Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

MANAJEMEN LOGISTIK MEDIK & NON MEDIK

MANAJEMEN PERSEDIAAN BARANG DI RUMAH SAKIT

Disusun Oleh:

Kelompok 8 Nilai
Nama/Nim Lutvy glerrita/SA21030
Muhammad al Maliki/SA21036
Tanggal 11 April 2023

Dosen : Hj. Liana Fitriani Hasymi, S,Pi.,M.Kes

LABORATORIUM MINI HOSPITAL


PRODI SARJANA ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN SAINS TEKNOLOGI
UNIVERSITAS BORNEO LESTARI
2023

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap rumah sakit baik itu rumah sakit ataupun puskesmas atau klinik selalu
memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaan, setiap rumah sakit akan dihadapkan
pada risiko bahwa rumah sakit nya pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan
para pasiennya. Hal ini bisa saja terjadi, karena tidak selamanya barang-barang atau
alat-alat medis tersedia pada setiap saat, yang berarti pula bahwa rumah sakit akan
kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan yang seharusnya didapatkan. Jadi,
persediaan sangat penting untuk setiap rumah sakit atau lun puskesmas.
Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan untuk digunakan memenuhi
kebutuhan tertentu, misalnya digunakan dalam proses produksi atau untuk dijual
kembali. Sebagai salah satu asset penting dalam sebuah perusahaan, pengendalian
terhadap persediaan merupakan suatu kegiatan penting yang mendapat perhatian khusus
dari manajemen perusahaan. Tujuan utama dari pengendalian persediaan adalah untuk
menjaga tingkat persediaan suatu barang pada tingkat yang optimal sehingga dapat
diperoleh penghematan. Hal ini dapat dilakukan secara efektif apabila dapat
menentukan berapa banyak suatu item barang yang akan dipesan pada suatu waktu dan
kapan dilakukan pemesanan ulang terhadap item barang tersebut. Pengendalian
persediaan ini menjadi lebih rumit karena adanya ketidakpastian akan permintaan suatu
barang oleh konsumen. Dalam hal ini peran peramalan diperlukan untuk
memperkirakan permintaan barang pada masa yang akan datang, dan informasi yang
dihasilkan dipergunakan sebagai dasar untuk membuat rencana pengendalian
persediaan.

1.2 Tujuan
1. Untuk melakukan analisis metode Metode Economic Order Quantity (EOQ)
2. Untuk melakukan analisis metode Reoder Point
3. Untuk melakukan analisis metode sistem ABC
4. Untuk melakukan analisis metode Material Requirement Planning (MRP)
5. Untuk melakukan analisis Periodic Review
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.3 manajemen persediaan

Persediaan adalah salah satu elemen utama dari modal kerja yang terus
menerus mengalami perubahan. Tanpa persediaan, perusahaan akan mengalami
risiko yaitu tidak dapat memenuhi keinginan pelanggang atas barang
produksi.Manajemen persediaan adalah kegiatan menentukan tingkat dan komposisi
persediaan. Kegiatan tersebut akan membantu perusahaan dalam melindungi
kelancaran produksi dengan efektif dan efisien.Penegendalian persediaan adalah
teknik menangani atau mengendalikan persediaan barang atau sumber daya pada
tingkat yang diinginkan.Persediaan merupakan suatu sumber daya menganggur
yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari pelanggan. Tanpa adanya
persediaan, suatu usaha akan menghadapi resiko pada waktu tertentu tidak dapat
memenuhi keinginan pelanggan yang memerlukan atau meminta barang. Oleh
karena itu persediaansenjata baru bagi perusahaan dalam menghadapi konsumen.
Kadang kala lebih dari 50% produk yang disimpan adalah produk yang jarang
sekali permintaannya.

Hal ini harus menjadi pertimbangan untuk menentukan jumlah persediaan yang
tepat untuk produk-produk tersebut. Apabila hal ini dibiarkan, maka akan
merugikan perusahaan karena banyak dana yang tertanam dalam produk tersebut.
Pada kenyataannya, menjaga persediaan bukanlah hal yang mudah apalagi
melibatkan jumlah item yang banyak. Sangat sulit menyelesaikan persoalan kapan
dan berapa item yang harus dibeli. Diperlukan keputusan yang tepat dalam
penentuan kebijakan sistem persediaan yang sesuai untuk perusahaan.

