Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sel-sel hidup dalam tubuh diselubungi cairan interstisial yang
mengandungkonsentrasi nutrien, gas dan elektrolit yang di butuhkan untuk
mempertahankan fungsi normal sel. Kelangsungan hidup memerlukan lingkungan
internal yang konstan (homeostatis). Mekanisme regulator penting untuk mengendalikan
keseimbangan volume, komposisi dan keseimbangan asam basa cairan tubuh selama
fluktuasi metabolik normal atau saat terjadi abnormalisasi seperti penyakitatau trauma.
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap
sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh merupakan salah satu bagian
dari fisiologi homeostatis. Dengan kemampuannya yang sangat besar untuk
menyesuaikan diri, tubuh mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan proses-
proses faal (fisiologis) yang terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungan sel yang
relatif konstan tapi dinamis. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya
distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya, jika
salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
Terapi cairan dan elektrolit adalah hal yang sangat sering terjadi dalam masa
perioperatif maupun intraoperatif. Sejumlah besar cairan intravena sering dibutuhkan
untuk mengkoreksi kekurangan cairan dan elektrolit serta mengkompensasi hilangnya
darah selama operasi. Oleh karena itu, ahli anestesi harus mempunyai pengetahuan yang
baik tentang fisiologi normal cairan dan elektrolit serta gangguannya. Gangguan yang
besar terhadap keseimbangan cairan dan elektrolit dapat secara cepat menimbulkan
perubahan terhadap fungsi kardiovaskular, neurologis, dan neuromuscular.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari cairan dan elektrolit ?
2. Apa yang dimaksud dengan keseimbangan cairan dan elektrolit ?
3. Bagaimana cairan dan elektrolit dalam tubuh ?
4. Apa fungsi dari cairan dan elektrolit dalam tubuh ?
5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dalam tubuh ?
6. Bagaimana analisis dari rekomendasi jurnal internasional?

1
C. Tujuan
1. Dapat diketahui pengertian dari cairan dan elektrolit
2. Dapat diketahui yang dimaksud dengan keseimbangan cairan dan elektrolit
3. Dapat diketahui cairan dan elektrolit dalam tubuh
4. Dapat diketahui fungsi dari cairan dan elektrolit dalam tubuh
5. Dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dalam tubuh
6. Dapat diketahui analisis dari rekomendasi jurnal internasional

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Cairan dan Elektrolit


Cairan tubuh adalah cairan yang terdiri dari air dan zat terlarut (Price, 2006).
Kemudian elektrolit itu sendiri adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan (Price, Silvia, 2006). Cairan
dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap
sehat.Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu
bagian dari fisiologi homeostatis.
Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan
berbagai cairan tubuh. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui
makanan,minuman,dan cairan intravena (IV) dan di distribusi ke seluruh bagian
tubuh.Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air
tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.Keseimbangan cairan dan
elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka
akan berpengaruh pada yang lainnya.

B. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


Tubuh harus mampu memelihara konsentrasi semua elektrolit yang sesuai didalam
cairan tubuh, sehingga tercapai keseimbangan cairan dan elektrolit. Pengaturan ini
penting bagi kehidupan sel karena sel harus secara terus menerus berada didalam cairan
dengan komposisi yang benar, baik cairan didalam maupun diluar sel.
1. Daya tarik elektrolit terhadap air
Tubuh menggunakan elektrolit untuk mengatur keseimbangan cairan tubuh. Sel-
sel tubuh memilih elektrolit untuk ditempatkan diluar terutama natrium dan klorida
dan didalam sel terutama kalium, magnesium,fosfat, dan sulfat.
2. Air mengikuti elektrolit
Air akan bergerak ke arah larutan elektrolit yang berkonsentrasi lebih tinggi. Hal
ini dilakukan melalui membran sel semipermeable yaitu yang bersifat permeable
untuk air tetapi tidak permeable untuk elektrolit
3. Pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit oleh protein

3
Membran sel mengandung alat transport berupa protein yang mengatur
penyeberangan ion positif dan bahan lain melalui membran sel tersebut.
4. Pemeliharaan keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit
Tubuh mempunyai suatu mekanisme yang mengatur agar konsentrasi semua
mineral berada dalam batas-batas normal. Pengaturan ini terutama dilakukan oleh
saluran cerna dan ginjal.

