Anda di halaman 1dari 7

AKU MENANTIMU

“Lis, tadi ada yang nanyain kamu loh, cowok kayaknya belum pernah datang kesini deh
sebelumnya” ucap Nia.
“Oh paling pelanggan baru yang mau minta jadwal periksa” sahut Lisa sepele
menanggapi ucapan teman kerjanya.
Lisa dan Nia adalah dua sahabat yang bekerja di sebuah klinik. Keduanya sering
berjumpa dengan orang-orang baru jadi, bukan hal aneh jika hal semacam ini sangat
wajar dan biasa baginya.
“Gak, dia kayaknya beda deh. Bukan pasien biasa” sambung Nia.
“Maksudnya beda?” muka Lisa tampak nyengir dan heran dengan ucapan Nia.
“Ih kamu masa gak paham juga sih, ya sudah lah tak usah dipikirkan lagi”.
“Kring-kring” terdengar suara telpon menyahut pembicaraan mereka.
“Selamat pagi, ada yang bisa dibantu?”
“Selamat pagi, saya mau bicara dengan ibu Lisa, apakah ada di klinik?” sambut seorang
pria di balik telephone.
“Iya saya sendiri, maaf dengan siapa ya?”
Tut-tut-tut tiba-tiba telpon mati dan tidak ada pembicaraan lebih lanjut.
Hari ini Lisa bekerja seperti biasa dan malam harinya ketika ia sampai ke rumah, suasana
nampak berbeda. Kedua orang tua Lisa tiba-tiba memanggilnya untuk berkumpul di
ruang keluarga.
“Lis, tadi anak sahabat ibu datang kesini dan ingin bertemu kamu. Anaknya baik dan
tampan lho”
“Ih ibu apa sih, kenal juga belum udah main puji-puji aja.” jawabnya sambil pergi ke
dapur untuk membuat teh hangat.
Kembalinya di ruang tengah, ia langsung disambut dengan ucapan ayahnya yang
mengatakan jika ia ingin cepat memiliki cucu. Kaget bukan main, Lisa pun tersedak
dengan tehnya.
“Apa salahnya jika ayah ingin menggendong cucu, sedangkan kamu sudah cukup umur
untuk menikah dan adikmu juga sudah besar. Kalian harus bergantian.”
Ucapan singkat tersebut memang tak disautinya, namun berhasil membuat Lisa tak bisa
tidur semalaman.
Keesokan harinya, Nia mengabari hal yang sama seperti kemarin. Jika ada seorang pria
yang sama mencarinya kembali.
Lalu pada malam hari setelah klinik tutup, ia bergegas pulang. Sesampainya di rumah,
segerombolan orang sudah duduk di ruang tamu rumahnya dan bercengkrama hangat
dengan kedua orang tuanya.
Dengan senyum kecil di wajah manisnya, Lisa beranjak masuk ke dapur.
“Dek mereka itu siapa, kok kakak belum pernah lihat.”
“Mereka itu calon keluarga baru kakak.” sahut Ria adik Lisa.
“Whatt??!! Kamu itu yang ngarang banget kalo ngomong.” Tapi memang si salah satu
diantaranya ada yang masih muda dan lumayan ganteng juga, batin Lisa.
Setelah bersih-bersih, Lisa dipanggil ibunya untuk ke ruang tamu.
“Lis perkenalkan ini anak sahabat ibu yang ibu ceritakan kemarin”
Senyum manis tampak di wajah panjangnya yang ke Araban.
Meski ragu, Lisa seakan pernah mengenal pria yang ada di hadapannya tersebut.
“Halo namaku Heru, kamu pasti lupa ya sama aku?”
Pipi Lisa pun mendadak merah dan memori otaknya flashback pada kenangan 7 tahun
lalu. Ternyata Heru adalah teman SMA Lisa yang pernah menjadi pujaan hatinya.
Tak disangka jika pria yang pernah ia dambakan datang melamarnya tanpa isyarat apapun
sebelumnya.
Tidak, bukan tanpa isyarat, sebenarnya Heru adalah pria yang sempat mencari Lisa
beberapa kali ke kliniknya. Akan tetapi karena tak kunjung bertemu, ia memutuskan
untuk langsung datang ke rumahnya. Tentu dengan persetujuan orang tua Lisa karena
mereka sudah saling mengenal sebelumnya.
2 bulan berlalu, pernikahan Heru dan Lisa berlangsung. Keduanya tampak masih malu-
malu saat bersanding di pelaminan, namun aura bahagia juga begitu terpancar di mimik
wajah keduanya.
