Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH MANAJEMEN FARMASI

METODE ABC

Disusun Oleh

Syarifatul Lutfiani G 701 18 072

Baso Hernandi G 701 18 121

Lita Farina G 701 18 005

Tendri Ampa G 701 18 054

Lusi Oktaviana T. Pakunda G 701 18 087

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

2019
KATA PENGANTAR

Penyusun mengucap puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan karunianya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “METODE
ABC” untuk memenuhi tugas matakuliah Manajemen Farmasi dengan baik.

Penyusun mengucapkan terimakasih kepada Dosen Manajemen Farmasi yang telah


membantu dan membimbing penyusun dalam proses pembuatan makalah ini dan juga kepada
teman-teman mahasiswa yang telah berkontribusi baik langsung maupun tidak langsung
dalam pembuatan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
penyusun pada khususnya. Seperti pepatah yang mengungkapkan bahwa “Tiada gading
yang tak retak” demikian pula dengan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan untuk itu penyusun mengharapkan saran dan kritik dari pembaca terutama
dosen pengampuh matakuliah Manajemen Farmasi yang bersifat membangun demi perbaikan
kearah kesempurnaan.

Akhir kata penyusun mengucapkan terimakasih.

Palu, 23 November 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………..………………………………. i

DAFTAR ISI ………………………………………….............................…..................... ii


BAB I PENDAHULUAN ……………………………….……………………………..... 1

BAB II PEMBAHASAN ……………………………….………………………………... 2

2.1. Definisi Metode ABC ………………………………………………………... 2

2.2. Prosedur Metode ABC ……………………………………………………….. 4

2.3. Manfaat Metode ABC ..........…………………………………………………. 4

2.4. Cara Perhitungan Metode ABC ……………..……………………………….. 4

2.5. Contoh Soal Metode ABC Sesuai Prosedur ………..………………………… 5

BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………… 8

3.1. Kesimpulan ..................……………………………………………………….. 8

DAFTAR PUSTAKA

i
BAB I
PENDAHULUAN

Analisa ABC (ABC analysis) atau dikenal dengan nama analisis pareto (Pareto
analysis) dibuat berdasarkan sebuah konsep yang dikenal dengan Hukum Pareto (Pareto’s
Law). Kata ‘Pareto’ berasal dari nama seorang ekonom Itali, Vilfredo Pareto. Hukum Pareto
menyatakan bahwa sebuah grup selalu memiliki persentase terkecil (20%) yang bernilai atau
memiliki dampak terbesar (80%). Sebagai contoh, 20% dari total barang biasanya bernilai
80% dari total nilai.

Analisis ABC adalah metode pembuatan grup atau penggolongan berdasarkan


peringkat nilai dari nilai tertinggi hingga terendah, dan dibagi menjadi 3 kelompok besar
yang disebut kelompok A, B dan C. Kelompok A biasanya sejumlah 10-20% dari
total item dan merepresentasikan 60-70% total nilai. Kelompok B berjumlah 20% dari total
item dan merepresentasikan 20% total nilai. Kelompok C biasanya berjumlah 60-70% dari
total item dan merepresentasikan 10-20% total nilai.

Pengelompokkan dengan menggunakan prinsip ini akan membantu seseorang untuk


bekerja lebih fokus pada item-item yang bernilai tinggi (grup A) dan memberikan kontrol yg
secukupnya untuk item-item yang bernilai rendah (grup C). Prinsip ABC ini bisa digunakan
dalam pengelolaan pembelian, stok barang, penjualan, dsb. Prinsip pengelompokan ABC
adalah :

1
BAB II
ISI
2.1 DEFINISI METODE ABC

Metode ABC atau Analisis ABC juga dikenal dengan nama analisis Pareto. Metode
ABC adalah metode dalam manajemen persediaan (inventory management) untuk
mengendalikan sejumlah kecil barang, tetapi mempunyai nilai investasi yang tinggi.

Metode ABC didasarkan pada sebuah konsep yang dikenal dengan nama Hukum
Pareto (Ley de Pareto), dari nama ekonom dan sosiolog Italia, Vilfredo Pareto (1848-
1923). Hukum Pareto menyatakan bahwa sebuah grup selalu memiliki persentase terkecil
(20%) yang bernilai atau memiliki dampak terbesar (80%). Pada tahun 1940-an, Ford
Dickie dari General Electric mengembangkan konsep Pareto ini untuk menciptakan
konsep ABC dalam klasifikasi barang persediaan.

Berdasarkan hukum Pareto, analisis ABC dapat menggolongkan barang berdasarkan


peringkat nilai dari nilai tertinggi hingga terendah, dan kemudian dibagi menjadi kelas-
kelas besar terprioritas, biasanya kelas dinamai A, B, C, dan seterusnya secara berurutan
dari peringkat nilai tertinggi hingga terendah, oleh karena itu analisis ini dinamakan
“Analisis ABC”. Umumnya kelas A memiliki jumlah jenis barang yang sedikit, namun
memiliki nilai yang sangat tinggi.

