Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

MANAJEMEN HIPERTENSI PADA LANSIA


DI RW 2 DESA KEBUMEN KECAMATAN BATURRADEN
KABUPATEN BANYUMAS

OLEH:
CUCU ROSMAWATI (I4B018048)
MUHAMMAD MAULANA YUSUF (I4B018083)
AISYAH HUMAIRO (I4B018099)

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
PURWOKERTO
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENYULUHAN MANAJEMEN HIPERTENSI

Pokok Bahasan : Manajemen hipertensi


Sub Pokok Bahasan : 1. Pengertian hipertensi
2. Penyebab Hipertensi
3. Tanda dan gejala Hipertensi
4. Komplikasi hipertensi
5. Penatalaksanaan hipertensi
Sasaran : Lansia RW 2 Desa Kebumen
Hari/tanggal : Kamis, 21 Mei 2019 pukul 08.30-10.00 WIB
Tempat : Rumah Bu Asriah RT 02/ RW 02 Desa Kebumen

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan 30 menit, diharapkan lansia RW 2 Desa
Kebumen dapat memahami tentang hipertensi, diet hipertensi, dan
penanganan hipertensi di rumah.
2. Tujuan Khusus
a. Lansia mengetahui pengertian diet hipertensi.
b. Lansia mengetahui tujuan diet hipertensi
c. Lansia mengetahui cara mengatur makanan untuk hipertensi
d. Lansia mengetahui cara penanganan hipertensi di rumah.

B. Metode
Ceramah dan diskusi
C. Media
Power point dan leaflet.

D. PENGORGANISASIAN
 Moderator : Aisyah Humairo
 Penyaji : Siti Wahidatul Muniroh
 Observer : Cucu Rosmawati
 Fasilitator : Teti Surantika, Eni Wahyu, Efra Meiriska, Rizka Afiqa,
Ai Devi Nur’aeni, Fizar Ramadhan, M. Maulana Yusuf

E. Rencana Kegiatan
No Kegiatan Penyuluhan Waktu Kegiatan Peserta
1 Pendahuluan
5 menit  Menjawab salam
 Memberikan salam
 Memperkenalkan diri
 Menyimak
 Menyampaikan tujuan penkes
 Mengulas pengetahuan lansia
tentang hipertensi
 Mempersilahkan penyaji untuk
menyampaikan materi

2 Isi
15 menit  Menyimak
 Menjelaskan definisi hipertensi  Bertanya
 Menjelaskan factor penyebab
hipertensi
 Menjelaskan faktor risiko
hipertensi  Memperhatikan
 Menjelaskan tanda gejala
hipertensi
 Menjelaskan makanan dan
minuman yang perlu dihindari
untuk hipertensi
 Menjelaskan komplikasi
hipertensi
 Menjelaskan penanganan
hipertensi

3 Penutup
10 menit  Menjawab
 Mempersilahkan peserta yang pertanyaan
ingin bertanya  Memperhatikan
 Memfasilitasi peserta dan penyaji
dalam diskusi
 Menjawab salam
 Mengevaluasi peserta dengan
menanyakan pertanyaan terkait
hipertensi
 Mengucapkan salam.
F. Setting Tempat
Keterangan:
: Penyaji
: Observer
: Fasilitator
: Peserta
: Moderator

G. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Komitmen terhadap kontrak waktu, tempat dan peserta
b. Kontrak waktu dan tempat 1 hari sebelumnya
c. Ketersediaan dan kesesuaian fungsi alat, bahan, dan media pelatihan
sesuai dengan yang dibutuhkan
2. Evaluasi proses
a. Tim penyaji mampu memberikan informasi dengan jelas sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan
b. Peserta mendengarkan dan berpartisipasi aktif sampai akhir kegiatan
c. Tidak terdapatnya distraksi yang mengganggu proses penerimaan
materi.