MEMBANTU KESUSAHAN ORANG MAKA
KESUSAHAN KITA AKAN TERANGKAT
Hari ini dagangan Pak Yanto tersisa setengah lebih, pasar begitu sepi. “Buk maaf uang
belanja hari ini kurang banyak, dengan bapak tidak habis” ucap Pak Yanto pada istrinya.
“Gak papa pak, semoga cukup untuk makan dan uang saku anak-anak” jawab istrinya
dengan lembut dan menyodorkan teh hangat pada suaminya.
Keesokan harinya Pak Yanto kembali ke pasar untuk berjualan. Di tengah jalan ia
bertemu seorang kakek tua yang tampak sudah rapuh. Ia terlihat kebingungan, lalu
dihampirilah oleh Pak Yanto.
“Ada apa kek, ada yang bisa dibantu?”
“Kakek mau pulang, tapi tidak punya ongkos. Kakek tak tahu harus bagaimana karena
bekerja pun sudah tidak mungkin.”
Melihat kakek tua tersebut hati Pak Yanto tak kuasa membiarkannya. Meski hanya
memiliki uang pas-pasan, ia memberikannya untuk ongkos kakek pulang ke
kampungnya. Pak Yanto pun mengantarkannya ke terminal untuk mencari bis yang
sesuai tujuan kakek.
“Terima kasih banyak nak, semoga rejekimu selalu lancar, kakek tak bisa membalas apa-
apa selain doa” ucapnya dengan sedikit memeluk Pak Yanto.
“Amin makasih kek, semoga selamat sampai tujuan.”
Seperginya kakek tersebut Pak Yanto kembali ke pasar, ternyata sudah ada seorang
membeli yang menunggu untuk memborong habis dagangannya dengan harga tinggi.
Sungguh kemurahan hati Pak Yanto telah membawa keuntungan untuk dirinya sendiri.
BOLOS SEKOLAH
Siapa sih yang tak suka dengan hari minggu. Hari dimana kamu bisa bersantai sepanjang
hari tanpa harus pergi ke sekolah dan mengikuti pelajaran dengan soal-soal yang
membuat kepala pusing. Pada hari minggu ini Danu memutuskan untuk pergi ke
waterboom dan menikmati hari liburnya untuk bersenang-senang bersama keluarga.
Suasana yang begitu menyenangkan membuat Danu lupa jam hingga tak disadari ternyata
ia bermain di waterboom hingga siang.
Karena lapar ia dan keluarganya pergi ke mall untuk makan siang dan nonton di bioskop.
Kebetulan hari itu ada film anime anak yang cukup bagus dan pastinya mendidik.
Liburan menyenangkan ini berlanjut hingga malam dan sesampainya di rumah ia
langsung pergi ke kamar membaringkan tubuhnya yang sudah begitu lelah namun
bahagia.
Kring.. kringgg… Suara alarm terdengar nyaring dari meja belajar di kamar Danu.
Ia pun segera bangkit mematikan alarm tersebut, namun bukannya pergi ke kamar mandi
Danu justru melanjutkan tidurnya.
“Danu.. sudah siang begini kenapa belum bangun. Nanti kamu telat sekolah lho” panggil
ibunya.
“Danu masih lelah bu, bolos sehari boleh ya. Lagian hari ini gak ada tes ataupun PR kok
jadi aman” sahutnya.
“Kamu itu sekolah untuk masa depanmu, tak bisa sembarangan begitu. Lagi pula
sekolahmu itu mahal.”
“Iya bu, tapi sekali saja bolos boleh yaa” lanjut Danu merayu
Geram dengan jawaban anak sematang wayangnya, ibu Danu kemudian membangunkan
paksa anaknya dan membawanya ke sebuah tempat. Tanpa turun dari mobil, ibu Danu
menunjuk anak-anak yang sedang bermain dengan baju ala kadarnya.
Ternyata Danu diajak ke sebuah panti asuhan.
“Lihat anak-anak itu, mereka tak memiliki orang tua yang bisa membiayai sekolah.
Padahal mereka sangat ingin menimba ilmu di sekolah sepertimu” Jelas ibu Danu.
Selanjutnya Danu diajak menyusuri jalan dan berhenti di sebuah persimpangan. Dari situ
terlihat segerombolan anak dengan penampilan yang lusuh. Mereka sedang memainkan
alat musik tiup kecil sembari menyodorkan plastik bekas untuk meminta uang pada orang
yang lewat.
Ya, anak-anak gelandangan tersebut harus bersusah payah demi mendapatkan uang untuk
makan. Jangankan sekolah, untuk makan 3 kali sehari saja mereka harus berjuang keras
terlebih dahulu.