Secara umum, persediaan merupakan aset paling aktif yang dimiliki oleh suatu
perusahaan karena aktivitas keluar dan masuk barang berlangsung sangat cepat.
Persediaan merupakan salah satu hal yang berperan penting sebagai pendukung
jalannya kegiatan suatu perusahaan. Indah dkk. (2018) menyebutkan bahwa dalam
pengendalian persediaan diperlukan ketersediaan persediaan yang optimal karena
jika tidak optimal akan memberikan pengaruh pada proses produksi dan dapat
menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Pengendalian persediaan sangat penting
untuk mengoptimalkan persediaan agar tetap stabil dan sesuai dengan kebutuhan
agar proses produksi dapat berjalan dengan lancar (Apriyani & Muhsin, 2017).

Jadi, persediaan merupakan keseluruhan barang atau perlengkapan yang


digunakan bagi perusahaan, baik untuk menjalankan proses produksi ataupun
menjaga kelangsungan kegiatan operasional perusahaan, baik itu perusahaan
manufaktur ataupun perusahaan dagang yang bertujuan untuk memenuhi
permintaan konsumen. Persediaan juga merupakan salah satu aspek yang terpenting
bagi suatu perusahaan, karena sebagian besar atau lebih dari 50% modal dari
perusahaan berupa persediaan.
BAB III
METODELOGI

3.1 Tempat dan Waktu


Praktikum Klasifikasi Logistik perangkat lunak dan perangkat keras ini
dilaksanakan di laboratorium Mini Hospital Universitas Borneo Lestari , pada hari
Selasa, 11 April Pukul 09.40-12.10 WITA.

3.2 ALAT DAN BAHAN


a. Buku Teks manajemen logistik
b. Lembar Kerja Praktek Mahasiswa (LKPM)
c. Laptop
d. Internet
3.3 CARA KERJA
a. Bacalah definisi dari penyimpanan persediaan
b. Carilah di intermet masing-masing metode manajemen persediaan
c. Buatlah ke dalam tabel yang tersedia
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

4.1 Hasil Pengamatan

1.METODE ABC
Studi kasus Pada Gudang Farmasi Rumah Sakit Muhammadiyah Gresik
Penelitian di lakukan berawal dari pembuatan kelompok atau penggolongan
berdasarkan perangkat nilai dari nilai tertinggi hingga terendah dan dibagi menjadi 3
kelompok besar yang disebut kelompok A (nilai investasi tinggi), B (nilai investasi
sedang) dan C (nilai investasi rendah) sistem ABC dalam proses pengendalian
persediaan obat digolongkan menjadi salah satu dari kategori :
1) Kelompok A mewakili 20% obat dalam persediaan dan 70% total penjualan.
2) Kelompok B mewakili 30% obat dalam persediaan dan 20% total penjualan.

3) Kelompok C mewakili 50% obat tetapi hanya kira-kira 10% total penjualan

Jumlah keseluruhan pemakaian obat yang digunakanpada bulan Februai adalah
sebanyak 129797 obat. Sementara untuk jumlah baiya persediaan obat yang telah dihabi
skan untuk pembelian obat yang ada di rumah sakit adalah sebanyak Rp361.871.708,00. 
Berikut adalah hasil analisis ABC berdasarkan jumlahpemakaian dengan menggunakan 
data pada bulanFebruari 2018 :’

Tabel 1 Analisis ABC Berdasarkan Jumlah PemakaianBulan Februari 2018

 
Kel.Obat Jenis Obat JenisObat (%) Pemakaian Pemakaian (%)
Kel. A 43 7,75 90323 69,59
Kel. B 78 14,05 26371 20,32
Kel. C 434 78,25 13103 10,09
Total 555 100,00 129797 100,00
         

