Anda di halaman 1dari 21

Tugas Individu

GIZI BIOMOLEKULER

“ Epigenomik dan Epigenotik ”

PUTRI AYU

J1A117111

GIZI KESMAS 017

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNUVERSITAS HALU OLEO

2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, dengan ini Saya panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah
dengan judul "Epigenetik dan Epigenomik".

Semoga dari Makalah tentang "Epigenetik dan Epigenomik" ini dapat


diambil manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.
Selain itu, kritik dan saran dari Dosen dan teman – teman pembaca, sangat di
harapkan untuk perbaikan makalah ini kedepannya.

Kendari, 27 September 2019

penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Masyarakat ini semakin meyakini bahwa melalui konsumsi

makanan mereka bisa memelihara kesehatan dan menghindarkan diri dari

risiko menderita sakit. Mereka yang berusaha mengendalikan kadar

kolesterol darah berusaha menghindari lemak hewani. Yang ingin menjaga

struktur tulang yang kokoh akan mengutamakan, misalnya, mengonsumsi

susu sebagai sumber kalsium. Yang ingin mencegah risiko kanker usus

besar (kolon) akan mengonsumsi makanan berserat. Yang ingin

mengendalikan berat badan akan memperhatikan nilai kalori makanannya.

Epigenetik mencakup seluruh mekanisme yang menyebabkan

perbedaan ekspresi gen. Pengaturan epigenetik ditentukan oleh metilasi

DNA, modifikasi histon, dan ekspresi gen mRNA. Perubahan dalam

epigenetik tidak terjadi dalam DNA itu sendiri, melainkan terjadi pada

lingkungan di sekitarnya. Enzim dan bahan kimia lain mempengaruhi


molekul DNA untuk membuat protein atau sel-sel baru. Gen tidak

berubah, namun beberapa gen diaktifkan atau dinonaktifkan sesuai dengan

interaksi antara gen dan lingkungan (Holliday 2005). Meskipun kode

genetik tidak berubah, ekspresi kode genetik tersebut bergantung pada

faktor pemicu (lingkungan), seperti menajemen dan fasilitas pemeliharaan,

stress, air, iklim, bahan kimia, diet atau nutrisi (selama kehamilan) yang

berdampak pada anak yang dihasilkan. Beberapa penelitian sebelumnya

telah mengkaji epigenetik yang terjadi pada ternak yang disebabkan oleh

nutrisi, zat berbahaya seperti racun, dan agen penyebab infeksi pada

hewan yang terpapar yang mempengaruhi ekspresi gen turunannya

(Feeney et al. 2014).

Epigenomika adalah studi tentang modifikasi epigenetik dari

materi genetik di dalam skala genomik. Unit genetika yang termodifikasi

ini disebut epigenom. Epigenomika berbeda dengan epigenetika dalam

cakupan luasannya. Epigenetika terfokus pada studi mengenai pewarisan

modifikasi selain mutasi pada DNA sedangkan epigenomika, mempelajari

proses ini dalam level genomik individu. Sebagaimana halnya studi

genomika dan proteomika, ciri khas studi epigenomika modern melibatkan

proses komputasi data dalam jumlah besar. Modifikasi epigenetik yang

dipelajari dalam studi ini melibatkan beberapa unit studi lain seperti lokasi

modifikasi DNA seperti metilasi (metilom), lokasi modifikasi histon

(chromatom), lokasi rekaman genom (imprintom), dan lokasi interaksi

DNA (interaktom).
1.2 Rumusan Masalah

1. Pengertian dari Epigenetik Dan Epigenomik ?

2. Bagaimana mekanisme Epigenetik ?

3. Modifikasi Epigenetik dan Lingkungan ?

4. Bagaimana komponen yang terlibat dalam proses mekanisme

epigenetik ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian Epigenetik Epigenomik ?

2. Untuk mengetahui Bagaimana mekanisme Epigenetik ?

3. Untuk mengetahui Modifikasi Epigenetik dan Lingkungan ?

4. Untuk mengetahui Bagaimana komponen yang terlibat dalam proses

mekanisme epigenetik ?

