Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KEWIRAUSAHAAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

(ISLAMIC ENTREPRENEURSHIP)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kewirausahaan

Disusun Oleh:

Miftah Hayatunnisak 1410841014

Lili Irma Suryani 1410841025

Indah Kemala Fatwa 1410842023

Rahmah Tika Saufi 1410842026

Faisal Azmi 1410842029

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ANDALAS

2017

i
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan nikmatnya kepada semua Makhluk-Nya. Penulis merasa sangat
bersyukur karena telah mendapatkan hidayah-Nya baik iman maupun islam.

Dengan nikmat dan hidayah_nya pula kami dapat menyelesaikan


penulisan makalah ini yang merupakan tugas mata kuliah kewirausahaan. Penulis
mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada dosen pengampu dan semua
pihak yang turut membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan


baik dari isinya maupun struktur penulisannya, oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang positif untuk perbaikan di kemudian hari.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat pada para pembaca secara
umum dan khususnya bagi penulis sendiri.

Padang, 15 Februari 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 1
1.3. Tujuan ................................................................................................... 2
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Konsep Kewirausahaan Secara Umum ............................................ 3
2.1.1 Pengertian Kewirausahaan ................................................................ 3
2.1.2 Sejarah Kewirausahaan ..................................................................... 3
2.1.3 Tujuan Berwirausaha ......................................................................... 4
2.1.4 Tahap-Tahap melakukan Wirausaha ................................................. 4
2.1.5 Sikap yang Harus Dimiliki Wirausahawan ....................................... 5
2.1.6 Cara Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan ........................................ 6
2.1.7 Faktor Kegagalan dalam Beriwirausaha............................................ 7
2.1.8 Peran Kewirausahaan dalam Perekonomian Nasional ...................... 8
2.2 Konsep Kewirausahaan dalam Perspektif Islam ............................ 8
2.2.1 Konsep Kewirausahaan dalam Pandangan Islama ............................ 8
2.2.2 Ayat Al-Quran yang Menerangkan tentang Kewirausahaan ............. 9
2.2.3 Etos Kerja Islam ................................................................................ 12
2.2.4 Karakteristik Kewirausahaan Muslim ............................................... 13
2.2.5 Tokoh Wirausahawan Muslim .......................................................... 15
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 17
3.2 Saran ..................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ajaran Islam mencakup seluruh aspek kehidupan manusia sebagaimana


firman Allah Swt (artinya) : Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu
agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam
sebagai agama bagimu. (QS. Al-Maidah 5 : 3). Oleh karenanya Islam adalah
sebuah aturan, norma, pola hidup yang melingkupi kehidupan manusia dan
menjadi pedoman dalam mengarungi kehidupannya yang selanjutnya pedoman itu
dijabarkan dalam fiqih Islam. Sedang fiqih itu sendiri adalah suatu pola hidup
yang ditawarkan Islam dalam bentuk pemahaman secara mendalam terhadap
hukum dan ketentuan Allah untuk diaplikasikan dalam kehidupan manusia.

Adapun kewirausahaan dalam disiplin ilmu fiqh merupakan bagian


pembahasan mu'amalah. Sedangkan perdagangan adalah bahagian dari kegiatan
kewirausahaan. Bila kita berbicara tentang kewirausahaan menurut pandangan
Islam, maka rambu-rambu yang harus diperhatikan dalam kegiatan ini adalah
teori-teori yang telah di gambarkan dalam Al-Quran dan As-Sunnah sebagai
norma dan etika dalam berwirausaha khususnya dalam perdagangan.

Pada makalah ini akan dijelaskan konsep kewirausahaan secara umum


serta konsep kewirusahaan dalam persepektif islam.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Kewirausahaan?


2 Bagaimana Sejarah Kewirausahaan?
3 Apa Tujuan Berwirausaha?
4. Bagaimana Tahap-Tahap melakukan Wirausaha?
5. Apa Sikap yang Harus Dimiliki Wirausahawan?
6. Bagaimana Cara Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan?
7. Apa Faktor Kegagalan dalam Beriwirausaha?
8. Bagaimana Peran Kewirausahaan dalam Perekonomian Nasional?
9. Bagaimana Konsep Kewirausahaan dalam Pandangan Islam?
10. Apa Ayat Al-Quran yang Menerangkan tentang Kewirausahaan?
11. Bagaimana Etos Kerja Islam?

1
12. Bagaimana Karakteristik Kewirausahaan Muslim?
13. Siapa Tokoh Wirausahawan Muslim?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui Pengertian Kewirausahaan
2 . Menegtahui Sejarah Kewirausahaan
3. Mengetahui Tujuan Berwirausaha
4. Mengetahui Tahap-Tahap melakukan Wirausaha
5. Mengetahui Sikap yang Harus Dimiliki Wirausahawan
6. Mengetahui Cara Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan
7. Mengetahui Faktor Kegagalan dalam Beriwirausaha
8. Mengetahui Peran Kewirausahaan dalam Perekonomian Nasional
9. Mengetahui Konsep Kewirausahaan dalam Pandangan Islam
10. Mengetahui Ayat Al-Quran yang Menerangkan tentang Kewirausahaan
11. Mengetahui Etos Kerja Islam
12. Mengetahui Karakteristik Kewirausahaan Muslim
13. Mengetahui Tokoh Wirausahawan Muslim

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KONSEP KEWIRAUSAHAAN SECARA UMUM

2.1.1 Pengertian Kewirausahaan

Secara etimologi wirausaha berasal dari kata “wira” yang berarti pejuang,
pahlawan, teladan, manusia unggul, gagah berani dan berwatak agung dan
“usaha” yang berarti perbuatan untuk mencapai suatu tujuan yang dinginkan. Jadi
secara etimologi, wirausaha adalah pejuang atau pahlawan yang melakukan
perbuatan untuk mencapai sebuah tujuan yang diinginkan.