C. Cairan dan Elektolit dalam Tubuh


1. Cairan dalam Tubuh Manusia
Agar dapat mempertahankan kesehatan dan kehidupannya, manusia
membutuhkan cairan dan elektrolit dalam jumlah dan proporsi yang tepat di
berbagai jaringan tubuh. Hal tersebut dapat dicapai dengan serangkaian manuver
fisika-kimia yang kompleks. Air menempati proporsi yang besar dalam tubuh.
Seseorang dengan berat 70 kg bisa memiliki sekitar 50 liter air dalam tubuhnya. Air
menyusun 75% berat badan bayi, 70% berat badan pria dewasa, dan 55% tubuh pria
lanjut usia. Karena wanita memiliki simpanan lemak yang relative banyak (relative
bebas-air), kandungan air dalam tubuh wanita 10% lebih sedikit dibandingkan pria.
Air tersimpan dalam dua kompartemen utama dalam tubuh, yaitu :
a. Cairan intraselular (CIS). CIS adalah cairan yang berada dalam sel di
seluruh tubuh. Cairan ini berfungsi sebagai media penting dalam proses kimia.
Jumlahnya sekitar 2/3 dari jumlah cairan tubuh atau 40% dari berat badan.
Elektrolit kation terbanyak adalah K+, Mg+, sedikit Na+. Elektolit anion
terbanyak adalah HPO42-, protein-protein, sedikit HCO3-, SO42-, Cl-
b. Cairan ekstraselular (CES). CES merupakan cairan yang terdapat di luar sel
dan menyusun sekitar 30% dari total cairan tubuh. CES meliputi cairan
intravascular, cairan interstisial, dan cairan transeluler. Cairan interstisial
terdapat dalam ruang antar-sel, plasma darah, cairan serebrospinal, limfe, serta
cairan rongga serosa dan sendi. Akan tetapi, jumlahnya terlalu sedikit untuk
berperan dalam keseimbangan cairan. Guna mempertahankan keseimbangan
kimia dan elektrolit tubuh serta mempertahankan pH yang normal, tubuh
melakukan mekanisme pertukaran dua arah antara CIS dan CES. Elektrolit
yang berperan adalah : kation dan anion.

4
2. Elektrolit Utama Tubuh Manusia
Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan
nonelektrolit.Non elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan
tidak bermuatan listrik, seperti:protein,urea,glukosa,oksigen,karbon dioksida dan
asam-asam organik.Sedangkan elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+),kalium
(K+), Kalsium (Ca++),magnesium (Mg++), Klorida (Cl-), bikarbonat(HCO3-),
fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-).
Konsenterasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian
denganbagian yang lainnya,tetapi meskipun konsenterasi ion pada tiap-tiap bagian
berbeda, hukum netralitas listrik menyatakan bahwa jumlah muatan-muatan negatif
harus sama dengan jumlah muatan-muatan positif.Komposisi dari elektrolit-
elektrolit tubuh baik pada intarseluler maupun padaplasma terinci dalam tabel di
bawah ini :

No Elektrolit Ekstraseluler Interstitial Intraseluler Plasma


.
1. Kation :
Natrium (Na+) 144,0 mEq 137,0 mEq 10 mEq
Kalium (K+) 5,0 mEq 4,7 mEq 141 mEq
Kalsium (Ca++) 2,5 mEq 2,4 mEq 0
Magnesium (Mg ++) 1,5 mEq 1,4 mEq 31 mEq
2. . Anion :
Klorida (Cl-) 107,0 mEq 112,7 mEq 4 mEq
Bikarbonat (HCO3-) 27,0 mEq 28,3 mEq 10 mEq
Fosfat (HPO42-)
Sulfat (SO42-) 2,0 mEq 2,0 mEq 11 mEq
Protein
0,5 mEq 0,5 mEq 1 mEq