3. Evaluasi hasil
a. Peserta menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan tentang
manajemen hipertensi
b. Peserta mampu menjawab pertanyaan yang diberikan penyaji.
1. Pengertian hipertensi
2. Penyebab Hipertensi
3. Tanda dan gejala Hipertensi
4. Komplikasi hipertensi
5. Penatalaksanaan hipertensi
Lampiran 1. Materi

MANAJEMEN HIPERTENSI

A. Pengertian
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah tinggi
persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan
diastolik diatas 90 mmHg. Tekanan darah berasal dari mekanisme pompa
jantung yang mendorong sejumlah volume darah dengan tekanan yang
tinggi agar darah sampai ke seluruh organ tubuh melalui pembuluh darah.
Jadi tingginya tekanan darah ditentukan oleh jumlah darah yang
dipompakan jantung (curah jantung) dan diameter pembuluh darah
(Brunner & Suddarth, 2001).
Menurut Tambayong (2000), hipertensi adalah peningkatan
tekanan siastole yang tingginya tergantung dari umur individu yang
terkena. Tekanan darah berfluktuasi dalam batas-batas tertentu,
tergantung dari posisi tubuh, umur, dan tingkat stres yang dialami.
Hipertensi dengan peningkatan tekanan sistole tanpa disertai peningkatan
tekanan diastole lebih sering pada lansia, sedangkan hipertensi
peningkatan tekanan diastole tanpa disertai peningkatan tekanan siastole
lebih sering terdapat pada dewasa muda.

B. Penyebab
1. Hipertensi Primer
Penyebab tidak diketahui namun banyak faktor yang mempengaruhi seperti
genetika, lingkungan, obesitas, merokok dan stress. Menurut Tambayong
(2000), penyebab dari hipertensi primer ada lima, yaitu :
a. Usia
Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia.
Hipertensi pada yang berusia kurang dari 35 tahun dengan jelas
menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur.
b. Jenis kelamin
Pada umumnya insiden pada pria lebih tinggi daripada wanita,
namun pada usia pertengahan dan lebih tua, insiden pada wanita
mulai meningkat, sehingga pada usia di atas 65 tahun, insiden pada
wanita lebih tinggi.
c. Ras
Hipertensi pada yang berkulit hitam paling sedikit dua kalinya pada
yang berkulit putih. Akibat penyakit umumnya lebih berat pada ras
kulit hitam. Misalnya mortaitas pasien pria hitam dengan diastole
115 atau lebih 3,3 kali lebih tinggi daripada pria berkulit putih dan
5,6 kali bagi wanita putih.
d. Pola hidup
Penghasilan rendah, tingkat pendidikan rendah, dan kehidupan atau
pekerjaan yang pebuh stres berhubungan dengan insiden hipertensi
yang lebih tinggi. Obesitas dipandang sebagai faktor risiko utama.
Bila berat badannya turun, maka tekanan darahnya sering turun
menjadi normal. Merokok dipandang sebagai faktor risiko tinggi
bagi hipertensi dan penyakit arteri koroner. Hiperkolesterolemia dan
hiperglikemia adalah faktor utama untuk perkembangan
aterosklerosis yang berhubungan erat dengan hipertensi.
e. Diabetes melitus
Penyebab utama kematian pasien diabetes melitus adalah penyakit
