Anda di halaman 1dari 22

ANALISIS KIMIA DASAR

BAB KESELAMATAN KESEHATAN KERJA DAN


II LINGKUNGAN HIDUP
BAB II KESELAMATAN KESEHATAN KERJA DAN
LINGKUNGAN HIDUP

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari bab II ini, peserta didik dapat memahami konsep dasar
K3LH, menganalisis dasar-dasar hukum K3LH, menganalisis kecelakaan kerja dan
sumber potensi kecelakaan kerja, melaksanakan Keselamatan Kesehatan Kerja di
laboratorium, dan Melaksanakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K).

PETA KONSEP

PENERAPAN KONSEP K3LH

Penerapan Dasar Hukum Penerapan Manajemen


K3 K3LH

Pengendalian Potensi
Risiko

Terciptanya Bekerja Aman


di Laboratorium

KATA KUNCI

K3LH, PAK, KAK, P3K

32
ANALISIS KIMIA DASAR

PENDAHULUAN

Tingginya angka kecelakaan kerja akhir-akhir ini, merupakan sebuah peringatan,


bahwasanya kondisi dan lingkungan kerja tidak aman. Setiap tahun ada sekitar 1,8 juta
jiwa yang meninggal akibat kecelakaan kerja di kawasan Asia. Artinya 2/3 kematian
akibat kerja ada di Asia. Untuk tingkat global, ada sekitar 2,78 juta jiwa yang meninggal
setiap tahunnya. Untuk yang mengalami penyakit akibat kerja dan cidera tidak fatal,
sekitar 374 juta jiwa (ILO, 2018). Berdasarkan data ILO, pekerja muda lebih rentan
mengalami kecelakaan kerja dan penyakit.
Beberapa faktor penyebab pekerja muda rentan mengalami kecelakaan
kerja adalah: minim pengalaman kerja, emosional yang belum stabil, kurangnya
pengetahuan akan potensi risiko di lingkungan kerja, kurangnya kesadaran untuk
membudayakan K3 dalam bekerja sehari-hari di laboratorium/bengkel.

Gambar 2.1 Ilustrasi Kecelakaan Kerja


Sumber Gambar: Alvino, https://petrotrainingasia.com/

Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan calon-calon tenaga


kerja yang akan bekerja di industri. Rata-rata usia lulusan SMK adalah 18-25 tahun.
Penerapan K3 di SMK seharusnya sudah menjadi budaya dan terintegrasi dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini menjadi penting, karena aktivitas peserta didik sehari-
hari tidak terlepas dari kegiatan praktik, yang berpotensi menimbulkan risiko saat
bekerja. Oleh sebab itu dalam pelaksanaan pendidikan di SMK, seharusnya sudah
mulai fokus pada program penyelarasan SMK dengan dunia usaha dan dunia industri.
Salah satu item pokok dalam Link and match adalah penumbuhan karakter kerja,
berupa penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

33
ANALISIS KIMIA DASAR

MATERI PEMBELAJARAN

A. Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup


1. Pengertian Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup
Pengertian keselamatan kerja (occupational safety) berdasarkan filosofi
adalah: suatu karya dan budaya yang bertujuan menjamin keutuhan dan
kesempurnaan, baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya,
dan manusia pada umumnya.
Dari segi keilmuan, arti keselamatan adalah: suatu pengetahuan dan
penerapan usaha untuk mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja. Sedangkan arti kesehatan kerja adalah: pemikiran dan
suatu upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmani maupun
rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya. Tujuannnya
untuk menuju masyarakat adil dan makmur.
Lingkungan hidup adalah lingkungan biotik dan abiotik yang satu sama
lainnya terjadi sebuah interaksi yang saling berhubungan. Lingkungan hidup
adalah: sumber daya yang dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan
manusia. Akan tetapi, sisi lain lingkungan hidup adalah tempat yang akan
terkena dampak dari semua aktivitas yang dilakukan oleh manusia.
2. Tujuan K3LH
Tujuan dari penerapan K3LH adalah:
a. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja, timbulnya penyakit akibat suatu
pekerjaan, mencegah/ mengurangi kematian, mencegah/mengurangi cacat
fisisk baik tetap atau sementara pada anggota tubuh pekerja.
b. Memberikan perlindungan dan pengamanan terhadap sumber-sumber
produksi.
c. Meningkatkan produktivitas kerja dan menjamin kehidupan produktifnya.
d. Mencegah terjadinya pemborosan tenaga kerja, modal, alat dan sumber-
sumber produksi lainnya.
e. Memberikan jaminan area kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman
sehingga dapat menimbulkan kegembiraan semangat kerja.
f. Proses produksi berjalan dengan lancar.
g. Implementasi dasar-dasar hukum yang sudah ditetapkan.
3. Sasaran K3LH
a. Sasaran kemanusiaan: untuk memberikan perlindungan atas hak asasi
manusia.
b. Sasaran ekonomi: untuk mencegah kerugian materi dan nonmeteri
perusahaan.
c. Sasaran sosial: untuk menciptakan kesejahteraan sosial dan memberikan
perlindungan bagi pekerja dan masyarakat sekitarnya.
d. Hukum: patuh hukum dan sudah melaksanakan perundang-undangan yang
berlaku.
4. Lambang K3
Bentuk lambang K3 berupa palang berwarna hijau, dengan roda bergerigi,
jumlah sebelas dengan warna dasar putih. Hal ini tertuang dalam Keputusan
Menaker RI Nomor.1135/MEN/1987, tentang bendera keselamatan dan
kesehatan kerja.

34
ANALISIS KIMIA DASAR

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 2.2 Lambang Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)


Sumber Gambar: Kepmenaker RI 1135/MEN/198

Arti dari lambang K3 adalah:


a. Palang hijau: Terbebas dari KAK dan PAK.
b. Roda gigi: Bekerja dengan kesegaran jasmani dan rohani.
c. Sebelas (11) gerigi roda: Ada 11 bab dalam UU No. 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja.
d. Warna putih bersih dan suci, artinya warna hijau selamat, sehat dan
sejahtera.