1,2 mEq 0,2 mEq 4 mEq

5
D. Fungsi Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia
1. Fungsi Cairan dalam Tubuh
a. Dalam proses metabolisme yang terjadi didalam tubuh,air mempunyai 2 fungsi
utama yaitu sebagai pembawa zat-zat nutrisi seperti karbohidrat,vitamin dan
mineral pembawa oksigen ke dalam sel-sel tubuh.
b. Selain itu,air didalam tubuh juga akan berfungsi untuk mengeluarkan produk
samping hasil metabolism juga dapat dikatakan berperan dalam proses
metabolisme seperti karbon dioksida (CO ) dan juga senyawa nitrat
c. sebagai pelembab jaringan-jaringan tubuh seperti mata,mulut dan hidung,
pelumas dalam cairan sendi 02 Sports Science Brief tubuh
d. katalisator reaksi biologik sel,
e. pelindung organ dan jaringan tubuh serta juga akan membantu dalam menjaga
tekanan darah dan konsentrasi zat terlarut.
f. Selain itu sebagai pengatur panas untuk menjaga agar suhu tubuh tetap berada
pada kondisi ideal yaitu ± 37C.

2. Fungsi Elektrolit dalam Tubuh


a. Membantu dalam perpindahan cairan antara ruangan dalam sel dan di luar sel
terutama denga adanya natrrium. Apabila jumlah natrium dalam CES meningkat
maka sejumlah cairan akan berpindah menuju CES untuk keseimbangan cairan.
b. Mengatur keseimbangan asam basa dan menentukan pH darah dengan adanya
sistem bufer.
c. Dengan adanya perbedaan komposisi elektrolit di CES dan CIS maka akan
terjadi perpindahan yang menghasilkan implus – implus saraf dan
mengakibatkan terjadinya kontraksi otot.

E. Pergerakan Cairan Dan Elektrolit Tubuh


Regulasi cairan dalam tubuh meliputi hubungan timbal balik antara sejumlah
komponen, termasuk air dalam tubuh dan cairannya, bagian-bagian cairan, ruang cairan,
membran, sistem transpor, enzim, dan tonisitas. Sirkulasi cairan dan elektolit terjadi
dalam tiga tahap. Pertama, plasma darah begerak di seluruh tubuh melalui sistem
sirkulasi. Kedua, cairan interstisial dan komponennya bergerak di antara kapiler darah
dan sel. Terakhir, cairan dan substansi bergerak dari cairan interstisial ke dalam sel.
Sedangkan mekanisme pergerakan cairan tubuh berlangsung dalam tiga proses, yaitu :
6
1. Difusi. Difusi adalah perpindahan larutan dari area berkonsentrasi tinggi menuju
area berkonsentrasi rendah dengan melintasi membrane semipermiabel. Pada proses
ini, cairan dan elektrolit masuk melintasi membrane yang memisahkan dua
kompartemen sehingga konsentrasi di kedua kompartemen itu seimbang. Kecepatan
difusi dipenngaruhi oleh tiga hal, yakni ukuran molekul, konsentrasi larutan dan
temperature larutan.
2. Osmosis. Osmosis adalah perpindahan cairan melintasi membrane semipermiabel
dari area berkonsentrasi rendah menuju area yang berkonsentrasi tinggi. Pada proses
ini, cairan melintasi membrane untuk mengencerkan kedua sisi membrane.
Perbedaan osmotic ini salah satunya dipengaruhi oleh distribusi protein yang tidak
merata. Karena ukuran molekulnya yang besar, ketidakseimbangan tekanan osmotic
koloid (tekanan onkotik) sehingga cairan tertarik ke dalam ruang intravaskular.
3. Transport Aktif. Transport aktif adalah proses pengangkutan yang digunakan oleh
molekul untuk berpindah melintasi membrane selmelawan gradient konsentrasinya.
Dengan kata lain, transport aktif adalah gerakan partikel dari konsentrasi lain tanpa
memandang tingkatannya. Proses ini membutuhkan energy dalam bentuk adenosine
trifosfat (ATP). ATP berguna untuk mempertahankan konsentrasi ion natrium dan
kalium dalam ruang ekstrasel dan intrasel melalui suatu proses yang disebut pompa
“natrium-kalium”.