Tabel. Pareto ABC

Kelompok Jumlah Item Nilai


A 10% - 20 % Item 80%
B 20% - 40% Item 15%
C 60% Item 5%

Analisis ABC digunakan untuk menganalisa tingkat konsumsi semua jenis obat.
Analisis ini mengenai 3 kelas yaitu:
a) A (Always)
Obat harus ada karena berhubungan dengan pengendalian dalam pengadaannya.
Persentase kumulatifnya antara 75%-80%. Kelas A tersebut menunjukkan 10%-20%
macam persediaan memiliki 70%-80% dari total biaya persediaan. Hal ini berarti

2
persediaan memiliki nilai jual yang tinggi sehingga memerlukan pengawasan ekstra
dan pengendalian yang harus baik (Quick, 1997).
b) B (Better)
Kelas B, 20-40% item obat di rumah sakit dengan alokasi dana 10-15% dari
keseluruhan anggaran obat. Persentase kumulatifnya antara 80-95% (Quick, 1997).
c) C (Control)
Obat mempunyai nilai yang rendah, yaitu sekitar 5% namun jumlah obat sangat
banyak, yaitu mencapai 60%. Karena obat selalu tersedia maka pengendalian pada
tingkat ini tidak begitu berat. Persentase kumulatifnya antara 95%-100% (Quick,
1997).

Besarnya persentase ini adalah kisaran yang bisa berubah-ubah dan berbeda antara
perusahaan satu dengan yang lainnya (Maimun, 2008). Kelompok A adalah kelompok
yang sangat kritis sehingga perlu pengontrolan secara ketat, dibandingkan kelompok B
yang kurang kritis, sedangkan kelompok C mempunyai dampak yang kecil terhadap
aktivitas gudang dan keuangan (Maimun,2008).

Dalam keterkaitannya dengan persediaan di IFRS maka yang dimaksud kelompok A


adalah kelompok obat yang harganya mahal, maka harus dikendalikansecara ketat yaitu
dengan membuat laporan penggunaan dan sisanya secara rinci agar dapat dilakukan
monitoring secara terus menerus. Oleh karena itu disimpan secararapat agar tidak mudah
dicuri bila perlu dalam persediaan pengadaannya sedikit atau tidak ada sama sekali
sehingga tidak ada dalam penyimpanan. Sedangkan pengendalian obat untuk kelompok
B tidak seketat kelompok A. Meskipun demikian laporan penggunaan dan sisa obatnya
dilaporkan secara rinci untuk dilakukan monitoring secara berkala pada setiap 1-3 bulan
sekali. Cara penyimpanannya disesuaikan dengan jenis obat dan perlakuannya.
Pengendalian obat untuk kelompok C dapat lebih longgar pencatatan dan pelaporannya
tidak sesering kelompok B dengan sekali-kali dilakukan monitoring dan persediaan dapat
dilakukan untuk 2-6 bulan dengan penyimpanan biasa sesuai dengan jenis perlakuan
obat.Prinsip ABC ini dapat diterapkan dalam pengelolaan pembelian, inventory,
penjualan dan sebagainya. Dalam organisasi penjualan, analisis ini dapat
memberikaninformasi terhadap produk-produk utama yang memberikan revenue terbesar
bagi perusahaan. Pihak manajemen dapat meneruskan konsentrasi terhadap produk
ini,sambil mencari strategi untuk mendongkrak penjualan kelompok B (Maimun, 2008).

3
2.2 PROSEDUR METODE ABC

Prinsip utama metode ABC adalah dengan menempatkan jenis-jenis perbekalan


farmasi ke dalam suatu urutan, dimulai dengan jenis yang memakan anggaran terbanyak.
Urutan langkah sebagai berikut :

1. Kumpulkan kebutuhan perbekalan farmasi yang diperoleh dari salah satumetode


perencanaan, daftar harga perbekalan farmasi, dan biaya yangdiperlukan untuk tiap
nama dagang. Kelompokkan ke dalam jenis-jenis/katagori, dan jumlahkan biaya per
jenis/ katagori perbekalan farmasi.
2. Jumlahkan anggaran total, hitung masing-masing prosentase jenis perbekalanfarmasi
terhadap anggaran total.
3. Urutkan kembali perbekalan farmasi di atas mulai dari yang memakan prosentase
biaya paling banyak.
4. Hitung presentase kumulatif, dimuali dengan urutan 1 dan seterusnya.
5. Identifikasi perbekalan farmasi yang menyerap ± 70% anggaran perbekalan total.
6. Perbekalan farmasi katagori A menyerap anggaran 70%
7. Perbekalan farmasi katagori B menyerap anggaran 20%
8. Perbekalan farmasi katagori C menyerap anggaran 10%

(Depkes RI. 2008)

2.3 MANFAAT METODE ABC

Analisis klasifikasi ABC memiliki beberapa manfaat, diantaranya sebagai berikut:

1. Membantu manajemen dalam menentukan tingkat persediaan yang efisien


2. Memberikan perhatian pada jenis persediaan utama yang dapat memberikan cost
benefit yang besar bagi perusahaan
3. Dapat memanfaatkan modal kerja (workingcapital) sebaik-baiknya sehingga dapat
memacu pertumbuhan perusahaan
4. Sumber-sumber daya produksi dapat dimanfaatkan secara efisien yang pada akhirnya
dapat meningkatkan produktifitas dan efisiensi fungsi-fungsi produksi.
2.4 CARA PERHITUNGAN METODE ABC

1. Hitung jumlah dana yang dibutukan untuk masing-masing obat dengan cara
mengalikan jumlah obat dengan harga obat.

4
2. Tentukan rangkingnya mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil.
3. Hitung presentasenya terhadap total dana yang dibutuhkan.
4. Hitung kumulasi persennya.
5. Perbekalan farmasi kategori A termasuk dalam kumulasi 70%.
6. Perbekalan farmasi kategori B termasuk dalam kumulas 71-90%.
7. Perbekalan farmasi kategori C termasuk dalam kumulasi 90-100%

(Depkes RI. 2008)

Tahapan-tahapan dalam analisis ABC dengan menggunakan program Microsoft excel


adalah sebagai berikut :

a. Buat daftar list semua item dan cantumkan harganya


b. Masukkan jumlah kebutuhannya dalam periode tertentu.
c. Kalikan harga dan jumlah kebutuhan.
d. Hitung persentase harga dari masing-masing item.
e. Atur daftar list secara desending dengan nilai harga tertinggi berada di atas.
f. Hitung persentase kumulatif dari masing-masing item terhadap total harga.
g. Tentukan klasifikasinya A, B atau C.

(Maimun, 2008)

2.5 CONTOH SOAL METODE ABC SESUAI PROSEDUR


1. Hitung jumlah dana yang dibutukan untuk masing-masing obat dengan cara
mengalikan jumlah obat dengan harga obat.

NAMA OBAT PEMINATAN


HARGA (C) DxC
(ITEM) (D)

ABC 3.000 50 150.000

CDE 15.000 32 48.000

EFG 7.500 9 67.500

GHI 2.000 30 60.000

IJK 1.000 20 20.000

LMN 2.500 100 250.000

5
OPQ 150 3000 450.000

RST 12 1000 12.000

TUV 175 100 17.500

XYZ 500 25 12.500

2. Tentukan rangkingnya mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil.


3. Hitung presentasenya terhadap total dana yang dibutuhkan.
4. Hitung kumulasi persennya.

KUMULATIF
NO. ITEM DxC KELOMPOK
JUMLAH %

1. OPQ 450.000 450.000 41,4 A

2. LMN 250.000 700.000 64,4 A

3. ABC 150.000 850.000 78,2 B

4. EFG 67.500 917.500 84,4 B

5. GHI 60.000 977.500 89,9 B

6. CDE 48.000 1.025.500 94,3 C

7. IJK 20.000 1.045.000 96,1 C

8. TUV 17.500 1.063.000 97,7 C

9. XYZ 12.500 1.075.000 98,9 C

10. RST 12.000 1.087.500 100 C

5. Perbekalan farmasi kategori A termasuk dalam kumulasi 70%.


6. Perbekalan farmasi kategori B termasuk dalam kumulas 71-90%.
7. Perbekalan farmasi kategori C termasuk dalam kumulasi 90-100%.

6
KUMULATIF
KELOMPOK
JUMLAH %

A 20 64,4

B 30 25,5

C 50 10,1

TOTAL 100 100

7
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Analisis ABC adalah metode dalam manajemen persediaan (inventory management)


untuk mengendalikan sejumlah kecil barang, tetapi mempunyai nilai investasi yang
tinggi.

Berdasarkan hukum Pareto, analisis ABC dapat menggolongkan barang berdasarkan


peringkat nilai dari nilai tertinggi hingga terendah, dan kemudian dibagi menjadi kelas-
kelas besar terprioritas, biasanya kelas dinamai A, B, C, dan seterusnya secara berurutan
dari peringkat nilai tertinggi hingga terendah, oleh karena itu analisis ini dinamakan
“Analisis ABC”.

8
DAFTAR PUSTAKA

Maimun, Ali. 2008. Perencanaan Obat Antibiotik Berdasarkan Kombinasi Metode Konsumsi
dengan Analisis ABC dan Reorder point terhadap Nilai Persediaan dan Turn Over Ratio di
Instalasi Farmasi RS Darul Istiqomah Kaliwungu Kendal (Tesis). Universitas Diponegoro.
Semarang.
Quick dkk, J.D., Hume, M.L., Rankin, J.R.,O’Connor, R.W., 1997, Managing Drug Supply,
Management Sciences for Health, 7th printing, Boston, Massachussets.

Anda mungkin juga menyukai