Anda di halaman 1dari 2

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Industri pertambangan merupakan industri yang padat modal dan padat karya dengan

pertimbangan aspek resiko yang tinggi. Dengan demikian, diperlukan perencanaan pada seluruh

aspek yang dapat memberikan dampak positif secara ekonomis bagi perusahaan. Salah satu hal

yang patut dipertimbangkan adalah perencanaan arah kemajuan tambang. Perencanaan kemajuan

tambang tersebut memegang peranan penting dalam proses keberlangsungan operasi

penambangan. Dengan perencanaan yang baik akan berdampak positif pada produktivitas dan

efisiensi proses penambangan. Banyak hal yang akan terkena dampak dari terabaikannya

penentuan arah kemajuan tambang, yaitu sasaran produksi yang tidak terpenuhi, kadar yang tidak

sesuai dengan yang diharapkan serta kondisi geologi yang tidak mungkin untuk dilakukannya

kegiatan penambangan, sehingga pada akhirnya akan menyebabkan operasi penambangan tidak

produktif dan efisien. (Abdul S, 2010).

Rancangan atau design berperan sebagai penentu persyaratan, spesifikasi, dan kriteria

teknik untuk mencapai sasaran serta urutan teknis pengerjaannya. Salah satu hasil rancangan

pada perencanaan tambang adalah batas akhir penambangan (pit limit). Pit limit yang dirancang

selanjutnya akan dibagi ke dalam unit-unit yang lebih kecil (sequence).

Sequence penambangan merupakan bentuk-bentuk penambangan yang menunjukkan

bagaimana suatu pit akan ditambang dari tahap awal hingga tahap akhir rancangan tambang pit

limit (Aryanda dkk., 2014). Tujuan dari pembuatan sequence yaitu untuk membagi seluruh

volume yang ada dalam pit limit dalam unit-unit perencanaan yang lebih kecil sehingga lebih

mudah ditangani.
PT. Baula Petra Buana merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri

pertambangan bijih nikel. Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) PT. Baula Petra Buana

secara administrasi pemerintahan berada di Desa Lapoa, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten

Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara, dengan Izin Usaha Penambangan (IUP) seluas

349,2 Ha(SK IUP Nomor 1320 Tahun 2010).

Adapun wilayah izin usaha pertambangan (WIUP) PT. Baula Petra Buana dapat dilihat

pada Lampiran A1 Peta WIUP PT. Baula Petra Buana. Area Penambangan PT. Baula Petra

Buana di bagi menjadi 3 area block penambangan yaitu, block A, B, dan C.

Block C1 merupakan daerah pada PT. Baula Petra Buana yang direncanakan akan

ditambang dengan spasi titik bor 50 m yang model sebarannya dapat dilihat pada Lampiran A2

peta sebaran titik bor block C1 spasi 50 m, akan tetapi daerah ini belum dimodelkan.

Permasalahan yang terjadi yaitu proses penambangan yang dilakukan masih secara acak atau

tidak beraturan dikarenakan tidak adanya perencanaan pada tahapan penambangannya sehingga

berdampak pada kebutuhan target produksi yang tidak tercapai, berdasarkan permasalahan

tersebut maka penulis melakukan permodelan sequence penambangan yang bertujuan untuk

membagi suatu cadangan yang ada kedalam unit-unit penambangan yang lebih kecil untuk

memenuhi rencana target produksibulanan pada block C1, untuk memecahkan permasalahan

yang ada penulis menggunakan metodeblock modeluntuk memodelkan sebaran cadangan yang

ada pada blok C1 yang kemudian akan dibagi kedalam bentuk sequen tambang.

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat dalam proses penambangan agar dapat

memenuhi target produksi yang diinginkan dan sesuai dengan kondisi aktual pada PT. Baula

Petra Buana.

Anda mungkin juga menyukai