Anda di halaman 1dari 3

Laporan Wawancara dengan ODHA (Orang dengan HIV AIDS)

Oleh Risma Bahtiar, 1806140262, Kelas Elektif HIV

Human Immunodeficiency Virus atau disingkat sebagai HIV dan Acquired


Immune Deficiency Syndrome atau biasa disingkat dengan AIDS merupakan dua kata
yang tentunya sudah tidak asing kita dengar. Virus HIV ini menyerang sistem
kekebalan tubuh individu lebih tepatnya menyerang sel CD4, semakin banyak sel
CD4 yang diinfeksi dan dihancurkan, maka tubuh seorang individu akan semakin
lemah. Ketika seseorang mengidap penyakit ini, orang-orang mulai menjauh dari
kehidupannya, dan lingkungan ikut mengasingkannya. Stigma mulai bermunculan
dari masyarakat yang masih belum teredukasi mengenai penyakit ini. Diperlukan
perhatian lebih terhadap hal tersebut, karena ODHA sangat memerlukan support baik
dari keluarga maupun lingkungannya sehingga dia bisa terus menjalani hidupnya
dengan optimis.

Pada hari jumat, tanggal 15 November 2019 sekitar pukul 17.00 kelas kami
kedatangan tamu special yang dimana setiap tahunnya tamu ini selalu diminta tolong
untuk berbagi kisah hidupnya yang berlika-liku kepada kami. Tamu tersebut bernama
Tuan Chandra, lahir pada tahun 1983, memiliki perawakan yang tinggi serta gagah
dan sebagai informasi Tuan Chandra ini mengidap HIV positif. Penulis yakin apabila
seseorang yang memiliki stigma yang buruk mengenai ODHA, maka stigma tersebut
akan menghilang ketika melihat Tuan Chandra karena melihat fisiknya yang sehat
dan bugar. Sedikit informasi mengenai Tuan Chandra, selanjutnya mari kita mulai
menceritakan kembali mengenai kisah tuan Chandra.

Tuan Chandra sudah bergelut dengan dunia obat-obatan semenjak kelas 3


SMP, usia yang masih sangat belia untuk mengenal hal-hal tersebut. Tuan Chandra
menyatakan bahwa pada saat itu, dia penasaran dengan hal baru yang belum pernah ia
coba, hal ini yang mendasari Tuan Chandra untuk menggunakan obat-obatan
terlarang sejak kelas 3 SMP. Penggunaan obat-obatan terus berlangsung sampai ia
berada tingkat SMA kelas 3, seiring berjalannya waktu semakin banyak hal terlarang
yang ia coba, seperti mulai meminum alkohol dan menambahkan ranahnya pada
dunia sex. Selama hampir kurang lebih 4 tahun bergelut dalam dunia obat-obatan,
alkohol dan sex, Tuan Chandra menyatakan bahwa dirinya bermain dengan cara
“halus” yaitu tidak diketahui oleh orang tuanya. Kebohongan pasti akan terbongkar
juga baik dalam waktu yang singkat maupun lambat, setelah mengalami overdosis
sebanyak empat kali, ibunya memerintahkan Tuan Chandra untuk diperiksa lebih
lanjut kepada dokter. Setelah diperiksa ternyata Tuan Chandra mengidap HIV positif,
dan ibunya mencoba menguatkannya bahwa mereka bisa untuk menghadapi ini
bersama-sama.