Tabel 1 menunjukkan bahwa kelompok obatberdasarkan jumlah pemakaian
Dapat dilihat kelompok A merupakan obat yang tergolong pada pemakaian tinggi (fast
moving), kelompok B merupakan jenis obat yang pemakaiannya sedang (moderate) dan
kelompok C ini adalah pemakaian yang rendah (slow moving).
Tabel 2 Analisis ABC berdasarkan Nilai Investasi Obat bulan Februari 2018

Tabel 2 Analisis ABC berdasarkan Nilai InvestasiObat bulan Februari 2018
Kel. Obat Jenis Obat % Jenis Obat Nilai Investasi % Nilai Investasi
Kel. A 78 14,05 250.733.719 69,28
Kel. B 135 24,32 82.624.061 22,83
Kel. C 342 61,63 28.513.928 7,89
Total 555 100,00 361.871.708 100,00

Tabel 2 menunjukan bahwa kelompok obatberdasarkan nilai investasi.

Dapat dilihat kelompok A dari seluruh obat dengannilai investasi sebesar Rp


250.733.719,00,keompok B dengan nilai investasi sebesar Rp 82.624.061 dan keompok
C dengan nilai investasi sebesar Rp 28.513.928,00.

 
2.METODE EOQ

Studi kasus Pada Gudang Farmasi Rumah SakitMuhammadiyah Gresik


Economic Order Quantity (EOQ) adalah sejumlah persediaan barang yang dapat
dipesan pada suatu periode untuk tujuan meminimalkan biaya dari persediaan barang
tersebut (Sabarguna, 2004).Rumus untuk menentukan jumlah pemesanan optimum
menurut Heizer dan Render (2010:562),yaitu:
 Keterangan:

Q : Jumlah optimum unit per pesanan (EOQ)

D : Permintaan tahunan dalam unit untuk barangpersediaan

S : Biaya pemesanan untuk setiap pesanan

H : Biaya penyimpanan per unit
 permintaan obat, biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.
1. Jumlah permintaan yang telah diketahui dari analisis ABC yang dilakukan
sebalumnya adalah sebanyak 129797 obat
2. Biaya Pemesanan mencakup biaya yang dibutuhkan untuk melakukan pemesanan
antara lain biaya telepon dan biaya administrasi

Tabel 3 Biaya ATK Dalam Pemesanan Setiap Bulan
No Barang Banyak Harga (Rp) Jumlah (Rp)
1 Surat Pemesanan (SP) 2 Box 30.000 60.000
2 Buku Tukar Faktur 2 Buku 7.500 15.000
3 Tinta Printer 1 Botol 30.000 30.000
  Jumlah Biaya     105.000
Biaya Setiap Transaksi (179 transaksi)   590

Biaya Penyimpanan menurut Heizer dan Render (2010) adalah 26% dari unit


cost barang. Sebagaicontoh perhitungan biaya penyimpanan untuk obatCefat 500mg/
100caps. Apabila harga dari Cefat500mg/100caps Rp.10.885.00 maka diperoleh data: 

Biaya penyimpanan = 26% X Rp. 10.885,-=Rp 2.830,-

Jadi biaya penyimpanan obat Cefat 500mg/100caps adalah Rp 2.830.00

pemesanan dan biaya penyimpanan dimasukkankedalam rumus. Sebagai contoh perhitu
ngan EOQ adalah obat Cefat 500mg/100caps sebagi berikut :
Jumlah pemakaian = 1.319 capsul
Biaya penyimpanan = Rp. 2.830.00
Biaya pemesanan = Rp 1.215.00

MakaEconomicOrderQuantity

(EOQ) adalah :

Q =√ 2DS

Q2= 2.1319.1215

2830

Q2= 3205170

2830

Q2= 1133

Q = 33,7 capsul

Jadi, jumlah pemesanan yang optimal dalam setiapkali pemesanan obat Cefat
500mg/100caps adalah 33,7 capsul atau 34 capsul. Berikut ini adalah contoh
perhitungan Safety Stock obat Cefat 500mg/100 caps:

Jumlah pemakaian obat (D)= 1319 capsul

Lead time (l) = 1 hari

Service level  = 95%

Jumlah hari dalam sebulan = 30 hari Maka, 
Jumlahpemakaian rata- rata (d)

= 1319 capsul / 30 hari

= 44 capsul

Z (95%)= 1,65

Safety Stock (SS) = z x d x l

= 1,65 x 44 x 1

= 72,5 capsul

Jadi, safety stock/stok pengaman untuk obat Cefat500mg/100caps adalah 72 capsul.