F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit


Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit antara lain:
1. Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usia
berpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan metabolik,
serta berat badan. Bayi dan anak di masa pertumbuhan memiliki proporsi cairan tubuh
yang lebih besar dibandingkan orang dewasa.Karenanya, jumlah cairan yang
diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar dibandingkan orang
dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-anak juga dipengaruhi oleh
laju metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal mereka yang belum atur dibandingkan
ginjal orang dewasa. Kehilangan cairan dapat terjadi akibat pengeluaran cairan yang
besar dari kulit dan pernapasan. Pada individu lansia, ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit sering disebabkan oleh masalah jantung atau gangguan ginjal
2. Aktivitas
7
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan
elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh. Hal
ini mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengan demikian,
jumlah cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu, kehilangan cairan yang
tidak disadari (insensible water loss) juga mengalami peningkatan laju pernapasan dan
aktivasi kelenjar keringat.
3. Iklim
Normalnya, individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu
panas tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan
pernapasan. Dalam situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak dapat disadari
(insensible water loss, IWL). Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi
oleh suhu lingkungan, tingkat metabolisme,dan usia. Individu yang tinggal di
lingkungan yang bertsuhu tinggi atau di dearah deangan kelembapan yang rendah
akan lebih sering mengalami kehilangan cairandan elektrolit. Demikian pula pada
orang yang bekerja berat di lingkungan yang bersuhu tinggi,mereka dapat kehilangan
cairan sebanyak lima litet sehaei melalui keringat. Umumnya, orang yang biasa
berada di lingkungan panas akan kehilangan cairan sebanyak 700 ml per jam saat
berada ditempat yang panas, sedangkan orang yang tidak biasa berada di lingkungan
panas dapat kehilangan cairan hingga dua liter per jam.
4. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika
asupan makanan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein dengan
terlebih dahulu memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini menyebabkan
penurunan kadar albumin.
5. Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat
stress, tubuh mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan konsentrasi
glukosa darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan
natrium.Disamping itu, stress juga menyebabkan peningkatan produksi hormone anti
deuritik yang dapat mengurangi produksi urine.
6. Penyakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh Misalnya : Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan

8
air melalui IWL,penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses
regulator keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
7. Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan
cairan dan elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan
penurunan kadar kalsium dan kalium.
8. Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara berlebihan
dapat menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh.Akibatnya, terjadi
defist cairan tubuh. Selain itu, penggunan diuretic menyebabkan kehilangan natrium
sehingga kadar kalium akan meningkat. Penggunaan kortikostreroid dapat pula
menyebabkan retensi natrium dan air dalam tubuh.
9. Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami
ketidakseimbangan cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama
perode operasi, sedangkan beberapa klien lainya justru mengalami kelebihan beban
cairan akibat asupan cairan berlebih melalui intravena selama pembedahan atau
sekresi hormon ADH selama masa stress akibat obat- obat anastesia.

G. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektolit


1. Gangguan Keseimbangan Cairan
Hal ini dapat terjadi apabila mekanisme kompensasi tubuh tidak mampu
mempertahankan homeostatis. Gangguan keseimbangan cairan dapat berupa defisit
volume cairan atau sebaliknya.
a. Defisit volume cairan (fluid volume defisit [FVD])
Defisit volume cairan adalah suatu kondisi ketidakseimbangan yang ditandai
dengan defisiensi cairan dan elektrolit di ruang ekstrasel, namun proporsi antara
keduanya (cairan dan elektrolit) mendekati normal. Kondisi ini dikenal juga
dengan istilah hipovolemia. Pada keadaan hipovolemia, tekanan osmotik
mengalami perubahan sehingga cairan interstisial menjadi kosong dan cairan
intrasel masuk ke ruang interstisial sehingga mengganggu kehidupan sel. Secara
umum, kondisi defisit volume cairan (dehidrasi) terbagi menjadi tiga, yaitu :