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Epigenetik dan Epigenomik


Epigenetik adalah mekanisme intrinsik yang merubah ekspresi gen

bukan dengan merubah sekuens DNA tetapi dengan memodifikasi DNA

dan protein kromosom histon. Epigenetik terlibat dalam genomic

imprinting dan aktivasi kromosom X pada manusia dan kegagalan dari

mekanisme ini menyebabkan kelainan kongenital dan timbulnya kanker

(Kubota, 2008).

Epigenetik diartikan sebagai perubahan ekspresi gen yang tidak

disebabkan oleh perubahan sekuen DNA. Salah satu faktor epigenetik

yang terkait dengan kanker adalah metilasi DNA, yaitu penambahan gugus

metil pada atom C ke 5 dari basa Citosi.

Terjadinya proses epigenetik (epigenesis) merupakan konsekuensi

adanya interaksi antara gen dan lingkungannya dan dapat terjadi akibat

tidak terekspresinya informasi genomik (silenced genes). Epigenesis

mencakup seluruh mekanisme yang menyebabkan perbedaan ekspresi gen

pada sel-sel tertentu. Pengaturan epigenetik ditentukan oleh : metilasi

DNA, modifikasi histon, ekspresi gen miRNA, faktor transkripsi jaringan

(Egger, 2004).Mekanisme tersebut mencakup metilasi DNA, konfigurasi

kromatin, atau kombinasi keduanya. Konsekuensi dari mekanisme tersebut

adalah sebuah spektrum gen-gen yang aktif dan gen-gen yang tidak aktif

(silent) pada setiap tipe sel yang ada. Epigenesis juga meliputi mekanisme

yang bertanggung jawab menentukan program genetik untuk

perkembangan (development) di mana mekanisme ini bergantung pada

proses-proses seperti pensinyalan sel dan berbagai interaksi seluler


lainnya. Epigenesis juga bertanggung jawab atas terjadinya genomic

imprinting di mana beberapa gen yang berasal dari gamet jantan dan betina

memiliki ekspresi yang berbeda (Holliday, 2005).

Pada tahun 1940 an, Conrad Waddington pertama kali

memperkenalkan istilah epigenetik yang menjelaskan interaksi gen dengan

lingkungan sehingga mempengaruhi perkembangan dan embriologi.

Pewarisan epigenetik saat ini didefinisikan sebagai perubahan ekspresi gen

tanpa mengubah urutan DNA yang diwariskan selama pembelahan sel.8

Secara garis besarnya epigenetik meliputi metilasi DNA, modifikasi

histon, dan non-coding RNA. Diantara tiga mekanisme ini, metilasi DNA

adalah yang paling banyak dipelajari (Suksmarini, 2018).

Epigenomik adalah studi tentang modifikasi epigenetik dari

materi genetik di dalam skala genomik. Unit genetika yang termodifikasi

ini disebut epigenom. Epigenomika berbeda dengan epigenetika dalam

cakupan luasannya. Epigenetika terfokus pada studi mengenai pewarisan

modifikasi selain mutasi pada DNA sedangkan epigenomika, mempelajari

proses ini dalam level genomik individu. Sebagaimana halnya studi

genomika dan proteomika, ciri khas studi epigenomika modern melibatkan

proses komputasi data dalam jumlah besar. Modifikasi epigenetik yang

dipelajari dalam studi ini melibatkan beberapa unit studi lain seperti lokasi

modifikasi DNA seperti metilasi (metilom), lokasi modifikasi histon

(chromatom), lokasi rekaman genom (imprintom), dan lokasi interaksi

DNA (interaktom).
Genomika adalah cabang biologi yang mempelajari genom dari

suatu organisme atau virus. Genomika dapat dikatakan sebagai cabang

genetika apabila dilihat secara historik, meskipun dalam genomika

digunakan banyak metode yang berasal dari cabang biologi lain, seperti

bioinformatika dan biologi molekuler. Rekaman genomik atau genomic

imprinting adalah fenomena dimana ekspresi sebuah alel pada organisme

dengan sistem reproduksi seksual tidak seimbang dan dapat menjadi

berbeda tergantung pada sumber induk alel tersebut. Istilah rekaman

genomik pertama kali dicetuskan pada tahun 1960 di dalam penelitian

terhadap perilaku kromosom seksual pada agas di dalam genus Sciara.

Sebelum dikenal sebagai rekaman genomik, fenomena ini telah lebih

dahulu dikenal pada awal tahun 1950 sebagai efek induk pada lalat buah.

