RINGKASAN
Oleh
RIFQI YANUAR ANANTA
NIM: 1617704
Menyetujui,
Pembimbing I, Pembimbing II,
Mengetahui,
Direktur Politeknik AKA Bogor
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan praktik kerja lapang yang berjudul Analisis Kualitas Minyak Pelumas Commented [A3]: Seharusnya Laporan Kerja Industri
v
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA .............................................................................................................. v
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... x
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 3
Minyak Pelumas ...................................................................................................... 3
Fungsi Minyak Pelumas ..................................................................................... 3
Macam Macam pelumas ..................................................................................... 3
Bahan Penyusun Minyak Pelumas ..................................................................... 4
Minyak Pelumas Turbin ..................................................................................... 6
Gas Turbine Generator ........................................................................................... 7
Karakteristik Pengujian Minyak Pelumas ............................................................... 8
Viskositas Kinematik dan Indeks Viskositas ..................................................... 8
Angka Asam Total............................................................................................ 14
Titik Nyala ........................................................................................................ 16
Titik Tuang ....................................................................................................... 17
Kadar Air .......................................................................................................... 18
Kadar Logam .................................................................................................... 20
PERCOBAAN ...................................................................................................... 25
Tempat dan Waktu ................................................................................................ 25
Bahan dan Alat ...................................................................................................... 25
Bahan ................................................................................................................ 25
Alat ................................................................................................................... 25
Metode Percobaan ................................................................................................. 26
Cara Kerja ............................................................................................................. 26
Preparasi ........................................................................................................... 26
Pengujian .......................................................................................................... 28
vi
vii
Nomor Halaman
1. Komposisi Minyak Pelumas 5
2. Standar Mutu Minyak Pelumas Turbin 7
3. Standar Viskositas Minyak Pelumas Industri 12
4. Data Hasil Analisis Minyak Pelumas Turbin 31
viii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Crossarm Viskometer 9
2. Viskositas 10
3. Mekanisme Kerja ICP-OES 23
4. Mekanisme yang Terjadi di dalam Nebulizer 23
5. Instrumen ICP-OES 24
6. Standar Observasi metode Crackle 29
7. Grafik Perubahan Nilai Viskositas Kinematik 40° C 32 Commented [A12]: Seharusnya spasi setelah angka bukan
setelah derajat (ketentuan penulisan berlaku untuk seterusnya)
8. Grafik Perubahan Nilai Viskositas Kinematik 100° C 33 Commented [A13]: Seharusnya spasi setelah angka bukan
setelah derajat (ketentuan penulisan berlaku untuk seterusnya)
9. Grafik Perubahan Nilai Indeks Viskositas 34
10. Grafik Perubahan Nilai Angka Asam Total 35
11. Grafik Perubahan Nilai Titik Nyala Metode COC 36
12. Grafik Perubahan Nilai Titik Tuang 37
13. Grafik Perubahan Nilai Kadar Air Metode Crackle Test 38
14. Grafik Perubahan Nilai Kadar Logam Aditif 39
15. Grafik Perubahan Nilai Kadar Logam Keausan 40
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Ringkasan Magang 51 Commented [A14]: Seharusnya diganti dengan “Ringkasan
Magang dan PRAKERIN”
2. Hasil Pengujian Viskositas kinematik pada Minyak Pelumas Turbin
ISO VG 32 79
3. Hasil Pengukuran Nilai Viskositas Indeks 80
4. Hasil Pengujian Angka Asam Total 81
5. Data Hasil Pengukuran Deret Standar dan Pengujian Kadar Logam 82
6. Standar Mutu PT Syslab Tentang Batas Maksimal Wear Metal Content
dan Kandungan Air Pada Minyak Lumas Motor Bensin 90
x
PENDAHULUAN Commented [A15]: Seharusnya ditulis sebagai BAB I
PENDAHULUAN, angka yang digunakan adalah angka arab
1
2
Cleveland Open Cup (COC) (ASTM D 92), titik tuang (ASTM D 97), kandungan
air (Crackle Test), dan kadar logam (aditif dan wear) menggunakan instrumen
Inductive Coupe Plasma (ICP-OES) (ASTM D 5185). Standar pemantauan
kualitas minyak pelumas didasarkan pada SNI 7069.14:2008 tentang Klasifikasi
dan Spesifikas Pelumas Bagian 14:Minyak Lumas Turbin, ISO 3448 tentang
klasifikasi viskositas untuk minyak lumas industri, serta standar mutu PT. SysLab
Integrated Services Laboratory tentang batas maksimal logam keausan dan
kandungan air.
TINJAUAN PUSTAKA
Minyak Pelumas
3
4
Bahan Dasar
Minyak pelumas yang beredar di pasaran terdiri dari dua bagian yakni base
oil dan aditif yang berguna untuk memperbaiki sifat fisika dan kimia yang
dimiliki oleh bahan dasar tersebut. Zat aditif yang biasa ditambahkan ke dalam
base oil seperti peningkat viskositas, penurun titik beku, anti keausan logam, anti
busa dan bahan lain yang dapat meningkatkan kualitas dan nilai jual minyak
pelumas.
Minyak pelumas adalah produk minyak bumi yang termasuk pada fraksi
destilat berat, yang mempunyai trayek titik didih kira-kira di atas 300° C (572° F).
Biasanya ditemukan dalam bentuk cairan dan dapat digunakan dalam banyak
tujuan seperti menghilangkan panas akibat gesekan, bertindak sebagai
penghubung, dan pencegahan karat. Akan tetapi, tujuan utama pada umunya
adalah untuk melumasi sehingga dapat mengurangi gesekan. (SUBARDJO,
1985).
