Anda di halaman 1dari 3

ESSAY

CHARACTER BUILDING:

IMPLEMENTASI SELF-ESTEEM DEMI TERAWATNYA GENERASI

Oleh: Anisah Mutiara Salvadillah

Remaja adalah waktu di mana manusia memasuki umur belasan tahun. Pada masa
remaja ini, manusia tersebut tidak dapat disebut sebagai manusia dewasa tetapi tidak dapat
pula disebut sebagai anak-anak. Karena remaja pada hakikatnya adalah peralihan dari masa
anak-anak menuju fase dewasa. Menurut WHO (World Health Organization) masa remaja
terjadi dalam rentang usia sekitar 10 hingga 19 tahun. Sedangkan menurut Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014 definisi remaja merupakan penduduk yang usianya
sekitar 10 hingga 18 tahun. Pertumbuhan dari masa anak-anak ke fase dewasa ini adalah fase
yang kompleks karena dalam fase ini remaja mengalami perkembangan baik dari segi fisik
maupun emosionalnya.

Membicarakan remaja maka tidak akan lepas pula pada permasalahannya.


Permasalahan remaja kini semakin marak bayangnya terlihat dalam kehidupan sehari-hari
kita. Terlepas dari faktor-faktor permasalahan yang memengaruhi mereka, permasalahan ini
tentu saja tidak dapat diselepekan karena bisa menyebabkan pincangnya generasi kita pada
masa selanjutnya. Fakta-fakta tindakan kriminal yang umumnya dilakukan oleh remaja
zaman sekarang lainnya seperti tawuran atau perkelahian antar pelajar, penyalahgunaan
narkotika dan obat-obatan, hubungan seksual yang dilakukan remaja atau pada umumnya bisa
kita sebut juga sebagai seks pranikah tentu menghantui kita bahwa generasi saat ini
membutuhkan edukasi lebih mengenai pentingnya apa yang ada pada mereka.

Permasalahan ini tentu saja menjadi tolak ukur berhasilnya generasi dari tahun ke
tahun. Permasalahan remaja dan tindakan kriminal mereka menjadi jejak bahwa mereka
kurang mendapatkan tempat nyaman dari lingkungannya atau tidak mendapatkannya figur
baik yang bisa ia contoh sebagai figur remaja positif.

Dalam hal ini efek dari tindakan kriminal yang sering kita jumpai selain terganggunya
dengan aktivitas negatif mereka, faktor permasalahan remaja juga berdampak pada dirinya
sendiri seperti disebabkan oleh depresi karena merasa berat menanggung beban hidupnya
sebab mendapati tinggal di lingkungan dan hubungan yang toxic sungguh tidaklah mudah.
Akan ada pergulatan emosi dalam dirinya yang menyebabkan depresi tersebut mendorong
mereka untuk melakukan bunuh diri. Dalam hal ini sudah jelas, bahwa mental health juga
berpengaruh pada permasalahan remaja. Sehingga peran kita sebagai mahasiswa dalam
mengedukasikan tentang kesehatan mental kepada mereka sangatlah penting agar terciptanya
jiwa positif dalam diri mereka.

Jika kesehatan mental adalah faktor subjektif terjadinya permasalahan remaja, maka
terdapat juga faktor lain seperti faktor objektif yang memengaruhi permasalahan remaja
seperti keluarga khususnya orangtua dari remaja tersebut. Dampak permasalahan ini terjadi
karena terdapat renggangnya tali komunikasi dari remaja tersebut dengan orangtuanya
sendiri. Seperti kurangnya perhatian dalam rumah, kurang didengarkan dan kurang divalidasi
perasaannya. Dalam hal ini terlihat bahwa peran orangtua sangatlah penting bagi
perkembangan anak khususnya remaja. Dalam hal ini juga terkadang remaja tersebut
menganggap bahwa orangtuanyalah yang membuatnya seperti ini sehingga dengan cara lain
ia mencari perhatian diluar dan bergabung dengan circle buruk begitu saja karena ia mudah
merasa diterima dalam circle tersebut sehingga ia terjerumus pada tempat yang salah.

Setelah mengetahui bahwa permasalahan remaja ini memiliki beberapa faktor yang
memengaruhi mereka, baik dari segi faktor subjektif dan objektif. Maka sebagai mahasiswa
yang baik, kita perlu mengedukasi mereka bagaimana pentingnya self-esteem ini bagi diri
mereka. Memotivasi dan membimbing mereka bagaimana menjadi remaja positif melalui
penanaman menghargai diri sendiri. Sebab mereka yang sedang mengalami krisis identitas
membutuhkan bimbingan dalam pembentukan karakter. Self-esteem berperan penting dalam
permasalahan ini.

Sebab menurut The Center For Parenting Education, self-esteem ini adalah tingkatan
di mana seseorang memiliki nilai dan kepercayaan bahwa dia berharga. Tidak hanya untuk
dia pribadi namun juga bagi dunia ini. Tidak hanya itu, Greenberg et al (1992) menyebutkan
bahwa self-esteem juga menentukan bagaimana seseorang ingin terus berusaha melewati
tantangan dalam hidup dan bagaimana ia memandang kegagalan. Orang dengan self-esteem
yang rendah punya korelasi kuat dengan depresi, hilang kepuasan hidup bahkan timbul
keinginan untuk bunuh diri (Jordan et al, 2013). Sehingga orang yang memiliki self-esteem
yang lemah cenderung mudah untuk melakukan bunuh diri.
Mengapa self-esteem ini bisa memengaruhi permasalahan remaja? Karena ini adalah
salah satu dampak panjang dari salahnya pengasuhan keluarga khususnya orangtua terhadap
anaknya sehingga dalam permasalahan ini remaja merasa struggle dengan masalahnya sendiri
karena memiliki alasan yang tidak jelas terhadap orangtuanya sebab percaya bahwa
perlakuannya yang buruk adalah bentuk hasil dari pola asuh orangtuanya yang salah.
Kasarnya seperti “ya saya seperti ini juga dikarenakan orangtua saya sendiri”. Adapun
mengenai permasalahan tersebut, kita semua pasti ingin memiliki self-esteem yang baik.

Karena self-esteem ini sendiri berkembang dari waktu ke waktu. Pengalaman


orangtua juga berperan besar dalam memengaruhi perkembangan identitas diri yang sehat
dan peningkatan self-esteem yang kuat. Sehingga self-esteem ini berpengaruh sekali dalam
terbentuknya generasi sehat dan baik pula selanjutnya. Sebab self-esteem ini memberitahu
kita seberapa pentingnya harus menghargai diri kita sendiri. Sehingga self-esteem yang
tercipta dengan baik akan memengaruhi membuat kita lebih peduli juga terhadap kesehatan
mental diri sendiri maupun pada remajas saat ini.

Permasalah remaja juga terjadi karena lemahnya prinsip hidup mereka sebab
kurangnya bimbingan dari orang dewasa. Sehingga dalam mengedukasikan self-esteem ini
perlu juga diedukasikan mengenai pegangan yang kuat agar memiliki prinsip hidup yang
matang sehingga ia bisa menghargai dirinya dan dapat menjauhi lingkungan toxic yang dapat
menghambat terjadinya tindakan kriminal remaja pada saat ini. Sehingga self-esteem sangat
berpengaruh dalam terbentuknya attachment style yang sehat.

Dengan mempunyai self-esteem yang baik maka kita mempunyai kekuatan untuk
berpegang teguh pada nilai yang kita miliki. Memercayai bahwa diri ini penting sehingga kita
mudah untuk melakukan hal baru. Penerapan self-esteem kepada remaja juga dapat
membantu mereka untuk menentukan arah hidupnya: ingin membawanya ke mana. Dengan
begitu mereka memiliki kepercayaan diri untuk mengambil keputusan yang mereka buat
sehingga terciptanya sifat dewasa dalam pembentukan karakter melalui self-esteem.

Dengan begitu, sebagai mahasiswa kita tidak perlu khawatir lagi jika kita bisa
mengedukasikan self-esteem ini dan membantu mereka menemukan bagaimana menerapkan
‘menghargai diri’ pada diri mereka sendiri sehingga dalam hal ini akan otomatis timbul rasa
ingin bermanfaat bagi orang lain dan menjadi pribadi yang baik sehingga akan terjadinya
minim tindakan kriminal remaja di sekitar kita. Sehingga dalam hal ini pun akan
memengaruhi terhadap kesehatan mental yang baik pula.

Anda mungkin juga menyukai