Kewirausahaan yang dalam bahasa Inggris disebut entrepreneuship adalah


proses mengidentifikasi, mengembangkan, dan membawa visi ke dalam
kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik
dalam menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan
usaha baru yang dibentuk pada kondisi risiko atau ketidakpastian

Kewirausahaan memiliki arti yang berbeda-beda antar para ahli atau


sumber acuan karena berbeda-beda titik berat dan penekanannya. Richard
Cantillon (1775), mendefinisikan kewirausahaan sebagai bekerja sendiri (self-
employment). Seorang wirausahawan membeli barang saat ini pada harga tertentu
dan menjualnya pada masa yang akan datang dengan harga tidak menentu. Jadi
definisi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi risiko atau
ketidakpastian. Menurut Penrose (1963) kegiatan kewirausahaan mencakup
indentifikasi peluang-peluang di dalam sistem ekonomi sedangkan menurut
Harvey Leibenstein (1968, 1979) kewirausahaan mencakup kegiatan yang
dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua
pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen
fungsi produksinya belum diketahui sepenuhny dan menurut Peter Drucker,
kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan
berbeda. Orang yang melakukan kegiatan kewirausahaan disebut wirausahawan.
Mereka mempunyai motivasi, panggilan jiwa, persepsi dan emosi yang sangat
terkait dengan nilai nilai, sikap dan perilaku sebagai manusia unggul.

2.1.2 Sejarah Kewirausahaan

Wirausaha secara historis sudah dikenal sejak diperkenalkan oleh Richard


Castillon pada tahun 1755. Di luar negeri, istilah kewirausahaan telah dikenal
sejak abad 16, sedangkan di Indonesia baru dikenal pada akhir abad 20. Beberapa
istilah wirausaha seperti di Belanda dikenal dengan ondernemer, di Jerman
dikenal dengan unternehmer. Pendidikan kewirausahaan mulai dirintis sejak
1950-an di beberapa negara seperti Eropa, Amerika, dan Kanada. Bahkan sejak

3
1970-an banyak universitas yang mengajarkan kewirausahaan atau manajemen
usaha kecil. Pada tahun 1980-an, hampir 500 sekolah di Amerika Serikat
memberikan pendidikan kewirausahaan. DI Indonesia, kewirausahaan dipelajari
baru terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan
dengan perkembangan dan tantangan seperti adanya krisis ekonomi, pemahaman
kewirausahaan baik melalui pendidikan formal maupun pelatihan-pelatihan di
segala lapisan masyarakat kewirausahaan menjadi berkembang.

2.1.3 Tujuan Berwirausaha

 Berusaha dan bertekad dalam meningkatkan jumlah para wirausaha yang


baik dengan kata lain ikut serta dalam mengader manusia manusia calon
wirausaha untuk membangun jaringan bisnis yang lebih baik
 Ikut serta dalam mewujudkan kemampuan para wirausaha untuk
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat dan Negara.
 Ikut serta dalam menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran serta
orientasi kewirausahaan yang kokoh.
 Menyebarluaskan dan membuat budaya ciri ciri kewirausahaan
disekitarnya terutama dalam masyarakat.
 Mengembangkan dalam bentuk inovasi dan kreasi agar tercipta dinamika
dalam kewirausahaan atau dunia bisnis sehingga kemakmuran dapat
tercapai.

2.1.4 Tahap-Tahap Melakukan Wirausaha

 Tahap memulai

Tahap di mana seseorang yang berniat untuk melakukan usaha


mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, diawali dengan melihat peluang
usaha baru yang mungkin apakah membuka usaha baru, melakukan akuisisi, atau
melakukan ‘’franchising’’. Tahap ini juga memilih jenis usaha yang akan
dilakukan apakah di bidang pertanian, industri, atau jasa.

 Tahap melaksanakan usaha

Dalam tahap ini seorang wirausahawan mengelola berbagai aspek yang terkait
dengan usahanya, mencakup aspek-aspek: pembiayaan, SDM, kepemilikan,
organisasi, kepemimpinan yang meliputi bagaimana mengambil risiko dan
mengambil keputusan, pemasaran, dan melakukan evaluasi.

 Tahap mempertahankan usaha

Tahap di mana wirausahawan berdasarkan hasil yang telah dicapai melakukan


analisis perkembangan yang dicapai untuk ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi
yang dihadapi.

4
 Tahap mengembangkan usaha

Tahap di mana jika hasil yang diperoleh tergolong positif atau mengalami
perkembangan atau dapat bertahan maka perluasan usaha menjadi salah satu
pilihan yang mungkin diambil.