Menurut HARDJONO (2001), minyak pelumas terdapat dalam bagian
minyak bumi yang mempunyai daerah titik didih yang paling tinggi yatu sekitar
400° C. Fraksi minyak pelumas dipisahkan dari residu hasil distilasi minyak
mentah dengan distilasi hampa. Dalam distilasi ini biasanya diperoleh tiga fraksi,
yaitu fraksi minyak pelumas ringan, minyak pelumas sedang dan minyak pelumas
berat.
5
Bahan Aditif
Viskositas kinematik 1)
1 cSt ASTM D 445
pada 40° C
2 Indeks viskositas - 95 - ASTM D 2270
3 Titik nyala, COC °C 200 - ASTM D 92
4 Titik tuang °C - -6 ASTM D 97
Angka asam total
5 mgKOH/g - 0,2 ASTM D 664
(TAN)
Demulsibilitas 40-37-
6 Menit - 30 ASTM D 1401
3
7 Ca % Berat 2) ASTM D 4628 /
Kandungan elemen
Zn % Berat AAS
8 Sifat pembusaan Sq. I Ml - 50/0
untuk tendensi / Sq. II Ml - 50/0 ASTM D 892
stabilitas Sq. III Ml - 50/0
9 Korosi bilah tembaga - - 1b ASTM D 130
CATATAN
1)
Sesuai spesifikasi produsen yang memenuhi klasifikasi ISO 3448 (Tabel 1)
2)
Sesuai spesifikasi produsen dan terbukti adanya kandungan aditif detergent dan
anti wear
Gas turbine generator adalah suatu alat yang memanfaatkan gas sebagai
fluida untuk memutar turbin dengan pembakaran internal sehingga dapat memutar
generator lalu menghasilkan listrik. Di dalam turbin gas, energi kinetik
dikonversikan menjadi energi mekanik melalui udara bertekanan yang memutar
roda turbin sehingga menghasilkan daya. Sistem turbin gas yang paling sederhana
terdiri dari tiga komponen yaitu kompresor, ruang bakar dan turbin gas.
Udara masuk ke dalam kompresor melalui saluran masuk udara (inlet).
Kompresor berfungsi untuk menghisap dan menaikkan tekanan udara tersebut,
sehingga temperatur udara juga meningkat. Kemudian udara bertekanan ini masuk
ke dalam ruang bakar. Di dalam ruang bakar dilakukan proses pembakaran
dengan cara mencampurkan udara bertekanan dan bahan bakar. Proses
pembakaran tersebut berlangsung dalam keadaan tekanan konstan sehingga dapat
8
dikatakan ruang bakar hanya untuk menaikkan temperatur. Gas hasil pembakaran
tersebut dialirkan ke turbin gas melalui suatu nozel yang berfungsi untuk
mengarahkan aliran tersebut ke sudut-sudut turbin. Daya yang dihasilkan oleh
turbin gas tersebut digunakan untuk memutar kompresornya sendiri dan memutar
beban lainnya seperti generator listrik, dll. Setelah melewati turbin ini gas tersebut
akan dibuang keluar melalui saluran buang (exhaust). Secara umum proses yang
terjadi pada suatu sistem turbin gas adalah sebagai berikut:
a. Pemampatan (compression) udara dihisap dan dimampatkan
b. Pembakaran (combustion) bahan bakar dicampurkan ke dalam
ruang bakar dengan udara kemudian di bakar.
c. Pemuaian (expansion) gas hasil pembakaran memuai dan mengalir
ke luar melalui nozel (nozzle).
d. Pembuangan gas (exhaust) gas hasil pembakaran dikeluarkan lewat
saluran pembuangan. (TORIQ, AHMAD. 2010).
pada suhu panas dibandingkan pada saat suhu dingin. Viskositas pada pelumas
akan meningkat seiring meningkatnya juga tekanan yang ada di sekitar pelumas
(HANGAR, 2007).
Viskositas merupakan ukuran kekentalan fluida yang menyatakan besar
kecilnya gesekan dalam fluida. Semakin besar viskositas fluida, maka semakin
sulit suatu fluida untuk mengalir dan juga menunjukkan semakin sulit suatu benda
bergerak di dalam fluida tersebut. Di dalam zat cair, viskositas dihasilkan oleh
gaya kohesi antara molekul zat cair sehingga menyebabkan adanya tegangan geser
antara molekul-molekul yang bergerak. Zat cair ideal tidak memiliki kekentalan.
(MUTMAINNAH, 2010 ).
Gambar 2. Viskositas
Tingkat kekentalan sebuah cairan sangat berpengaruh pada temperaturnya,
maka diberikan standar pada suhu 40° C dan 100° C. Saat ini yang dijadikan
acuan adalah 40° C untuk menentukan nilai dari kekentalan oli.
Pada awalnya standar yang digunakan adalah SAE (Society of Automotive
Engineers) untuk oli gear & mesin, AGMA (American Gear Manufacturers
Association) untuk oli gear.
Namun saat tahun 1975 dibuat standar internasional, kumpulan dari
American Society for Testing and Materials (ASTM), Society for Tribologists and
Lubrication Engineers (STLE), British Standards Institute (BSI) dan Deutsches
Institute for Normung (DIN) membuat kesepakatan bersama dengan satuan
International Standards Organization Viscosity Grade yang disingkat ISO VG.
(TOTAL OIL)
11
Cara menentukan nilai viskositas suatu zat dapat menggunakan alat yang
dinamakan viskometer. Ada beberapa tipe dari viskometer yang digunakan antara
lain :
1) Viscometer Oswald
Viskositas dari cairan yang ditentukan dengan mengukur waktu yang
dibutuhkan bagi cairan tersebut untuk lewat antara dua tanda ketika
mengalir karena gravitasi melalui viskometer ostwald. Waktu alir dari
cairan yang diuji dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan bagi
suatu zat yang viskositasnya sudah diketahui (biasanya air) untuk lewat
dua tanda tersebut.