2.2 mekanisme Epigenetik

1. Pre Transkripsi

a. Metilasi DNA

Metilasi adalah penambahan gugus metil pada C nomor 5

dari sitosin. Metilasi bukan disebut mutasi karena sitosinnya tetap

sitosin,hanya ditambahi metil dan tidak ada perubahan nukleotida.

Di epigenetik ini yang dianggap penting adalah GC,karena

memiliki 3 ikatan hidrogen dibandingkan AT yang hanya memiliki

2 ikatan hidrogen. Diet/zat yang berperan adalah asam folat dan

metionin. Ada istilah CpG dalam epigenetik ini,namun berbeda

dengan CpG island. Bedanya dalah CpG island terletak


dipromotor,sedangkan CpG biasa ini jumlahnya bisa satu atau

dua,lokasinya dimana saja dan sebagian besar mengalami metilasi.

Mengalami metilasi untuk menjaga stabilitas kromosom. Namun

pada kondisi fisiologis CpG island sebagian besar tidak mengalami

metilasi. Karena jika termetilasi,akan terjadi pembungkaman gen

sehingga mengakibatkan gen yang berada disebelah promotor yang

seharusnya ditranskripsikan,malah tidak bisa ditranskripsikan.

Karena posisinya dipromotor maka dapat membungkam ekspresi

gen. karena tambahan metil pada C membuat struktur kimiawi akan

berubah,sehingga tidak bisa ditempeli oleh faktor-faktor inisiasi

transkripsi sehingga protein aktivator tidak bisa mengaktivasi

kompleks protein inisiasi transkripsi ini. Lalu menyebabkan MBP

(Methil Binding Protein) menempel pada metil di sitosin pada

daerah promotor. Padahal MBP bukan protein factor inisiasi,maka

transkripsi tidak bisa berjalan. Jika ada DNA yang seharusnya

termetilasi namun tidak termetilasi,ada enzim endonuklease yang

mengenalinya yaitu metilase. Perhatikan segala makanan yang kita

makan karena dapat membungkam ekspresi gen yang seharusnya

terekspresikan. Maka dari itu,perhatikan segala bentuk macam

makanan kita,karena dapat berpengaruh pada ekspresi gen kita.

2. Modifikasi Histon

Histon mempunyai banyak modifikasi salah satunya

asetilasi histon. Ikatan DNA dengan histon pada daerah tempat


transkripsi, terutama pada promotornya, harus diperlonggar agar bisa

ditempeli oleh faktor-faktor inisiasi transkripsi. Ikatan DNA dengan

histon diperlonggar dengan cara di-asetilasi (asetilasi histon), yaitu

penambahan gugus asetil. Jika histon sudah ter-asetilasi, maka gen

dapat diekspresikan. Enzim yang berperan pada asetilasi histon adalah

HAT yaitu histone acetyltransferase. Sebaliknya, bila histon di-

deasetilasi, maka ikatan DNA dengan histon akan dipererat

(diperkuat), sehingga faktor-faktor inisiasi transkripsi tidak dapat

menempel pada promotor. Deasetilasi histon ini diregulasi oleh enzim

HDAC yaitu histone deacetylase.

b. Post Transkripsi

3. RNA Interfering

RNA Interfering merupakan mekanisme epigenetik yang

terjadi setelah transkripsi. Gen gen bisa dibungkam dengan

menginterverensi RNA nya. Jika terdapat RNA untai ganda saling

berikatan maka jika masuk ke dalam sel akan dikenali oleh tubuh

kita. Sebagai contoh RNA untai ganda (dsRNA) ini adalah virus.

Sehingga akan dipotong-potong oleh enzim bernama dicer menjadi

RNA yang pendek-pendek. Kemudian untai ganda akan memisah,

masing-masing menjadi untai tunggal. Untai tunggal ini akan

menjadi small interfering RNA yang kemudian akan terbentuk RISC

(RNA interfering stimulating complex) kemudian mereka akan


melayang-layang. Kompleks RISC dengan RNA interferingnya akan

berikatan dengan RISC melalui ikatan hidrogen. Jika berikatan

dengan sempurna, struktur yang pallindrom (misalnya GAC,

CCACC) ini akan dikenali oleh enzim endonuklease untuk dipotong-

potong, jika mRNA di potong-potong maka ribosom tidak dapat

mentranslasikan.