kardiovaskular, terutama yang mulainya dini dan kurang kontrol.
Hipertensi dengan diabetes melitus meningkatkan mortalitas.
2. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah suatu kondisi dimana terjadinya
peningkatan tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang
mengalami/menderita penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal
ginjal, atau kerusakan sistem hormon tubuh (Vitahealth, 2009).
Menurut Tambayong (2000), penyebab hipertensi sekunder adalah :
a. Renovaskular
Penyakit parenkim, misalnya glumerulonefritis akut dan menahun;
penyempitan (stenosis) arteri renalis, akibat aterosklerosis atau
fibroplasia bawaan. Stenosis arteri renalis adalah suatu keadaan
terdapatnya lesi obstruktif secara anatomik pada arteri renalis.
Sedangkan hipertensi renovaskular adalah hipertensi yang terjadi
akibat fisiologis adanya stenosis arteri renalis. Istilah nefropati
iskemik menggambarkan suatu keadaan terjadinya penurunan fungsi
ginjal akibat adanya stenosis arteri renalis. Jika terjadi gangguan
fungsi ginjal, kelainan akan menetap walaupun tekanan darahnya
dapat dikendalikan dengan pengobatan yang meliputi
medikamentosa antihipertensi, revaskularisasi dengan tindakan
bedah ataupun angioplasti.
b. Penyakit atau sindrom cushing
Dapat disebabkan oleh peningkatan sekresi glukokortikoid akibat
penyakit adrenal atau disfungsi hipofisis. Sindrom cushing
disebabkan oleh hiperplasi adrenal bilateral yang disebabkan oleh
adenoma hipofisis yang menghasilkan Adeno Cortico Tropin
Hormone (ACTH ).
c. Aldosteronisme primer
Peningkatan sekresi aldosteron, akibat tumor adrenal.
d. Feokromositoma
Tumor medula adrenal yang berakibat peningkatan sekresi
katekolamin adrenal. Feokromositoma adalah salah satu hipertensi
endokrin yang patut dicurigai apabila terdapat riwayat dalam
keluarga. Tanda-tanda yang mencurigai adanya feokromositoma
yaitu hipertensi, sakit kepala, hipermetabolisme, hiperhidrosis, dan
hiperglikemia. Feokromositomia disebabkan oleh tumor sel
kromatin asal neural yang mensekresikan katekolamin. Sebagian
besar berasal dari kelenjar adrenal, dan hanya 10% terjadi di tempat
lain dalam rantai simpatis. 10% dari tumor ini ganas dan 10%
adenoma adrenal adalah bilateral. Feokromositomia dicurigai jika
tekanan darah berfluktuasi tinggi, disertai takikardi, berkeringat atau
edema paru karena gagal jantung.
e. Koarktasi aorta
Konstriksi aorta bawaan pada tingkat duktus arteriosus, dengan
peningkatan tekanan darah di atas onstriksi dan penurunan tekanan
di bawah konstriksi. Koarktasi aorta paling sering mempengaruhi
aorta pada distal dari arteri subklavia kiri dan menimbulkan
hipertensi pada lengan dan menurunkan tekanan pada kaki, dengan
denyut nadi arteri femoralis lemah atau tidak ada. Hipertensi ini
dapat menetap bahkan setelah reseksi bedah yang berhasil, terutama
jika hipertensi terjadi lama sebelum operasi.