2) Viscometer Hoppler
Berdasarkan hukum stokes pada kecepatan bola maksimum, terjadi
keseimbangan sehingga gaya gesek = gaya berat. Prinsip kerjanya
adalah menggelindingkan bola (yang terbuat dari kaca) melalui tabung
gelas yang berisi zat cair yang diselidiki. Kecepatan jatuhnya bola
merupakan fungsi dari resiprok sampel.
3) Viscometer Cup dan Bob
Prinsip kerjanya digeser dalam ruangan antar dinding luar dari bob dan
dinding dari cup dimana bob masuk persis ditengah-tengah. Kelemahan
viskometer ini adalah terjadinya aliran sumbat yang disebabkan geseran
yang tinggi di sepanjang keliling bagian tube sehingga menyebabkan
penurunan konsentrasi. Penurunan konsentrasi ini menyebabkan bagian
tengah zat yang ditekan keluar memadat. Hal ini disebut aliran sumbat.
Prinsip kerjanya sampel digeser dalam ruangan antara dinding luar dari
bob dan dinding dalam dari cup dimana bob masuk persis ditengah-
tengah.
4) Viscometer Cone dan Plate
Cara pemakaian adalah sampel ditempatkan di tengah-tengah papan,
kemudian dinaikkan hingga posisi dibawah kerucut. Kerucut
digerakkan oleh motor dengan bermacam kecepatan dan sampelnya
digeser di dalam ruang semi transparan yang diam dan kemudian
kerucut yang berputar. (MOECHTAR,1990)
12
Satuan untuk viskositas kinematik adalah Stoke (m2/s) (ARIF DAN EKO,
2007) dengan rumus :
𝑣=𝐶𝑥𝑡
Keterangan :
v = viskositas kinematik (cSt)
c = konstanta kalibrasi viskometer (cSt/s)
t = waktu alir rata-rata dalam detik (s)
Angka asam total adalah ukuran dari jumlah asam atau acidlike materi
dalam sampel minyak. Angka asam total dapat terbentuk akibat dari proses
oksidasi minyak pelumas. Oksidasi pelumas dapat menyebabkan endapan, korosi
logam, atau penebalan minyak pelumas. (MOBLEY. 2008)
Angka asam total (AAT) merupakan suatu karakteristik kimia yang
menunjukkan sifat asam minyak lumas. Makin besar nilai AAT, maka sifat
minyak lumas akan semakin buruk, karena sifat ini akan mempercepat laju korosi
pada logam. Olah karena itu minyak lumas harus diuji AAT nya melalui metode
uji ASTM D 664 dan nilainya dibatasi dengan nilai maksimum. (SNI
7069.14:2008)
Asam bisa ditemukan sebagai hasil dari degradasi minyak pelumas, hasil
pembakaran bahan bakar gas atau cair, pemisahan air (hydrolysis) dari fluida
berbahan dasar Ester dan lainnya. Nilai keasaman dalam minyak pelumas harus
dibatasi karena sifatnya yang menyebabkan korosi dan memperpendek usia
pemakaian minyak pelumas. Nilai keasaman atau biasa disebut TAN (Total Acid
Number) bisa dinetralisir atau dihilangkan dari minyak pelumas dengan banyak
cara. Minyak pelumas yang memiliki nilai TAN terlalu tinggi harus segera
diganti. (DIMAS, ALFIAN Q. M.. 2017)
Asidi-alkalimetri adalah teknik analisis kimia berupa titrasi yang
menyangkut asam dan basa atau sering disebut titrasi asam-basa. Reaksi
dijalankan dengan titrasi, yaitu suatu larutan ditambahkan dari buret sedikit demi
sedikit sampai jumlah zat-zat yang direksikan tepat menjadi ekivalen (telah tepat
banyaknya untuk menghabiskan zat yang direaksikan) satu sama lain. Larutan
yang ditambahkan dari buret disebut titran, sedangkan larutan yang ditambah
titrant disebut titrat (dalam hal ini titran dan titrat berupa asam dan basa atau
sebaliknya). Pada saat ekivalen, penambahan titrant harus dihentikan, saat ini
dinamakan titik akhir titrasi. Untuk mengetahui keadaan ekivalen dalam proses
asidi-alkalimetri ini, diperlukan suatu zat yang dinamakan indikator asam-
basa.Indikator asam-basa adalah zat yang dapat berubah warna apabila pH
lingkungannya berubah. Asidi-alkalimetri menyangkut reaksi antara asam kuat-
15
basa kuat, asam kuat-basa lemah, asam lemah-basa kuat, asam kuat-garam dari
asam lemah, dan basa kuat-garam dari basa lemah. (ATKINS ET AL. 1997)
Alkalimetri merupakan suatu teknik analisis untuk mengetahui kadar
keasaman suatu zat dengan menggunakan larutan standar basa.
Seperti telah disebutkan di atas bahwa prinsip titrasi asam-basa adalah
reaksi penetralan antara asam dengan basa atau sebaliknya, maka untuk dapat
melakukan titrasi ini, kita terlebih dahulu harus memahami konsep teori asam-
basa, macam-macam reaksi penetralan dan indicator yang dapat dipakai pada
titrasi ini, sebagai berikut:
Konsep teori asam-basa:
a. Menurut Archenius (akhir abad ke-19)
Asam adalah suatu senyawa yang bila dilarutkan dalam air akan
melepaskan H+ sebagai satu-satunya ion positif.
Contoh: HCl, HNO3, CH3COOH, dan lain-lain.
HCl merupakan asam kuat, dimana dalam air akan terdisosiasi
sempurna:
HCl H+ + Cl-
H+ + H2O H3O+
Dari reaksi ini terlihat bahwa H+ tidak terdapat bebas dalam air
melainkan terikat pada molekul H2O (kelemahan teori Archenius).