9
1) Dehidrasi isotonik. Ini terjadi apabila jumlah cairan yang hilang sebanding
dengan jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma 130-145
mEq/l.
2) Dehidrasi hipertonik.Ini terjadi jika jumlah cairan yang hilang sebanding
dengan jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma 130-150
mEq/l.
3) Dehidrasi hipotonik.Ini terjadi apabila jumlah cairan yang hilang lebih
sedikit daripada jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma
darah adalah 130 mEq/l.
Kehilangan cairan ekstrasel secara berlebihan dapat menimbulkan beberapa
perubahan. Di antaranya adalah penurunan volume ekstrasel (hipovolemia) dan
perubahan hematokrit. Pada dasarnya, kondisi ini bisa disebabkan oleh banyak
faktor, seperti kurangnya asupan cairan, tingginya asupan pelarut (mis., protein
dan klorida atau natrium) yang dapat menyebabkan eksresi urine berlebih,
berkeringat banyak dalam waktu yang lama, serta kelainan lain yang
menyebabkan pengeluaran urine berlebih. Lebih lanjut, kondisi dehidrasi dapat
digolongkan menurut derajat keparahan menjadi :
a) Dehidrasi ringan. Pada kondisi ini, kehilangan cairan mencapai 5% dari
berat tubuh atau sekitar 1,5-2 liter. Kehilangan cairan sebesar 5% pada
anak yang lebih besar dan individu dewasa sudah dikategorikan sebagai
dehidrasi berat. Kehilangan cairan yang berlebih dapat berlangsung
melalui kulit, saluran pencernaan, perkemihan, paru-paru, atau pembuluh
darah.
b) Dehidrasi sedang.Kondisi ini terjadi apabila kehilangn cairan mencapai
5-10% dari berat tubuh atau sekitar 2-4 liter. Kaddar natrium serum
berkisar 152-158 mEq/l. Salah satu gejalanya adalah mata cekung.
c) Dehidrasi berat.Kondisi ini terjadi apabila kehilangan cairan mencapai
4-6 liter. Kadar natrium serum berkisar 159-166 mEq/l. Pada kondisi ini
penderita dapat mengalami hipotensi.

