Anda di halaman 1dari 13

DIAGNOSA BANDING MATA MERAH

MATA MERAH DENGAN PENURUNAN VISUS

GLAUKOMA AKUT ANTERIOR


KERATITIS ULKUS KORNEA ENDOFTALMITIS PANOFTALMITIS
UVEITIS
DEFINISI Suatu inflamasi pada Hilangnya sebagian  Mata merah dengan Dikaitkan dengan  Merupakan Disebut juga
kornea yang dapat terjadi permukaan kornea akibat visus turun inflamasi bola mata peradangan seluruh Iridosiklitis,
akibat infeksi oleh kematian jaringan kornea mendadak yang melibatkan vireus bola mata termasuk merupakan inflamasi
mikroorganisme ataupun merupakan dan segmen depan sklera dan kapsul yang terjadi pada iris
akibat non-infeksi karena Glaukoma akut sudut  Dibagi dalam 2 Tenon sehingga bola dan badan siliar
infeksi proses autoimun. tertutup bentuk yaitu mata merupakan
 Ditandai dengan infeksi dan non rongga abses
peningkatan tekanan infeksi
intraokular yang  Infeksi : eksogen
meningkat secara dan endogen
mendadak
 Terjadi pada usia
lebih dari 40 tahun

FAKTOR Etiologi - Sentral = infeksi  TIO tinggi  Infeksi  Infeksi dapat melalui Etiologi :
RESIKO & - Infeksi (bakteri, bakteri, virus,jamur,  Keluarga penderita  Eksogen peredaran darah 1. Exogenous
ETIOLOGI virus, jamur, protozoa glaucoma Endoftalmitis (endogen) atau infection :
protozoa) - Perifer = reaksi toksik,  Miopi paska operasi perforasi bola mata perforasi luka atau
- Non infeksi alergi, autoimun, infeksi  Hipertensi (0,07 – (eksogen) ulkus kornea
(autoimun)  Diabetes Melitus 0,33%), P.  Organisme yang 2. Secondary
 Penggunaan steroid acne, S. paling sering infection :
jangka panjang corynebacteriu menyebabkan inflammation yang
 Riwayat trauma atau m sp) panoftalmitis : menyebar dari
operasi sebelumnya  Endogen Pneumococcus, kornea, sclera atau
 Usia >40 tahun Penyebaran lewat Streptococcus, retina.
darah (endocarditis, Staphylococcus, 3. Endogenous
gang. GI, E.coli. infection :
pielonefritis, organisme yang
meningitis,  Jamur(Candida merupakan infeksi
osteomyelitis) albicans, sistemik yang
Histoplasma, menyebar ke mata
 Non infeksi Cryptococcus, dll) melalui peredaran
o akibat sisa masa  Parasit darah, bisa berupa
lensa pasca operasi (Toxoplamsa, bakteri, virus,
katarak atau bahan Toxocara) ,aupun protozoa
toksik masuk  Virus (CMV, HIV)
kedalam bola mata
akibat trauma

TANDA &  Bakterialis Subjektif Subjektif Subjektif Subjektif : Subjektif :