2.1.5 Sikap yang Harus Dimiliki wirausahawan

 Disiplin

Dalam melaksanakan kegiatannya, seorang wirausahawan harus memiliki


kedisiplinan yang tinggi. Arti dari kata disiplin itu sendiri adalah ketepatan
komitmen wirausahawan terhadap tugas dan pekerjaannya. Ketepatan yang
dimaksud bersifat menyeluruh, yaitu ketepatan terhadap waktu, kualitas
pekerjaan, sistem kerja dan sebagainya. Ketepatan terhadap waktu, dapat dibina
dalam diri seseorang dengan berusaha menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan
waktu yang direncanakan. Sifat sering menunda pekerjaan dengan berbagai
macam alasan, adalah kendala yang dapat menghambat seorang wirausahawan
meraih keberhasilan.[butuh rujukan] Kedisiplinan terhadap komitmen akan
kualitas pekerjaan dapat dibina dengan ketaatan wirausahawan akan komitmen
tersebut. Wirausahawan harus taat asas. Hal tersebut akan dapat tercapai jika
wirausahawan memiliki kedisiplinan yang tinggi terhadap sistem kerja yang telah
ditetapkan. Ketaatan wirausahawan akan kesepakatan-kesepakatan yang dibuatnya
adalah contoh dari kedisiplinan akan kualitas pekerjaan dan sistem kerja.

 Komitmen Tinggi

Komitmen adalah kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat oleh


seseorang, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Dalam melaksanakan
kegiatannya, seorang wirausahawan harus memiliki komitmen yang jelas, terarah
dan bersifat progresif (berorientasi pada kemajuan).Komitmen terhadap dirinya
sendiri dapat dibuat dengan identifikasi cita-cita, harapan dan target-target yang
direncanakan dalam hidupnya Sedangkan contoh komitmen wirausahawan
terhadap orang lain terutama konsumennya adalah pelayanan prima yang
berorientasi pada kepuasan konsumen, kualitas produk yang sesuai dengan harga
produk yang ditawarkan, penyelesaian bagi masalah konsumen, dan sebagainya.
Seorang wirausahawan yang teguh menjaga komitmennya terhadapkonsumen,
akan memiliki nama baik di mata konsumen yang akhirnya wirausahawan tersebut
akan mendapatkan kepercayaan dari konsumen, dengan dampak pembelian terus
meningkat sehingga pada akhirnya tercapai target perusahaan yaitu memperoleh
laba yang diharapkan.

 Jujur

5
Kejujuran merupakan landasan moral yang kadang-kadang dilupakan oleh
seorang wirausahawan. Kejujuran dalam berperilaku bersifat kompleks. Kejujuran
mengenai karakteristik produk (barang dan jasa) yang ditawarkan, kejujuran
mengenai promosi yang dilakukan, kejujuran mengenai pelayanan purnajual yang
dijanjikan dan kejujuran mengenai segala kegiatan yang terkait dengan penjualan
produk yang dilakukan oleh wirausahawan.

 Kreatif dan Inovatif

Untuk memenangkan persaingan, maka seorang wirausahawan harus memiliki


daya kreativitas yang tinggi. Daya kreativitas tersebut sebaiknya dilandasi oleh
cara berpikir yang maju, penuh dengan gagasan-gagasan baru yang berbeda
dengan produk-produk yang telah ada selama ini di pasar. Gagasan-gagasan yang
kreatif umumnya tidak dapat dibatasi oleh ruang, bentuk ataupun waktu. Justru
seringkali ide-ide jenius yang memberikan terobosan-terobosan baru dalam dunia
usaha awalnya adalah dilandasi oleh gagasan-gagasan kreatif yang kelihatannya
mustahil.

 Mandiri

Seseorang dikatakan mandiri apabila orang tersebut dapat melakukan keinginan


dengan baik tanpa adanya ketergantungan pihak lain dalammengambil keputusan
atau bertindak, termasuk mencukupi kebutuhan hidupnya, tanpa adanya
ketergantungan dengan pihak lain. Kemandirian merupakan sifat mutlak yang
harus dimiliki oleh seorang wirausahawan. Pada prinsipnya seorang
wirausahawan harus memiliki sikap mandiri dalam memenuhi kegiatan usahanya.

 Realistis

Seseorang dikatakan realistis bila orang tersebut mampu menggunakan


fakta/realita sebagai landasan berpikir yang rasional dalam setiap pengambilan
keputusan maupun tindakan/ perbuatannya. Banyak seorang calon wirausahawan
yang berpotensi tinggi, namun pada akhirnya mengalami kegagalan hanya karena
wirausahawan tersebut tidak realistis, objektif dan rasional dalam pengambilan
keputusan bisnisnya. Karena itu dibutuhkan kecerdasan dalam melakukan seleksi
terhadap masukan-masukan/ sumbang saran yang ada keterkaitan erat dengan
tingkat keberhasilan usaha yang sedang dirintis.

2.1.6 Cara Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan

 Melalui pendidikan formal.

Kini berbagai lembaga pendidikan baik menengah maupun tinggi menyajikan


berbagai program atau paling tidak mata kuliah kewirausahaan

6
 Melalui seminar-seminar kewirausahaan.

Berbagai seminar kewirausahaan seringkali diselenggarakan dengan mengundang


pakar dan praktisi kewirausahaan sehingga melalui media ini kita akan
membangun jiwa kewirausahaan.

 Melalui pelatihan.

Berbagai simulasi usaha biasanya diberikan melalui pelatihan baik yang


dilakukan dalam ruangan (indoor) maupun di luar ruangan outdoor). Melalui
pelatihan ini, keberanian dan ketanggapan kita terhadap dinamika perubahan
lingkungan akan diuji dan selalu diperbaiki dan dikembangkan.

 Otodidak.

Melalui berbagai media kita bisa menumbuhkan semangat berwirausaha.