2.3 Modifikasi Epigenetik dan Lingkunga

1. Faktor faktor

a. Metilasi DNA

Metilasi DNA dapat dipengaruhi oleh asam folat dan metionin yang

terkandung dalam makanan yang kita makan sehari-hari dan apa

yang kita hadapi sehari-hari. Metilasi juga diatur oleh aktivitas

hormonal yang biasanya dipengaruhi oleh stress.

b. Modifikasi Histon

Asetilasi dan deasetilasi histon dapat dipengaruhi oleh diet,

metabolisme dan obat. Misalnya adalah caffein, alkohol dapat

mengaktifkan asetilasi. Kemudian curcuminyang bisa terdapat pada

kunyit serta kadar glukosa yang tinggi dapat menghambat asetilasi

atau membuat deasetilasi.

2. Reprogramming Gen
Reprogramming gen merupakan suatu modifikasi epigenetik yang

dipengaruhi oleh lingkungan. Reprogramming ini memiliki tujuan agar

suatu individu dapat bertahan dengan lingkungan di sekitarnya. Misalnya

ada sebuah desa yang terisolir karena sebuah perang . Di dalam desa itu

terdapat wanita hamil yang terkena malnutrisi akibat desanya kekurangan

makanan. Otomatis bayi di dalam kandungannya itu di reprogram agar

dapat bertahan dengan kondisi kekurangan nutrisi, yaitu dengan

membungkam gen-gen yang membutuhkan banyak protein. Akibatnya

sang bayi bisa lebih resisten terhadap kondisi kekurangan nutrisi. Tetapi

setelah bayi itu lahir, desa tersebut kembali seperti normal lagi. Si ibu

memberikan nutrisi ke bayinya seperti bayi-bayi normal kebanyakan.

Karena si bayi tersebut sudah di reprogramming untuk menerima nutrisi

dalam jumlah sedikit, akibatnya sang bayi sangat rentan terkena obesitas

karena jumlah nutrisi yang diberikan kepada bayi tersebut dianggap

berlebih oleh tubuh bayi itu.

2.4 Komponen yang terlibat dalam proses mekanisme Epigenetik

Beberapa komponen yang terlibat dalam mekanisme epigenetik

yaitu:

1. DNA Methyltransferase (DNMTs)

DNMTs merupakan enzim yang berperan dalam membentuk dan

mempertahankan sel dengan DNA bermetilasi dan dikenal adanya

tiga katalis aktif DNMT yaitu DNMT1, DNMT3A, dan DNMT3B.


DNMT1 berperan sebagai methyltransferase yang mempertahankan

pola metilasi pada DNA6 sedangkan, DNMT3A dan DNMT3B

berperan menginisiasi metilasi de novo dengan membentuk pola

metilasi. Selain DNMT1, DNMT3A, dan DNMT3B, dikenal juga

DNMT2 yang fungsinya masih belum jelas diketahui, namun

kekuatannya mengikat DNA diperkirakan berperan dalam

menentukan urutan spesifik gen.

2. Methyl-CpG-binding proteins (MBPs)

Dari dua belas jenis MBP yang telah teridentifikasi, MECP2,

MBD1, MBD2, dan MBD3 adalah jenis yang sering diteliti. Selain

MBD3, sebelas jenis MBP ini secara selektif mengikat sisi CpG

bermetilasi. MECP2 menghambat ekspresi gen dengan

mengikathistone deacetylase dan histone lysine methyltransferase.

Pada sel kanker, protein MBD berhubungan dengan perubahan

metilasi tumor suppressor gen (TSGs) dan menghubungkan antara

mekanisme metilasi DNA dan gene silencing C) Histone

modification enzymes Histone modification enzymes terdiri dari

histone deacetylase (HDAC), histone acetylase (HAT), dan histone

methyltransferase (HMT) yang bertanggungjawab pada modifikasi

histon dan chromatin remodeling.12 Ujung amino dari histon dapat

mengikat gugus asetil, fosfor, metil atau ubiquitin, dan modifikasi

yang terjadi menunjukkan aktivitas gen. Asetilasi lisin histon

didistribusikan oleh histon asetiltransferase yang secara umum


berkaitan dengan aktivasi transkripsi. Beberapa ko-aktivator

transkripsi, seperti p300/CBP, berperan seperti histon

asetiltransferase. Fungsi dari metilasi histon bergantung pada jenis

residu (lisin atau arginin) dan lokasi spesifiknya, contohnya metilasi

lisin nomor empat pada histon H3 berhubungan dengan transkripsi,

dimana metilasi lisin nomor sembilan pada ujung histon yang sama

berhubungan dengan berkurangnya transkripsi.

