PELAKSANAAN PRAKTIKUM
• Geolistrik
• Kabel rol besar
• Kabel rol kecil
• Elektroda Stainless
PENGECEKAN • Accu
PERALATAN • Meteran
• Palu
• GPS
• HT
PENGECEKAN PERALATAN
PERSIAPAN
PEMASANGAN PERALATAN
* Tancapkan Elektroda Arus (C1 , C2) dan Elektroda Potensial (P1, P2)
* Sambungkan Elektroda ke masing-masing Kabel
* Sambungkan Geolistrik dengan Accu (lihat battery indicator)
PELAKSANAAN
1. Putar tombol Convensator (Voltage meter menunjukkan angka nol)
2. Tekan tombol Current test (Voltage meter dan Current meter menunjukkan angka stabil)
3. Tekan tombol Hold (mengunci angka Current meter)
4. Catat angka - Current meter ( I )
3.3.3 Pelaksanaan- VoltagePendugaan
meter ( V ) di Lapangan
5. Pindah Elektroda arus dan Elektroda potensial ke bentang yang lebih apnjang sesuai jarak pada tabel.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat pelaksanaan pendugaan di
lapangan adalah sebagai berikut:
1. Pada titik pusat/base station, peralatan yang digunakan yaitu SAZ 2000 sebagai alat
utama geolistrik, operator pusat adalah orang yang mencatat data yang muncul dari
injeksi arus pada formulir data yang telah disediakan. Titik pusat /base station
merupakan titik utama untuk mengontrol semua kegiatan pengukuran yang
dilakukan, selain itu juga untuk menghubungkan operator yang berada di C1 atau
C2. Sehingga nantinya jika koneksi terputus dapat segera ditangani di titik pusat
agar data yang kurang valid yang telah dicatat dapat diperbaiki.
2. Pada kabel gulungan, di posisi ini terdapat dua oprator yagn akan saling
berkomunikasi baik pada C1 maupun C2. Pada masing-masing titik tersebut terdapat
dua operator, satu operator bertugas menanamkan elektroda arus dan satu operator
menginformasikan ke base station apakah elektroda arus sudah ditanam atau belum
ditanam. Operator ini juga bertugas untuk memindahkan kabel dari titik 1 ke titik
yang lainnya sampai dengan titik terakhir.
3. Harus terjadi komunikasi dua arah baik pada base stasion dan pada operator di
elektroda. Agar pada saat peninjeksian arus ke dalam bumi tidak terjadi kesalahan ,
baik karena terputusnya kabel (kabel belum terpasang dengan benar) atau karena
salah satu operator pada salah satu posisi (C1/C2) belum menanamkan elektroda.
Perlu diperhatikan juga bahwa pada saat penanaman elektroda harus melihat apakah
di bawah permukaan tersebut terdapat pipa atau tidak. Karena sangat
mempengaruhi data yang diperoleh. Yang disebabkan oleh adanya benda
logam/metallic yang sangat mempengaruhi hasil penginjeksian arus.
Pada praktikum ini konfigurasi pengukuran yang digunakan adalah
Schlumberger.
Pengukuran Titik Ukur I:
a. Tentukan koordinat titik pengukuran dengan menggunakan GPS dan masukkan
data koordinat dan elevasi dalam tabel pencatatan.
b. Letakkan geolistrik pada titik ukur.
c. Tancapkan elektroda arus (C1 C2 atau AB) dan elektroda (P1 P2 atau MN) pada
jarak bentangan terpendek sesuai dengan jarak yang telah ditentukan.
Gambar 3.1. Penempatan elektroda pada konfigurasi Schlumberger
Jenis konfigurasi
menggunakan metode
Schlumberger
Input data
Spacing dengan jarak antar elektroda AB/elektroda
arus dan observed data dengan tahanan jenis
Invers Modelling
Didapat RMS (Root Means Square) yang terkecil
Invers Processing
Interpreted Data
Didapat output dari pengolahan data
1. Curve of Apparent Resistivity Vs Elektrode Spacing
2. Table of Interpreted data
3. Resistivity log
3.6 Interpretasi Data
Gambaran kondisi bawah permukaan dapat diperoleh dari interpretasi data yang
dilakukan dengan melihat adanya perbedaan tahanan jenis batuan hasil inversi data
resistivitaas. Dari hasil inversi data resistivitas dapat dibuat batas lapisan tanah dengan
melihat adanya kecenderungan warna yang mengindikasikan nilai resistivitas.