Misalnya melalui biografi pengusaha sukses (sucess story), media televisi, radio
majalah koran dan berbagai media yang dapat kita akses untuk
menumbuhkembangkan jiwa wirausaha yang ada di dalam diri. Melalui berbagai
media tersebut ternyata setiap orang dapat mempelajari dan menumbuhkan jiwa
wirausaha.

2.1.7 Faktor Kegagalan Dalam Berwirauaha

Menurut Zimmerer (dalam Suryana, 2003 : 44-45) ada beberapa faktor


yang menyebabkan wirausaha gagal dalam menjalankan usaha barunya:

 Tidak kompeten dalam manajerial.

Tidak kompeten atau tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan mengelola


usaha merupakan faktor penyebab utama yang membuat perusahaan kurang
berhasil. Kurang berpengalaman baik dalam kemampuan mengkoordinasikan,
keterampilan mengelola sumber daya manusia, maupun kemampuan
mengintegrasikan operasi perusahaan.

 Kurang dapat mengendalikan keuangan.

Agar perusahaan dapat berhasil dengan baik, faktor yang paling utama dalam
keuangan adalah memelihara aliran kas. Mengatur pengeluaran dan penerimaan
secara cermat. Kekeliruan memelihara aliran kas menyebabkan operasional
perusahan dan mengakibatkan perusahaan tidak lancar.

 Gagal dalam perencanaan.

Perencanaan merupakan titik awal dari suatu kegiatan, sekali gagal dalam
perencanaan maka akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan.

7
 Lokasi yang kurang memadai.

Lokasi usaha yang strategis merupakan faktor yang menentukan keberhasilan


usaha. Lokasi yang tidak strategis dapat mengakibatkan perusahaan sukar
beroperasi karena kurang efisien.

 Kurangnya pengawasan peralatan.

Pengawasan erat berhubungan dengan efisiensi dan efektivitas. Kurang


pengawasan mengakibatkan penggunaan alat tidak efisien dan tidak efektif.

 Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha.

Sikap yang setengah-setengah terhadap usaha akan mengakibatkan usaha yang


dilakukan menjadi labil dan gagal. Dengan sikap setengah hati, kemungkinan
gagal menjadi besar.

 Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi kewirausahaan.

Wirausaha yang kurang siap menghadapi dan melakukan perubahan, tidak


akan menjadi wirausaha yang berhasil. Keberhasilan dalam berwirausaha hanya
bisa diperoleh apabila berani mengadakan perubahan dan mampu membuat
peralihan setiap waktu.

2.1.8 Peran Wirausaha Dalam Perekonomian Nasional

Seorang wirausaha memiliki peran sangat besar dalam perekonomian


nasional. Peran wirausaha dalam perekonomian suatu negara adalah:

 Menciptakan lapangan kerja


 Mengurangi pengangguran
 Meningkatkan pendapatan masyarakat
 Mengombinasikan faktor–faktor produksi (alam, tenaga kerja, modal dan
keahlian)
 Meningkatkan produktivitas nasional

2.2 KEWIRAUSAHAAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

2.2.1 Kewirausahaan dalam Pandangan Islam

Islam adalah agama yang sempurna dalam segala hal. Salah satu
kesempurnaannya adalah dengan mengharuskan kepada umatnya agar bisa hidup
mandiri dengan bekerja atau berbisnis dengan jalan yang benar. Islam tidak hanya
mengajarkan untuk beribadah saja, tetapi Islam juga mengajarkan umatnya untuk
mandiri dan bekerja keras salah satunya dengan berwirausaha. Berwirausaha

8
memberi peluang kepada orang lain untuk berbuat baik dengan cara memberikan
pelayanan yang cepat, membantu kemudahan bagi orang yang berbelanja,
memberi potongan, dll. Perbuatan baik akan selalu menenangkan pikiran yang
kemudian akan turut membantu kesehatan jasmani. Hal ini seperti yang
diungkapkan dalam buku The Healing Brain yang menyatakan bahwa fungsi
utama otak bukanlah untuk berfikir, tetapi untuk mengembalikan kesehatan tubuh.
Vitalitas otak dalam menjaga kesehatan banyak dipengaruhi oleh frekuensi
perbuatan baik. Dan aspek kerja otak yang paling utama adalah bergaul,
bermuamalah, bekerja sama, tolong menolong, dan kegiatan komunikasi dengan
orang lain.

Kewirausahaan adalah ilmu yang memperlajari tentang nilai, kemampuan,


dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidupnya. Unsur-unsur
kewirausahaan meliputi motivasi, visi, komunikasi, optimisme, dorongan
semangat dan kemampuan memanfaatkan peluang. Dalam al- Qur’an maupun
hadis banyak penjelasan tentang kewirausahaan atau bisnis yang baik.

Islam memang tidak memberikan penjelasan secara eksplisit terkait


konsep tentang kewirausahaan ini, namun di antara keduanya mempunyai kaitan
yang cukup erat, memiliki ruh atau jiwa yang sangat dekat, meskipun bahasa
teknis yang digunakan berbeda.

Kewirausahaan dan Perdagangan dalam pandangan islam merupakan


aspek kehidupan yang dikelompokkan kedalam masalah mu’amalah, yaitu
masalah yang berkenaan dengan hubungan yang bersifat horizontal antar manusia
dan tetap akan di pertanggungjawabkan kelak di akhirat. Manusia diperintahkan
untuk memakmurkan bumi dan membawanya ke arah yang lebih baik serta
diperintahkan untuk memakmurkan bumi dan membawanya ke arah yang lebih
baik serta diperintahkan untuk berusaha mencari rizki.

2.2.2 Ayat Al-Quran yang Menerangkan tentang Kewirausahaan

 Di dalam Al Qur’an Surah An Nisa’ ayat 100, Allah SWT berfirman :

‫اجر‬ ِ ‫س ِبي ِل فِي يُ َه‬


َ ِ‫للا‬
ّ ‫ض فِي َي ِجد‬ ِ ‫س َعة َكثِيرا ُم َراغَما األَر‬َ ‫ِمن يَخ ُرج َو َمن َو‬
‫اجرا َبيتِ ِه‬ ِ ‫للاِ ِإلَى ُم َه‬ ُ ‫للاِ َعلى أَج ُرهُ َوقَ َع فَقَد ال َموتُ يُد ِركهُ ثُم َو َر‬
ّ ‫سو ِل ِه‬ ّ
ّ ‫ر ِحيما َغفُورا‬
َ‫للاُ َو َكان‬
Artinya :

“Dan barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka akan mendapatkan di


bumi ini tempat hijrah yang luas dan (rezeki) yang banyak. Barangsiapa keluar
dari rumahnya dengan maksud berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, kemudian

9
kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh,
pahalanya telah ditetapkan di sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang.”

Berdasarkan ayat tersebut, Allah SWT. menghimabu hamba-hambaNya yang


mukmin agar berhijrah dan meninggalkan kampung halaman untuk menemukan
tempat berlindung dan memperoleh rezeki yang banyak. dengan demikian, mereka
akan memperoleh kehidupan yang layak.

 Di dalam surah Hud ayat 6, Allah SWT berfirman :

‫ض ِفي دَآبة ِمن َو َما‬ ِ ‫للاِ َعلَى ِإل األَر‬


ّ ‫ُمستَقَرهَا َو َيعلَ ُم ِرزقُ َها‬
‫ُّم ِبين ِكتَاب فِي ُكل َو ُمستَودَ َع َها‬
Artinya :

“Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya
Dijamin Allah rezekinya. Dia Mengetahui tempat kediamannya dan tempat
penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).”

Allah SWT memberitahu bahwa Dia menjamin memberi rezeki bagi


semua makhlukNya, baik ia binatang melata, besar maupun kecil, di darat maupun
di laut. Dia mengetahui dimana tempat binatang itu berdiam dan dimana ia
menyimpan makanannya. semua itu tercatat di dalam sebuah Kitab yang terang
dan nyata (yakni Lauh Mahfudz).

Allah SWT telah menentukan rezeki tiap-tiap umatNya, namun umat itu
sendiri harus berusaha dengan segenap daya dan upayanya untuk meraih dan
mendapatkan rezeki tersebut. Dengan berwirausaha, menjadi salah satu jalan
untuk mendapatkan rezeki tersebut sebagai mana dicontohkan oleh baginda
Rasulullah dalam hal perdagangan.

 Dalam QS.Al-Baqarah Ayat 275, Allah SWT berfirman:

Artinya:

“Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan berdirinya orang
yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berbicara
bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba.......”

Ayat ini menjelaskan bahwasanya Allah swt telah menghalalkan kegiatan jual
beli dan mengharamkan riba. Kegiatan riba ini sangat merugikan karena membuat
kegiatan perdagangan tidak berkembang. Hal ini disebabkan karena uang dan

10
modal hanya berputar pada satu pihak saja yang akhirnya dapat mengeksploitasi
masyarakat yang terdesak kebutuhan hidup.

 Dalam QS. Hud Ayat 61, Allah SWT berfirman:

Artinya:

“Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu Dan
kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka shaleh. shaleh berkata: "Hai kaumku,
sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah
menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena
itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya
Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya).

 Dalam QS.Al-Mulk Ayat 275, Allah SWT berfirman:

Artinya :

“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala
penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah
kamu (kembali setelah) dibangkitkan”

 Dalam QS. Al- Jummuah Ayat 10, Allah SWT berfirman:

Artinya :

“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”

 (HR. Al-Bazzar).

“Mata pencarian apakah yang paling baik, Ya Rasulullah?”Jawab beliau: Ialah


seseorang yang bekerja dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang
bersih.” (HR. Al-Bazzar).

 (HR. Al-Bukhari).

“Dari Miqdam RA, dari Rasul SAW bersabda: tidaklah seseorang makan
makanan yang lebih baik daripada makan hasil kerjanya sendiri dan sesungguhnya
Nabi Daud AS makan dari hasil buah tangan (pekerjaan) nya sendiri” (HR. Al-
Bukhari).

Seperti penjelasan hadis di atas Rasulullah SAW menyatakan bahwa usaha


yang paling baik adalah berbuat sesuatu atau melakukan sesuatu dengan
tangannya sendiri atau dari hasil kerjanya sendiri dengan syarat dilakukan dengan
baik dan jujur.

11
2.2.3 Etos Kerja dalam Islam

Dalam Islam etos kerja kerja lebih dikenal dengan kerja keras,
kemandirian (‫)بيده‬, dan tidak cengeng. Setidaknya terdapat beberapa ayat al-
Qur’an maupun Hadits yang dapat menjadi rujukan pesan tentang semangat kerja
keras dan kemandirian ini, seperti:

 Firman Allah SWT :

‫عملكم هللا فسيرى اعملوا قل‬...‫األيات‬


Artinya : “Bekerjalah kamu, maka Allah dan orang-orang yang beriman akan
melihat pekerjaan kamu”(Q.S. At-Taubah : 105)

 Sabda Rasulullah SAW :

‫بيده الرجال عمل‬


Artinya :“Amal yang paling baik adalah pekerjaan yang dilakukan dengan
cucuran keringatnya sendiri” (HR. Abu Dawud)

 Sabda Rasulullah SAW :

‫السفلى يد من خير العليا اليد‬


Artinya : “Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah”. (HR. Bukhari dan
Muslim)

Dengan bahasa yang sangat simbolik ini Nabi mendorong umatnya untuk kerja
keras supaya memiliki kekayaan, sehingga dapat memberikan sesuatu pada orang
lain.

 Sabda Rasulullah SAW :

‫الفرض فراغ بعد فريضة الحالل الرزق طلب إن‬


Artinya : “Sesungguhnya bekerja mencari rizki yang halal itu merupakan
kewajiban setelah ibadah fardlu” (HR.Tabrani dan Baihaqi).

Nash-Nahs tersebut di atas jelas memberikan isyarat agar manusia bekerja


keras dan hidup mandiri. Bekerja keras merupakan esensi dari kewirausahaan.
Prinsip kerja keras, menurut Wafiduddin, adalah suatu langkah nyata yang dapat
menghasilkan kesuksesan (rezeki), tetapi harus melalui proses yang penuh dengan
tantangan (reziko). Dengan kata lain, orang yang berani melewati resiko akan

12
memperoleh peluang rizki yang besar. Kata rizki memiliki makna bersayap, rezeki
sekaligus resiko.

Kemauan yang keras dapat menggerakkan motivasi untuk bekerja dengan


sungguh-sungguh. Orang akan berhasil apabila mau bekerja keras, tahan
menderita, dan mampu berjuang untuk memperbaiki nasibnya. Menurut Murphy
dan Peck, untuk mencapai sukses dalam karir seseorang, maka harus dimulai
dengan kerja keras. Kemudian diikuti dengan mencapai tujuan dengan orang lain,
penampilan yang baik, keyakinan diri, membuat keputusan, pendidikan, dorongan
ambisi, dan pintar berkomunikasi. Allah memerintahkan kita untuk tawakkal dan
bekerja keras untuk dapat mengubah nasib. Jadi intinya adalah inisiatif, motivasi,
kreatif yang akan menumbuhkan kreativitas untuk perbaikan hidup. Selain itu kita
juga dianjurkan untuk tetap berdoa dan memohon perlindungan kepada Allah swt
sesibuk apapun kita berusaha karena Dialah yang menentukan akhir dari setiap
usaha.

2.2.4 Karakteristik Kewirausahaan Muslim

Sebagai wirausahawan muslim harus memperhatikan beberapa etika dan


perilaku terpuji dalam perdagangan. Menurut Imam Ghazali, ada 8 sifat dan
perilaku yang terpuji dalam perdagangan, yaitu :

 Sifat Takwa, Tawakkal, Zikir, dan Syukur

Sifat ini harus dimiliki oleh wirausahawan karena dengan sifat-sifat itu kita akan
diberi kemudahan dalam menjalankan setiap usaha yang kita lakukan. Dengan
adanya sifat takwa maka kita akan diberi jalan keluar penyelesaian dari suatu
masalah dan mendapat rizki yang tidak disangka. Dengan sikap tawakkal, kita
akan mengalami kemudahan dalam menjalankan usaha walaupun usaha yang kita
jalani memiliki banyak saingan. Dengan bertakwa dan bertawakkal maka kita
akan senantiasa berzikir untuk mengingat Allah dan bersyukur sebagai ungkapan
terima kasih atas segala kemudahan yang kita terima. Dengan begitu, maka kita
akan merasakan tenang dan melaksanakan segala usaha dengan kepala dingin dan
tidak stress.

 Tidak mengambil laba lebih banyak.

Membayar harga yang sedikit lebih mahal kepada pedagang yang miskin.
Memurahkan harga dan memberi potongan kepada pembeli yang miskin sehingga
akan melipatgandakan pahala. Bila membayar hutang, maka bayarlah lebih cepat
dari waktu yang telah ditetapkan. Membatalkan jual beli bila pihak pembeli
menginginkannya. Bila menjual bahan pangan kepada orang miskin secara
cicilan, maka jangan ditagih apabila orang tersebut tidak mampu membayarnya
dan membebaskan ia dari hutang apabila meninggal dunia.

13
 Jujur

Dalam suatu hadist diriwayatkan bahwa :”Kejujuran akan membawa ketenangan


dan ketidakjujuran akan menimbulkan keragu-raguan.”(HR. Tirmidzi).

Jujur dalam segala kegiatan yang berhubungan dengan orang lain maka akan
membuat tenang lahir dan batin.

 Niat Suci dan Ibadah

Bagi seorang muslim kegiatan bisnis senantiasa diniatkan untuk beribadah kepada
Allah sehingga hasil yang didapat nanti juga akan digunakan untuk kepentingan
dijalan Allah.

 Azzam dan bangun Lebih Pagi

Rasul SAW mengajarkan agar kita berusaha mencari rezeki mulai pagi hari
setelah shalat subuh. Dalam sebuah hadist disebutkan bahwa :

”Hai anakku, bangunlah!sambutlah rizki dari Rabb-mu dan janganlah kamu


tergolong orang yang lalai, karena sesungguhnya Allah membagikan rizki
manusia antara terbitnya fajar sampai menjelang terbitnya matahari.”(HR.
Baihaqi).