B. Dasar Hukum K3LH


1. Undang-Undang Dasar 1945
Dasar hukum tertinggi berdasarkan tata urutan peraturan perundang-
undangan di Indonesia adalah Undang-Undang Dasar Tahun 1945 pasal 27
ayat (2) berbunyi: ”Tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan.”
Makna dari isi pasal 27 ayar (2) adalah setiap warga negara yang bekerja
berhak untuk mendapatkan perlindungan terhadap Keselamatan Kesehatan
Kerja (K3). Tujuannya agar dalam bekerja tercipta kondisi kerja yang kondusif,
nyaman, sehat, dan aman. Tentu saja ini dapat mendorong produktivitas,
efektivitas, effisensi, dan peningkatan kompetensi.
2. Undang-Undang K3, No 1 Tahun 1970, Tentang K3
UU K3 Nomor 1 Tahun 1970 merupakan induk dari peraturan perundang-
undangan K3. UU ini ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun
1969 pada Pasal 9 dan 10.
Undang-Undang nomor 1 tahun 1970 terdiri dari 11 Bab dan 18 pasal.
Sejak lahirnya UU nomor 1 Tahun 1970, maka peraturan tentang keselamatan
kerja di zaman Belanda yang disebut “Veiligheidsreglement” yang sudah
dilaksanakan sejak Tahun 1910 telah dicabut.
3. Peraturan Mentri Tenaga Kerja Nomor 4 Tahun 1987,tentang Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3). Pasal 1 menyatakan bahwa: “Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disebut P2K3.
P2K3 adalah Badan pembantu di tempat kerja yang merupakan wadah

35
ANALISIS KIMIA DASAR

MATERI PEMBELAJARAN

kerjasama antara pengusaha dan pekerja untuk mengembangkan kerjasama.


4. UU Nomor 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan Bunyi pasal 23, adalah:
a. Produktivitas kerja bisa optimal, bila kesehatan kerja diselenggarakan.
b. Kesehatan kerja terdiri dari pelayanan kesehatan kerja, pencegahan
penyakit akibat kerja, dan kesehatan kerja.
c. Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja.
d. Ketentuan mengenai kesehatan kerja sebagaimana dimaksud dalam Ayat
(2) dan Ayat (3) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
5. Undang-Undang nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
Pada Pasal 86 berbunyi :
“Pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas
keselamatan dan kesehatan kerja”(UU no 13,2003)
Pasal 87 berbunyi:
“Setiap perusahaan wajib menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan kerja (SMK3),yang terintegrasi dengan sistem manajemen
perusahaan, dimana setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3”.
6. Peraturan Mentri Tenaga Kerja Nomor 50 Tahun 2012 tentang SMK3.
Permenaker Nomor 50 Tahun 2012 berisikan tentang Sistem Manajemen
Keselamatan Kesehatan Kerja (SMK3)
Pasal 5 berbunyi:
“Mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus) orang: atau
dan mempunyai potensi bahaya tinggi wajib SMK 3”.

C. Manajemen Kesehatan kerja


1. Ruang Lingkup Kesehatan Kerja
Setiap Pekerja harus memahami, setiap tahapan pekerjaan yang akan
dilakukan, apakah memiliki potensi/risiko kerja, yang dapat menyebabkan
terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK), dan
paham dalam mengelola risiko tersebut. Oleh sebab itu seorang pekerja harus
memiliki attitude, skill and knowledge untuk setiap bidang pekerjaan yang
gelutinya.
Suatu upaya penyerasian antara kapasitas kerja, lingkungan kerja,
beban kerja, agar setiap pekerja dapat bekerja dengan secara sehat tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat yang ada di sekelilingnya
disebut dengan kesehatan kerja. Pekerja yang sehat, produktivitas kerja dapat
meningkat (UU Kesehatan kerja nomor 32 tahun 1992).
2. Tujuan Kesehatan Kerja
Tujuan dilaksanakannya kesehatan kerja adalah:
a. Menjaga dan meningkatkan kesehatan fisik, mental, psikis, dan
kesejahteraan sosial.
b. Mencegah terjadinya gangguan kesehatan kerja, akibat lingkungan kerja
yang tidak sehat.
c. Melindungi pekerja saat melakukan pekerjaannya.
d. Memosisikan pekerja di lingkungan kerja yang cocok dengan kemampuan
fisik dan psikisnya.

36
ANALISIS KIMIA DASAR

MATERI PEMBELAJARAN

D. Kecelakaan Kerja
1. Pengertian Kecelakaan Kerja
Pengertian kecelakaan kerja adalah: kejadian yang terjadi secara tiba-tiba
dan tidak diinginkan. Akibat yang ditimbulkan dari kecelakaan kerja adalah:
cidera ringan/berat, kematian, luka-luka, kerusakan harta benda, kerugian
waktu, kerugian proses, dan menurunnya image perusahaan.
2. Pemicu Terjadinya Kecelakaan kerja
a. Kesalahan kelengkapan bangunan dan/atau laboratorium.
b. Kesalahan dalam deteksi daerah potensial penyebab terjadinya kecelakaan.
c. Kesalahan penanganan bahan kimia berbahaya.
d. Kesalahan penyimpanan bahan-bahan kimia.
e. Informasi yang kurang tentang hazards.
3. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja.
a. Faktor teknis,
Yang termasuk faktor teknis adalah: tempat kerja, kondisi peralatan, bahan-
bahan, transportasi dan peralatan yang bergerak.
b. Faktor nonteknis.
Yang termasuk faktor nonteknis adalah: ketidaktahuan, kemampuan
yang kurang, keterampilan yang kurang teliti dan tidak mengenakan Alat
Pelindung Diri (APD).
c. Faktor alam, seperti: terjadinya gempa bumi, banjir bandang, dan lain-lain.
4. Klasifikasi Kecelakaan Kerja
a. Kecelakaan kerja berdasarkan penyebab terjadi: ada yang disebabkan oleh
faktor mesin, seperti : mesin pembangkit, mesin uap. Ada yang disebabkan
oleh peralatan lain, contohnya tanur, refrigerator, alat-alat listrik, dan
sebagainya.
b. Kecelakaan kerja berdasarkan kelalaian dan luka yang ditimbulkan.
Contohnya adalah:patah tulang, keseleo, kejang otot (urat), luka luar dan
luka dalam,amputasi, geger otak, remuk, luka bakar, keracunan mendadak,
dan pengaruh radiasi.
c. Kecelakaan kerja menurut letak kelainan dan luka di tubuh, seperti di
kepala, leher, badan, anggota atas , anggota bawah, dan banyak tempat.
5. Aspek-Aspek Kecelakaan Kerja
a. Kondisi Tidak Aman
Kondisi tidak aman isebut juga unsafe condition. Artinya adalah: kondisi
di lingkungan kerja yang tidak aman, dan dapat membahayakan pekerja,
baik alat, material, maupun bahan baku. Contoh kondisi tidak aman (unsafe
condition) sebagai berikut:
1) Mereaksikan reagent kimia, yang bersifat reaktif dalam jumlah yang
banyak.
2) Membuang sampah sembarangan yang menyebabkan orang dapat
terpeleset.
3) Kurang ataupun berlebihnya pencahayaan dan ventilasi.
4) Tidak melakukan pekerjaan sesuai SOP.
5) Temperatur yang melebihi ambang batas normal.

