Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH EKOFISIOLOGI

RESPIRASI DAN METABOLISME HEWAN DI LOKASI BERBEDA

Disusun Oleh :
1. Fauziah Khoirun Nisa 17030244003
2. Anisya Eka Juniar 17030244005
3. Selvira Dwi Adha 17030244007
4. Nurul Fadilah 17030244016
5. Helda Dwiya Lestari 17030244025
6. Roni Afif Hidayat 17030244030

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem respirasi merupakan suatu peristiwa menghirup atau pergerakan udara
dari luar yang mengandung oksigen (O2) ke dalam tubuh atau paru-paru serta
menghembuskan udara yang banyak mengandung karbondioksida (CO2) sebagai sisa
dari oksidasi ke luar dari tubuh. Pada dasarnya, pengertian respirasi eksternal sama
dengan bernapas, sedangkan respirasi internal atau respirasi seluler ialah proses
penggunaan oksigen oleh sel tubuh dan pembuangan zat sisa metabolisme sel yang
berupa CO2 (Syaifudin, 1997). Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju
respirasi, namun besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi masing- masing spesies
dan bahkan berbeda antara organ pada tumbuhan yang sama. Fruktuasi normal
kandungan O2 di udara tidak banyak mempengaruhi laju respirasi. Pada hewan-
hewan tingkat tinggi terdapat organ yang diperlukan dalam proses pernafasan seperti
paru-paru, insang dan trakea sedangkan pada hewan-hewan tingkat rendah proses
pertukaran oksigen dan karbondioksida dilakukan melalui proses difusi pada
permukaan sel-sel tubuh (Agi, 2014). Selain respirasi pada hewan juga melakukan
bentuk metabolisme.
Menurut Webster dan Lim (2002), metabolism adalah perubahan atau semua
transformasi kimiawi dan energi yang terjadi di dalam tubuh. Lebih lanjut Lehninger
(1982), metabolisme adalah aktivitas sel yang amat terkordinasi, mempunyai tujuan
dan mencakup berbagai kerjasama banyak sistem multi enzim. Metabolisme memiliki
empat fungsi spesifik: (1) untuk memperoleh energi kimiawi dari degradasi sari
makanan yang kaya energi dari lingkungan atau dari energi solar, (2) untuk
menggabungkan unit-unit pembangun ini menjadi protein, asam nukleat, lipida,
polisakarida dan komponen sel lain dan (4) untuk membentuk dan mendegradasi
biomolekul yang diperlukan di dalam fungsi khusus sel. Kebutuhan energi untuk
metabolisme harus dipenuhi terlebih dahulu, baru apabila berlebih maka
kelebihannya akan digunakan untuk pertumbuhan. Hal ini berarti bahwa apabila
energi yang dapat dimetabolisasi jumlahnya terbatas maka energi tersebut hanya akan
digunakan untuk pertumbuhan (Harver dan Hardy 2002).Berdasarkan sistem respirasi
dan metabolisme pada hewan juga dapat diengaruhi oleh perbedaan lokasi.
Lokasi merupakan sumber daya yang sangat penting bagi hewan sebagai
habitat untuk membangun sarang, istirahat, mencari makan, berbiak, dan aktivitas
harian lainnya. Hewan memilih lokasi untuk beraktivitas harian dengan beberapa
karakteristik. Faktor keamanan dan daya dukung untuk tujuan hewan beraktivitas
merupakan pertimbangan penting dalam pemilihan lokasi.
Maka dari itu suatu kerja sistem respirasi dan proses metabolism tubuh pada
hewan dapat dipenagaruhi oleh perbedaan lokasi suatu hewan di lingkungan, dengan
demikian didapatkan suatu tujuan yaitu guna mengetahui respirasi dan metabolisme
hewan yang berada di lokasi yang berbeda.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sistem respirasi dan metabolisme hewan pada lokasi yang berbeda ?