3. ATP-dependent remodeling complexes

Enzim ini dapat mengubah struktur kromatin dengan mengganggu

atau menggerakkan nukleosom. Hal ini meningkatkan aksesibilitas

nukleosom DNA yang sangat diperlukan dalam beberapa tahapan

transkripsi.

Umumnya CpG island tidak bermetilasi pada jaringan normal

kecuali pada beberapa kasus berikut: imprinted genes, x-chromosome

genes in women, germ-line specific genes dan tissue specific genes.

1. Genomic Imprinting

Penelitian perdana tentang pengidentifikasian gen imprinting

adalah gen insulin-like growth factor 2 (Igf2) pada tikus, dan

kemudian gen sejenis ini dapat diidentifikasi pada manusia.8 Berbeda

dengan genom manusia yang merupakan pengekspresian dari alel

ayah dan ibu, imprinted gen bersifat haploid dan memiliki pola yang

bergantung pada alel yang pertama kali terbentuk. Mekanisme

genomic imprinting sangatlah kompleks dan belum dapat dipahami


sepenuhnya, tetapi disebutkan bahwa metilasi DNA berperan dalam

mekanisme ini. Beberapa imprinted gene berperan penting dalam

mengatur pertumbuhan dan perkembangan serta menyeimbangkan

kecepatan pertumbuhan janin. Pada tahun 1989 diperkenalkan teori

“Parent-offspring Conflict Model”, yaitu sifat dari gen ayah yang

mengoptimalkan kebugaran reproduksi keturunannya dengan

mempromosikan pertumbuhan mereka, dan gen ibu yang akan

mendapat keuntungan dari melestarikan sumber dayanya sendiri dan

mendistribusikan sumber daya ibu yang terbatas secara setara untuk

semua keturunan saat ini dan masa depan. Hal ini ditunjukkan oleh

faktor pertumbuhan spesifik janin yang diekspresikan secara paternal,

yang merangsang pertumbuhan, dan Igf2r yang diekspresikan secara

maternal yang menetralkan Igf2 dengan mentransmisikannya ke

dalam lisosom untuk didegradasi, sehingga menghambat

pertumbuhan embrio. Beberapa penyakit genetik berkaitan dengan

adanya cacat pada imprinted gen seperti Beckwith-Wiedermann,

Prader-Willi dan Angelman Syndrome, dan Beckwith Wiederman

Syndrome berhubungan erat dengan timbulnya tumor embrional yaitu

Wilm’s tumor dan adrenokortikal karsinoma.

2. X-chromosomal Inactivation

Merupakan sebuah mekanisme yang menyeimbangkan ekspresi x-

linked gene antara laki-laki (satu kromosom X) dan perempuan (dua

kromosom X). X-chromosome inactivation bersifat monoalel, dan


satu dari kromosom X pada perempuan menjadi inaktif di awal

proses perkembangan akibat dari transkripsi gen XIST (X-inactive

specific transcript), sebuah transkrip noncoding yang menginduksi

perubahan kromatin8 sehingga secara sitologi kromosom ini tampak

seperti Barr body pada nukleus. Mekanisme inaktivasi ini

memerlukan bantuan metilasi DNA dalam hipermetilasi CpG island.

3. Tissue specific genes

Sejak lebih dari dua puluh lima tahun yang lalu, metilasi DNA

dikenal sebagai pengatur ekspresi gen pada jaringan tubuh.

SERPINB5 (maspin) adalah gen yang pertama kali diidentifikasi

terkait hal ini.8 Ekspresi gen ini terbatas pada beberapa jenis sel

seperti : kulit, saluran napas dan rongga mulut. Sel-sel ini membawa

promoter SERPINB5 yang termetilasi dengan hipoasetilasi histon dan

struktur kromatin yang sulit diakses.