37
ANALISIS KIMIA DASAR

MATERI PEMBELAJARAN

b. Tindakan/Perilaku Tidak Aman


Tindakan tidak aman (unsafe action), merupakan perilaku yang
berbahaya. Hal ini dapat menimbulkan kerugian untuk diri sendiri ataupun
orang lain yang ada di area tersebut.
Berikut contoh-contoh tindakan tidak aman (unsafe action) adalah:
1) Mengabaikan penggunaan Alat Pelindung Diri.
2) Mengabaikan peringatan dan rambu-rambu K3.
3) Menggunakan peralatan kerja yang tidak layak untuk dipakai.
4) Memakai safety helm yang sudah retak/pecah atau tidak terstandar.
6. Dampak Terjadinya Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja dapat menyebabkan perencanaan yang sudah
diatur oleh organisasi/perusahaan, menjadi terganggu bahkan cenderung
berantakan. Dampak lain yang ditimbulkan akibat kecelakaan kerja adalah:
a. Terhentinya proses produksi untuk beberapa waktu.
b. Butuh mekanisasi alat atau pembelian alat baru, jika kecelakaan kerja yang
terjadi menyebabkan alat rusak.
c. Mengalami cacat sementara, cacat permanen, dan kematian.
d. Biaya jaminan kesehatan, dana kompensasi, maupun santunan yang akan
dikeluarkan oleh perusahaan untuk pekerja yang mengalami kecelakaan di
area kerja.
e. Bagi masyarakat yang ada di sekitar area kecelakaan kerja, dapat
mengakibatkan kerugian moril dan materi. Contoh terjadinya pencemaran
udara akibat kebakaran di pabrik, kemacetan, penutupan akses/jalan, dan
lain-lain.
7. Teori mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
Teori yang terkenal dalam mencegah terjadinya kecelakaan kerja
adalah: teori Domino Heinrich. Teori Domino Heinrich adalah salah satu teori
yang digunakan dalam mencegah terjadinya KAK. Ada lima faktor penyebab
terjadinya kecelakaan kerja, dimana kelima faktor tersebut saling berhubungan,
kelima faktor tersebut adalah: kondisi lingkungan kerja, kelalaian manusia,
unsafe action, kecelakaan, dan cedera.
Disebut dengan teori Heinrich’s domino model of accident causation,
karena kelima faktor tersebut diibaratkan seperti mendirikan susunan kartu
domino. Bila satu kartu domino jatuh, maka kartu ini akan menimpa kartu lain.
Sehingga kelimanya akan rubuh secara bersama. Ilustrasi ini mirip dengan
efek domino.

Gambar 2.3 Heinrich Theory


Sumber Gambar: https://risk-engineering.org

38
ANALISIS KIMIA DASAR

MATERI PEMBELAJARAN

Teori untuk mencegah kecelakaan kerja menurut Heinrich, adalah:


a. Tindakan tidak aman (butir ke-3) menyumbang penyebab kecelakaan kerja
terbanyak yaitu 98%. Oleh sebab itu tindakan yang dilakukan adalah
menghilangkan tindakan tidak aman (unsafe action) di lingkungan kerja.
b. Jika kartu nomor 3 tidak ada lagi, seandainya kartu nomor 1 dan 2 jatuh
maka tidak akan menyebabkan jatuhnya semua kartu.
c. Dengan adanya jarak antara kartu ke-2 dengan kartu ke-4, maka ketika
kartu ke-2 terjatuh tidak akan sampai menimpa kartu nomor ke-4. Akhirnya
kecelakaan kerja pada butir ke-4 dan cedera pada butir ke-5 dapat dicegah.

8. Langkah-Langkah Mencegah Kecelakaan Kerja


Langkah-langkah untuk mencegah terjadinya KAK adalah:
a. Pengenalan bahaya di tempat kerja
Keberadaan bahaya di tempat kerja perlu dikonfirmasi, tujuannya adalah
untuk menghilangkan pengaruh bahaya. Caranya dengan melakukan
penilaian risiko.
b. Pencegahan Kecelakaan Kerja.
1) Menerapkan peraturan UU dan aturan K3 lainnya.
2) Standardisasi keamanan dalam bekerja.
3) Melakukan pengawasan akan keterlaksanaan undang-undang dan
peraturan K3.
4) Melakukan penelitian bersifat teknik, contohnya: identifikasi fisik bahan
berbahaya.
5) Melakukan riset medis.

E. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Laboratorium


Cara berpraktik yang aman sesuai Standart Operational Procedure (SOP) wajib
diterapkan di laboratorium, karena laboratorium merupakan suatu area kerja yang
memiliki ragam potensi risiko kerja, baik secara fisik, kimia, biologi, ergonomis
dan psikis. Selain itu laboratorium adalah sebuah area kerja yang pada akhirnya
akan menghasilkan data-data pengujian produk maupun aktivitas laboratorium
lainnya.
Terutama untuk laboratorium analisis kimia, dimana akurasi dan presisi
data merupakan prioritas utama dalam memberikan layanan kepada konsumen.
Tentu saja agar hasil pengujian yang dihasilkan bisa memenuhi standar, maka
setiap aktivitas di laboratorium harus melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan,
pengambilan sampel, proses analisis, pengukuran yang akurat, dokumentasi yang
benar, dan prosedur yang terstandar. Tujuannya adalah untuk menjaga lingkungan
kerja bersih, sehat dan terhindar dari gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja.
Cara berpraktik yang benar (Good Laboratory Practice/GLP) dapat dimulai dari
pengorganisasian laboratorium dalam pelaksanaan proses seperti: pengujian,
fasilitas, tenaga kerja yang dapat menjamin pengujian dapat dilaksanakan,
dimonitor, dicatat dan dilaporkan sesuai standar nasional/ internasional dengan
memenuhi persyaratan-persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja (Moran, L
dan Tina, M, 2010).

39
ANALISIS KIMIA DASAR

MATERI PEMBELAJARAN

Faktor-faktor yang menentukan kehandalan dari hasil pengujian suatu


laboratorium adalah: organisasi laboratorium, tenaga kerja/personil, ketersediaan
akomodasi dan lingkungan laboratorium, metode pengujian, kalibrasi instrument,
validasi metode, peralatan, pereaksi dan perangkat laboratorium.
Penerapan GLP di laboratorium merupakan salah satu upaya agar aktivitas
pengujian dan praktik di laboratorium dapat berjalan dengan baik dan terhindar
dari KAK.

1. Standar Aman Bekerja.


a. Memelihara Kebersihan Area Kerja.
Kegiatan yang dapat kamu lakukan adalah:
1) Membersihkan area kerja sesuai prosedur dan memakai Alat Pelindung
Diri (APD).
2) Membersihkan tumpahan larutan, pereaksi atau bahan lain di area kerja
sesuai prosedur.
3) Mengamankan area kerja dari Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
4) Mengenali situasi yang tidak normal, mencatat, dan melaporkan hasil
temuan.
5) Memperhatikan sumber power/listrik, apabila ada genangan air.
b. Memelihara Hygienes di Area Kerja
Memelihara hygienes di area kerja dapat dilakukan dengan cara:
1) Saluran pembuangan air dan udara harus lancar.
2) Tempat penampungan sisa contoh dan pereaksi sisa analisa, dan
tempat penyimpanan contoh/sampel tersedia dan ready to use.
3) Kebersihan ruangan, lantai, lemari alat, lemari bahan kimia, meja kerja,
rumah instrument dan harus dijaga agar tetap bersih dan bebas dari
kontaminan.
4) Pelabelan untuk pereaksi, sampel, dan bahan kimia berbahaya lainnya
diberi label mengacu pada MSDS, dan ditangani sesuai prosedur.
c. Melaksanakan Prosedur Penanganan Limbah.
Hal-hal yang harus diperhatikan saat melaksanakan prosedur penanganan
limbah adalah:
1) Mengenali jenis dan bahan pencemar lingkungan, dengan cara,
melakukan identifikasi jenis dan bahan pencemar.
2) Melakukan uji di laboratorium.
3) Metode kerja yang meminimalkan limbah dipilih sesuai dengan
kebutuhannya, yaitu mudah dilaksanakan dan tidak membutuhkan
waktu yang lama.
4) Membuat pereaksi sesuai dengan jumlah yang diperlukan saja,
sehingga tidak menyisakan bahan kimia.
5) Melakukan pencatatan penanganan limbah.
d. Mematuhi Aturan Dasar Penanganan Bahan Kimia.
Peraturan-peraturan penanganan dan cara menggunakan bahan
kimia dapat diperoleh dari: katalog bahan kimia, poster, Material Safety
Sheet (MSDS), label, Chemdat, dan buku safety in laboratory.

40
ANALISIS KIMIA DASAR

MATERI PEMBELAJARAN

e. Sikap Kerja yang Aman.


1) Bekerja dengan cermat, teliti dan akurat.
2) Bekerja sesuai Standart Operational Procedure (SOP) dalam memeriksa
perlengkapan keamanan kerja.
3) Memberi label pada pereaksi-pereaksi/reagen dan bahan berbahaya.
4) Memiliki sikap cermat, akurat dan sesuai prosedur dalam mengatasi
bahan-bahan dan peralatan-peralatan yang berbahaya.
5) Memiliki sikap yang cermat, tepat dan teliti dalam menggunakan
peralatan pelindung dan pakaian pelindung pribadi saat bekerja.
6) Memiliki sikap yang tepat, cermat dan teliti dalam mengidentifikasi
dan melaporkan masalah pengoperasian atau kegagalan dari fungsi
peralatan di lingkungan kerja.
7) Memiliki sikap cermat dan hati-hati dalam membersihkan lingkungan
kerja sesuai SOP.
8) Mampu mengikuti manual prosedur alat dan kerja .
f. Aktivitas di Laboratorium
1) Kegiatan di laboratorium harus mengacu kepada prosedur operasi
standar, work instruction (SOP/WI/IK) maupun Manual Instruction (MI)
yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
2) Memenuhi aspek-aspek keselamatan kerja (K3) yang berlaku di tempat
kerja, adanya APAR, safety shower, dan foomhode.
3) Menggunakan sarana proteksi diriAPD.
2. Standar Kelengkapan di Laboratorium yang Aman
Menurut Furt,A. Keith (2000), standar kelengkapan di laboratorium yang aman
adalah:
a. Memiliki Lemari Asam
Syarat-syarat lemari asam yang terstandar adalah:
1) Memiliki saluran gas harus tahan api
2) Paham dan harus dipastikan agar pintu tipe vertikal tidak gampang
jatuh dan pintu horizontal gampang dibuka.
3) Memastikan jendela lemari asam berfungsi dengan baik.
4) Dilarang menyimpan bahan kimia di lemari asam.
b. Memiliki Pintu Darurat.
Syarat-syaratnya pintu darurat adalah:
1) Harus memiliki tanda/sign yang jelas.
2) Adanya sticker yang berisikan informasi menuju pintu keluar yang
terdekat.
3) Akan lebih baik ada lampu penerang darurat (emergency lightning).
4) Dilarang mengunci lemari asam.
5) Aksebilitas lancar. Tidak ada yang menghalangi, langsung terhubung
dengan tangga darurat.