2. Volume cairan berlebih (fluid volume eccess[FVE])


Volume cairan berlebih (overhidrasi) adalah kondisi ketidakseimbangan yang
ditandai dengan kelebihan (retensi) cairan dan natrium di ruang ekstrasel. Kondisi
ini dikenal juga dengan istilah hipervolemia. Overhidrasi umumnya disebabkan oleh
10
gangguan pada fungsi ginjal. Manifestasi yang kerap muncul terkait kondisi ini
adalah peningkatan volume darah dan edema. Edema terjadi akibat peningkatan
tekanan hidrostatik dan penurunan tekanan osmotic. Edema sering muncul di daerah
mata, jari, dan pergelangan kaki. Edema pitting adalah edema yang muncul di
daerah perifer. Jika area tersebut ditekan, akan terbentuk cekungan yang tidak
langsung hilang setelah tekanan dilepaskan. Ini karena perpindahan cairan ke
jaringan melalui titik tekan edema pitting tidak menunjukkan kelebihan cairan yang
menyeluruh. Sebaliknya pada edema non-pitting, cairan di dalam jaringan tidak
dapat dialihkan ke area dengan penekanan jari. Ini karena edema non-pitting tida
menunjukkan kelebihan cairan ekstrasel, melainkan kondisi infeksi dan trauma yang
menyebabkan pengumpulan dan pembekuan cairan di permukaan jaringan.
Kelebihan cairan vascular meningkatkan tekanan hidrostatik dan tekanan cairan
pada permukaan interstisial. Edema anasarka adalah edema yang terdapat diseluruh
tubuh. Manifestasi edema paru antara lain penumpukan sputum, dispnea, batuk, dan
bunyi nafas ronkhi basah.
3. Gangguan keseimbangan elektrolit
Gangguan keseimbangan elektrolit meliputi :
a. Hiponatremia dan hipernatremia
Hiponatremia adalah kekurangan kadar natrium di cairan ekstrasel yang
menyebabkan perubahan tekanan osmotic. Perubahan ini mengakibatkan
pindahnya cairan dari ruang ekstrasel ke intrasel sehingga sel menjadi bengkak.
Hiponatremia umumnya disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit Addison,
kehilangan natrium melalui pencernaan, pengeluaran keringat berlebih, dieresis,
serta asidosis metabolic. Penyebab lain yang berkaitan dengan kelebihan cairan
adalah sindrom ketidaktepatan hormon antidiuretik (syndrome of inappropriate
antidiuretic hormon [SIADH]), peningkatan asupan cairan,
hiperaldosteronisme, ketoasidosis diabetes, oliguria, dan polidipsia psikogenik.
Tanda dan gejala hiponatremia meliputi cemas, hipotensi postural, postural
dizziness, mual, muntah, diare, takikardi, kejang dan koma. Temuan
laboratorium untuk kondisi ini adalah kadar natrium serum <136 mEq/l dan
berat jenis urine <1,010. Hipernatremia adalah kelabihan kadar natrium di
cairan ekstrasel yang menyebabkan peningkatan tekanan osmotic ekstrasel.
Kondisi ini mengakibatkan berpindahnya cairan intrasel keluar sel. Penyebab
hipernatremia meliputi asupan natrium yang berlebihan, kerusakan sensasi haus,
11
disfagia, diare, kehilangan cairan berlebih dari paru-paru, poliuria karena
diabetes insipidus. Tanda dan gejalanya meliputi kulit kering, mukosa bibir
kering, pireksia, agitasi, kejang, oliguria, atau anuria. Temuan laboratorium
untuk kondisi ini kadar natrium serum >144 Meq/l, berat jenis urine >11,30.
b. Hipokalemia dan hiperkalemia
Hipokalemia adalah kekurangan kadar kalium di cairan ekstrasel yang
menyebabkan pindahnya kalium keluar sel. Akibatnya, ion hydrogen dan
kalium tertahan di dalam sel dan menyebabkan gangguan atau perubahan pH
plasma. Gejala defisiensi kalium pertama kali terlihat pada otot, distensi usus,
penurunan bising usus, serta denyut nadi yang tidak teratur. Pada pemeriksaan
laboratorium ditemukan nilai kalium serum <3,0 mEq/l. hiperkalemia adalah
kelebihan kadar kalium di cairan ekstrasel. Kasus ini jarang sekali terjadi,
kalaupun ada, tentu akan sangat membahayakan kehidupan sebab akan
menghambat trasmisi impuls jantung dan menyebabkan serangan jantung. Saat
terjadi hiperkalemia, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah memberikan
insulin sebab insulin dapat membantu mendorong kalium masuk ke dalam sel.
Tanda dan gejala hiperkalemia sendiri meliputi cemas, iritabilitas, irama jantung
ireguler, hipotensi, parastesia, dan kelemahan. Pada pemeriksaan laboratorium
ditemukan nilai kalium serum >5 mEq/l, sedangkan pada pemeriksaan EKG
didapat gelombang T memuncak, QRS melebar, dan PR memanjang.