Basa adalah suatu senyawa yang bila dilarutkan dalam air, akan
melepaskan ion OH-.
b. Menurut Bronsted dan Lowry
Asam adalah suatu senyawa yang dapat memberikan proton,
disebut sebagai donor proton. Basa adalah suatu senyawa yang dapat
menerima proton, disebut sebagai akseptor proton.
Asam proton + Basa konjugasi
A H+ + B
Jadi suatu asam dapat berbentuk:
Molekul, misalnya: H2SO4, HCl, CH3COOH
Anion, misalnya: HSO4-, H2PO4-, CH3COO-,COO-
Kation, misalnya: NH4+, C6H5NH3+, Fe (H2O)3+
16
Titik Nyala
Titik nyala (flash point) dari suatu cairan bahan bakar adalah temperatur
minimum fluida pada waktu uap yang keluar dari permukaan fluida langsung akan
17
Titik Tuang
Pour Point atau titik tuang adalah suhu terendah dimana suatu fraksi dapat
mengalir atau dituangkan. Pour point (titik tuang) adalah temperatur terendah
dimana sampel produk minyak bumi masih bisa mengalir dengan sendirinya
apabila didinginkan pada kondisi pemeriksaan. titik tuang produk minyak bumi
merupakan petunjuk tentang kemampuan produk minyak bumi untuk mengalir
pada suhu rendah. (ASTM D 97)
Titik tuang dari minyak lumas merupakan indikator mudah atau tidaknya
minyak lumas tersebut membeku pada temperatur tertentu. Apabila minyak lumas
tersebut cepat membeku, maka akan menyebabkan mesin tidak dapat dihidupkan
karena minyak lumas tidak dapat dipompakan dan pelumasan tidak terjadi. Selain
itu juga mengindikasikan jenis minyak lumas dasar yang digunakan. Oleh karena
itu karakteristik titik tuang perlu dibatasi nilai maksimumnya. Untuk minyak
lumas mesin biasanya satuannya ° C dengan metode uji adalah ASTM D 97. (SNI
7069.14:2008)
18
Kadar Air
bearing. Air yang ikut ke dalam lapisan film akan membentuk bubble,
berekspansi, dan membentuk ledakan kecil pada lapisan film tersebut. Fenomena
ini harus sangat dihindari karena akan merusak secara langsung lapisan film, dan
bahkan dapat menyebabkan patahan pada permukaan logam.
Kontaminasi mikrobiologi berupa bakteri dan fungi (jamur) sangat
mungkin dapat tumbuh jika terdapat air di dalam oli pelumas. Terutama jika oli
tersebut sudah terlalu lama terendam dan tidak tersirkulasi.
Kontaminasi air dalam jumlah yang besar tidak hanya akan merusak zat-
zat aditif oli pelumas, tetapi juga dapat menghilangkan zat-zat tersebut karena
langsung larut dengan air. (EPRI. 2001)
Terdapat 3 fase kandungan air menurut FERIYANTO FE (2016) :
1. Free water, air yang terpisah sempurna dengan oli dan bisa dilihat secara
visual terpisah dibagian bawah oli
2. Emulsified water, air yang bercampur cukup sempurna dengan oli, ketika
dikocok akan berbuih dan menunjukkan pengeruhan warna pada oli.
Kontaminan ini bisa dilihat secara visual namun fase tidak berpisah
dengan oli
3. Dissolved water, air yang bercampur sempurna dengan oli dan tidak bisa
dilihat secara visual.
Untuk menanggulangi kandungan air berlebih, maka diperlukan metode
yang sesuai untuk meghilagkan atau meminimalisir kandungan tersebut.
Terdapat 3 cara menurunkan kandungan air:
1. Sentrifugasi, bisa digunakan untuk menurnkan free water dan sebagian
emulsified water. Di PLTU banyak mengaplikasikan sistem ini karena
prinsipnya yang menggunakan gaya sentrifugal sehingga biaya energi
cukup rendah
2. Filter desikan, hanya bisa digunakan untuk free water dengan prinsip
seperti desikator atau eksikator atau silika gel. Dengan memanfaatkan
agen desikan maka air akan terikat.
3. Dehidrasi vakum, bisa digunakan untuk 3 fase water konten (free water.
Emulsified water, 80% dissolved water). Prinsipmya oli dilewatkan
pemanas pada temperatur 150° F dan dilewatkan kolom vakum. Sistem ini
20
Kadar Logam
Perangkat keras ICP-OES yang utama adalah plasma, dengan bantuan gas
akan mengatomisasi elemen dari energi ground state ke eksitasi state sambil
memancarkan energi cahaya hv.
Proses ini terjadi oleh plasma yang dilengkapi dengan tabung konsentris
yang disebut torch, umunya dibuat dari silika. Torch terletak di dalam water-
21
cooled coil of a radio frequency generator. Gas yang mengalir ke dalam torch
diaktifkan dan gas di coil region menghasilkan electrically conductive.
Pembentukan induksi plasma sangat bergantung pada kekuatan medan
magnet dan pola yang mengikuti aliran gas. Perawatan plasma biasanya dengan
pemanasan secara induktif dari gas mengalir. Induksi dari medan magnet yang
yang menghasilkan frekuensi tinggi annular arus listrik di dalam konduktor. Yang
mengakibatkan pemanasan dari konduktor akibat dari tahanan ohmic.
Untuk mencegah kemungkinan konsleting serta meltdown, plasma harus
diisolasi dari lingkungan instrumen. Isolasi dapat dilakukan dengan aliran gas-gas
melalui sistem. Tiga aliran gas melalui sistem–outer gas, intermediate gas, dan
inner atau carrier gas. Outer gas biasanya gas Argon atau Nitrogen. Outer gas
berfungsi untuk mempertahankan plasma, menjaga posisi plasma, dan osilasi
panas plasma dari luar torch. Argon umumnya digunakan untuk intermediate gas
dan inner atau carrier gas. Fungsi carrier gas adalah untuk membawa sampel ke
plasma.