C. Tanda dan Gejala


Kebanyakan pasien yang menderita hipertensi tidak mempunyai
keluhan. Beberapa pasien mengeluh sakit kepala, pusing, lemas, sesak
nafas, kelelahan, kesadaran menurun, gelisah, mual, muntah,
epistaksis/perdarahan hidung, kelemahan otot, atau perubahan mental
(Brooker, 2009). Beberapa tanda dan gejala yang sering timbul pada
penyakit hipertensi menurut Brunner & Suddarth (2001), antara lain :
1. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg
2. Sakit kepala
3. Rasa berat ditengkuk
4. Sukar tidur
5. Mata berkunang-kunang
6. Lemah dan lelah
D. Komplikasi Hipertensi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan pada penyakit hipertensi
menurut Baradero dkk (2008), yaitu :

1. Pada mata : penyempitan pembuluh darah pada mata karena


penumpukan kolesterol dapat mengakibatkan retinopati, dan efek yang
ditimbulkan pandangan mata kabur.
2. Pada jantung : jika terjadi vasokonstriksi vaskuler pada jantung
yang lama dapat menyebabkan sakit lemah pada jantung, sehingga
timbul rasa sakit dan bahkan menyebabkan kematian yang
mendadak.
3. Pada ginjal : suplai darah vaskuler pada ginjal turun menyebabkan
terjadi penumpukan produk sampah yang berlebihan dan bisa
menyebabkan sakit pada ginjal.
4. Pada otak : jika aliran darah pada otak berkurang dan suplai O2
berkurang bisa menyebabkan pusing. Jika penyempitan pembuluh darah
sudah parah mengakibatkan pecahnya pembuluh darah pada otak
(stroke).
5. Penyakit Jantung Hipertensi
Peningkatan tekanan darah secara sistemik meningkatkan resistensi
terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri, sehingga beban jantung
bertambah. Sebagai akibatnya terjadi hipertrofi ventrikel kiri untuk
meningkatkan kontraksi. Hipertrofi ini ditandai dengan ketebalan
dinding yang bertambah, fungsi ruang yang memburuk, dan dilatasi
ruang jantung. Akan tetapi kemampuan ventrikel untuk
mempertahankan curah jantung dengan hipertrofi kompensasi akhirnya
terlampaui dan terjadi dilatasi dan payah jantung. Jantung semakin
terancam seiring parahnya aterosklerosis koroner. Angina pectoris juga
dapat terjadi karena gabungan penyakit arterial koroner yang cepat dan
kebutuhan oksigen miokard yang bertambah akibat penambahan massa
miokard.
6. Penyakit Arteri Koronaria
Hipertensi umumnya diakui sebagai faktor resiko utama penyakit arteri
koronaria, bersama dengan diabetes mellitus. Plaque terbentuk pada
percabangan arteri yang ke arah ateri koronaria kiri, arteri koronaria
kanan dan agak jarang pada arteri sirromflex. Aliran darah kedistal
dapat mengalami obstruksi secara permanen maupun sementara yang
di sebabkan oleh akumulasi plaque atau penggumpalan. Sirkulasi
kolateral berkembang di sekitar obstruksi arteromasus yang
menghambat pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium. Kegagalan
sirkulasi kolateral untuk menyediakan suplai oksigen yang adekuat ke
sel yang berakibat terjadinya penyakit arteri koronaria.

7. Aorta disekans

Pembuluh darah terdiri dari beberapa lapisan, tetapi ada yang terpisah
sehingga ada ruangan yang memungkinkan darah masuk. Pelebaran
pembuluh darah bisa timbul karena dinding pembuluh darah aorta
terpisah atau disebut aorta disekans. Ini dapat menimbulkan penyakit
Aneurisma, dimana gejalanya adalah sakit kepala yang hebat, sakit di
perut sampai ke pinggang belakang dan di ginjal. Mekanismenya
terjadi pelebaran pembuluh darah aorta (pembuluh nadi besar yang
membawa darah ke seluruh tubuh). Aneurisma pada perut dan dada
penyebab utamanya pengerasan dinding pembuluh darah karena proses
penuaan (aterosklerosis) dan tekanan darah tinggi memicu timbulnya
aneurisma.

8. Gagal Ginjal

Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang


progresif dan irreversible dari berbagai penyebab, salah satunya pada
bagian yang menuju ke kardiovaskular. Mekanisme terjadinya
hipertensi pada gagal ginjal kronik oleh karena penimbunan garam
danair, atau sistem Renin Angiotensin Aldosteron (RAA).
9. Hipertensi dipercepat dan maligna

Pasien hipertensi dipercepat mempunyai tekanan arteri diastolik yang


meningkat disertai dengan retinopati eksudatif. Pada hipertensi
maligna, progresif lebih lanjut; fundus optikus menunjukkan papil
edema. Hipertensi maligna disertai penyakit parenkim ginjal yang
parah (misalnya glomerulonefritis kronik), maka proteinuria tidak
berkurang.

10.Ensefalopati hipertensi

Ensafelopati hipertensi merupakan suatu keadaan peningkatan parah


tekanan arteri disertai dengan mual, muntah dan nyeri kepala yang
berlanjut ke koma dan disertai tanda klinik defisit neurologi. Jika kasus
ini tidak diterapi secara dini, syndrome ini akan berlanjut menjadi

stroke, “ensefalopati menahun”atau hipertensi maligna. Kemudian sifat

reversibilitas jauh lebih lambat dan jauh lebih meragukan.