c. Hipokalsemia dan hiperkalsemia
Hipokalsemia adalah kekurangan kadar kalsium di cairan ekstrasel. Bila
berlangsung lama, kondisi ini dapat menyebabkan osteomalasia sebab tubuh
akan berusaha memenuhi kebutuhan kalsium dengan mengambilnya dari tulang.
Tanda dan gejala hipokalsemia meliputi spasme dan tetani, peningkatan
motilitas gastrointestinal, gangguan kardiovaskuler, dan osteoporosis. Temuan
laboratorium untuk kondisi ini meliputi kadar kalsium serum <4,5 mEq/l atau 10
mg/100 ml serta memanjangnya interval Q-T. Selain itu, hipokalsemia juga
dapat dikaji dari tanda Trosseau dan Chvostek positif. Hiperkalsemia adalah
kelebihan kadar kalsium pada cairan ekstrasel. Kondisi ini menyebabkan
penurunan eksitabilitas otot dan saraf yang pada akhirnya menimbulkan
flaksiditas. Tanda dan gejala hiperkalsemia meliputi penurunan kemampuan
otot, anoreksia, mual, muntah, kelemahan dan letargi, nyeri punggung, dan
serangan jantung. Temuan laboratorium meliputi kadar kalsium serum >5,8
12
mEq/l atau 10 mg/100 ml dan peningkatan BUN akibat kekurangan cairan.
Hasil rontgen menunjukkan osteoporosis generalisata serta pembentukan kavitas
tulang yang menyebar.
d. Hipomagnesemia dan hipermagnesemia
Hipomagnesemia terjadi apabila kadar magnesium serum urang dari 1,5
mEq/l. Umumnya, kondisi ini disebabkan oleh konsumsi alohol yang berlebih,
malnutrisi, diabetes mellitus, gagal hati, absorpsi usus yang buruk. Tanda dan
gejalanya meliputi tremor, refleks tendon profunda yang hiperaktif, konfusi,
disorientasi, halusinasi, kejang, takikardi, dan hipertensi. Temuan laboratorium
untuk kondisi ini meliputi kadar magnesium serum <1,4 mEq/l.
Hipermagnesemia adalah kondisi meningkatnya kadar magnesium di dalam
serum. Meski jarang ditemui, namun kondisi ini dapat menimpa penderita gagal
ginjal., terutama yang mengkonsumsi antasida yang mengandung magnesium.
Tanda dan gejala hipermagnesemia meliputi aritmia jantung, depresi refleks
tendon profunda, depresi pernapasan. Temuan laboratorium untuk kondisi ini
meliputi kadar magnesium serum >3,4 mEq/l.
e. Hipokloremia dan hiperkloremia
Hipokloremia adalah penurunan kadar ion klorida dalam serum. Secara
khusus, kondisi ini disebabkan oleh kehilangan sekresi gastrointestinal yang
berlebihan, seperti muntah, diare, dieresis, serta pengisapan nasogastrik. Tanda
dan gejala yang muncul menyerupai alkalosis metabolic, yaitu apatis,
kelemahan, kekacauan mental, kram, dan pusing. Temuan laboratorium untuk
kondisi ini adalah nilai ion klorida >95 mEq/l. Hiperkloremia adalah
peningkatan kadar ion klorida serum. Kondisi ini kerap dikaitkan dengan
hipernatremia, khususnya saat terdapat dehidrasi dan masalah ginjal. Kondisi
hiperkloremia menyebabkan penurunan bikarbonat sehingga menimbulkan
ketidakseimbangan asam-basa. Lebih lanjut, kondisi ini bisa menyebabkan
kelemahan, letargi, dan pernapasan Kussmaul. Temuan laboratoriumnya adalah
nilai ion klorida >105 mEq/l.
f. Hipofosfatemia dan hiperfosfatemia
Hipofosfatemia adalah penurunan kadar fosfat di dalam serum. Kondisi ini
dapat muncul akibat penurunan absorpsi fosfat di usus, peningkatan ekskresi
fosfat, dan peningkatan ambilan fosfat untuk tulang. Hipofosfatemia dapat
terjadi akibat alkoholisme, malnutrisi, ketoasidosis diabetes, dan
13
hipertiroidisme. Tanda dan gejalanya meliputi anoreksia, pusing, parestesia,
kelemahan otot, serta gejala neurologis yang tersamar. Temuan laboratorium
untuk kondisi ini adalah nilai ion fosfat <2,8 mEq/dl. Hiperfosfatemia adalah
peningkatan kadar ion fosfat dalam serum. Kondisi ini dapat muncul pada kasus
gagal ginjal atau saat kadar hormon paratiroid menurun. Selain itu,
hiperfosfatemia juga bisa terjadi akibat asupan fosfat berlebih atau
penyalahgunaan laksatif yang mengandung fosfat. Karena kadar kalsium
berbanding terbalik dengan fosfat, maka tanda dan gejala hiperfosfatemia
hampir sama dengan hipokalsemia yaitu peningkatan eksibilitas sistem saraf
pusat, spasme otot, konvulsi dan tetani, peningkatan motilitas usus, masalah
kardiovaskular seperti penurunan kontraktilitas jantung/gejala gagal jantung,
dan osteoporosis. Temuan laboratoriumnya adalah nilai ion fosfat >4,4 mg/dl
atau 3,0 mEq/l.

