Anda di halaman 1dari 4

ARTIKEL ILMIAH POPULER SEBAGAI TUGAS UTS DI PSI UPJ

Krisis identitas
Siti Kirana
2018031037

Siapa diri kita sebenarnya? Dan apa tujuan hidup kita? Sudahkah bermanfaat bagi orang
lain? Apakah pernah terlintas di benak anda pertanyaan tersebut? Jika pertanyaan-
pertanyaan tersebut terlintas di benak anda, artinya anda mengalami krisis identitas. Krisis
identitas tidak hanya di alami pada fase remaja, hingga fase lansia pun juga dapat
mengalami krisis identitas. Namun, krisis identitas pada fase remaja yang lebih sering kita
jumpai. Remaja mengalami krisis identitas karena memiliki masalah dengan kemampuan
nya mengendalikan emosi, bermasalah menempatkan diri dengan teman sebayanya, tidak
percaya diri dengan penampilannya, tidak mendapat figur yang tepat untuk mencapai
identitas diri yang baik. Saat remaja mengalami krisis identitas, perilaku yang di cerminkan
dapat mengacu pada tindakan-tindakan negatif.

Berita yang dilansir dari Tribunnews pada 26 november 2018, remaja perempuan mengaku
konsumsi narkoba karena terpengaruh teman. Gadis 19 tahun asal perumahan Bumi Sedati
Indah, Desa Pepe, Kecamatan Sedati, Sidoarjo, diringkus polisi usai berpesta sabu di
Kavling Pepe Indah, Desa Pepe, Sedati, Sidoarjo. Setelah di gelandang polisi, gadis itu
mengaku gemar mengkonsumsi sabu karena di ajak teman-temannya, terutama pacarnya.
“ikut-ikutan aja, karena di ajak”. Jawab remaja putri tersebut di sela menjalani pemeriksaan
di Polsek Sedati.

Fenomena ini menunjukan remaja mudah dipengaruhi temannya. Suharto, Mulyana, &
Nurwati (2018) Masa remaja merupakan tahap pencarian identitas, karena merupakan tahap
peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa remaja seorang
individu tidak lagi tergantung kepada orang tuanya. Remaja sudah mulai berhubungan
dengan lingkungan sosialnya khususnya teman sebaya. Orang tua ikut serta dalam
pembentukan identitas diri seorang remaja, dikarenakan kehadiran orang tua dapat
membantu remaja membentuk identitas remaja secara positif. Akan tetapi ada kalanya
orang tua tidak dapat hadir dalam kehidupan remaja, salah satunya harus bekerja diluar
negeri dalam jangka waktu yang lama. Dengan demikian identitas remaja lebih banyak diisi
oleh teman sebayanya. Hasil assessment menunjukkan bahwa remaja yang tidak diasuh
oleh kedua orang tuanya cenderung mempunyai identitas yang negatif. Hal ini dikarenakan
pengaruh teman sebaya yang besar. Dengan demikian diperlukan treatment untuk
membantu remaja membentuk identitas dirinya serta mengurangi pengaruh negatif dari
lingkungan sosial. Treatment bisa di lakukan dengan memberikan pengarahan oleh guru
bimbingan konseling (BK).

Patricia H. Miller (2011) menjelaskan dalam teori Erikson, sejak lahir hingga lansia di dalam
diri kita mempunyai rasa tanya “who am i”, siapa saya? Hingga dewasa atau lansia pun kita
bisa mengalami krisis identitas. Menurut Erikson, tema utama kehidupan kita adalah
pencarian identitas. Identitas adalah pemahaman dan penerimaan diri terhadap diri dan
masyarakat. Pada buku erikson yang berjudul psychobiagraphis berisi tentang bagaimana
seseorang menunjukan jati dirinya di tengah-tengah lingkungan sosial. Erikson percaya
pada ilustrasi Hitler bahwa pentingnya mengetahui seperti apa jati diri kita, dan seperti apa
karakter positif yang kita miliki. Erikson menjelaskan emerging adulthood seseorang tidak
hanya dilihat dari usia. Seseorang yang berumur sekitar 20 tahun bisa dikatakan dewasa
secara umur. Namun, belum tentu dewasa secara sikap dan perilaku.

Ketika seseorang berada pada fase remaja dan mengalami krisis identitas, orang tua
ataupun guru BK dapat memberikan pengarahan terhadap anak. Sehingga anak dapat
memahami identitas dirinya / jati dirinya.

Refrensi

Widiastuti, V. (2019) Terpergok Gunakan Narkoba, Remaja Putri Mengaku Konsumsi karena
Terpengaruh Teman. Tribunnews. Diakses pada tanggal 8 Maret 2019 melalui

http://www.tribunnews.com/regional/2018/11/26/tepergok-gunakan-narkoba-remaja-putri-
mengaku-konsumsi-karena-terpengaruh-teman

Suharto, Mulyana, Nurwati. (2018) Pengaruh Teman Sebaya Terhadap Perkembangan


Psikososial Anak TKI Di Kabupaten Indramayu. (Artikel). Diakses pada tanggal 10 Maret
2019 melalui
jurnal.unpad.ac.id/focus/article/download/18278/8564
Miller, P. H. (2011). Theories of developmental psychology. New York, NY: Worth
Publishers.
journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/sls/article/download/1851/1792

Anda mungkin juga menyukai