GEJALA Subjektif  Mata merah - Nyeri pada mata  Penurunan tajam  Penurunan tajam  Mata merah
Mata merah  Fotofobia - Nyeri kepala penglihatan dengan penglihatan  Nyeri
berair  Penglihatan menurun - Penurunan fungsi onset akut  Nyeri  Lakrimasi
Fotophobia  Sekret penglihatan Objektif  Mata menonjol  Impaired vision
Pandangan kabur - Melihat pelangi  Hipopion Objektif  Photopobia
Sekret mukopurulent Objektif (halo) pada sumber  Vitritis  Edema kelopak Objektif
hingga purulent  Kornea keruh dengan cahaya  Kornea keruh  Kongjungtiva - Circum cilliary
defek epitel - Gejala kemotik congestion
Objektif  Pewarnaan gastrointestinal :  Kornea keruh Adanya
Infiltrat (eksudat) fluorescence  warna mual dan muntah  Bilik mata dengan hyperaemia
berbatas tidak tegas hijau - Tanda tanda hipopion disekitar limbus
Kornea : keruh  Gejala lain : penipisan kongestif pada mata : berwarna dull
Bisa menjadi abses di kornea, lipatan bengkak, merah purple red
dalam kornea Descement, reaksi diakibatkan
jaringan uvea (akibat Objektif dilatasi anterior
 Jamur gangg. Vaskularisasi - Spasme palpebra cilliary vessel.
Subjektif iris), berupa hipopion, - hiperemia
 Keluhan muncul hifema, dan sinekia konjungtiva
setelah 5hari posterior - edema kornea
atau 3minggu - Bilik depan dangkal
kemudian - Glaukoma flecken
 Sakit pada mata (serangan yang
 Berair terjadi berulang)
 Penglihatan - Oftalmoskopi :
menurun gambaran papil yang - Flare dan Keratic
 Silau Precipitates (KP)
Objektif tidak k has (edema,
 Ulkus jamur pucat)
bersifat indolen - Tonometri TIO > 21
memiliki mmHg, dapat
Infiltrat putih mencapai 50-60
keabu-abuan, mmHg
berbatas
iregular, sedikit - Hipopion
menonjol, - Hifema
kering dengan - Kontriksi pupil
batas seperti - Iris terlihat muddy
feathery edge karena terdapat
 Lesi satelit pada eksudat
kornea - Sinekia anterior
 plak endotel dan ataupun posterior
hipopion - Lensa keruh
- Vitreous keruh
 Virus
Herpes Simpleks
 Jarang terjadi
manifestasi,
penglihatan
berkurang
 Lesi mata : tampak
bintik di palpebra
dan margo
palpebra
 Terbentuknya
pembuluh darah
halus pada mata
 Berlanjut mjd
keratitis dendritik

Herpes Zoster
Oftalmika
 Lesi kulit
dermatomal (makula,
papula, vesikel,
pustul, dan krusta) di
nervus trigemnial
 Penurunan
sensitivitas kornea
atau inflamasi okular
di lapisan kornea

 Protozoa
Subjektif
 Nyeri hebat sampai
kepala
 Mata merah
 Fotofobia

Objektif
 Ulkus kornea indolen
 Infiltrat perineural
 Stroma ring infiltrate

Bakteri Bakteri - Pilokarpin 2% setiap  Antibiotik Medikamentosa Medikamentosa :