41
ANALISIS KIMIA DASAR

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 2.4 Pintu Emergency


Sumber gambar: safety sign, https://www.safetysign.co.id

c. Memiliki Meja Kerja


Persyaratan meja kerja yang aman adalah:
1) Dilengkapi dengan bibir meja.
2) Bahan meja baiknya terbuat dari keramik, melamin.
3) Adanya saluran pembuangan/wastafel.
4) Adanya instalasi listrik.
5) Adanya saklar on-off.
6) Tersedia sumber listrik darurat “emergency power”.

Gambar 2.5 Meja Kerja Terstandar di Laboratorium Kimia.


Sumber gambar: Tim Zheng, http://id.scilabfurniture.com

d. Memiliki Ventilasi
Lengkapi ruangan dengan ventilasi (exhaust, blower dan filter) pintu tipe
horizontal mudah dibuka.
e. Tersedianya Alat dan Perlengakapan K3.
Terdiri dari: Emergency Shower, pembasuh mata, kotak P3K Apar, dan APD.

42
ANALISIS KIMIA DASAR

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 2.6 Kelengkapan Alat Pelindung Diri


Sumber Gambar: Nusa, http://nusantaratraisser.co.id

f. Memiliki Saluran Pembuangan Air


Saluran pembuangan air tidak diizinkan membuang bahan kimia berbahaya
ke dalam wastafel
g. Memiliki emergency shower
Persyaratan emergency shower adalah:
1) Parameter kualitas air sesuai standar air minum.
2) Laju/debit air: minimum 30 L/menit.
3) Aliran air kontiniu.
4) Pengecekan rutin (1x dalam 1 bulan).

Gambar 2.7 Emergency Shower


Sumber Gamba: Micahel, http://www.muaragabe.com/safety-shower

h. Memiliki Pembasuh Mata


Persyaratan pembasuh mata adalah:
1) Alat berfungsi dengan baik.
2) Setingan showernya tepat dengan posisi mata.
3) Gunakan botol baru yang masih steril.

43
ANALISIS KIMIA DASAR

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 2.8 Alat Pembasuh Mata


Sumber gambar: Lab SMK, http://www.labsmk.com

3. Bekerja Aman Menggunakan Bahan Kimia


Sumber informasi bahan kimia berfungsi untuk mengetahui lebih jauh tentang
bahan kimia, penanganan, penggunaan, dan penanggulangan limbah bahan
kimia. Sumber informasi bahan kimia dapat dilihat pada: katalog bahan kimia,
poster, Material Safety Data Sheet, label, ChemDAT, SafeDAT, buku Safety in the
Laboratory.
Berikut tentang cara bekerja dengan bahan kimia.
a. Cara Membaca Label Bahan Kimia.
Setiap bahan kimia memiliki karakteristik bahaya tersendiri. Tabel
2.2 menyajikan tata cara membaca label bahan kimia dilihat dari segi
bahayanya:

Tabel 2.1 Membaca Bahaya Label Bahan Kimia


Sifat Kode Contoh Keamanan
bahaya
Ekplosif R1,R2, R3 ammonium Hindari terjadinya
nitrat, TNT benturan, gesekan,
percikan api, dan panas

Oxidizing R7,R8, R9 hidrogen Hindari panas serta zat


peroksida, mudah terbakar dan
kalium reduktor
perklorat

Flammable R 11 aluminium Hindari tercampur


alkil fosfor dengan udara

44
ANALISIS KIMIA DASAR

MATERI PEMBELAJARAN

Sifat Kode Contoh Keamanan


bahaya

R23, R24 dan arsen Hindari kontak atau


R25 triklorida, masuk dalam tubuh
Toxic merkuri
klorida

Harmful iritant R36, R37, peridin Hindari terhirup


(bahaya, iritasi) R38 dan R41 pernapasan, kontak
dengan kulit dan mata

Bahaya LH R50,51,52,53 petroleum Hindari


bensin membuang ke
lingkungan

Sumber Tabel: Moran dan Tina (2010)

b. Manual Prosedur Kerja yang Ada untuk Penanganan Manual.


Agar terjaga keamanan dan keselamatan bagi pekerja secara rohani dan
jasmani, maka setiap bekerja menggunakan peralatan selalu berpanduan
dengan buku manual kerja. Buku manual kerja biasanya merupakan
prosedur standar yang harus dilakukan oleh pekerja untuk mendukung
proses kerjanya.
c. Memahami Material Safety Data Sheet (MSDS)
Lembar Data bahan Kimia/Material Safety Data Sheet merupakan
suatu data yang memberikan informasi lebih banyak tentang bahan kimia,
mulai dari nama bahan kimia, rumus molekul, sifat fisika dan kimia, cara
pemakaian, cara menagggulangi apabila terkena tumpahan, dan lain-lain.
d. Pemberian Label Reagen
Reagensia yang telah dibuat harus diberi label dalam botol reagen
supaya tidak tertukar disertai dengan pemberian konsentrasi pada label
tersebut. Botol yang umumnya digunakan terbuat dari borosilikat berwarna
gelap atau coklat agar terhindar dari cahaya matahari langsung sehingga
tidak rusak.
Hal ini sesuai dengan aturan Standar Informasi Kandungan Bahaya
(Hazard Communication Standar) mengharuskan semua bahan kimia di
tempat kerja untuk diberi label. Contoh pelabelan reagen sebagai berikut:

45
ANALISIS KIMIA DASAR

MATERI PEMBELAJARAN

F. Pertolongan Pertama pada Kecelakaan


1. Pengertian Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan.
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) adalah: tindakan pertama yang
dilakukan oleh seseorang, terhadap orang lain, yang mengalami penderitaan
atau kecelakaan. Tujuan dari tindakan P3K adalah: untuk meringankan rasa
sakit penderita, sampai nanti dibawa ke dokter.
2. Tujuan dilaksanakan P3K
a. Upaya mempertahankan hidup korban
b. Mencegah korban lebih parah dan mencegah kematian.
c. Memberikan pertolongan pertama dan mengurangi rasa sakit, ketika korban
mengalami sakit atau kecelakaan sebelum sampai ke tangan medis.
3. Prinsip dasar P3K
Prinsip P3K yang harus diketahui oleh orang yang menolong korban kecelakaan
yaitu :
a. Memastikan sebelum menolong korban, tempat/area tersebut sudah aman
atau masih dalam bahaya. Tujuannya jangan sampai si penolong menjadi
korban berikutnya.
b. Metode atau cara pertolongan yang cepat, mudah dan efisien. Dilakukan
dengan cara memanfaatkan sumber daya yang tersedia. baik alat, manusia
maupun sarana pendukung lainnya.
c. Mencatat tentang usaha-usaha pertolongan yang pernah dilakukan.
Mulai dari menuliskan identitas korban, tempat dan waktu kejadian, dan
sebagainya. Catatan ini berguna bila penderita mendapat rujukan atau
pertolongan tambahan oleh pihak lain.
4. Langkah Langkah dalam Melakukan P3K
a. Hindari Sikap Panik dalam Diri Si Penolong
1) Bertindaklah cepat, tepat, dan tetap dalam keadaan tenang.
2) Korban yang terluka ringan dapat dimanfaatkan untuk menolong korban
lain. Ini dilakukan apabila kecelakaan yang terjadi bersifat massal.
b. Menghindarkan korban dari kecelakaan berikutnya.
Tujuannya menghindarkan korban dari kecelakaan berikutnya
c. Periksa saluran Pernapasan dan Denyut Jantung Korban.
Berikan pernapasan bantuan, apabila pernafasan penderita berhenti.
d. Perhatikan tanda tanda shock pada diri korban
1) Dapat dilakukan dengan cara membaringkan korban.
2) Kepala korban diusahakan ditelentangkan lebih rendah dengan tangan

46
ANALISIS KIMIA DASAR

MATERI PEMBELAJARAN
di atas dada.
3) Baringkan dan telungkupkan bagian tubuh, apabila korban muntah
muntah dalam keadaan setengah sadar,.
e. Hindari Memindahkan Korban dengan Terburu-Buru.
1) Jangan memindahkan korban sebelum mengetahui sakit dalam tubuhnya.
2) Usahakan cidera yang dialami korban diperhatikan dengan baik.
3) Jika mungkin korban dipindahkan ke tempat yang lebih aman.
4) Apabila korban hendak dipindahkan, pastikan terlebih dahulu pendarahan
sudah berhenti. Dan tulang yang patah sudah dibidai.
5) Dalam mengusung korban usahakanlah supaya kepala korban tetap
terlindung dan perhatikan jangan sampai saluran pernapasannya
tersumbat oleh kotoran atau muntahan.
6) Sebab hal ini dapat membantu penolong untuk menghindari sakit yang
lebih parah dalam diri korban.
7) Setelah semua langkah di atas dilewati, bawalah korban ke tempat
pengobatan

G. Prosedur P3K.
1. Prosedur Penanganan Luka karena Zat Kimia.
Faktor penyebab terjadinya luka bakar di laboratorium kimia adalah:
a. Panas (pada temperatur di atas 60°C). Sumbernya: dari api, uap panas
(steam), dan benda panas.
b. Listrik, contoh: listrik rumah tangga dan petir; terjadinya kebakaran.
c. Zat kimia, contoh: soda api, air aki (zuur);
d. Radiasi, contoh: sinar matahari (ultraviolet), bahan radio aktif;
Tujuan dilakukannya pertolongan terhadap korban luka bakar adalah untuk
mengurangi rasa sakit dan panas, menghindari/mengurangi terjadinya
pelepuhan dan pencegahan shock.
Tabel 2.3 menyajikan tindakan khusus yang dilakukan apabila luka bakar
disebabkan oleh bahan kimia.

Tabel 2.2 Penanganan Khusus Luka Bakar Bahan Kimia


Bahan kimia
penyebab luka Penanganan
No bakar

1 Akibat asam a. Cuci dengan air.


b. Kemudian cuci dengan larutan bikarbonat 1% lalu
cuci lagi dengan air.

2 Akibat basa a. Cuci dengan air,


b. Kemudian cuci dengan asam cuka encer (1:15),
c. Lalu cuci lagi dengan air.

47
ANALISIS KIMIA DASAR

MATERI PEMBELAJARAN

Bahan kimia
No penyebab luka Penanganan
bakar

3 Akibat Na danK a. Bersihkan yang melekat di badan.


b. Kemudian bilas dengan air,
c. Lalu olesi dengan vaselin,
d. Tutup dengan kasa steril.

4 Akibat Posfor a. Cuci dengan air,


b. Rendam dan bersihkan posfor yang masih melekat
saat masih direndam dengan menggunakan
pinset.
c. Kemudian rendam lagi dengan tembaga sulfat
3%.
d. Tutup luka dengan kasa steril.