2. Apakah faktor yang dapat memengaruhi proses system respirasi dan
metabolisme hewan pada lokasi yang berbeda ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui sistem respirasi dan metabolisme hewan pada lokasi yang
berbeda.
2. Mengetahui faktor yang dapat memengaruhi proses system respirasi dan
metabolisme hewan pada lokasi yang berbeda.
BAB II
ISI
A. Organ Respirasi Pada Hewan
Respirasi mencakup pengambilan oksigen, mengedarkannya ke sel-sel, dan
melepaskan karbondioksida. Proses respirasi melibatkan medium respirasi, membran
respirasi, dan organ pernapasan (Martini, 2012). Organ respirasi pada setiap individu
berbeda tergantung pada habitat dan cara hidupnya. Hewan akuatik memiliki organ
pertukaran gas yang khusus yang disebut insang. Organ respirasi pada hewan
terestrial berbeda dengan hewan akuatik. Organ-organ tersebut diantaranya paru-paru
difusi, paru-paru buku, trakea, paru-paru alveolar, dan paru-paru sempurna (Jumhana,
2006).
Organ respirasi adalah alat atau bagian tubuh tempat O2 dapat berdifusi masuk
dan sebaliknya CO2 dapat berdifusi keluar. Alat respirasi pada hewan bervariasi
antara hewan yang satu dengan hewan yang lain, ada yang berupa paruparu, insang,
kulit, trakea, dan paru-paru buku, bahkan ada beberapa organisme yang belum
mempunyai alat khusus sehingga oksigen berdifusi langsung dari lingkungan ke
dalam tubuh, contohnya pada hewan bersel satu, porifera, dan coelenterata. Pada
ketiga hewan ini oksigen berdifusi dari lingkungan melalui rongga tubuh.
Organ respiratorius merupakan organ yang menyediakan tempat untuk
pertukaran gas antara darah dan atmosfir, dan dalam batas-batas tertentu
meningkatkan kualitas udara yang diinspirasi dan mengatur pengalirannya. Sistem
respirasi dimulai nari nostril (lubang hidung/nares anterior), cavum nasi, faring,
laring, trakea, dan paru-paru.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju respirasi suatu organisme diantaranya
usia, berat badan, jenis kelamin, suhu, dan aktivitas. Semakin tua usia suatu
organisme maka semakin sedikit respirasi yang dibutuhkan. Hal ini disebabkan oleh
penurunan regenerasi sel. Semakin berat suatu organisme maka semakin banyak
respirasi yang dibutuhkan, karena jumlah sel yang dimiliki organisme tersebut
menjadi lebih banyak (Isnaeni, 2006).
B. Kaitan Respirasi dengan Metabolisme
Respirasi sangat berkaitan dengan proses metabolisme dalam tubuh. Laju
metabolisme adalah jumlah total energi yang diproduksi dan dipakai oleh tubuh per
satuan waktu (Seeley, 2002). Respirasi berperan sebagai penyedia oksigen yang
kemudian digunakan untuk proses metabolisme sehingga dihasilkan energi yang
bermanfaat untuk menjalankan sistem-sistem kehidupan (Isnaeni, 2006).
Laju metabolisme juga berkaitan erat dengan respirasi karena respirasi
merupakan proses ekstraksi energi dari molekul makanan yang bergantung pada
adanya oksigen. Laju respirasi dapat diketahui dengan mengukur banyaknya gas
karbondioksida, uap air, dan energi yang dihasilkan. Semakin besar nilai komponen-
komponen tersebut, maka semakin besar laju respirasinya (Tobin, 2005).
Metabolisme terjadi setiap saat dan berbeda antar spesies, sehingga untuk
mengetahuinya dapat dihitung laju metabolisme pada jenis tertentu. Laju
metabolisme merupakan jumlah total energi yang diproduksi dan dipakai oleh tubuh
per satuan waktu (Seeley 2002).