 Tidak ditemukan - Topical menit selama 5 spektrum luas  Vancomycin dan - Atropine
TATALAKSA organ/multiple fluoroquinolone menit, disusul setiap hingga ditegakkan obat-obat sulfa, 1% atropine
NA organism : Sefazolin (ofloxacin, 1 jam dalam sehari. organisme (Trimethoprimsulfa eyedrop atau
50 mg/mL moxifloxacin) - Sistemik : penyebab methoxazole) ointment
 Kokus gram positif : Chlamydial Asetazolamid 500  Dilakukan  Jika peradangan diaplikasikan
Vankomisin 15-50 - Oral azithromycin, mg iv, 250 mg tablet pemeriksaan gram terjadi pada segmen 2x1hari. kalau ada
mg/mL doxycycline, setiap 4 jam ataupun kultur dari anterior bola mata atropine allergy,
 Batang gram negatif : erythromycin, atau - Manitol 1,5 – 2 cairan aquous berikan kompres mydriatics lain
Tobramisin atau tetracycline mg/kg BB dalam ataupun vitreus, hangat. dapat diberikan,
gentamisin 9-14 Mycobacterial larutan 20% diikuti injeksi  Jamur : seperti
mg/mL - Topikal amikacin antibiotik amfotererisin B150 phenylephrine,cycl
 Kokus gram negatif : 2,5% dan levofloxacin intrakameral/intrav mikrogram sub opentolate atau
Seftriakson 50 itreal konjungtiva, tropicamide.
mg/mL Fungal ketokonazole - Kortikosteroid
Mycobacterium non tb : - Filamen : topical sistemik, vitrektomi Topical : 0,1 %
Klaritromisin 10 mg/mL natamycin  Parasit : bethametasone eye
- Yeast : topical pyrimetamine 25 mg ointment atau eye
Jamur amphotericin (0,15%) peroral/hari, drop. Eyedrop
 Tetes mata natamisin Viral Sulfadiazine 0,5 g digunakan 4-6 kali
5% tiap jam (jamur - Topical acyclovir per oral 4x1 selama sehari, sednagkan
filamentosa, Acanthamoeba 4 minggu eye ointment
fusarium spesies) - Biguanide Non medikamentosa digunakan saat
 Candida : (polyhexamethylene  Eviserasi akan tidur
vorikonazol (tetes biguanide 0,02%)  Tindakan Subconjunctival
mata 1%) setiap dua pengeluaran bola injection :
jam mata dan sceral cup bethamethasone 4
 Ketokonazole bila mata tidak dapat mg satu atau
sistemik 200- diselamatkan lagi duakali perhari
600mg/hari tergantung pada
 Pengobatan keparahan
antijamur
berlangsung lama  Periocular
dapat mencapai 4-6 injection : 40-80
minggu mg
methylprednisolone
Virus pada sub tenon-
 Asiklovir p.o 5x800 space.
per hari selama 10-  Systemic
15 hari kortikosteroid : 4
 Valasiklovir 3x1 gr kali sehari dengan
perhari selama 7-10 dosis 1-1.5mg/kgbb
hari atau famsiklovir (dexa atau
500mg setiap 8 jam bethametasone)
untuk 7-10 hari . sampai 1-2 minggu
Terapi dimulai pada yang kemudian di
tapering off dengan
72 jam setelah keluar interval hingga 5-6
bintik kulit. minggu.
 Asiklovir topikal 3%
dioleskan 5x sehari

Protozoa
 Debridement epitel
 Poliheksametilen
biguanid 0,02% dan
klorheksidin 0,02%

MATA MERAH DENGAN VISUS NORMAL TANPA SEKRET


PTERIGIUM PSEUDOPTERIGIUM PINGUECULA HEMATOMA EPISKLERITIS SKLERITIS
SUBKONJUNGTIVA

DEFINISI Pterygium didefinisikan merupakan perlekatan Merupakan benjolan Perdarahan yang Merupakan reaksi radang Merupakan reaksi
sebagai pertumbuhan konjungtiva dengan kornea pada konjungtiva terlokalisasi di bawah jaringan ikat vaskular radang kronis pada
jaringan fibrovaskuler yang cacat bulbi ditemukan konjungtiva akibat yang terletak antara jaringan sklera
pada konjungtiva dan pada orang tua. rupturnya pembuluh konjungtiva dan
tumbuh menginfiltrasi Merupakan darah konjungtiva permukaan sklera
permukaan kornea. degenerasi hialin
jaringan submucosa
konjungtiva.

FAKTOR Etiologi belum jelas  Infeksi sebelumnya  usia tua sering  Trauma langsung  Sering terjadi : 4. Penyakit autoimun
RESIKO & Faktor resiko : (ulkus kornea) terjadi atau tidak perempuan usia  Rheumatoid
ETIOLOGI  paparan  Sering ditemukan  Mata yang sering langsung pertengahan dan artritis, SLE,
ultraviolet, debu pada proses terkena sinar  Terjadi pada penyakit bawaan ankylosing
 mikro trauma penyembuhan ulkus matahari, debu, dan keadaan dimana reumatik spondylitis
kronis/ iritasi kornea, sehingga angin pembuluh darah  reaksi 5. Infeksi sistemik
kronis pada konjungtiva menutupi rapuh : hipersensitivitas
mata kornea terhadap penyakit
 infeksi mikroba  Iritasi karena usia, hipertensi, sistemik, : TBC,  Sifilis, gout,
atau virus kualitas air mata arteriosclerosis, rheumatoid artritis, tuberculosis,
kurang baik konjungtivitis SLE herpes zooster
hemoragic, anemia  Merupakan reaksi
toksik, alergik,
infeksi
 terjadi secara
spontan dan
idiopatik