3.REORDER POINT

Studi Kasus Pada Gudang Farmasi Rumah Sakit Muhammadiyah Gresik

Reorder Point (ROP) adalah metode untuk memutuskan kapan mengajukan pemesanan
kembali agar terciptanya keseimbangan antara persediaan dengan permintaan sedangkan
buffer stook adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi dan menjaga
kemungkinan terjadinya kekurangan bahan (John dan Harding, 2001:71). Rumus yang
digunakan menurut John dan Harding (2001) adalah :

ROP = (d X L) + SS

Keterangan :

ROP = Reorder Point

d = Permintaan harian

L = Lead Time (waktu tunggu)


SS =Persediaan pengaman (Safety Stock)/Buffer Stock)

Diketahui :

d = 44 capsul L = 1 hari

SS = 72 capsul

Sehingga perhitungannya adalah : ROP = (d x l) + SS= (44 x 1) + 72 = 117 capsul

Jadi, Reorder Point (ROP) untuk obat Cefat 500mg/100caps adalah 117 capsul.

4.Metode Material Requirement Planning (MRP)

Studi kasus pada penentuan kebutuhan persediaan obat generik pada logistik farmasi di
rumah sakit delima asih karawang

Material Requirement Planning (MRP) Material Requirements Planning adalah


menghitung kebutuhan material untuk produksi berdasarkan jenis jumlah, dan waktu
material yang dibutuhkan. Perhitungan MRP diturunkan dari perencanaan produksi
atau, (Master Production Schedule). Kemudian dijabarkan menjadi kebutuhan material
pembentukannya. (Martono, 2015). Input utama merupakan komponen dasar MRP yang
terdiri dari:

1. Master Production Schedule Merupakan suatu pernyataan defenitif tentang produk


akhir (end item) apa yang direncanakan perusahaan untuk diproduksi, beberapa
kuantitas yang dibutuhkan, pada waktu kapan dibutuhkan, bilamana produk itu akan
diproduksi.

2. Bill of Material Merupakan daftar kuantitas komponen, bahan-bahan, dan bahan


material yang diperlukan untuk menciptakan suatu produk.

3. Inventory Master File Sistem MRP harus memiliki dan menjaga suatu data persedian
yang up to date untuk setiap komponen barang, data ini harus menyediakan informasi
yang akurat tentang ketersediaan komponen seluruh transaksi persediaan, baik yang
sudah terjadi maupun yang akan direncanakan. Berikut merupakan data pemakaian obat
generik di Rumah sakit Delima Asih karawang periode Januari 2019 sampai dengan Desember
2019:
Tabel 1. Data Pemakaian Bahan Baku Material
Nama Jumlah
N Ja Fe Mr Ap M Jun Jul Ag Sep Ok No De Pemak
Obat
o Generi n b t r ei i i st t t v s aian
k
Metformi
1 74 661 627 583 58 124 616 52 282 418 268 185 56281
n
500 Mg 94 0 4 3 42 7 1 74 4 3 1 8
Paraceta
2 33 456 651 520 40 377 361 37 346 324 364 386 49008
mol
500 Mg 41 9 5 7 10 1 0 70 4 5 0 6
Vitamin
3 21 244 276 223 16 127 175 13 114 135 145 172 21246
B12
50 Mcg 06 4 8 2 30 8 5 54 2 1 8 8
Asam
4 Mefen 12 129 235 306 15 162 164 15 136 212 195 178 21539
amat 78 4 0 3 04 1 6 50 2 7 7 7
500
Mg
Dexam
5 85 98 133 116 76 47 104 11 103 77 80 777 11169
ethas
0 5 8 5 5 9 2 47 9 6 6
one 0.5
Mg
Ibuprofe
6 63 71 104 49 66 45 63 55 54 60 55 421 7315
n
400 Mg 5 4 6 1 4 0 5 2 8 3 6
Ethamb
7 37 30 23 24 139 11 982 974 36 517 511 395 5155
utol
8 0 8 7 3 1
500 Mg
Pyrazina
8 47 43 34 37 289 10 105 883 32 155 143 270 4855
mid e
0 5 9 2 5 7 7
500 Mg
Allopur
9 45 25 66 33 532 13 520 158 46 394 354 212 4475
inol
7 0 2 9 7 0
100 Mg
Simvast
10 24 18 12 32 15 53 169 109 19 129 65 73 1173
atin 20
3 7 4
Mg

