Mad’u, materi apa yang harus diberikan dalam wasiat, dan apa efek wasiat terhadap
mad’u.

Kisah

Bercerita tentang kisah-kisah yang mengandung hikmah sangat efektif untuk menarik perhatian para
mad’u yang dapat membuat imaginasi yang atas peristiwa-peristiwa masa lampau mahupun yang akan
datang, bahkan hal ini adalah merupakan pola yang terbaik untuk dilakukan para da’i dan akan dengan
mudah merasuk ke dalam jiwa para komunikan khusus pada anak-anak. Kerana dengan mendengar
cerita seperti ini telah dicontohkan kepada Rasulullah SAW sejak dahulu, di mana ketika beliau
berdakwah, beliau seringkali bercerita tentang kisah kaum-kaum terdahulu agar dapat diambil hikmah
dari pelajarannya.

Anda mungkin juga menyukai