4. Germ line specific genes

Gen ini tidak dapat diekspresikan pada jaringan somatik yang

normal, tetapi pada berbagai jenis tumor. MAGE1 (melanoma-

associated antigen) adalah gen yang pertama kali diidentifikasi dan

kini sekitar sembilan puluh jenis gen telah diidentifikasi seperti

MAGE, GAGE, PAGE, dan XAGE.8 Penelitian membuktikan bahwa

pada jaringan somatik normal, gen memiliki jumlah metilasi DNA


yang tinggi sedangkan ditemukan banyak DNA tidak bermetilasi

pada sel kanker.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Epigenomika adalah studi tentang modifikasi epigenetik dari

materi genetik di dalam skala genomik.Epigenomika berbeda dengan


epigenetika dalam cakupan luasannya. Epigenetika terfokus pada studi

mengenai pewarisan modifikasi selain mutasi pada DNA sedangkan

epigenomika, mempelajari proses ini dalam level genomik

individu.Modifikasi epigenetik yang dipelajari dalam studi ini melibatkan

beberapa unit studi lain seperti lokasi (modifikasi DNA seperti metilasi

(metilom), lokasi modifikasi histon (chromatom), lokasi rekaman genom

(imprintom), dan lokasi interaksi DNA (interaktom).

DAFTAR PUSTAKA

needed to assess risk and make dietary recommendations? Proc. Nutr. Soc. 63,

167–172 Arab, L. 2004. Individualized nutritional recommendations: do

we have the measurements


Alberts, B., Johnson, A., Lewis, J., Raff, M., Roberts, K., dan Walter, P.

(2010). Essential Cell Biology (3th Edition). New York : Garland Science,

Taylor & Francis Group, LLC.

Alberts, B., Johnson, A., Lewis, J., Raff, M., Roberts, K., dan Walter, P.

(2015). Molecular Biology of The Cell (6th Edition). New York : Garland

Science, Taylor & Francis Group, LLC. Campbell, N.A., Reece, J.B.

(2010). Biologi Jilid I (Edisi Kedelapan). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Campbell, N.A., Reece, J.B. (2010). Biologi Jilid I (Edisi Kedelapan). Jakarta:

Penerbit Erlangga.

etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/83521/potongan/S1-2015-313350-

introduction.pdf epigenetik pdf diakses pada tanggal 9 November 2016

kamuskesehatan.com diakses pada tanggal 9 November 2016 Katsnelson, Alla.

(2010). "Epigenetics" Drives Phenotype?. Diakses pada 15 November

2016 melalui http://www.the-scientist.com/?

articles.view/articleNo/28849/title/--34-Epigenetics--34--drives-

phenotype-/

Bannister, Andrew J., Kouzarides, Tony. (2011). Regulation of Chromatin by

Histone Modifications. Diakses pada 13 November 2016

melalui https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3193420/

https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/d/dd/Epigenetic

_mechanisms.jpg/350px-Epigenetic_mechanisms.jpg
needed to assess risk and make dietary recommendations? Proc. Nutr. Soc. 63,

167–172 Arab, L. 2004. Individualized nutritional recommendations: do

we have the measurements

Chavez A, Munos de Chavez. Nutrigenomics in Public Health Nutrition.

European Journal of Clinical Nutrition 2003; 57 (suppl.1): 97-100.

Fatchiyah. 2013. Nutrigenomik: Strategi Cerdas Regulator Mekanisme Interaksi

Genomik dan Nutrisi dalam Penanganan Kesehatan di Masa Depan.

Universitas Brawijaya, Malang.

Hamim Ahmad, Sutomo R, Sunarti, Julia M, Hermayani E, Nat. Rer.

Nutrigenomik: Riset dan Aplikasi Terkini. Annual Scientific Meeting &

Tmu Alumni 2008; 2008 Mar 6; Yogyakarta;2008.

Muller M, Kersten S. Nutrigenomics Goals and Perspectives. Nature Review

Genetic 2003; 4:315-22. National Academy of Sciences. Nutrigenomics

and Beyond. Washington: The National Academies Press; 2007.

Raharjo Sri. Era Baru Ilmu Pangan dan Gizi 2004 April 14.

Trayhurn P. Nutritional Gnomics. British Journal Nutrition 2003. 89:1-2

Yulianto WA. Mengoptimalkan Kesehatan dengan Nutrien Pangan. Suara

Pembaruan 2004 Mei 14.

Anda mungkin juga menyukai