ICP OES terdiri dari komponen berikut:
sampel introduction system (nebulizer)
ICP torch
High frequency generator
Transfer optics and spectrometer
Computer interface
Sampel yang akan dianalisis harus dalam larutan. Untuk sampel padatan
diperlukan preparasi sampel dengan proses digestion pada umumnya dengan acid
digestion. Nebulizer berfungsi untuk mengubah larutan sampel menjadi aerosol.
Cahaya emisi oleh atom suatu unsur pada ICP harus dikonversi ke suatu sinyal
listrik yang dapat diukur banyaknya. Hal ini diperoleh dengan mengubah cahaya
tersebut ke dalam komponen radiasi (hampir selalu dengan cara difraksi kisi) dan
kemudian mengukur intensitas cahaya dengan photomultiplier tube pada panjang
gelombang spesifik untuk setiap elemen. Cahaya emisi oleh atom atau ion dalam
ICP dikonversikan ke sinyal listrik oleh photomultiplier dalam spektrometer.
Intensitas dari sinyal dibandingkan intensitas standar yang diketahui
konsentrasinya yang telah diukur sebelumnya. Beberapa elemen memiliki lebih
22
dari satu wavelengths spesifik dalam spektrum yang dapat digunakan untuk
analisis. Dengan demikian, pilihan wavelength yang paling sesuai sangat
mempengaruhi akurasi.
Aplikasi OES
ICP dapat digunakan dalam analisis kuantitatif untuk jenis sampel bahan-
bahan alam seperti batu, mineral, tanah, endapan udara, air, dan jaringan tanaman
dan hewan, mineralogi, pertanian, kehutanan, peternakan, kimia ekologi, ilmu
lingkungan dan industri makanan, termasuk pemurnian dan distribusi analisa
elemen air yang tidak mudah dikenali oleh AAS seperti sulfur, boraks, fosfor,
titanium, dan zirconium. (ALCOCK, N.W. 1995)
23
Tempat dan Waktu Commented [A20]: Tidak ada nomor sub bab. Seharusnya
posisi di margin kiri.
Percobaan ini merupakan bagian dari pelaksanaan magang dan Praktik Commented [A21]: Tidak perlu diberi garis bawah
Kerja Lapang (PKL) di Laboratorium Petroleum Chemistry and Tribology PT Commented [A22]: Perbedaan istilah. Seharusnya Praktek Kerja
Industri (PRAKERIN)
Syslab Integrated Laboratory Services yang berlokasi di Jalan MH. Thamrin,
Plaza Amsterdam Blok D2-D10, Sentul City, Bogor pada bulan Januari hingga
Juli 2019. Ringkasan magang dan PKL dapat dilihat di Lampiran 1. Commented [A23]: Perbedaan istilah. Seharusnya Praktek Kerja
Industri (PRAKERIN)
Bahan dan Alat Commented [A24]: Tidak ada nomor sub bab. Seharusnya
posisi di margin kiri.
25
26
Percobaan ini dilakukan pada sampel minyak pelumas turbin menggunakan Commented [A29]: Tidak ada nomor sub bab. Seharusnya
posisi di margin kiri.
sembilan parameter, yakni viskositas kinematik 100˚C dan 40˚C (ASTM D 445),
indeks viskositas (ASTM D 2270), angka asam total (ASTM D 974), titik nyala
metode Cleveland Open Cup (COC) (ASTM D 92), titik tuang (ASTM D 97),
kandungan air (Crackle Test), dan kadar logam (aditif dan wear) menggunakan
instrumen Inductively Coupled Plasma (ICP-OES) (ASTM D 5185).
Pembuatan Larutan Solvent untuk Angka Asam Total Commented [A35]: Seharusnya diberi nomor sub-bab
Pembuatan Larutan Standar Logam untuk Inductive Coupe Plasma (ICP) Commented [A36]: Seharusnya diberi nomor sub-bab
Penetapan Viskositas Kinematik 100° C Commented [A40]: Seharusnya diberi nomor sub-bab
batas atas dan tunggu beberapa menit hingga temperatur sampel telah mencapai
suhu optimal. Sampel diturunkan dengan cara disedot menggunakan bulb dan
stopwatch dinyalakan dan dimatikan saat menyentuh garis awal dan akhir.
Indeks Viskositas (ASTM D 2770) Commented [A41]: Seharusnya diberi nomor sub-bab
Penetapan Angka asam total Commented [A42]: Seharusnya diberi nomor sub-bab
Penetapan Nilai Titik Nyala Metode Cleveland Open Cup (COC) Commented [A43]: Seharusnya diberi nomor sub-bab
Alat uji flash point tester disiapkan dan diatur hingga suhu mencapai 28° C
di bawah suhu yang diperkirakan. Sampel dituangkan ke dalam pemanas hingga
mendekati penuh lalu sumber api dinyalakan. Apabila belum terdapat percikan
30
api saat disulut menggunakan sumber api, suhu pemanas dinaikkan dan uji
diulang per 2° C hingga terdapat percikan api yang terlihat.
Penetapan Nilai Titik Tuang Commented [A44]: Seharusnya diberi nomor sub-bab
Alat Pour Point Bath disiapkan dan diisi dengan aseton hingga
ketinggiannya mencapai wadah selubung tabung uji. Sampel dituangkan ke
tabung uji hingga mencapai tanda tera lalu ditutup menggunakan sumbat gabus
yang telah terdapat termometer. Tabung uji dimasukkan ke dalam wadah selubung
lalu dry ice dimasukkan secara perlahan hingga suhu sampel turun. Nilai titik
tuang dibaca per 3° C hingga larutan tidak mengalir selama minimal 5 detik.