Dari 810 obat yang ada di rumah sakit dan dipilih 10 obat generik yang jumlah
pemakaian terbanyak. Lalu, selanjutnya akan di dilakukan proses peramalan dengan
perhitungan single moving averages. Hasil perhitungan peramalan akan ditambahkan
pada perhitungan dalam penentuan obat untuk periode berikutnya dangan metode
Material Requirement Planning.

5. Periodic Review
Studi kasus pada Pengendalian Persediaan Farmasi di Rumah Sakit Awal Bros Batam
Metode yang digunakan dalam mengelola persediaan atau manajemen persediaan
adalah Periodic Review System (PT), Order up to Level (T). Metode ini digambarkan
bahwa jumlah persediaan akan dilakukan pemeriksaan setiap interval waktu tertentu (P).
Pemesanan akan dilakukan sesuai jumlah batas aman hingga waktu pemesanan
berikutnya berdasarkan order up to level (T). Nilai T dihitung untuk mengetahui berapa
jumlah obat yang harus dipesan untuk mencapai nilai optimal (T) yang dapat
digunakan sebagai stok ataupersediaan sampai periode waktu pemesanan berikutnya
(P) (Firas,2015) Berdasarkan informasi dari Koordinator Pengelolaan Perbekalan
Farmasi Rumah Sakit Awal Bros Batam, lead time yang dibutuhkan untuk 10 items obat
yang diteliti adalah 1 hari.

Berdasarkan data perhitungan jumlah penjualan per items, jumlah penjualan tertinggi
adalah Osfit DHA tab dengan jumlah 4987 tablet dalam sebulan.
Berdasarkan data diatas, didapatkan angka T atau jumlah persediaan optimal yang harus
dipenuhi sebagai stok atau persediaan, sampai batas waktu periode pemesanan
berikutnya Sebagai contoh, Osfit DHA jumlah persediaan optimal yang harus dipenuhi
sebagai stok adalah 10.520 tablet. Pada metode ini harus dilakukan pemeriksaan setiap
interval waktu. Angka T tersebut dapat digunakan sebagai angka maksimal yang harus
dipesankan, dimana angka T ini sudah memperhitungkan angka safety stock sampai
batas waktu pemesanan berikutnya yang melibatkan perhitungan lead time (dalam hari)
tertentu.
 

 
PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan
Persediaan merupakan beberapa bahan pasokan barang untuk produksi atau
persediaanMemenuhi kebutuhan pelanggan setiap saat. stok bisaMinimalkan melalui
perencanaan dan efisiensi yang lebih baik diproduksi di perusahaan.Persediaan adalah
bahan atau komponen yang disimpan baik berupa bahan baku, barang pelaksanaan
maupun barang jadi.
Tujuan dari pengendalian persediaan adalah untuk menciptakan keseimbangan
antarapermintaan penawaran dan permintaan permintaan, maka hasil persediaan rawat
inap harus dapat menyeimbangkan persediaan atau supply dengan demand pada waktu
atau waktu tertentu (Anief, 2008).
5.2 fungsi persediaan
Menurut Heizer & Render (2015:553) “persediaan dapat memiliki berbagai fungsi
yang menambah fleksibilitas operasi perusahaan. Keempat fungsi persediaan adalah
sebagai berikut:
1. Untuk memberikan pilihan barang agar dapat memenuhi permintaan pelanggan yang
diantisipasi dan memisahkan perusahaan dari fluktuasi permintaan. Persediaan seperti
ini digunakan secara umum pada perusahaan ritel.
2. Untuk memisahkan beberapa tahapan dari proses produksi. Contohnya, jika
persediaan sebuah perusahaan berfluktuasi, persediaan tambahan mungkin diperlukan
agar bisa memisahkan proses produksi dari pemasok.
3. Untuk mengambil keuntungan dari potongan jumlah karena pembelian dalam jumlah
besar dapat menurunkan biaya pengiriman barang.
4. Untuk menghindari inflasi dan kenaikan harga”.
Menurut Eddy Herjanto (2010:238) “beberapa fungsi penting yang dikandung oleh
persediaan dalam memenuhi kebutuhan perusahaan, sebagai berikut:
1. Menghilangkan risiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang yang
dibutuhkan perusahaan
2. Menghilangkan risiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus
dikembalikan
3. Menghilangkan risiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi
4. Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman sehingga perusahaan
tidak akan kesulitan jika bahan
itu tidak tersedia di pasaran
5. Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan diskon kuantitas
6. Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan tersedianya barang yang
diperlukan.