TANDA & Subjektif : Objektif Subjektif : Subjektif : Subjektif :


GEJALA  Awalnya busa Lesi kuning keputihan  Mata merah  Mata merah  Mata merah
asimptomatik pada konjungtiva bulbi di  asimptomatik  Mata terasa kering  Nyeri hebat
 Mata merah daerah nasal atau Objektif  Rasa sakit ringan, menjalar ke bagian
 Gangguan temporal limbus.  Konjungtiva mengganjal kepala dan wajah
penglihatan : jika Tampak seperti terlihat berwarna Objektif lainya (dahi, alis
timbul astigmat dan penumpukan lemak merah, homogen,  Benjolan batas tegas dan dagu
sudah melewati berbatas tegas warna merah ungu  Mata berair
pupil (grade 4)  Warna merah dibawah konjungtiva  Fotofobia
Objektif hitam setelah  Nyeri tekan (+) : Objektif
 Selaput triangular beberapa lama, ditekan di kelopak  Benjolan berwarna
pada konjungtiva seperti hematoma atas benjolan sedikit lebih biru
memanjang ke pada umumnya pada seluruh
kornea lingkaran kornea
 Astigmatismus shg terlihat seperti
 Bagian limbus tidak Slit lamp : edema
dapat dilalui sonde pada sklera

Umum :  Pinguekula tidak  Biasanya tidak  Vasokontriktor 1. Kortikosteroid
1. Hindari FR : perlu diberikan perlu pengobatan fenil efrin 2,5% topical
TATALAKSA  Menggunakan pengobatan, karena akan topikal
NA kacamata pelindung  adanya tanda diserap dengan  Kortikosteroid tetes
untuk melindungi peradangan spontan dalam mata, sistemik atau
dari sinar UV dan (penguekulitis) waktu 1-3 minggu salisilat : pada
debu dapat diberikan obat keadaan episkleritis
2. Steroid/ tetes mata antiradang yang berat
dekongestan  Eksisi dilakukan
 Jika ada tanda untuk alasan
radang kosmetik dan lesi
 Untuk mengurangi besar yang
gejala biasanya pada menyebabkan iritasi
stage 2/3
3. Vasokontriktor
Pembedahan :
Teknik :
1. Conjungtival
autograft
2. Bare sclera
MATA MERAH VISUS NORMAL DENGAN SEKRET

KONJUNGTIVTIS INFEKSI KONJUNGTIVITIS ALERGI XEROPTHALMIA

DEFINISI Peradangan yang terjadi pada konjungtiva yang Peradangan yang di sebabkan oleh reaksi alergi Merupakan suatu keadaan keringnya
disebabkan oleh infeksi mikroba permukaan kornea dan konjungtiva yang
disebabkan oleh berkurangnya fungsi air mata

FAKTOR Etiologi : Faktor risiko:  Defisiensi air mata : sjorgen


RESIKO & Bakteri – Atopik- syndrome ( keratokonjungtivitis
ETIOLOGI purulen :gonokokus Riwayat alergi (hay fever, asma, atau eksim), sicca), senile atau idiopatik lacrimal
mukopurulen : S.aureus, koch weeks bacil, Riwayat dermatitis atopik sejak bayi, Terjadi pada gland atrofi
pneumococcus, streptococcus usia dewasa (30-50 tahun)  Defisiensi mucus konjungtiva :
Membranosa: clhamidya Hipsen type 1 karena adanya perlukaan pada
Virus – adenovirus 3.4.7 Vernal- konjungtiva sehingga terdapat
Terjadi pada usia anak – anak, karena perubahan destruksi sel goblet, ex : trachoma,
cuaca atau serbuk sari rumput vit A deficiency, SJS, erythema
Hipsen type 1 multiform, drug induce
Flikten-  Irregular corneal surface
Memiliki penyakit infeksi sistemik sebelumnya  Abnormalitas lapisan lipid :
Hipsen type 4 blepharitis, acne rosacea