Di perjalanan pulang Danu pun melihat seorang anak dengan tongkat sedang berjalan
kaki. Terlihat anak itu mengenakan seragam merah putih dan menggendong tas yang
sudah nampak using.
Dalam hatinya mulai sadar “betapa beruntungnya aku, hidup berkecukupan dan bisa
menempuh pendidikan dengan enak. Fisik yang sempurna juga ku miliki tapi kenapa aku
menyia-nyiakan kenikmatan ini.”
Setelah dibeli pelajaran berharga oleh ibunya, akhirnya Danu berangkat sekolah.
Meskipun telat namun ia tetap semangat mengikuti pelajaran di kelas.
JIWA WIRAUSAHA
Yesi adalah salah seorang mahasiswa berprestasi di sebuah universitas ternama. Selain
jago dalam bidang akademis, Yesi juga termasuk mahasiswa yang aktif dan sama sekali
tidak gengsian. Terbukti dengan usahanya untuk menjual cemilan sehat dari rumput laut
yang ia olah sendiri.
Produk dengan cita rasa lezat tersebut ia jual dengan harga yang relatif murah. Awalnya
ia hanya memasarkan produknya pada teman kuliah, dosen dan staff kampus. Akan tetapi
setelah berjalan cukup lama ia mulai eksis di dunia maya untuk lebih mengembangkan
bisnisnya.
“Yes, kamu kok memilih berjualan cemilan seperti ini, sedangkan kamu adalah
mahasiswa berprestasi yang pasti bisa dengan mudah mendapat pekerjaan di perusahaan
besar. Lagi pula cemilan kamu kan dijual dengan harga relatif murah, apakah kamu yakin
keuntungannya seimbang dengan uang yang akan kamu dapat dengan bekerja di
perusahaan besar?” Tanya teman Yesi yang penasaran dengan keputusan mahasiswa
cantik ini.
“Iya memang benar, mungkin aku bisa dapat pekerjaan di perusahaan bonafit dengan gaji
besar. Tapi aku kuliah dengan biaya besar bukan untuk mengembalikan modal dan
menumpuk kekayaan kelak. Aku lebih bahagia kalau ilmuku bisa bermanfaat bagi
kesehatan orang, Ya contohnya cemilan sehat yang aku buat dengan riset hasil aku
menempuh pendidikan di universitas ini.”
Jawaban Yesi yang dalam tersebut lantas membuat temannya diam terpaku.
PROFESIONALISME
Suara alarm yang terdengar nyaring berhasil mengusik tidur Luki yang begitu lelap. Niat
hati hanya ingin mematikan alarm tersebut, namun matanya seketika terbuka lebar. Luki
kaget melihat jam menunjukkan pukul 7.
“Astaga sudah jam 7”
Segera ia bergegas ke kamar mandi dan bersiap ke kantor. Dengan kecepatan maksimal ia
mengendarai mobilnya di tengah jalanan ibu kota. Sayang seberapa ngebut Luki, tetap
saja ia sudah telat meeting yang telah diajukan jamnya karena bos Luk yang akan pergi
ke luar kota.
“Pagi pak, bolehkah saya ikut bergabung?” Tanya Luki pada bosnya yang tengah
memimpin meeting.
“Silahkan masuk. Oh iya tapi maaf project kamu ini harus saya gantikan dengan Haris.”
“Tapi pak, Saya hanya telat sebentar.”
“Tidak masalah sebentar atau lama, namun bagaimana profesionalisme kamu. Kami
semua tenaga professional dan konsisten. Jika kamu tak bisa menangani project ini secara
professional mengapa harus saya pertahankan, sedangkan ada temanmu yang memberi
ide menarik untuk project ini.”
“Terlebih ini project besar yang tak boleh disepelekan begitu. Masih untung kamu tetap
bisa bergabung dengan anggota lainnya.” sambung bosnya.
Mendengar ucapan itu Luki terdiam dengan penuh penyesalan.
Selesainya meeting semua anggota kembali tim kembali ke meja masing-masing. Mira
yang merupakan teman dekat Luki di kantor pun menanyakan perihal telatnya.
“Kamu kenapa Luk, kok bisa telat di meeting sepenting ini?”
“Iya aku salah, semalam aku begadang nonton bola hingga bangun kesiangan dan lupa
dengan meeting penting ini.”
“Oalah lain kali cobalah untuk lebih memprioritaskan sesuatu yang menguntungkan
untukmu” Sahut Mira menasehati sahabatnya yang tengah dirundung rasa menyesal ini.

Anda mungkin juga menyukai