Penetapan Kadar Air metode Crackle Test Commented [A45]: Seharusnya diberi nomor sub-bab
Alat uji flash point tester disiapkan dan diatur hingga suhu ± 160° C. Dituangkan
sejumlah sampel ke dalam pemanas titik nyala dan diamati gelembung yang
terbentuk dari larutan tersebut.
y-a
Kadar logam = - kadar blanko
b
Keterangan :
y : Intensitas (intensitas)
a : Intersep (intensitas)
𝑖𝑛𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠
b : Slope ( 𝑚𝑔 )
𝑘𝑔
HASIL DAN PEMBAHASAN Commented [A47]: Seharusnya ditulis BAB III Hasil dan
Pembahasan
Hasil analisis kualitas minyak pelumas turbin untuk mesin Gas Turbine
Generator menggunakan sembilan parameter yaitu viskositas kinematik 40° C, Commented [A48]: Seharusnya spasi setelah angka bukan
setelah derajat
viskositas kinematik 100° C, indeks viskositas, angka asam total, titik nyala, titik
Commented [A49]: Seharusnya spasi setelah angka bukan
tuang, kadar air, kadar logam aditif dan kadar logam keausan. Minyak pelumas setelah derajat
yang digunakan merupakan minyak untuk mesin turbin dengan standar ISO VG
32. Sampel diambil lima titik uji waktu operasional yaitu (24, 714, 1601, 2097
dan 2820) jam kemudian diuji dan didapatkan data hasil analisis tercantum pada
Tabel 4.
32
33
Viskositas Kinematik 40° C Commented [A50]: Seharusnya jarak judul dan paragraph baru
diberi 2 spasi
Viskositas merupakan salah satu perameter uji yang penting, dimana Commented [A51]: Seharusnya diberi nomor dengan huruf keci
(3.1) dan merapat ke kiri
kekentalan minyak pelumas memiliki peran yang sangat penting dalam
menentukan kualitas dari komponen mesin yang menggunakan minyak pelumas
tersebut. Viskositas kinematik pada suhu 40° C adalah parameter kekentalan
minyak pelumas dalam keadaan mulai atau permulaan kerja. Karena kekentalan
minyak pelumas pada suhu ini penting untuk melihat bagaimana kinerja
pelumasan saat mesin masih dalam keadaan permulaan agar saat mesin mulai
bekerja dengan keras tidak terjadi kerusakan akibat terlalu encer maupun kental
minyak pelumasnya. Berikut grafik perubahan nilai viskositas kinematik pada
suhu 40° C pada Gambar 9. Commented [A52]: Perunjukan tanpa keterangan
32.00
31.75
Viskositas Kinematik (cSt)
31.80
31.60
31.40 31.18
31.20 31.03
31.00
30.70
30.80 30.59
30.60
30.40
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
Waktu Operasioal (Jam)
acuan, meskipun terdapat perubahan yang cukup signifikan dari 24 jam ke 714
jam yang turun hingga 0,57 cSt. Perubahan yang terjadi dapat diakibatkan
beberapa faktor seperti kontaminasi pelumas oleh air yang menghasilkan dua fasa
karena minyak pelumas memiliki fasa yang berbeda dengan air. Terjadinya
perbedaan dua fasa tersebut mengakibatkan kekentalan dari minyak pelumas
menurun dan mengurangi efektifitas pelumasan, sehingga hal tersebut dapat
berdampak pada kerusakan komponen mesin yang saling bergesekan.
5.5005.489
Viskositas Kinematik
5.430 5.420
5.450
5.400
(cSt)
5.350 5.324
5.301
5.300
5.250
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
Waktu Operasional (Jam)
Viskositas Indeks
108
107.5
107
106.5 106
106
105.5 105
105
104.5
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
Waktu Operasional (Jam)
Angka asam total merupakan salah satu parameter yang penting dalam
menentukan kualitas minyak pelumas terutama untuk tipe turbin. Angka asam
total mengindikasikan jumlah senyawa asam yang terbentuk pada minyak
pelumas, baik asam yang sudah ada dari pelumas baru maupun asam dari hasil
operasional mesin. Berikut hasil yang didapat dari analisis angka asam total pada
Gambar 12.
0.24 0.23
0.22
Angka Asam Total (mg)
0.20
0.20
0.18 0.17
KOH/g)
0.16
0.16 0.15
0.14
0.12
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
Waktu Operasional (Jam)
angka asam total harus tetap diperhatikan pada setiap periode waktu, agar tidak
terjadi asam berlebih pada minyak pelumas yang dapat berakibat pada korosifitas
minyak pelumas dan dapat berakibat pada rusaknya komponen mesin.
Naiknya nilai angka asam total dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
teroksidasinya minyak pelumas akibat dari suhu mesin yang tinggi, sehingga
membentuk oksida asam. Oksida asam tersebut yang kemudian dapat bereaksi
dengan hidrogen dari udara ataupun kebocoran air menghasilkan asam yang
bersifat korosif.
Titik Nyala
240
230
Titik Nyala (° C)
210
200
190
180
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
Waktu Operasional (Jam)
mengacu pada SNI 7069.14:2008. Titik nyala pada minyak pelumas cenderung
stabil seiring bertambahnya waktu operasional.
Titik Tuang
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
-7
Titik Tuang (° C)
-14
-28
Waktu Operasional (Jam)
Kadar Air
menghasilkan senyawa H2SO4 yang bersifat korosif. Tingginya kadar air juga
dapat mempengaruhi kinerja pelumasan dengan pembentukan buih yang banyak
dan mengurangi efektifitas pelumasan. Berikut hasil analisis kadar air
menggunakan metode crackle test pada Gambar 15.
0.03
0.02 0.02 0.02 0.02 0.02
0.02
Kadar Air (%)
0.02
0.01
0.01
0.00
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
Waktu Operasional (Jam)
Gambar 13. Grafik Perubahan Nilai Kadar Air Metode Crackle Test
Data hasil analisis dibandingkan dengan standar acuan mutu internal PT.