Dari penjelasan tersebut dijelaskan bahwa fungsi persediaan pada dasarnya ada
pengadaan bahan baku produksi guna memenuhi kebutuhan bahan mentah atau setengah
jadi yang akan diproses dalam kegiatan produksi dalam pemenuhan permintaan
pelanggan. Unsur yang tersirat adalah usaha mengantisipasi kemungkinan terhambatnya
proses produksi disamping mengambil keuntungan efisiensi lainnya.
5.3 Klasifikasi persediaan
Persediaan dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu persediaan berdasarkan bentuk,
fungsi dan sifat. Persediaan berdasarkan bentuk diklasifikasikan menjadi bahan baku
(raw material), barang setengah jadi (work in process) dan produk jadi (finished
product). Kemudian persediaan berdasarkan fungsi dapat dibedakan menjadi empat,
yang pertama adalah pipeline/transit inventory adalah persediaan yang muncul karena
lead time pengiriman dari satu tempat ke tempat lain. Yang kedua cycle stock adalah
persediaan yang memiliki siklus tertentu, pada saat 5 pengiriman jumlahnya banyak
kemudian sedikit demi sedikit berkurang akibat dipakai atau dijual sampai akhirnya
habis atau hampir habis kemudian mulai dengan siklus baru lagi. Kemudian berdasarkan
fungsi yang ketiga adalah persediaan pengaman (safety stock) berfungi sebagai
perlindungan terhadap ketidakpastian permintaan maupun pasokan. Yang terakhir
adalah anticipation stock adalah persediaan yang dibutuhkan untuk mengantisipasi
kenaikan permintaan akibat sifat musiman dari permintaan terhadap suatu produk.
Klasifikasi yang terakhir adalah berdasarkan sifat ketergantungan kebutuhan antara satu
item dengan item lainnya. Item-item yang kebutuhannya tergantung pada kebutuhan
item lain dinamakan dependent item. Sebaliknya, kebutuhan independent demand item
tidak tergantung pada kebutuhan item lain. Yang termasuk dalam dependent demand
item biasanya adalah komponen atau bahan baku yang akan digunakan untuk membuat
produk jadi. Kebutuhan bahan baku dan komponen tersebut ditentukan oleh banyaknya
jumlah produk jadi yang akan dibuat dengan menggunakan komponen atau bahan baku
tersebut. Ketergantungan permintaan ini biasanya diwujudkan dalam bentuk
struktur/komposisi produk atau bill of materials (BOM). Produk jadi biasanya tergolong
dalam independent demand item karena kebutuhan akan satu produk jadi tidak langsung
mempengaruhi produk jadi yang lain (Pujawan, 2005).
5.4 Jenis - jenis Persediaan
Diketahui bahwa persediaan dapat dibedakan menurut fungsinya, tetapi perlu kita
ketahui bahwa persediaan itu merupakan cadangan dan karena itu harus dapat
digunakan secara efisien. Disamping perbedaan menurut fungsi, persediaan dapat
dibedakan atau dikelompokan menurut jenis dan posisi barang tersebut di dalam urutan
pengerjaan produk, setiap jenis mempunyai karakteristik khusus tersendiri dan cara
pengelolaan yang berbeda.
Menurut Baridwan (2008:402) “perusahaan dagang ini melaporkan biaya terkait
dengan unit-unit yang belum terjual dan masih ada di tangan sebagai persediaan barang
dagang (merchandise inventory)”.
Maksudnya di dalam perusahaan dagang, barang yang dibeli dan disimpan dengan
tujuan akan dijual kembali diberi judul persediaan barang dagang.
Menurut Budi Harsanto (2013:64) “dalam tahapan dalam proses, persediaan bisa dibagi
tiga yaitu bahan mentah (raw material), bahan dalam proses (work in proses), dan
barang jadi (finished goods)”.
1. Persediaan bahan baku (Raw Material), persediaan bahan mentah yang akan diproses
dalam proses produksi. Contohnya kayu dalam pembuatan meubel, atau baja dalam
pembuatan mobil.
2. Persediaan barang setengah jadi (Work In Process) diadakan sebagai hasil proses
produksi tahap pertama untuk menunjang proses produksi tahap berikutnya. Misalnya
kain dalam pembuatan pakaian.
3. Persediaan bahan jadi (Finished Good)yaitu persediaan barang yang telah selesai
diolah atau diproses dan siap dijual kepada konsumen, termasuk konsumen akhir.
4. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies), yaitu persediaan barang barang
yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen
barang jadi.
5. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased part/ components),
yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh
dari perusahaan lain, dimana secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk.
5.5 Biaya-Biaya Persediaan Barang
Adapun biaya-biaya dalam persediaan barang yaitu :
a. Biaya Penyimpanan (Holding or carrying cost)
b. Biaya Penyiapan (Set up Cost)
c. Biaya Pemesanan (Ordering Cost)
d. Biaya kehabisan dan kekurangan (Shortage Cost)
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan
dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, ataupun persediaan
bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi. elaporan
persediaan yang diteliti dan relevan dianggap penting untuk diberikan informasi yang
berguna bagi perusahaan. Apabila terjadi kesalahan dalam pencatatan persiapan, maka
akan mengakibatkan kesalahan sangat menentukanya laba Rumah Sakit yang diperoleh.