Berdasarkan data pendukung lain seperti peta geologi, hidrogeologi dan data
logging pada daerah penelitian yang kemudian dikorelasikan dengan data pengukuran
lapangan, sehingga didapatkan gambaran kondisi bawah permukaan dari suatu lintasan
pengukuran. Hasil interpretasi yang didapatkan dari perbedaan resistivitas (tahanan
jenis) yang dapat memberikan gambaran sifat fisis batuan.
3.7 Simulasi aliran air tanah menggunakan alat ground water flow / well
abstraction (Praktikan)
a. Simulasi gradien hidraulik aliran air tanah
1. Hidupkan pompa air (Water Supply) dan buka kontrol valve untuk
mengatur besaran debit inflow.
2. Ukur debit inflow dengan menggunakan gelas ukur dan stopwatch. Catat
nilai Q inflow.
3. Sambungkan selang air ke lubang inlet1, buka control valve agar air
mengisi bak pasir sampai penuh.
4. Buka control valve pada lubang inlet 2 sebagai outlet. Catat nilai Q
Outfolw.
5. Amati tabung piezometer / pencatat tekanan air. Apabila tinggi muka air
pada piezometer no 13 sudah stabil. Catat tinggi muka air pada semua
piezometer.
6. Tinggi tekanan didapat dari harga-harga tinggi tekanan pada pipa
piezometer 1,2,3,...,19.
7. Gambar garis rembesan air tanah (tinggi muka air pada piezometer
vs jarak antar piezometer), hitung dan bandingkan gradien hidraulis
hasil percobaan dan teoritis.
Gambar 3.2 tampilan percobaan a
Gambar 3.3 grafik tinggi muka air pada piezometer vs jarak manometer
Gradien hidraulis adalah beda tinggi tekanan suatu titik dengan titik yang lain
diperbandingkan dengan jarak (ds), gradien hidraulis digambar dengan hubungan antara
tinggi air pada piezometer dengan jarak titik-titik piezometer.
Pengolahan data percobaan a. menggunakan acuan dari Formula Darcy dan
persamaan dasar tentang aliran air tanah (groundwater flow).
𝑑ℎ
𝑣=𝑘
𝑑𝐿
v = kecepatan aliran yang melewati area pasir basah (m/det)
k = koefisien kelulusan air (m/det) (0,013 mm/det)
𝑑ℎ
= gradien hidraulik
𝑑𝐿
b. Simulasi garis aliran air tanah pada akuifer bebas dengan satu sumur
1. Hidupkan pompa air (Water Supply) dan buka kontrol valve untuk mengatur
besaran debit inflow.
2. Ukur debit inflow dengan menggunakan gelas ukur dan stopwatch. Catat nilai Q
inflow.
3. Sambungkan selang air ke lubang inlet 1 dan 2, buka control valve agar air mengisi
bak pasir sampai penuh.
4. Buka ring penutup sumur pertama atau sumur 1. Catat nilai Q outflow pada
sumur 1. Debit outflow tidak lebih besar dari debit inflow.
5. Amati tabung piezometer /pencatat tekanan air. Apabila tinggi muka air pada
piezometer no 13 sudah stabil, catat tinggi muka air pada semua piezometer.
6. Ulangi langkah 4 – 5 dengan kondisi sumur 1 tertutup dan sumur 2 dibuka. Catat
nilai Q outflow pada sumur 2. Debit outflow tidak lebih besar dari debit inflow.