 Toleransi

Sikap toleransi diperlukan dalam bisnis sehingga kita dapat menjadi pribadi
bisnis yang mudah bergaul, supel, fleksibel, toleransi terhadap langganan dan
tidak kaku.

 Berzakat dan Berinfak

Hadits Rasulullah :

Artinya :“Tidaklah harta itu akan berkurang karena disedekahkan dan Allah tidak
akan akan menambahkan orang yang suka memberi maaf kecuali kemuliaan. Dan
tidaklah seorang yang suka merendahkan diri karena Allah melainkan Allah akan
meninggikan derajatnya.”(HR. Muslim).

Dalam hadist tersebut telah diungkapkan bahwa dengan berzakat dan


berinfak maka kita tidak akan miskin, melainkan Allah akan melipat gandakan
rizki kita. Dengan berzakat, hal itu juga akan membersihkan harta kita sehingga
harta yang kita peroleh memang benar-benar harta yang halal.

 Silaturahmi

14
Dalam usaha, adanya seorang partner sangat dibutuhkan demi lancarnya usaha
yang kita lakukan. Silaturrahmi ini dapat mempererat ikatan kekeluargaan dan
memberikan peluang-peluang bisnis baru. Pentingnya silaturahmi ini juga dapat
dilihat dari hadist berikut :

Artinya : ”Siapa yang ingin murah rizkinya dan panjang umurnya, maka
hendaklah ia mempererat hubungan silaturahmi.”(HR. Bukhari)”

2.2.5 Tokoh Wirausahawan Muslim

 Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad SAW adalah salah satu dari banyak tokoh wirausahawan
muslim. Kreativitasnya di dunia wirausaha mencapai kajayaan dalam usia 40-
tahunan. Jiwa wirausaha Rasul tampak sejak beliau masih berusia 12 tahun ketika
beliau pergi ke Syria berdagang bersama pamannya. Secara tidak langsung beliau
telah belajar sebagai wirausahawan yang mandiri. Saat pamannya bangkrut
menjelang usianya dewasa maka ia sudah mampu melakukan perdagangan
keliling dengan dengan rajin dan penuh dedikatif pada usahanya, kecerdasan,
kejujuran dan kesetiannya memegang amanah adalah dasar-dasar etika wirausaha
yang sangat modern. Dari sifat-sifat demikianlah maka berbagai pinjaman
komersial tersedia di Kota Mekkah membuka peluang kemitraan antara
Muhammad dan pemilik modal.

Salah seorang pemilik modal tersebut adalah seorang janda kaya yaitu
Khadijah yang menawarkan suatu kemitraan berdasarkan pada sistem bagi hasil.
Ketangguhan Muhammad mendatangkan keuntungan dan tidak satupun bisnis
ditangannya mendapatkan kerugian. Dua puluh tahun lamanya beliau berkiprah di
bidang wirausaha sehingga beliau dikenal di Yaman, Syria, Busra, Iraq, Yordania
dan kota-kota perdagangan di Jazirah Amerika.

Reputasi beliau di dunia bisnis dikenal sebagai orang sukses. Rahasia


keberhasilan wirausaha rasul adalah jujur dan adil dalam mengadakan hubungan
dagang dengan para pelanggan. Nabi Muhammad percaya bahwa kalau ia jujur,
setia dan profesional maka orang kaya akan mempercayainya. Inilah dasar
kepribadian dan etika wirausaha yang diletakkan oleh Rasulullah kepada ummat
manusia.

Dasar-dasar kewirausahaan yang demikian itulah yang menyebabkan pengaruh


islam berkembang pesat sampai pelosok dunia. Jadi, jika seorang muslim ingin
menjadi seorang wirausahawan yang sukses maka etika, moral dan jiwa
kewirausahaan yang dicontohkan oleh rasul tersebut dapat dipegang dan dijadikan
pedoman dalam menjawab berbagai persoalan dan tantangan hidup di dunia ini.

15
 Azim Premji

Azim Premji adalah pengusaha muslim paling kaya di jagat ini. Kekayaan pria
berkebangsaan India ini ditaksir mencapai 17 miliar dollar. Yang menarik dari
sosok Azim, di negerinya ia hidup dikalangan minoritas. Kehidupan umat antar
beragama di negerinya selalu dibumbui rasa saling curiga. Oleh karena itu,
menjadi pebisnis muslim yang sukses di India merupakan sebuah prestasi
tersendiri. Ia berkibar lewat perusahaan yang didirikannya Wipro Ltd yang
bergerak dibidang Teknologi Informasi. Azim juga dikenal sebagai sosok
pengusaha India yang berhasil menanamkan budaya bisnis modern yang mampu
memanfaatkan arus globalisasi di negerinya. Salah satu kunci keberhasilan azim
adalah ia tidak membawa atribut keagamaan. Ia tak pernah membeda-bedakan 70
ribu karyawannya berdasarkan agama yang dipeluknya begitupun pada posisi-
posisi strategis di perusahaannya.

Selama menjalankan bisnisnya ia jarang sekali menyatakan bahwa ia adalah


seorang muslim sebagai konsekuensi yang harus ditanggungnya karena ia hidup di
negara yang rentan dengan perbedaan agama dan Islam merupakan agama
minoritas di negaranya. Ia juga tidak ingin menunjukkan kekayaannya karena ia
sadar ia hidup di negara dengan sebagian besar masyarakat miskin. Kemanapun ia
pergi ia selalu menggunakan kendaraan yang sederhana bukan kendaraan mewah
seperti kebanyakan pengusaha kaya lainnya. Ia juga menolak disediakan tempat
parkir khusus untuknya. Sosoknya yang amat bersahaja yang menjadikannya salah
satu tokoh muslim yang dihormati di negerinya.