H. Analisis Rekomendasi Jurnal Internasional


Judul : Malnourished Children With Diarrhea; To Assess The Frequency Of Serm
Electrolytes (Na+, K+, & Ca+)
Tahun : 2015
Peneliti : Dr. Arif Zulqarnain, Dr. Zeeshan Jaffar, Dr. Imran Iqbal
Tujuan penelitian dari jurnal :
Untuk menilai frekuensi elektrolit serm (Na+, K+, dan Ca+) pada anak-anak yang
kekurangan gizi akibat diare.
Tempat :
Departermen Pediatri Nishtar Hospital Multan
Hasil penelitian dari jurnal :
Dalam penelitian pada jurnal tersebut terdapat 90 pasien yang ditemukan mengalami
malnutrisi dan diare. Usia rata-rata pasien adalah 3 bulan 28 hari sampai 1 tahun 2 bulan
dan durasi rata-rata diare adalah 4,67 sampai 0,821 hari. Ada 58 (64,4%) pria dan 32
(35,5%) perempuan. Sebanyak 28 pasien (31,1%) mengalami hiponaremia dan sebanyak
55 pasien (61,1%) mengalami hipokalemia sementara 12 pasien (13,3%) mengalami
hipokalcemia.
Kesimpulan :
Dari penelitian dalam jurnal tersebut yaitu studi cross sectional. Gangguan elektrolit pada
anak-anak yang kekurangan gizi sangat jelas selama penyakit diare khususnya pada
14
pasien dengan Malnutrisi Kelas III terlepas dari Umur dan lamanya Diare. Pengukuran
elektrolit serum ini adalah membantu untuk terapi segera untuk menghindari kehidupan
yang serius dan situasi yang mengancam.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik
yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar
yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Total jumlah volume cairan tubuh (total
body water-TBW) kira-kira 60 % dari berat badan pria dan 50 % dari berat badan wanita.
Jumlah volume ini tergantung pada kandungan lemak badan dan usia.
Mekanisme kerja cairan dan elektrolit dalam tubuh melalui tiga proses yaitu difusi,
osmosis, dan transportasi. Cairan tubuh didistribusikan di antara dua kompartemen yaitu pada
intraseluler dan ekstraseluler. Cairan intraseluler kira-kira 2/3 atau 40 % dari BB, sedangkan
cairan ekstraseluler 20 % dari BB. Pengeluaran cairan terjadi melalui organ tubuh yaitu
ginjal, kulit, paru-paru, dan gastrointestinal.
Keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit normal adalah akibat dari keseimbangan
dinamis antara makanan dan minuman yang masuk dengan keseimbangan yang melibatkan
sejumlah besar sistem organ. Cairan tubuh dan elektrolit yang dikonsumsi lebih banyak maka
cairan yang dikeluarkan juga lebih banyak.
Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh ada sembilan faktor
yaitu usia, aktivitas, iklim, diet, stress, penyakit, tindakan medis, pengobatan, dan
pembedahan. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh dapat dipengaruhi
oleh dua faktor yaitu kelebihan dan kekurangan cairan dan elektrolit.

16
DAFTAR PUSTAKA

Sunita Almatsier. 2009. “Prinsip Dasar Ilmu Gizi” Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
A, Aziz Alimul H.2009:”Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 2.”Jakarta: Salemba
Medika.
Potter, Perry.2009:”Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku.” Jakarta: Salemba Medika.
dr.Jan Tambayong. Patofsiologi untuk keperawatan
Elizabeth J. Corwin Buku Saku Patofisiologi
Tamsuri, Anas. 2009. Seri Asuhan Keperawatan “Klien Gangguan Keseimbangan Cairan &
Elektrolit” . Jakarta: ECG
Syaifudin, Drs. 2012. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi Edisi 4. Jakarta:
EGC

17

Anda mungkin juga menyukai