TANDA & Subjektif : Subjektif : Subjektif :


GEJALA  Mata merah  Mata gatal  Mata seperti berpasir
 Keluar sekret yang lebih banyak pada pagi hari  Mata merah  Silau
 Kelopak mata terlihat membengkak  Berair  Mata merah
 Terasa mengganjal di mata  Kelopak mata membengkak  Penglihatan kabur
 Mata terasa tidak nyaman  Fotophobia  Mata berair
 Terkadang terasa  Sukar menggerakan kelopak mata
 fotophobia Objektif : Objektif :
Objektif  Konjungtiva bulbi edema
Gonorrhae : Atopik –
 Konjungtiva bulbi hiperemik
 Sekret purulen kuning kehijauan kental
menebal dan kusam
dan banyak  Riwayat paparan pollen
 Uji schrimer <5 menit
 Terlihat inflamasi berat  Tepi palpebra eritematose,
 Conjunctiva tampak seperti susu,
 Terdapat pseudomembran pada  Terdapat papila halus
konjungtiva  papila raksasa di tarsus inferior
 Pemeriksaan menggunakan methylene  Sekret mukoid
blue menghasilkan bakteri gram negative
diplococcus

Vernal-
Mukopurulen:  disertai dengan adanya papil-papil besar
 Terdapat sekret mukopurulen di porniks, (cobble stone). Susunan papil ini rapat,
kantus dan ujung kelopak mata dari samping tampak menonjol di
 Terkadang ada pseudomembran palpebra tarsus superior
Chlamydia :  Dipermukaannya kadang-kadang seperti
 (Berlangsung lebih dari satu bulan) folikel lapisan susu terdiri dari sekret yang
terlihat di bagian konjungtiva forniks mukoid.
inferior maupun konjungtiva tarsal inferior  Di sekitar limbus, konjuntiva bulbi
yang berukuran sekitar 1-5mm menebal, warna putih susu, kemerah-
 Atau bisa terdapat papillae merahan, seperti susu (Tantras dot).
 Terlihat ad aperubahan warna menjadi  Bila sembuh meninggalkan bekas yang
merah, velvety dan penebalan seperti jelly menyerupai arkus senilis
pada palpebrae konjungtiva
 Herbert’s pits : terdapat infiltrasi yang
berbentuk seperti follicle di dekat area
limbus pada bagian atas. Pada keadaan
yang lebih lanjut akan menyebabkan
adanya depresi yang diakibatkan oleh
sikatrik limbus.
Flikten-
 Terdapat nodule berukuran1-3 mm pada
konjungtiva bulbar, baik jauh maupun
dekat
 Kongesti terlihat mengelilingi nodule
 Phlyctenular , apabila hanya konjungtiva
yang terkena
 Phlyctenular keratokonjungtivitis apabila
konjungtiva dan kornea yang terkena

 Pannus : merupakan infiltrasi jaringan


limfoid dengan adanya vaskularisasi pada
upperpart kornea.
 Pembesaran kelenjar limfe pre-aurikular
 Pada pemeriksaan mikrobiologi terdapat
badan inklusi
Membranosa (difteri):  Bila ada di limbus dan mengenai kornea,
 Peradangan berat pada mata agak lambat sembuhnya dan sering
 Secret mukopurulen disertai pembentukan neovaskularisasi
 Ada membran sejati yang apabila di lepas berbentuk pita (fasikel), disebut keratitis
dapat menyebabkan perdarahan fasikularis
 Di kornea terlihat gambaran seperti
“geografik pattern”. Flikten di kornea,
bila tak disertai infeksi sekunder, jarang
perforasi.