6.2 Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai Manajemen Persediaan Barang Di
Rumah Sakit dan yang berkaitan denganya, tentunya kami menyadari atas segala
kekurangannya. Maka dari itu, kami berharap para pembaca dan penyimak memberikan
kritik dan saran yang membangun demi menyempurnakan laporan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Hardianti, T., Bu‘ulolo, F., & Nababan, E. (2018, October). Kajian Metode Eoq (Economic Order
Quantity) Pada Model Persediaan Deterministik Dengan Perubahan Harga Dalam Pengendalian
Persediaan. In Talenta Conference Series: Science and Technology (ST) (Vol. 1, No. 1, pp. 024-
031).
Meiyola, S. (2018). EVALUASI MODEL PERENCANAAN PERSEDIAAN OBAT DENGAN
PENDEKATAN SIMULASI (STUDI KASUS: RUMAH SAKIT IBNU SINA YARSI KABUPATEN
PASAMAN) (Doctoral dissertation, Universitas Andalas).

Ramadhani, N. Z., Saidah, Z., Natawidjaja, R. S., & Sadeli, A. H. (2022). Analisis Persediaan
Bahan Pangan pada sebuah Rumah Sakit di Kota Depok. Agrikultura, 33(1), 78-82.

Nisa, A. F. (2019). Analisis Pengendalian Persediaan Obat Berdasarkan Metode ABC, EOQ dan
ROP. Jurnal Manajerial, 6(01), 17-24.
Haddadde, A., Sayuti, M., Suryapranatha, D., & Hidayat, K. (2021). PENENTUAN KEBUTUHAN
PERSEDIAAN OBAT GENERIK DENGAN METODE MATERIAL REQUIRMENT PLANING
DAN MODEL OPTIMASI PADA LOGISTIK FARMASI DI RUMAH SAKIT DELIMA ASIH
KARAWANG. Industry Xplore, 6(2), 91-98.
Bidiawati, A. (2006). Sistem Persediaan Obat-Obatan Menggunakan Metode Periodic Review
dan Service Level Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Jurnal Teknos-2k.

Anda mungkin juga menyukai