F. Pencegahan hipertensi

1. Kurangi berat badan

Dengan mengurangi berat badan dapat menurunkan tekanan


darah dengan jalan mengurangi asupan kalori dengan makanan yang
kandungan lemaknya rendah, gunakan susu krim untuk menambah
kandungan protein dalam sereal dan sup dan tidak mengunakan santan.

2. Olah raga teratur misalnya lari pagi seminggu sekali.

Olah raga yang teratur dan dinamis dapat memperbaiki aliran


darah ke otot-otot dan memperbaiki metabolisme otot itu sendiri. Olah
raga yang tidak mengeluarkan banyak tenaga misalnya jalan kaki
dengan cepat, jogging dan bersepeda, yang memabantu terjadinya
pelebaran pembuluh darah sehingga tensi menjadi turun, sealin itu
menambah kesegaran dan kebugaran jasmani yang nanti akan
meningkatkan daya tahan tubuh penderita menghadapi serangan
komplikasi penyakit hipertensi antara lain stroke.

3. Mengubah kebiasaan hidup misalnya kurangi kopi atau alkohol,


mengindari stress, berhenti merokok, dan berusaha hidup santai.

Berusaha relaksasi dalam menghadapi masalah, melakukan


refresing, mendalami agama dan berusaha menciptakan keluarga yang
bahagia adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah
stroke.

4. Mengurangi makanan yang banyak garam atau banyak lemak.

Kemungkinan terjadi stroke pada penderita hipertensi sangat


tinggi bila penderita mengkonsumsi garam dapur terlalu banyak. Orang
yang normal biasanya mengkonsumsi garam dapur antara lain 5-15
gram/hari. Pada penderita hipertensi dianjurkan makan garam
seminimal mungkin sekitar 2-3 gram/hari mengurangi penggunaan
garam baik dari garam dapur maupun bahan adiptif seperti
monosodium glutamat, natrium benzoat dan natrium bikarbonat dapat
mengurangi terjadinya serangan stroke karena bahan-bahan tersebut
dapat menyebabkan terganggunya aliran darah dalam otak dan dapat
mengakibatkan stroke.

5. Kontrol teratur ke Puskesmas atau petugas kesehatan lainnya


(Tambayong, 2000).

G. Diet/Makanan untuk Hipertensi

Pada penderita hipertensi, selain pemberian obat-obatan anti


hipertensi perlu terapi dietetik dan merubah gaya hidup. Tujuan dari
penatalaksanaan diet adalah untuk membantu menurunkan tekanan darah
dan mempertahankan tekanan darah menuju normal. Disamping itu, diet
juga ditujukan untuk menurunkan faktor risiko lain seperti berat badan
yang berlebih, tingginya kadar lemak kolesterol dan asam urat dalam
darah. Harus diperhatikan pula penyakit degeneratif lain yang menyertai
darah tinggi seperti jantung, ginjal dan diabetes mellitus.

Prinsip diet pada penderita hipertensi adalah makanan beraneka


ragam dan gizi seimbang, jenis dan komposisi makanan disesuaikan
dengan kondisi penderita, dan jumlah garam dibatasi sesuai dengan
kesehatan penderita dan jenis makanan dalam daftar diet. Yang dimaksud
dengan garam disini adalah garam natrium yang terdapat dalam hampir
semua bahan makanan yang berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Salah satu sumber utama garam natrium adalah garam dapur. Oleh karena
itu, dianjurkan konsumsi garam dapur tidak lebih dari ¼-½ sendok
teh/hari atau dapat menggunakan garam lain diluar natrium (Baradero dkk,
2008).

Mengatur menu makanan sangat dianjurkan bagi penderita


hipertensi untuk menghindari dan membatasi makanan yang dpat
meningkatkan kadar kolesterol darah serta meningkatkan tekanan darah,
sehingga penderita tidak mengalami stroke atau infark jantung. Makanan
yang harus dihindari atau dibatasi adalah:
1. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak
kelapa, gajih).

2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit,


craker, keripik dan makanan kering yang asin).

3. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran


serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink).

4. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin,


pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).

5. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber


protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah
(sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam).

6. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal,


tauco serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung
garam natrium.

7. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.

Cara mengatur diet untuk penderita hipertensi adalah dengan


memperbaiki rasa tawar dengan menambah gula merah/putih, bawang
(merah/putih), jahe, kencur dan bumbu lain yang tidak asin atau
mengandung sedikit garam natrium. Makanan dapat ditumis untuk
memperbaiki rasa. Membubuhkan garam saat diatas meja makan dapat
dilakukan untuk menghindari penggunaan garam yang berlebih.
Dianjurkan untuk selalu menggunakan garam beryodium dan penggunaan
garam jangan lebih dari 1 sendok teh per hari. Meningkatkan pemasukan
kalium (4,5 gram atau 120-175 mEq/hari) dapat memberikan efek
penurunan tekanan darah yang ringan. Selain itu, pemberian kalium juga
membantu untuk mengganti kehilangan kalium akibat dan rendah natrium.
Pada umumnya dapat dipakai ukuran sedang (50 gram) dari apel (159 mg
kalium), jeruk (250 mg kalium), tomat (366 mg kalium), pisang (451 mg
kalium) kentang panggang (503 mg kalium) dan susu skim 1 gelas (406
mg kalium).
Kecukupan kalsium penting untuk mencegah dan mengobati
hipertensi 2-3 gelas susu skim atau 40 mg/hari, 115 gram keju rendah
natrium dapat memenuhi kebutuhan kalsium 250 mg/hari. Sedangkan
kebutuhan kalsium perhari rata-rata 808 mg. Pada ibu hamil makanan
cukup akan protein, kalori, kalsium dan natrium yang dihubungkan
dengan rendahnya kejadian hipertensi karena kehamilan. Namun pada ibu
hamil yang hipertensi apalagi yang disertai dengan bengkak dan protein
urin (pre eklampsia), selain obat-obatan dianjurkan untuk mengurangi
konsumsi garam dapur serta meningkatkan makanan sumber Mg (sayur
dan buah-buahan).

Tempe merupakan sumber zat gizi yang baik, terutama bagi


penderita hiper kolesterolemia. Dari berbagai penelitian ternyata tempe
dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah serta mencegah
timbulnya penyempitan pembuluh darah, karena tempe mengandung asam
lemak tidak jenuh ganda. Sehingga penderita hipertensi dianjurkan untuk
mengkonsumsi tempe setiap hari, disamping diet rendah lemak jenuh.
Tempe juga mengandung zat anti bakteri yang dapat menghambat
pertumbuhan beberapa jenis bakteri granpositif serta penyebab diare
(salmonella sp dan shigella sp). Oleh karena itu, tempe juga dianjurkan
untuk dikonsumsi balita yang menderita diare (Baradero dkk, 2008).
Makanan yang kaya kalium atau potasium yang dapat menurunkan
tekanan darah. Contoh, kismis, kentang panggang berkulit, buncis,
tomat/pasta tomat, labu, bayam, pisang, yogurt/skim milk, jus jeruk,
melon, susu rendah lemak, kurma (Baradero dkk, 2008)..

H. Cara Mengatur Konsumsi Makanan

Menurut Depkes RI (2011), cara mengatur makanan untuk penderita


hipertensi antara lain :
1. Konsumsi garam dapur yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram per
hari, setara dengan satu sendok teh.
2. Batasi konsumsi daging hingga 3 kali seminggu dengan paling banyak
50 gram tiap kali makan, makanlah ikan air tawar sebagai pengganti.
3. Batasi konsumsi telur hingga hanya 3 kali seminggu.
4. Sering tahu, tempe, dan hasil kacang-kacangan lainya.
5. Kurangi makan jeroan.
6. Kurangi minum kopi.
7. Makanlah banyak sayuran dan buah-buahan

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 2. Jakarta: EGC.
Depkes RI. (2011). Diet hipertensi. Jakarta: Depkes RI.
Gunawan, L. (2011). Hipertensi: penyakit tekanan darah tinggi. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai