Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipoglikemia merupakan komplikasi yang paling sering muncul

pada penderita diabetes mellitus. Hipoglikemia adalah menurunnya kadar

glukosa darah yang menyebabkan kebutuhan metabolik yang diperlukan

oleh sistem saraf tidak cukup, sehingga menimbulkan berbagai keluhan dan

gejala klinik. Hipoglikemia berdampak serius pada morbiditas, mortalitas

dan kualitas hidup.

Hipoglikemia merupakan penyakit kegawatdaruratan yang

membutuhkan petolongan segera. Karena hipoglikemia yang berlangsung

lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen hingga koma

sampai kematian. Maka dari itu, penulis tertarik untuk mengambil topik

pembahasan mengenai teoritis dan asuhan keperawatan pada penderita

hipoglikemia. Ada baiknya kita selalu menjaga kesehatan kita dengan

mencegahnya. Bagaimana pun mencegah memang lebih baik dari

mengobati.

Hipoglikemia adalah komplikasi diabetes tipe 1 yang mudah

dikenali pada pasien. Masalah hipoglikemia didokumnetasikan dengan baik

pada Diabetes Control and Complication Trial (DCCT) penting, yaitu

penderita diabetes yang mempertahankan terapi ketat dan intensif memiliki

indsiden tiga kali lebih besar untuk mengalami hipoglikemia berat daripada
pasien yang mendapat protocol pengobatan kurang ketat. United Kingdom

Prospective Diabetes Study (UKPDS) menunjukan beberapa peningkatan

insiden hipoglikemia di antara penderita diabetes tipe 2, meskipun beberapa

kasus berat yang mengancam jiwa didokumentasikan dalam study ini.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kita mengetahui tentang hipoglikemia?

2. Apa saja gangguan yang disebabkan hipoglikemia?

3. Apa saja etiologi dari hipoglikemia ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mempelajari tentang hipoglikemia

2. Untuk mengetahui gangguan yang ada pada hipoglikemia

3. Untuk mengetahui proses terjadinya hipoglikemia

D. Manfaat Penulisan

Diharapkan pembaca dapat memahami tentang hipogikemia beserta

gangguannya melalui makalah yang kami tulis ini, sehingga didalam

praktek lapangan atau saat di rumah sakit materi yang kami rangkum ini

dapat menjadi acuan dan pedoman dalam proses keperawatan.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah dibawah

60 mg/dl, yang merupakan komplikasi potensial terapi insulin atau obat

hipoglikemik oral. Keadaan hipoglikemia menstimulasi produksi

counterregulatory hormones (glukagon, glukokortikosoid, hormon

pertumbuhandan epinefrin).

Reaksi Hipoglikemia yang dipicu-insulin sering terjadi pada

pertengahan usia pasien, yang dapat menimbulkan, minimal, rasa malu, dan

yang paling buruk, bahaya. Hipoglikemia ringan menyebabkan gejala yang

kurang menyenangkan dan ketdaknyamanan; namun, hipoglikemia berat

dapat menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa seperti kejang,

koma, bahkan kematian jika tidak diobati. Meskipun penyembuhan

hipoglikemia yang dapat diukur terjadi cepat dan sempurna dalam beberapa

menit setelah pengobatan yang tepat, banyak pasien secara emosional (dan

mungkin secara fisiologis ) masih merasa terguncang selama beberapa jam

atau bahkan beberapa hari setelah reaksi insulin. Pada kondisi yang

ekstream, hipoglikemia yang memanjang atau berulang, meskipun jarang

terjadi berpotensi menyebabkan kerusakan otak permanen dan dapat

berakibat mematikan.
B. Etiologi

Hipoglikemia bisa disebabkan oleh:

1. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas

2. Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada

penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya

3. Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal

4. Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di

hati

C. Patofisiologi

Ketergantungan otak menit demi menit pada suplay glukosa melalui

sirkulasi diakibatkan oleh ketidakmampuan otak untuk membakar asam

lemak bebas rantai panjang, kekurangan cadangan glukosa sebagai glikogen

didalam otak orang dewasa, dan ketidaksediaan keton. Otak mengenali

defisiensi energy tersebut ketika kadar glukosa serum turun secara tiba-tiba

sampai kadar sekitar 45 mg/dl. Istilah neuroglikopenia menunjukan derajat

hipoglikemia yang cukup dapat menyebabkan disfungsi otak yang dapat

menyebabkan perubahan kepribadian dan kemunduran intelektual. Namun,

kadar yang tepat yang dapat menyebabkan gejala sangat bervariasi antara

satu orang dengan orang yang lain dan kadar serendah 30-35 mg/dl biasa

terjadi (mis, selama tes toleransi glukosa) tanpa gejala apapun yang terjadi

pada pasien diabetes jangka panjang.


Gejala ditimbulkan dari respon sistem saraf simpatik terhadap

hipoglikemia atau dari respon neuroglikopenik. Hipotalamus bereaksi

terhadap kadar glukosa yang rendah untuk meningkatkan respon adrenergic

yang mencakup takikardia, palpitasi, tremor, dan kecemasan. Tujuannya

adalah mengaktifkan hormon pengatur keseimbangan (glucagon,

katekolamin, kortisol, hormone pertumbuhan) untuk meningkatkan kadar

glukosa dan melindungi organ-organ vital dari hipoglikemia. Hal ini dicapai

dengan glikogenolisis dan gluconeogenesis.

D. Manifestasi Klinis

1. Hipoglikemia Ringan

Ketika kadar glukosa menurun, sistem saraf simpatik akan

terangsang. Pelimpahan adrenalin kedalam darah yang menyebabkan

gejala seperti perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan

rasa lapar.

2. Hipoglikemia Sedang

Penurunan kadar glukisa menyebabkan sel-sel otak tidak

memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-

tanda gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup

ketidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi,

penurunan daya ingat, matirasa didaerah bibir serta lidah, bicara pelo,

gerakan tidak terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak

rasional, penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan. Kombinasi


semua gejala ini (disamping gejala adrenergic) dapat terjadi pada

hipoglikemia sedang.

3. Hipoglikemia Berat

Fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang sangat

berat sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk

mengatasi hipoglikemia yang dideritanya. Gejala dapat mencakup

perilaku yang mengalami disorientasi, serangan kejang, sulit

dibangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan kesadaran.

E. Manajemen Kolaborasi

Pengobatan reaksi insulin selalu glukosa. Jika pasien dapat menelan,

cara terbaik pemberian glukosa adalah dengan memberikan minuman yang

mengandung glukosa atau surkosa karena dalam bentuk ini, glukosa dapat

melewati lambung dan dapat diarbsopsi didalam usus dalam waktu yang

paling pendek. Jika pasien terlalu gemetar, dalam keadaan stupor , atau tidak

kooperatif untuk minum, berikan dekstrosa bolus 25 gr dari 50 % selama

beberapa menit. Jika jalur ini atau dosis ini tidak tersedia, berikan 1 mg

glucagon secara subkutan atau intramuscular untuk meredakan gejala

dengan memicu pemecahan dan pelepasan cepat glukosa kedalam aliran

darah dari simpanan glikogen hati.

Jumlah glukosa yang dibutuhkan untuk merdakan reaksi insulin akut

tidak banyak. Gula darah dapat meningkat dari 20 mg/dl menjadi 120 mg/dl

dengan pemberian glukosa kurang dari 25 gr (3 sendok teh) pada orang


dewasa berukuran rata-rata. Glukosa dalam bentuk oral apapun dapat

diberikan. Pengobatan yang biasa diberikan untuk hipoglikemia adalah 3

tablet glukosa, 6 ons kola regular, 6 ons jeruk, 4 ons dari 2 % atau susu krim,

atau 6-8 permen Lifesaver. Tepung yang terdapat pada kraker dan kue,

dipecah menjadi glukosa bebas setelah melalui lambung dan diabsorpsi

dengan sangat cepat sehingga gula darah meningkat secepat peningkatan

glukosa atau surkosa bebas.

Kegagalan berespon penuh pada waktu yang tepat mengindikasikan

glukosa yang telah diberikan jumlahnya tidak mencukupi, diagnosis tiak

tepat, atau bahwa hipoglikemia atau telah berlangsung lama dan cukup berat

untuk menyebabkan disfungsi serebral persisten meski tidak selalu

permanen.

F. Manajemen Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Primer

1) Airway

Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bernafas dengan

bebas,ataukah ada secret yang menghalangi jalan nafas. Jika ada

obstruksi, lakukan : Chin lift/ Jaw thrust, Suction, Guedel

Airway, Instubasi Trakea

2) Breathing

Bila jalan nafas tidak memadai, lakukan :Beri oksigen, Posisikan

semi Flower
3) Circulation

Menilai sirkulasi / peredaran darah: Cek capillary refill, Auskultasi

adanya suara nafas tambahan, Segera Berikan Bronkodilator,

mukolitik., Cek Frekuensi Pernafasan, Cek adanya tanda-tanda

Sianosis, kegelisahan, Cek tekanan darah, Penilaian ulang ABC

diperlukan bila kondisi pasien tidak stabil

4) Disability

Menilai kesadaran pasien dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya

respon terhadap nyeri atau sama sekali tidak sadar. Kaji pula tingkat

mobilisasi pasien. Posisikan pasien posisi semi fowler, esktensikan

kepala, untuk memaksimalkan ventilasi. Segera berikan Oksigen

sesuai dengan kebutuhan, atau instruksi dokter.

2. Pengkajian Sekunder

Pengkajian head to toe

1) Data Subyektif :

 Riwayat penyakit dahulu

 Riwayat penyakit sekarang

 Status metabolik : Intake makanan yang melebihi kebutuhan

kalori, infeksi atau penyakit-penyakit akut lain, stress yang

berhubungan dengan faktor-faktor psikologis dan social, obat-

obatan atau terapi lain yang mempengaruhi glukosa darah,

penghentian insulin atau obat anti hiperglikemik oral.


2) Data Objektif:

 Aktivitas / Istirahat

Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus

ototmenurun, gangguan istrahat/tidur Tanda : Takikardia dan

takipnea pada keadaan istrahat atau aktifitasLetargi/disorientasi,

koma.

 Sirkulasi

Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas

dan kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan

yang lama, takikardia.

Tanda: Dengan perubahan tekanan darah postural, hipertensi,

nadi yang menurun/ tidak ada, disritmia, krekels, distensi vena

jugularis, kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata cekung.

 Integritas/ Ego

Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial

yang berhubungan dengan kondisi

Tanda : Ansietas, peka rangsang

 Eliminasi

Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia,

rasanyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK

baru/berulang, nyeritekan abdomen, diare.


Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat

berkembangmenjadi oliguria/anuria, jika terjadi hipovolemia

berat), urin berkabut, bau busuk (infeksi), abdomen keras,

adanya asites, bising usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare)

 Nutrisi/Cairan

Gejala : Hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mematuhi

diet, peningkatan masukan glukosa/karbohidrat, penurunan

berat badanlebih dari beberapa hari/minggu, haus, penggunaan

diuretik (Thiazid)

Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek,

kekakuan/distensiabdomen, muntah, pembesaran tiroid

(peningkatan kebutuhanmetabolik dengan peningkatan gula

darah), bau halisitosis/manis, bau buah (napas aseton)

 Neuro sensori

Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas,

kelemahan pada otot, parestesi, gangguan penglihatan.

Tanda : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap

lanjut),gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental,

refleks tendondalam menurun (koma), aktifitas kejang (tahap

lanjut dari DKA).

 Nyeri/kenyamanan

Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat).


Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-

hati.

 Integritas kulit

Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit

Tanda : Demam, diaphoresis, kulit rusak, lesi/ulserasi,

menurunnya kekuatan umum/rentang gerak, parestesia/paralisis

otot termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar kalium menurun

dengan cukup tajam)

 Seksualitas

Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi) dan masalah impoten

pada pria, kesulitan orgasme pada wanita.

3. Rencana Asuhan Keperawatan

NO Diagnosa NOC NIC

1 Ketidakseimbangan Nutrisi: Nutrisi:

Nutrisi: Kurang dari Ketidakseimbangan, Ketidakseimbangan,

kebutuhan tubuh kurang dari kebutuhan kurang dari kebutuhan

Definisi: Asupan tubuh tubuh

nutrisi tidak cukup Definisi : Definisi : Asupan

untuk memenuhi Asupan nutrisi tidak cukup nutrisi tidak cukup

kebutuhan metabolic untuk memenuhi untuk memenuhi

kebutuhan metabolic. kebutuhan metabolic.

Aktivitas-aktivitas :
 Terapi nutrisi

 Konseling Nutrisi

 Monitor Nutrisi

 Monitor tanda-tanda

vital

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hipoglikemia merupakan komplikasi yang paling sering muncul

pada penderita diabetes mellitus. Hipoglikemia adalah menurunnya kadar

glukosa darah yang menyebabkan kebutuhan metabolik yang diperlukan

oleh sistem saraf tidak cukup, sehingga menimbulkan berbagai keluhan dan

gejala klinik. Hipoglikemia berdampak serius pada morbiditas, mortalitas

dan kualitas hidup. Hipoglikemia adalah komplikasi diabetes tipe 1 yang


mudah dikenali pada pasien. Masalah hipoglikemia didokumnetasikan

dengan baik pada Diabetes Control and Complication Trial (DCCT)

penting, yaitu penderita diabetes yang mempertahankan terapi ketat dan

intensif memiliki indsiden tiga kali lebih besar untuk mengalami

hipoglikemia berat daripada pasien yang mendapat protocol pengobatan

kurang ketat.

B. Saran

Dengan dibuatnya makalah ini, kami sebagai penulis mengharapkan

makalah ini dapat menjadi referensi untuk teman-teman agar belajar

bersama, belajar lebih giat lagi mempelajari tentang Asuhan keperawatan

Hipoglikemia. Kami sadar bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh

dari kata sempurna, maka dari itu kami mengharapkan partisipasi dari

teman-taman untuk memberikan kritik dan saran yang membangun,

sehingga dikemudian hari kami dapat membuat makalah yang lebih baik

lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Ambariyanto. (2018). “Definisi Hipoglikemia”, https://id.scribd.com, diakses 21

April 2019, jam 19:15 WIB

Mary Baradero, M.W.D.Y.S. (2009). Klien Gangguan Endokrin Seri Asuhan

keperawatan. Jakarta: EGC

Sonya, Anasthasya Farah. (2015). “Laporan kasus hipoglikemia”,

https://id.scribd.com, diakses 20 April 2019, jam 07:45 WIB

Triana Dewi, Isnandiah. (2015). “Askep Hipoglikemia”, https://id.scribd.com,

diakses 21 April 2019, jam 18:21 WIB

Yani, Damba. (2014). “Askep Hipoglikemia”, https://id.scribd.com, diakses 19

April 2019, jam 09:14 WIB

Anda mungkin juga menyukai