Sumber Tabel: Moran dan Tina (2010)

Gambar 2.9 Luka Bakar Karena Bahan Kimia


Sumber Gambar: Bhamandhita Setiadji, https://hellosehat.com/

Tujuan luka dibalut adalah: menutup daerah yang terluka, agar tidak terpapar
debu dan cahaya matahari, melakukan tekanan dan menekan pendarahan,
mengurangi dan mencegah pembengkakan dan mebatasi pergerakan, mengunci
untuk imobilisasi.
2. Prosedur Penanganan Luka pada Mata
Pastikan sebelum melakukan pertolongan, kondisimu dalam keadaan
aman. Jangan pindahkan korban, dan periksalah ABC-nya yaitu: Airway (jalur
nafanya), Breath (pernafaanya) dan Circulation (sirkulasinya).
Prosedur penanganan luka pada mata adalah:
a. Mencuci mata yang sudah terkena bahan kimia dengan air suam-suam
kuku, selama 15 menit. Disarankan menggunakan pencuci mata.
b. Menganjurkan korban, agar menggerak-gerakkan bola matanya, sehingga
proses pencucian mata berjalan dengan baik.
c. Menjaga agar mata yang tidak terluka tidak mengkontaminasi.
d. Melapakan kontak lensa, jika korban menggunakannya.

48
ANALISIS KIMIA DASAR

MATERI PEMBELAJARAN

e. Tidak diizinkan menetralkan luka di mata dengan menggunakan bahan


kimia lain.
f. Tidak diizinkan menambahkan salep pada mata yang terluka.
g. Segera membawa korban ke dokter.
3. Prosedur Penanganan Tertelan Bahan Kimia.
a. Tidak diizinkan membuat korban untuk muntah.
b. Kenali jenis bahan kimianya. Apabila bahan kimia yang bersifat korosif,
berikan segelas air setiap 10 menit.
c. Dilarang menetralisir dengan cara menambahkan bahan kimia lain.
d. Jika korban sadar, beri 2 gelas air.
e. Dilarang memberikan sesuatu melalui mulut, jika korban tidak sadar.
lakukan CPR test jika perlu.
f. Secara psikis, buat korban menjadi lebih tenang, sampai dibawa ke medis.

Prosedur penanganan keracunan karena bahan kimia disajikan pada Tabel 2.4.

Tabel 2.3 Prosedur P3K karena Keracunan


Jenis keracunan Pertolongan pertama

Asam-asam korosif seperti: a. Berilah korban milk of magnesia, apabila


korban tertelan asam korosif.
Asam sulfat, Flouroboric acid, b. Berilah susu/ putih telur yang dikocok
hydrobromic acid, sulfur dioksida dengan air
dan lain-lain. c. Dilarang memberikan soda kue atau sejenis
karbonat

Alkali (basa), Seperti: a. Berilahlah korban asam jeruk (air jeruk),


Bila tertelan basa.
Amonia (NH4OH), NaOH, b. Memberi susu dan putih telur.
KOH,CaO dan lain-lain

Kation logam, seperti :Pb,Ag, Cd c. Memberi minuman air kelapa/ susu/vegeta,


dan Zn dan Norit.

Arsen salt a. Korban diusajakan untuk muntah , apabila


tertelan garam aresent.
b. Beri korban milk of magnesia
Sumber Tabel: Ridley, Jhon. 2002

4. Prosedur P3K Bila Terhirup Bahan Kimia


Prosedur penanganan apabila terhirup bahan kimia adalah:
a. Pastikan penolong dalam kondisi aman, sebelum melakukan pertolongan.
b. Sebelum melakukan pertolongan, gunakan alat pelindung pernafasan.
c. Memindahkan korban ke tempat yang berudara segar.

49
ANALISIS KIMIA DASAR

MATERI PEMBELAJARAN

d. Lakukan Cardiopulmonary Resuscitation (CPR ) sampai pertolongan medis


datang.
e. Longgarkan pakaian korban dan perhatikan jalan pernafasannya.
f. Menenangkan psikis korban, sampai mendapatkan pertolongan.
5. Prosedur Penaganan Luka Bakar karena Asam Hydrofluoric
Penanganan luka bakar karena asam Hidrofluric sebagai berikut: Oleskan
Calcium Gluconate ke kulit, aman digunakan sekalipun tidak dengan HF kontak,
Calcium Gluconate yang tersedia di pasaran yaitu: gel 5%, larutan 3 % dan
Ampul (serum vitamin C10 %).

Gambar 2.10 Bekas Terbakar Asam Hidroflouric


Sumber Gambar: Petrokimia Gresik, 2018

Preparasi Calcium Gluconate gel adalah:


a. Didihkan 5 g calcium gluconate di dalam 85 ml air destilasi panas.
b. Tambahkan 10 g glycerol.
c. Bubuhkan 5 g tylose (tm) 600 untuk mengembangkan di dalam larutan yang
panas.
d. Stabil untuk 6 bulan, simpan di tempat yang dingin.
6. Penanganan Orang Pingsan
Penanganan terhadap orang pingsan dapat dilakukan adalah:
a. Bau-bauan yang sangat menyengat seperti minyak wangi, amoniak dan lain-
lain.
b. Badan lebih tinggi dari kepala agar darah mengalir ke kepala.
c. Jika muntah miringkan badannya ke kiri agar muntah bisa keluar.
d. Mengendurkan pakaian atau asesoris yang digunakan.
e. Jika sudah sadar beri minuman yang berkalori.
f. Jika tidak sadar hubungi ambulan dan bawa ke dokter.

50
ANALISIS KIMIA DASAR

MATERI PEMBELAJARAN

H. Kotak Pertolongan Pertama pada Kecelakaan


Berdasarkan Permenaker Nomor Per.15/Men/VIII/2008, standar isi kotak P3K
adalah sebagai berikut:
1. Kasa Steril Perban ( lebar 5 cm ) 11. Lampu senter
2. Perban ( lebar 10 cm) 12. Gelas cuci mata
3. Plester (lebar 1.25 cm) 13. Kantong plastik bersih
4. Plester cepat 14. Aquades (10 ml larutan saline)
5. Kapas 15. Povidon lodin (60ml)
6. Kain segitiga / mittela 16. Alkohol 70%
7. Gunting 17. Buku Panduan P3K di tempat kerja
8. Peniti 18. daftar isi kotak P3K
9. Sarung tangan sekali pakai 19. Sarung tangan sekali
10. Masker 20. Pinset