SysLab dengan nilai toleransi maksimal 0,2%. Dari hasil analisis didapatkan
bahwa kadar air dari minyak pelumas konstan dan dalam kadar yang cukup
rendah sebesar 0,02%. Berdasarkan acuan dari manufaktur, kadar air dengan nilai
dibawah 0,1% dapat disebabkan oleh pengembunan atau kondensasi udara pada
kompartemen mesin. Adanya kebocoran pada seal baik sambungan antar
kompartemen maupun penghubung antara bagian dalam dan luar dan dalam mesin
yang mengakibatkan adanya udara yang masuk kemudian mengembun di dalam
kompartemen.
Kadar Logam
Logam dalam minyak pelumas terbagi atas dua yaitu logam aditif dan
logam ausan (wear logam). Logam aditif dalam minyak pelumas sangat
diperlukan karena logam aditif memiliki peranan penting dalam mengoptimalkan
fungsi pelumasan. Sebaliknya, logam ausan adalah logam yang diharapkan tidak
ada dalam minyak pelumas, karena keberadaan logam ausan dapat
41
5.0
3.9
Kadar Logam (mg/kg)
4.0
2.7
3.0 2.1
2.0 1.4
Ca Mg
Standar minimal tidak tercantum pada SNI karena kadar logam aditif
tergantung pada perusahaan produsen minyak pelumas tersebut, karena
berhubungan dengan jumlah zat aditif yang ditambahkan. Hasil analisis
menunjukkan adanya penurunan kadar pada logam kalsium sebesar 3,9 mg/kg
menjadi 0,0 mg/kg dan magnesium sebesar 0,2 mg/kg menjadi 0,0 mg/kg seiring
dengan bertambahnya waktu operasional mesin.
Kemungkinan berkurangnya logam kalsium dan magnesium akibat proses
netralisir asam yang terbentuk, karena penambahan logam kalsium dan
magnesium dimasukkan ke dalam pelumas sebagai basa.
42
8.0 7.4
7.0
6.0 5.5
Kadar Logam (mg/kg)
4.7
5.0
3.8
4.0
3.2
2.8
3.0
1.8 1.8
2.0 1.3 1.3
1.1 1.2
0.9
1.0 0.6 0.5 0.6
0.2 0.4
0.1 0.1 0.2
0.1
0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
0.0
0 700 1400 2100 2800
Waktu Pengoperasian (Jam)
Si Fe Cu Al Cr Ag Sn Pb Ni K Zn
b. Besi (Fe)
Besi merupakan logam utama pada komponen mesin dan sangat
lumrah ditemukan pada minyak pelumas bekas. Pada minyak turbin besi
biasa ditemukan berasal dari abrasi komponen roda gigi, shaft, bearing,
dan silinder pipa.
Hasil analisis logam Fe didapatkan kadar terendah dan terbesar
berturut-turut sebesar (1,1 dan 1,8) mg/kg. Nilai tersebut masih jauh dari
batas toleransi maksimum sebesar 30 mg/kg. Hal ini mengindikasikan
bahwa pelumasan berlangsung dengan baik karena tidak banyak
komponen mesin yang terabrasi akibat gesekan berlebih.
c. Tembaga (Cu)
Tembaga digunakan sebagai elemen campuran karena sifatnya
yang mudah dibentuk, memiliki konduktivitas panas yang yang baik
sehingga cocok untuk komponen mesin yang cenderung bersuhu sangat
tinggi. Tembaga biasa ditemukan akibat abrasi pada komponen bearing,
pipa dan cooler.
Hasil analisis logam Cu didapatkan kadar terendah dan tertinggi
sebesar (0,0 dan 0,2) mg/kg. Nilai ini masih jauh dari batas toleransi
maksimal sebesar 35 mg/kg dan mengindikasikan pelumasan yang baik
pada komponen mesin.
44
d. Aluminum (Al)
Aluminum merupakan logam yang memiliki kekuatan tinggi
dengan berat yang ringan serta memiliki ketahanan korosifitas yang tinggi
karena terdapat lapisan oksida pada permukaan material. Campuran antara
Aluminum dengan logam lain dapat meningkatkan ketahanan material
pada keausan dan temperatur tinggi. Aluminum biasa ditemukan pada
komponen bearing, pipa, cooler, dan residu dari filter sintetis.
Hasil analisis logam Al didapatkan kadar terendah dan tertinggi
(0,0 dan 0,1) mg/kg. Nilai ini masih jauh dari batas toleransi maksimal
sebesar 15 mg/kg dan mengindikasikan pelumasan yang baik pada
komponen mesin.
e. Krom (Cr)
Krom adalah material yang memiliki kekerasan yang tinggi serta
memiliki ketahanan yang tinggi terhadap korosi. Pada minyak pelumas
kadar krom sangat diperhatikan, karena keberadaan kadar krom sangat
berbahaya untuk komponen mesin. Pada minyak pelumas turbin, krom
biasa ditemukan akibat abrasi pada shaft coating dan bearing.
Hasil analisis logam Cr didapatkan sebesar 0,0 mg/kg. Nilai ini
masih dalam batas yang aman dengan maksimal kadar sebesar 9 mg/kg
dan mengindikasikan sistem pelumasan yang baik.
f. Perak (Ag)
Perak pada minyak pelumas turbin biasa ditemukan akibat abrasi
pada komponen bearing, shaft dan abrasi roda gigi. Hasil analisis logam
menunjukkan nilai kadar sebesar 0,0 mg/kg. Nilai ini menunjukkan hasil
serta sistem pelumasan yang baik pada komponen mesin.
g. Timah (Sn)
Timah biasa digunakan pada bearing sebagai logam yang
dikorbankan untuk terkikis dan melindungi komponen di dalamnya. Pada
45
minyak pelumas turbin timah biasa ditemukan akibat abrasi pada bearing,
shaft dan cooler.