Viral :
 hyperemia konjungtiva dengan secret
serous
 3 cardinal sign : demam, faringitis dan
konjungtivitis
 Biasanya terjadi secara bilateral
 Sering terjadi pada anak-anak
 Ada pembesaran kgb preaurikular tanpa
nyeri

Gonorrhae : Atopik-  Air mata buatan drop 6 jam sekali ,


Bayi :  Antihistamin -> ketorolac dan pada kasus parah bisa perjam
TATALAKSAN  isolasi di rumah sakit, lodoxamide, Steroid topikal jangka  Obati dasar penyakitnya
A  seftriakson 25-50mgkgbb secara IM atau pendek
IV dengan dosis maksimum 125mg selama Vernal-
3 hari berturut- turut,apbila ada gejala  kortikosteroid topikal atau sistemik yang
sistemik maka pengobatan hingga 7 hari diikuti oleh
 kloramfenikol tetes mata (0,5-1%)  vasokonstriktor,
Dewasa :  kompres dingin, dan
 seftriakson 1gr / norfloksasin 1,2gr oral  penggunaan tetes mata yang
selama 5 hari / sefotksim 500 mg IV menghambat histamin
selama 5 hari / spektinomisin 2gr IM flikten
selama 3 hari  Mengobati penyakit yang mendasarinya
 tetes mata ofloksasin/  Kortikosteroid local
levofloksasin/gentamisin yang diberikan  Antibiotic local : ditambahkan pada
setiap jam untuk 2-3 hari pertama blefarokonjungtivitis stafilokokal aktif.
kemudian hari berikutnya 6 kali perhari. Atau bertujuan untuk mencegah infeksi
Terapi di hentika apabila tidak ditemukan lagi sekunder
bakteri diplokokus selama 3 hari berturut-turut.  Jika dengan salep mata tidak membaik,
Terapi suportif : disuntikan kortikosteroid (kortison asetat
Membersihkansekret mata secara rutin setiap 5 me 0,5%) yang disuntikan subkonjungtival
nit menggunakan lidi kapas basah dan irigasi Nacl di forniks superior, di jam 12, supaya
2x sehari. tertutup kelopak mata, karena berwarna
putih, sehingga kosmetik tak terganggu.
Mukopurulen: Diberikan 0,3-0,5cc /x, 2x seminggu
 antibiotik topikal loramfenikol 1% atau
gentamicin 0,3% tetes mata setiap 3-4 jam
 apabila tidak mempan ganti antibiotik
menjadi siprofloksasin 0,3% atau
oflofoksasin 0,3%
 pengobatan suportif dengan kompres
hangat 10 menit 2x sehari
 pada sekret mukopurulen yang banyak
dapat di irigasi menggunakan nacl 0,9%
sebanyak 1-2x sehari
Chlamydia :
 Diberikan tetrasiklin 1-1,5gr/hari peroral
diberikan dalam 4 dosis selama 3-4
minggu atau,
 Doxycycline 100mg peroral 2x1 selama 3
minggu, atau
 Erythromicyn 1gr/hari oral dibagi dalam 4
dosis selama 3-4 minggu

Membranosa (difteri):
 tetes mata penisislin setiap setengah jam
(1:10.000)
 anti difteri serum setiap satu jam
 salep mata sulfus atropine bila terdapat
ulkus.
 Salep mata antibiotik spektrum luas
sebelum tidur
 Terapi sistemik Kristal penisilin lac unit
IM dua kali sehari selama 10 hari dan
serum anti difteri 50.000 iu im
Viral :
 hanya supportif karena self limiting,
 kompres,
 astringen dan
 lubrikasi

Anda mungkin juga menyukai