CAKRAWALA

Diawali dari Perbincangan Tidak Sengaja, Lahirlah Kotak P3K

Gambar 2.11 Ilustrasi Penanggulangan Pertama pada Kecelakaan


Sumber gambar: Johson, https://ourstory.jnj.com/birth-first-aid-kit

Saat ini kotak kotak P3K dalam Bahasa Inggris disebut first aid kits tidak asing
lagi bagi semua kalangan. Namun tahukah kamu kotak P3K itu lahir diawali dari
hasil perbincangan tidak sengaja di sebuah perjalanan yang menggunakan kereta
api. Sekitar tahun 1800 an saat itu sedang gencar-gencarnya pembangunan alat
transportasi menggunakan kereta api. Tingkat risiko pekerjaan tersebut sangat
tinggi, dimana setiap tahun terdapat 12.000 orang yang mengalami kecelakaan
kerja. Tindakan penaggulangan kecelakaan kerja di zaman itu sangat konvensional,
dimana korban langsung dibawa ke rumah sakit terdekat, atau menjemput dokter
terdekat. Tidak ada prosedur penanganan orang luka, patah, pingsan dan lain-lain
di saat itu.

51
ANALISIS KIMIA DASAR

CAKRAWALA

Perbincangan tidak sengaja terjadi di kereta api yang menuju Colorado,


antara pengusaha kesehatan Johnson yaitu: Robert Wood Johnson dengan seorang
penumpang kereta api, yang merupakan seorang ahli bedah di sebuah proyek
pembangunan kereta api. Ahli bedah tersebut mengeluhkan situasi yang terjadi
saat adanya kecelakaan kerja, dimana rumah sakit sangat jauh, sehingga banyak
korban yang tidak tertolong, akhirnya Robert wood memikirkan masalah tersebut.
Kemudian Robert wood mengemas beberapa produk Johnson dalam
sebuah kotak, dan ia berfikir kotak kecil ini bisa dibawa oleh pekerja ke area kerja.
Kemudian Wood mengirimkan surat kepada ahli bedah proyek kereta api yang
pernah berbincang dengan dia, dan menanyakan apa-apa saja yang diperlukan di
area kerja, untuk memberikan pertolongan pertama kepada korban, apabila terjadi
kecelakaan kerja. Setelah itu, Robert Wood Johnson menceritakan kebutuhan ini
pada kepala sains Johnson & Johnson, Fred Kilmer. Fred Kilmer pun mempelajari
dan meneliti kebutuhan para pekerja rel kereta. Akhirnya, kotak P3K pertama
lahir di tahun 1888. Kotak P3K pertama ini dikemas dalam kotak kayu atau logam
agar awet. Di dalamnya, ada beberapa alat pembedahan seperti kain kasa, plester
perekat, pembalut luka, perban, dan jahitan.

Gambar 2.12 First Aid Kit yang Pertama Kali oleh Robert Wood Johnson
Sumber gambar: https://ourstory.jnj.com/birth-first-aid-kit

Fred Kilmer terus mempelajari kebutuhan peralatan pertolongan pertama


ini. Ia pun membuat penjelasan cara penggunaan, bahkan pelatihan pertolongan
pertama para kecelakaan. Pada tahun 1901, Johnson & Johnson pun mengeluarkan
buku saku pertolongan pertama pada kecelakaan.Karena terus dikembangkan,
akhirnya kotak P3K wajib ada di setiap tempat kerja yang beranggotakan lebih
dari tiga orang di Amerika Serikat. Mulai akhir abad ke-19, kotak P3K Johnson &
Johnson pun menjadi standar dalam membuat perlengkapan P3K. (sumber bacaan
: https://ourstory.jnj.com/birth-first-aid-kit).

52
ANALISIS KIMIA DASAR

JELAJAH INTERNET

Untuk menambah referensi Kamu tentang K3LH di laboratorium, laboratorium


terstandar, serta bagaimana bekerja aman di laboratorium, memberikan
Pertolongan Pertama pada Kecelakaan, silakan ikuti tautan di bawah ini!
1. https://www.youtube.com/watch?v=RDDRKSghh-Q
2. https://www.youtube.com/watch?v=LLKyE2jMtp4

RANGKUMAN

1. Menurut ILO klasifikasi kecelakaan kerja yaitu: berdasarkan jenis kecelakaan,


penyebab, luka atau kelalaian, letak kelainan dan luka di tubuh.
2. Faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja adalah teknis dan nonteknis. Faktor
teknis adalah kondisi peralatan yang tidak aman, peralatan yang bergerak,
tool. Faktor nonteknis yaitu: ketidaktahuan, keterampilan yang kurang.
3. Fakto-faktor yang mempengaruhi kesehatan kerja adalah: lingkungan (fisik,
kimian biologi, ergonomis, psikologis), faktor perilaku, faktor pelayanan
kesehatan dan faktor genetik atau faktor bawaan manusia. Faktor-faktor
fisik tersebut dapat menyebabkan terjadinya PAK.
4. Pencegahan PAK dapat dilakukan dengan cara: peningkatan kesehatan,
perlindungan khusus, diagnosis (deteksi) dini, membatasi kemungkinan
cacat (disability limitation), pemulihan kesehatan (rehabilitation).
5. Good Loboratory Practice (GLP) atau cara berpraktik yang benar menjadi
penting diterapkan di laboratorium kimia, karena di laboratorium pengujian
harus menghasilkan data-data yang akurat.
6. Sikap bekerja aman di laboratorium dapat diterapkan dengan cara: mematuhi
aturan dasar laboratorium, membaca prosedur manual, memahami MSDS,
membaca label bahan kimia, memberi label reagen, membersihkan area
kerja, menggunakaan APD dan lain-lain.
7. P3K merupakan tindakan pertama terhadap seseorang yang mengalami
penderitaan atau kecelakaan.
8. Ikuti prosedur penanggulangan pertama pada kecelakaan sebelum korban
dirujuk ketenaga medis.

53

Anda mungkin juga menyukai