Hasil analisis didapatkan kadar timah terendah dan tertinggi
sebesar (0,0 dan 0,6) mg/kg. Nilai ini masih dibawah batas toleransi
maksimal sebesar 10 mg/kg dan mengindikasikan sistem pelumasan yang
baik.
h. Timbal (Pb)
Timbal pada minyak pelumas turbin biasa ditemukan di komponen
bearing dan biasa digunakan sebagai lapisan yang dikorbankan untuk
melindungi lapisan logam di dalamnya. Hasil analisis logam didapatkan
kadar timbal terendah dan tertinggi sebesar (0,0 dan 0,9) mg/kg. Nilai ini
masih dibawah batas toleransi maksimum sebesar 15 mg/kg. Rendahnya
kadar logam timbal mengindikasikan baiknya kinerja pelumas sehingga
proses abrasifitas komponen mesin dapat terhambat.
i. Seng (Zn)
Terdapat anomali pada hasil analisis berupa terdapat kadar Seng
yang terbaca. Menurut rujukan dari manufaktur, seyogyanya tidak
ditemukan adanya logam seng pada minyak turbin, namun dari data yang
diperoleh terdapat kadar hingga 7,4 mg/kg, maka diperlukan analisis lebih
lanjut apakah minyak pelumas tersebut memang mengandung logam Seng
atau kontaminasi dari pelumas lain yang mengandung seng.
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, kadar logam keausan pada minyak
pelumas “X” mengalami peningkatan dari jarak tempuh 350 km sampai dengan
1400 km. Hasil yang diperoleh masih dalam batas yang ditetapkan oleh standar
mutu PT Syslab.
SIMPULAN
46
DAFTAR PUSTAKA
ARIF & EKO. 2007. Aplikasi Sensor Fotodioda Pada Viskometer Bola Jatuh
Berbantukan Komputer. Jurnal Sains MIPA Tahun 2007, Vol 13, No. 3.
Universitas Lampung. Lampung.
ASTM (American Standard for Testing Material). 2016. D 92. Standard Test
Method for Flash and Fire Point by Cleveland Open Cup Tester. ASTM
International. United States (US).
ASTM (American Standard for Testing Material). 2017. D 97. Standard Test
Method for Pour Point of Petroleum Products. ASTM International. United
States (US).
47
48
HARDJONO, A.. 2001, Teknologi Minyak Bumi. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
THOMAS R.. 2008. Pratical Guide To ICP –MS, A Tutorial for Beginners
Second Edition. CRC Press. USA
Lampiran 1. (Lanjutan)
53
Lampiran 1. (Lanjutan)
54
Lampiran 1. (Lanjutan)
55
Lampiran 1. (Lanjutan)
56
Lampiran 1. (Lanjutan)
57
Lampiran 1. (Lanjutan)
58
Lampiran 1. (Lanjutan)
59
Lampiran 1. (Lanjutan)
60
Lampiran 1. (Lanjutan)
61
Lampiran 1. (Lanjutan)
62
Lampiran 1. (Lanjutan)
63
Lampiran 1. (Lanjutan)
64
Lampiran 1. (Lanjutan)
65
Lampiran 1. (Lanjutan)
66
Lampiran 1. (Lanjutan)
67
Lampiran 1. (Lanjutan)
68
Lampiran 1. (Lanjutan)
69
Lampiran 1. (Lanjutan)
70
Lampiran 1. (Lanjutan)
71
Lampiran 1. (Lanjutan)
72
Lampiran 1. (Lanjutan)
73
Lampiran 1. (Lanjutan)
74
Lampiran 1. (Lanjutan)
75
Lampiran 1. (Lanjutan)
76
Lampiran 1. (Lanjutan)
77
Lampiran 1. (Lanjutan)
78
Lampiran 1. (Lanjutan)
79
𝑁 = 0,71
((𝑎𝑛𝑡𝑖𝑙𝑜𝑔 𝑁) − 1)
𝑉𝐼 = [ ] + 100
0,00715
((𝑎𝑛𝑡𝑖𝑙𝑜𝑔 0,71) − 1)
𝑉𝐼 = [ ] + 100
0,00715
𝑉𝐼 = 109
\
81
Lampiran 5. Data Hasil Pengukuran Deret Standar dan Pengujian Kadar Logam
y = 649.2837x + 439.2306
2,000,000 r = 0,999
1,000,000
0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000
Konsentrasi (mg/kg)
Lampiran 5. (Lanjutan)
800,000
600,000
400,000
200,000
0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000
Konsentrasi (mg/kg)
2,000,000
r = 0,999
1,500,000
1,000,000
500,000
0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000
Konsentrasi (mg/kg)
84
Lampiran 5. (Lanjutan)
400,000
200,000
0
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
Konsentrasi (mg/kg)
60,000
y = 65.66285518x + 11.30127185
50,000
r = 0,999
Intensitas
40,000
30,000
20,000
10,000
0
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
Konsentrasi (mg/kg)
200,000
150,000
100,000
50,000
0
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
Konsentrasi (mg/kg)
86
Lampiran 5. (Lanjutan)
20,000
15,000
10,000
5,000
0
-5,000 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
Konsentrasi (mg/kg)
Lampiran 5. (Lanjutan)
200,000
150,000
100,000
50,000
0
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
Konsentrasi (mg/kg)
12,000
10,000
8,000
6,000
4,000
2,000
0
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
Konsentrasi (mg/kg)
88
Lampiran 5. (Lanjutan)
100,000
y = 126.15045225 x + 261.13520840
r = 0,999
80,000
Intensitas
60,000
40,000
20,000
0
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
Konsentrasi (mg/kg)
Lampiran 5. (Lanjutan)
5,000
y = 5.30287018 x + 19.79925239
4,000 r = 0,999
Intensitas
3,000
2,000
1,000
0
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
Konsentrasi (mg/kg)
90