Azim juga dikenal sebagai konglomerat yang budiman. Sebagian dari


keuntungan yang didapat perusahaannya selalu disumbangkan untuk kegiatan
amal. Untuk menyalurkan kegiatan amalnya, ia mendirikan Azim Premji
Foundation. Salah satu kegiatannya adalah membantu pendidikan bagi generasi
muda India. Lewat yayasan itu Azim berharap dapat meberikan kontribusi bagi
rakyat India agar mereka bisa menjemput masa depan yang lebih baik.

16
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Berwirausaha adalah merupakan kegiatan sosial yang dapat membantu


sesama makhluk yang saling ketergantungan antara satu sama lain. Islam sangat
menganjurakan manusia untuk berusaha memperoleh rezki yang telah Allah
janjikan dengan jalan usaha. Diantara sekian banyak cara dalam berwirausaha,
perdagangan adalah salah satunya yang juga merupakan dunia usaha yang pernah
ditekuni oleh Rasulullah SAW. Beliau telah memberikan contoh terhadap ummat
bagaimana pedagang itu semestinya. Bahkan dalam Al-Quran secara tidak
langsung telah dituangkan tuntunan dalam bemuamalah khususnya dalam
perdagangan.

Semangat berwirausaha telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Beliau


sejak muda telah berwirausaha dari menggembala kambing hingga berdagang ke
negeri Syam. Semangat dan kerja keras Beliau menjadi panutan dan motivasi bagi
kaum muslimin untuk senantiasa mengais rezeki dengan jalan berwirausaha.

Disamping berdagang adalah untuk menjawab kebutuhan ekonomi,


bahkan berwirausaha sangat dianjurkan dalam Islam sebagaimana sabda
Rasulullah SAW. “Mata pencarian apakah yang paling baik, Ya
Rasulullah?”Jawab beliau: Ialah seseorang yang bekerja dengan tangannya sendiri
dan setiap jual beli yang bersih.” (HR. Al-Bazzar).

Namun demikian, sepantasnyalah seorang pedagang melestarikan sifat-


sifat terpuji seperti yang dikemukan oleh Imam Al-Ghazali, yaitu : sifat taqwa,
zikir dan syukur, tidak mengambil laba secara berlebihan, sifat jujur, niat untuk
ibadah, azzam dan bangun lebih pagi, toleransi, silaturrahim, dan sebagainya.

2. Saran

Tidak dapat dipungkiri, bahwa tuntutan ekonomi sering membawa


kesenjangan dalam berbagai hal menyangkut perdagangan. Tidak jarang
wirausahawan yang melakukan kecurangan dalam berwirausaha, serta melanggar
etika-etika wirausaha yang telah di ajarkan oleh Allah dan RasulNya. Disamping
itu, ada pula orang yang pesimis dalam berusaha dan bekerja. Sementara Allah
dan RasulNya sangat mencintai orang-orang yang giat dalam bekerja dan
berusaha untuk memenuhi kebutuhan mereka. Oleh sebab itu, melalui makalah ini
kami menyarankan kepada para pembaca agar mempedomani Al-Quran dan
Hadits serta berpedoman kepada disiplin ilmu fiqih tentang tata cara
bermuamalah.

17
Serta menyarankan kepada para wirausaha untuk meluruskan niat dalam berusaha
agar usaha yang digeluti bernilai ibadah, sehingga tidak hanya mendapat imbalan
renzi yang mulia, tetapi juga mendapat imbalan pahala disisi Allah.

18
DAFTAR PUSTAKA

Alam. 2007. Ekonomi 3 Untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Erlangga.

Departemen Agama RI, 1983, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta : Yayasan


Penyelenggara Peterjemahan al-Qur’an.

Departemen Agama RI, 1990, Al-Quran Tajwid Dan Terjemahannya,


Bandung : PT. Syaamil Cipta Mulia.

Ermawati, tuti. n.d. Kewirausahaan dalam Islam. Pustaka LIPI E-Library

Muhammad as-Sayyid Yusuf, Ahmad Durrah, Manhaj al-Quran al-Karim fi Islah


al-Mujtama’, Qasas al-Ilm fi al-Quran, Mesir : Dar as-Salam Maktabah al-
Usrah, t.t., terj : Abu Akbar Ahmad, Pustaka Pengetahuan Al-Quran, Edisi
Indonesia : PT. Rehal Publika.

ProLM. Trim, bambang . 2009. Muhammad saw: The Super Leader Super
Manager. Jakarta:. 2009. Briliant Enterpreneur Muhammad saw. Bandung:
Salamadani.

Tafsir Ibnu Katsir Jilid I, 2004, Surabaya : PT. Bina Ilmu

Yusuf, Samsu. 2007. Teori Kepribadian. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

http://www.pdii.lipi.go.id/repository/index.php/record/view/21185. di akses pada


17/03/2013

http://www.kompasiana.com/adesuyitno/islamic-entrepreneurship-kewirausahaan-
islam_5528da73f17e61330f8b463b

http://www.kompasiana.com/imashi/kewirausahaan-dalam-perspektif-
islam_585b94a35093736c1c1090c5

19

Anda mungkin juga menyukai