Perubahan mulai terjadi pada fisik Tuan Chandra setelah didiagnosis


mengidap HIV positif pada tahun 2005, seperti berat badannya berkurang sedikit
demi sedikit, sampai menyentuh di angka 45 kg. Tuan Chandra menjalani
perawatannya di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) yang terletak di Jakarta
Timur, dan ia tidak hanya terdiagnosis HIV saja tetapi terdapat tuberculosis, typhoid,
serta kandidiasis oral. Setelah itu ia diberikan jenis obat sesuai dengan diagnosisnya,
dan rutin meminumnya ternyata dia mengalami alergi pada obat tersebut, Tuan
Chandra berkonsultasi kepada dokter bahwa dia mengalami alergi dan badannya
terasa gatal. Namun dokter tidak menggubris pernyataannya dan hanya berkata bahwa
untuk terus melanjukan meminum obatnya, semakin hari kulit Tuan Chandra semakin
gatal dan semakin panas. Tuan Chandra berkonsultasi kembali dan sangat
disayangkan dokter tersebut malah berkata bahwa disini saya yang belajar dan saya
tahu, kamu terusakan saja meminum obatnya. Akhirnya ia mengidentifikasi dirinya
sendiri bahwa dia alergi dengan obat yang mana dengan dua gelas susu.

Sindrom steven Johnson pun menyerang tubuh Tuan Chandra dikarenakan


terus menerus meminum obat yang memiliki efek alergi pada tubuhnya. Tuan
Chandra semakin tidak kuat dengan pelayanan yang ia dapatkan karna pelayanan
yang diberikan dapat dikatakan sebagai tidak memanusiakan manusia, akhirnya ia
lebih memilih untuk perawatan dirumah dengan memanggil beberapa professor yang
sagat ahli di bidang HIV. Tuan Chandra juga sempat mengalami halusinasi yaitu
seperti melihat sesosok hitam sedang berdiri di pojokkan kamarnya. Setelah Tuan
Chandra mendapatkan perawatan yang lebih baik selama kurang lebih 6 bulan, ia bisa
menjalankan kegiatan sehari-harinya yaitu kuliah seperti biasa. Tetapi selama ia
berkuliah, ia kembali lagi memakai obat-obatan dan dia sendiri pun tidak mengetahui
alasan apa yang membuat dia memakai obat tersebut kembali. Ilham mungkin sudah
turun kepada Tuan Chandra pada saat itu, ia meminta rehabilitasi kepada orang
tuanya, pada saat itu orang tua Tuan Chandra sempat merasa kecewa, karna keadaan
ekonomi mereka yang semakin menipis. Akhirnya Tuan Chandra di rehabilitasi di
Bandung, setelah selesai menjalani rehabilitasi Tuan Chandra lanjut bersekolah di
sekolah konselor di RSKO.

Sekolah konselor telah selesai ia jalani, kemudian Tuan Chandra melamar


pekerjaan di RSKO, BNN, dan tempat rehabilitasi di Bandung, karena ia ingin
bekerja pada ranah yang sudah sangat ia kenal sebelumnya. Tuan Chandra diterima
pada semua tempat yang dimana dia telah melamar sebelumnya, namun Tuan
Chandra lebih memilih untuk bekerja di RSKO karna memiliki maksud tersembunyi
yang dimana ingin dia luruskan disini. Setelah bekerja di RSKO Tuan Chandra
memiliki kesempatan untuk berbicara di suatu forum yang dihadiri oleh berbagai
tenaga kesehatan. Tuan Chandra menyampaikan bahwa stigma antara tenaga
kesehatan mengenai pasien HIV harus dihilangkan dan tenaga kesehatan harus
menyadari bahwa pasien dengan HIV juga manusia yang ingin diperlakukan
selayaknya manusia.

Harapan Tuan Chandra mengenai tenaga kesehatan kepada pasien HIV yaitu
menghapuskan stigma dari tenaga kesehatan mengenai ODHA karena fenomena yang
tampak di banyak rumah sakit bahwa perawat yang merawat pasien dengan HIV tidak
dapat memanusiakan manusia. Disini yang ingin Tuan Chandra tekankan juga bahwa
pasien dengan HIV juga manusia, mereka memiliki perasaan dan ingin diperlakukan
dengan sewajarnya. Tuan Chandra juga menyatakan bahwa patient safety ini memang
sangat penting dan nomor satu tapi tenaga kesehatan juga harus tau mengenai situasi
dan kondisi seperti apa yang mengharuskan perawat memakai alat pelindung diri.

Anda mungkin juga menyukai