Sequence
Sequence
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Industri pertambangan merupakan industri yang padat modal dan padat karya dengan
pertimbangan aspek resiko yang tinggi. Dengan demikian, diperlukan perencanaan pada seluruh
aspek yang dapat memberikan dampak positif secara ekonomis bagi perusahaan. Salah satu hal
yang patut dipertimbangkan adalah perencanaan arah kemajuan tambang. Perencanaan kemajuan
penambangan. Dengan perencanaan yang baik akan berdampak positif pada produktivitas dan
efisiensi proses penambangan. Banyak hal yang akan terkena dampak dari terabaikannya
penentuan arah kemajuan tambang, yaitu sasaran produksi yang tidak terpenuhi, kadar yang tidak
sesuai dengan yang diharapkan serta kondisi geologi yang tidak mungkin untuk dilakukannya
kegiatan penambangan, sehingga pada akhirnya akan menyebabkan operasi penambangan tidak
Rancangan atau design berperan sebagai penentu persyaratan, spesifikasi, dan kriteria
teknik untuk mencapai sasaran serta urutan teknis pengerjaannya. Salah satu hasil rancangan
pada perencanaan tambang adalah batas akhir penambangan (pit limit). Pit limit yang dirancang
bagaimana suatu pit akan ditambang dari tahap awal hingga tahap akhir rancangan tambang pit
limit (Aryanda dkk., 2014). Tujuan dari pembuatan sequence yaitu untuk membagi seluruh
volume yang ada dalam pit limit dalam unit-unit perencanaan yang lebih kecil sehingga lebih
mudah ditangani.
PT. Baula Petra Buana merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri
pertambangan bijih nikel. Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) PT. Baula Petra Buana
Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara, dengan Izin Usaha Penambangan (IUP) seluas
Adapun wilayah izin usaha pertambangan (WIUP) PT. Baula Petra Buana dapat dilihat
pada Lampiran A1 Peta WIUP PT. Baula Petra Buana. Area Penambangan PT. Baula Petra
Block C1 merupakan daerah pada PT. Baula Petra Buana yang direncanakan akan
ditambang dengan spasi titik bor 50 m yang model sebarannya dapat dilihat pada Lampiran A2
peta sebaran titik bor block C1 spasi 50 m, akan tetapi daerah ini belum dimodelkan.
Permasalahan yang terjadi yaitu proses penambangan yang dilakukan masih secara acak atau
tidak beraturan dikarenakan tidak adanya perencanaan pada tahapan penambangannya sehingga
berdampak pada kebutuhan target produksi yang tidak tercapai, berdasarkan permasalahan
tersebut maka penulis melakukan permodelan sequence penambangan yang bertujuan untuk
membagi suatu cadangan yang ada kedalam unit-unit penambangan yang lebih kecil untuk
memenuhi rencana target produksibulanan pada block C1, untuk memecahkan permasalahan
yang ada penulis menggunakan metodeblock modeluntuk memodelkan sebaran cadangan yang
ada pada blok C1 yang kemudian akan dibagi kedalam bentuk sequen tambang.
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat dalam proses penambangan agar dapat
memenuhi target produksi yang diinginkan dan sesuai dengan kondisi aktual pada PT. Baula
Petra Buana.