C. Pengaruh Ketinggian Terhadap Respirasi dan Metabolisme


Indonesia memiliki keanekaragaman geografis karena letaknya di pertemuan
dua lempeng benua yaitu lempeng benua Asia dan lempeng benua Australia. Salah
satu keanekaragaman dalam geografis adalah pola dan bentuk muka bumi yang
meliputi struktur ketinggian tanah (Purba, 2002).
Menurut Setiawan (2008) permukaan bumi terdiri daratan dan perairan.
Terdapat berbagai macam jenis ketampakan alam yang ada di daratan misalnya,
dataran tinggi, dataran rendah, tanjung, gunung dan pegunungan. Sedangkan
ketampakan alam yang ada di perairan adalah sungai, danau, selat dan laut.
a. Ketampakkan Alam di Daratan
1. Dataran rendah
Dataran rendah adalah bagian dari permukaan bumi dengan letak
ketinggian 0-200 m di atas permukaan laut. Dataran rendah pada umumnya
terdapat di sekitar pesisir pantai.
2. Dataran tinggi
Dataran tinggi adalah daerah datar yang memiliki ketinggian lebih dari
400 meter di atas permukaan laut.
3. Gunung
Gunung berfungsi untuk melindungi daratan rendah dari angin besar.
4. Pegunungan
Pegunungan adalah bagian dari dataran yang merupakan kumpulan
deretan dari gunung dengan ketinggian 700 meter di atas permukaan laut.
b. Ketampakan Alam di Perairan
1. Pantai
Pantai adalah dataran yang berbatas dengan laut yang bermanfaat sebagai
tempat pariwisata, perikanan dan hutan bakau.
2. Sungai
Sungai pada umumnya terletak di pulau yang besar pula. Sungai dapat
dimanfaatkan sebagai tenaga pembangkit listrik dan sarana kebutuhan hidup
penduduk. Sungai juga dapat digunakan sebagai alat transportasi.
3. Danau
Danau adalah genangan air yang amat luas dan dikelilingi daratan.
4. Selat
Selat adalah perairan atau laut sempit yang menghubungkan dua buah
pulau.
Dataran tinggi dan dataran rendah memiliki kondisi udara yang berbeda.
Semakin tinggi suatu daerah dari permukaan laut semakin sedikit oksigen yang
tersedia (Sudiana, 2013). Terjadi penurunan yang signifikan tekanan parsial oksigen
(PO2) atmosfir di dataran tinggi, akibatnya terjadi penurunan PO2 alveolus.
Penurunan PO2 alveolus bertujuan untuk mengimbangi berkurangnya oksigen
atmosfir (Guyton, 2007). Perbedaan-perbedaan pada iklim pegunungan tidak hanya
pada penurunan oksigen, beberapa diantaranya pengurangan progresif dari densitas
udara yang berakibat penurunan resistensi pernapasan, kelembaban, suhu,
aeroallergen dan polusi luar ruangan (Cogo, 2011).
Adaptasi fisiologis tubuh terhadap lingkungan akan akan membentuk
perbedaan anatomi tubuh. perbedaan anatomi tubuh di dataran tinggi memberikan
perbandingan kapasitas ventilasi dengan massa tubuh yang tinggi karena ukuran dada
sangat meningkat sedang ukuran tubuh agak berkurang. Pada jantung terutama di
jantung kanan, tekanan arteri pulmonalis akan meninggi agar pemompaan darah
menjadi sempurna karena sistem kapiler paru di dataran tinggi sangat berkembang
daripada di dataran rendah (Ganong, 2002).

BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Campbell et. al. Biologi. Jakarta: Erlangga, 1999


Cogo, A. (2011, Februari 28). The Lung at High Altitude. Multidisciplinary
Respiratory Medicine.
Ganong. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
Guyton, A. (2007). Textbook of Medical Physiology. Dalam Irawati, D. Ramadhani, F.
Indriyani, F. Dany, I. Nuryanto, S. S. Rianti, et al., Fisiologi Kedokteran
(Edisi 11 ed.). Jakarta: EGC.
Harver and Hardy. 2002. Fish Nutrition: Bionergetics. Academic Prees: California
USA.
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Kanisius. Yogyakarta
Jumhana, N. 2006. Konsep Dasar Biologi. UPI PRESS. Bandung.
Lehninger, A. L., 1982, Dasar-dasar Biokimia, Jlilid 1, Alih bahasa, Maggi Thenawijaya,
Erlangga, Jakarta.
Martini. 2012. Fundamental of Anatomy & Physiology Ninth Edition. Pearson
Education. San Fransisco.
Purba, J. 2002. Pengelolaan Lingkungan Sosial : Kantor Menteri Negara Lingkungan
Hidup. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Seeley, R,R., T.D. Stephens, P. Tate. 2002. Essentials of Anatomy and Physiology 4th.
McGraw-Hill Companies. USA.
Setiawan. 2008. Wawasan Sosial 1. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.
Sudiana, I. K. 2013. Dampak Adaptasi Lingkungan terhadap Perubahan Fisiologis.
Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA III.
Tobin, A.J. 2005. Asking About Life. Thomson Brooks/Cole. Canada
.

Anda mungkin juga menyukai