7. Gambar kurva / garis yang dihasilkan dari pembacaan piezometer (tinggi
muka air pada piezometer vs jarak antar piezometer), hitung nilai koefisien
permeabilitas (k) dan hitung penurunan muka air akibat pemompaan 1
sumur (S).
Penurunan muka air (draw down) akibat pemompaan S = H-h, maka persamaan
muka air tanah dapat ditulis sebagai berikut :
𝑄 𝑟
𝐻 2 − ℎ2 = − ln ( )
𝜋 .𝑘 𝑅
Atau persamaan diatas dapat juga ditulis :
𝑆 𝑄 𝑟
𝑆 (1 − )= − ln ( )
2𝐻 2𝜋𝑘𝐻 𝑅
𝑆
Pada kenyataannya perbandingan penurunan muka air sangat kecil sehingga :
2𝐻
𝑆
1− =1
2𝐻
Maka persamaan penurunan muka air (draw down) adalah sebagai berikut :
𝑄 𝑟
𝑆= − ln ( )
2 .𝜋 .𝑘 .𝐻 𝑅
S = Penurunan muka air akibat pemompaan (m)
H = Tinggi muka air sebelum dipompa (m)
R = Diameter sumur (m)
c. Simulasi garis aliran airtanah pada akuifer bebas dengan dua sumur
1. Hidupkan pompa air (water Supply) dan buka control valve untuk mengatur
besaran debit inflow.
2. Ukur debit inflow dengan menggunakan gelas ukur dan stopwatch. Catat nilai Q
inflow.
3. Sambungkan selang air ke lubang inlet 1 dan 2, buka control valve agar air
mengisi bak pasir sampai penuh.
4. Buka ring penutup sumur pertama dan kedua atau sumur 1 dan 2 secara
bersamaan. Catat nilai Q outflow pada sumur 1 dan 2. Debit outflow tiap sumur
sama dan tidak lebih besar dari pada debit inflow.
5. Amati tabung piezometer / pencatat tekanan air. Apabila tinggi muka air pada
piezometer no 13 sudah stabil, catat tinggi muka air pada semua piezometer.
6. Gambar kurva/garis yang dihasilkan dari pembacaan piezometer (tinggi muka
air pada piezometer vs jarak antar piezometer) dan hitung penurunan muka air
(draw down) akibat pemompaan 2 sumur hasil percobaan dan teoritis.
Gambar 3.8 grafik tinggi muka air pada piezometer vs jarak manometer
Pada prinsipnya percobaan c sama dengan percobaan b, akan tetapi pada percobaan
c ring pada kedua sumur dibuka. Selanjutnya dilakukan pemompaan secara
bersamaan dengan debit yang sama. Maka akan terjadi superposisi dari grafis aliran
airtanah akibat pemompaan dua sumur yang bersamaan.
Persamaan penurunan muka air (draw down) adalah sebagai berikut :
𝑄 𝑟
S = − 2𝜋𝑘𝐻 ln(𝑅)
S = Penurunan muka air akibat pemompaan (m)
H = Tinggi muka air dsebelum dipompa (m)
R = Diameter sumur (m)
Q = debit (m3/dt)
r = jarak antar piezometer
k = koefisien permeabilitas (0,013 mm/det)
5.2. Penyusunan laporan praktikum
Penyusunan laporan praktikum segera dilaksanakan setelah pengukuran data
lapangan
Penyusunan laporan praktikum dibimbing oleh satu orang dosen
pembimbing
Proses asistensi dilakukan sesuai jadwal yang dibrikan dosen atau melalui
perjanjian dengan dosen pembimbing bersangkutan.
Laporan yang sudah benar dijilid, dan disetujui dosen pembimbing
Mulai
Pendaftaran Praktikum
Pengecekan Peralatan
Penentuan Lokasi
Penjelasan Praktikum
Pengukura Lapangan
Penyusunan Laporan
Persetujuan Ka.Lab.
Nilai
7. Spesifikasi Alat
Data pendukung :
Gradasi Pasir : 0,6 – 2 mm
Tinggi Timbunan : 15 cm
Material : Pasir Kuarsa