Anda di halaman 1dari 147

Daftar Isi

Sampul Halaman

Daftar Isi .................................................................. i

BAB 1: Titik, Garis, dan Sudut

a. Pengertian Titik, Garis, dan Sudut ........... 1


b. Kedudukan Titik, Garis, dan Sudut ......... 4
c. Jenis-jenis sudut dan hubungan
antar sudut ................................................... 9

BAB 2: Segitiga ...................................................... 16

a. Pengertian Segitiga .................................... 16


b. Jenis-jenis Segitiga ..................................... 17
c. Sifat-sifat Segitiga ...................................... 19
d. Keliling dan Luas Segitiga ........................ 20
e. Melukis garis tinggi ................................... 23
f. Melukis garis berat .................................... 24
g. Melukis garis bagi ...................................... 25

BAB 3: teorema Phytagoras ................................. 28

a. Sejarah Teorema Phytagoras ................... 28


i|Modul Matematika 3
b. Pembuktian rumus Phytagoras ................ 29
c. Penerapan teorema Phytagoras ............... 38

BAB 4: Segiempat 1 ............................................... 40

a. Persegi Panjang ......................................... 40


b. Persegi ......................................................... 44
c. Jajargenjang ............................................... 46
d. Penggunaan segiempat dalam kehidupan
segari-hari .................................................. 49

BAB 5: Segiempat 2 ............................................... 51

a. Belah ketupat ............................................. 51


b. Layang-layang ............................................ 53
c. Trapesium .................................................. 55
d. Penerapan segiempat dalam kehidupan
sehari-hari .................................................. 59

BAB 6: Kesebangunan, Kekongruenan,


Kesejajaran, dan Perbandingan Proporsional ... 63

a. Kesebangunan ............................................ 63
b. Kekongruenan ............................................ 65

ii | M o d u l M a t e m a t i k a 3
c. Kesejajaran ................................................ 65
d. Perbandingan proporsional ...................... 67
e. Penerapan Kesebangunan, Kekongruenan,
Kesejajaran, dan Perbandingan Proporsional
dalam kehidupan sehari-hari ................... 69

BAB 7: Lingkaran .................................................. 72

a. Lingkaran dan unsurnya .......................... 72


b. Keliling dan Luas Lingkaran ................... 74
c. Hubungan sudut pusat dan sudut
Lingkaran .................................................... 76
d. Lingkaran dalam dan lingkaran luar
segitiga ........................................................ 78
e. Penerapan lingkaran dalam kehidupan
sehari-hari .................................................. 84

BAB 8: Kubus dan Balok ...................................... 88

a. Pengertian Kubus dan Balok .................... 88


b. Unsur-unsur Kubus dan Balok ................ 89
c. Sifat-sifat Kubus dan Balok ..................... 100
d. Luas permukaan Kubus dan Balok ........ 101
e. Volume Kubus dan Balok ........................ 104

iii | M o d u l M a t e m a t i k a 3
BAB 9: Prisma dan Limas ................................... 107

a. Prisma ........................................................ 107


b. Limas ......................................................... 113

BAB 10: Bola ......................................................... 121

a. Pengertian Bola ......................................... 121


b. Sifat-sifat Bola ........................................... 121
c. Luas permukaan Bola .............................. 122
d. Volume Bola .............................................. 123

BAB 11: Tabung dan Kerucut ............................. 127

a. Pengertian Tabung dan Kerucut ............ 127


b. Unsur-unsur Tabung dan Kerucut ......... 130
c. Luas permukaan dan volume Tabung dan
Kerucut ...................................................... 132

Daftar Pustaka ...................................................... 140

iv | M o d u l M a t e m a t i k a 3
BAB 1

TITIK, GARIS, dan SUDUT

A. TITIK, GARIS, DAN SUDUT


1. Titik

Pada bagian pendahuluan telah disinggung bahwa


titik, garis, dan bidang adalah unsur-unsur yang tidak
didefinisikan. Unsur-unsur sederhana yang mudah
dipahami tetapi menjadi blunder (berbelit) apabila
kita mencoba membuat definisinya. Sehingga para
akhli geometri mengelompokan konsep titik, garis,
dan bidang ke dalam kelompok unsur yang tidak
didefinisikan atau disebut pengertian pangkal.

P Q

Dalam geometri, titik adalah konsep abstrak yang


tidak berwujud atau tidak berbentuk, tidak
mempunyai ukuran, tidak mempunyai berat, atau
tidak mempunyai panjang, lebar, atau tinggi. Titik

1|Modul Matematika 3
adalah ide atau gagasan abstrak yang hanya ada
dalam benak orang yang memikirkannya.1

2. Garis

Garis adalah konsep yang tidak dapat dijelaskan


dengan menggunakan kata-kata sederhana atau
kalimat simpel. Karenanya garis juga dikelompokan
ke dalam usur yang tidak didefiniskan. Garis adalah
ide atau gagasan abstrak yang bentuknya lurus,
memanjang ke dua arah, tidak terbatas atau tidak
bertitik akhir, dan tidak tebal.

A B

Garis adalah ide atau gagasan yang hanya ada


dalam benak pikiran orang yang memikirkannya.
Mengambar model garis dapat dilakukan dengan
membuat goresan alat tulis pada bidang tulis, kertas,
atau papan tulis dengan bentuk yang lurus. Atau
model garis dapat dibuat dengan menggambar
bagian sisi benda yang lurus, misalnya menggambar
salah satu sisi penggaris kayu. Berikut adalah model

2|Modul Matematika 3
garis yang diperoleh dari hasil menggambar salah
satu bagian sisi penggaris dengan memberi tanda
anak panah pada kedua ujungnya yang menandakan
bahwa garis tersebut memanjang kedua arah tidak
mempunyai titik akhir.Garis disebut juga sebagai
unsur geometri satu dimensi. Karena garis adalah
konsep yang hanya memiliki unsur panjang saja
(linier).2

3. Sudut

Sebuah sudut adalah gabungan dua buah sinar


tidak kolinier (sinar-sinar itu tidak terletak pada
sebuah garis) yang bersekutu pada pangkalnya.
Sedangkan sinar garis adalah gabungan antara
sebuah titik dengan himpunan titik-titik setengah
garis dinamakan sinar garis. Sinar garis adalah
bagian dari garis yang memanjang ke satu arah
dengan panjang tidak terhingga.

Sudut yang terbentuk dari dua buah sinar garis


adalah rentangan terkecil dan bukan rentangan

3|Modul Matematika 3
besarnya. Berikut adalah sudut yang terbentuk
dari gabungan dua sinar garis dimaksud.

Memberi nama sebuah sudut dapat dilakukan


dengan menggunakan satu hurup misalnya α, β, atau
γ yang diletakan di daerah dalam sudut. Atau
menggunakan tiga hurup besar, satu hurup diletakan
pada titik sudut dan dua hurup yang lain diletakan
pada pepanjangan sinar-sinarnya. Berikut dua cara
penamaan sudut.

B. KEDUDUKAN TITIK, GARIS, DAN BIDANG


1. Kedudukan titik terhadap garis
Jika diketahui sebuah titik T dan sebuah garis g,
maka :
a. Titik T teletak pada garis g, atau garis g
melalui titik P.
b. Titik T berada diluar garis g, atau garis g
tidak melalui titik P.

4|Modul Matematika 3
2. Kedudukan titik terhadap bidang3
Sebuah titik dapat terletak pada suatu bidang atau
sebuah titik tidak terletak pada sebuah bidang.
a. Jika sebuah titik S, R, T terletak pada suatu
bidang-α, maka dapat dikatakan pula bidang-
α melalui titik S, R, T atau titik S, R, T pada
bidang-α.
b. Titik tidak melalui bidang atau tidik teeletak
di luar bidang.

3. Kedudukan garis terhadap garis

5|Modul Matematika 3
Jika diketahui sebuah garis terhadap garis lain
maka:
a. Dua garis terletak pada sebuah bidang,
sehingga dapat terjadi: garis K dan L
berhimpit, garis P dan Q berpotongan pada
sebuah titik, dan garis M dan N sejajar.

b. Garis g dan h tidak terletak pada sebuah


bidang-α, atau garis g dan h bersilangan,

6|Modul Matematika 3
yaitu kedua garis tidak sejajar dan tidak
berpotongan. 4

4. Kedudukan garis terhadap bidang5.


Jika ada suatu garis dan suatu bidang, maka
kejadian yang dapat terjadi, yaitu garis tersebut
memotong/menembus bidang tersebut, garis
tersebut sejajar dengan bidang tersebut, atau
garis tersebut terletak pada bidang tersebut.
Jika diketahui sebuah garis g dan sebuah bidang-
α, maka :
a. Garis g memotong bidang-α, atau garis g
menembus bidang-α.
b. Garis g sejajar dengan bidang-α.
c. Garis g terletak pada bidang-α, atau bidang-α
melalui garis g.

7|Modul Matematika 3
5. Kedudukan bidang terhadap bidang6.
Jika diketahui bidang α dan bidang β, maka :
Jika ada dua buah bidang, maka kejadian yang
dapat terjadi, yaitu: kedua bidang tersebut
berpotongan atau kedua bidang tersebut saling
sejajar.
a. Dua buah bidang α dan β dikatakan
berpotongan, jika keduanya bersekutu tepat
pada sebuah garis. Garis persekutuan tersebut
dinamakan garis potong antara bidang α dan
β bidang β; dilambangkan dengan garis (α,β).
b. Dua buah bidang α dan β, dikatakan sejajar,
jika keduanya tidak bersekutu pada satu titik
pun.
c. Dua buah bidang α dan β dikadatan
berhimpit, jika dua bidang tersebut
bertumpukan.

8|Modul Matematika 3
C. JENIS-JENIS SUDUT DAN HUBUNGAN
ANTAR SUDUT
A. Jenis-jenis sudut7
Dengan memperhatikan besar putaran
yang terbentuk dari awal sampai satu putaran
penuh, sudut dapat
diklasifikasikan/didefinisikan sebagai berikut.
a. Sudut Lancip
Besarnya kurang dari seperempat putaran
penuh atau ukuran sudut lancip sebesar
antara 0° dan 90°.

9|Modul Matematika 3
b. Sudut Siku-siku
Besarnya seperempat putaran penuh atau
ukuran sudut siku-siku sebesar 90°.

c. Sudut Tumpul
Besarnya lebih dari seperempat putaran,
kurang dari setengah putaran. atau ukuran
sudut tumpul sebesar antara 90° dan 180°.

d. Sudut Lurus
Besarnya setengah putaran penuh atau
ukuran sudut lurus sebesar 180°.

10 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
e. Sudut Refleks
Besarnya lebih dari setengah putaran,
kurang dari satu putaran penuh atau
ukuran sudut refleksi sebesar antara 180°
dan 360°.

f. Sudut Penuh
Besarnya satu putaran penuh atau ukuran
sudut satu putaran penuh sebesar 360°.

B. Hubungan antar sudut


Dengan memperhatikan suatu garis yang
memototong pada dua garis yang saling
sejajar, maka sudut-sudut tersbut dapat

11 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
diklasifikasikan/didefinisikan sebagai
berikut8.
a. Garis m memotong garis k dan l, maka
garis m dinamakan garis transversal k dan
l.
b. Garis m transversal terhadap garis k dan l,
maka terbentuk sudut ∟1, ∟2, ∟3, ∟4,
∟5, ∟6, ∟7, dan ∟8.

NAMA SUDUT
Sudut-sudut luar ∟1, ∟2, ∟7,
∟8.
Sudut-sudut dalam ∟3, ∟ 4, ∟5,
∟ 6.
Sudut dalam berseberangan ∟3 dan ∟ 5,

12 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
∟4 dan ∟ 6.
Sudut luar berseberangan ∟1 dan ∟7, ∟2
dan ∟8.
Sudut dalam sepihak ∟3 dan ∟6, 4
dan ∟5.
Sudut luar sepihak ∟1 dan ∟8,
∟2 dan ∟7
Sudut-sudut sehadap ∟1dan ∟5, ∟2
dan ∟6, ∟3 dan
∟7, ∟4 dan ∟8

LATIHAN SOAL
1. Diketahui limas beraturan 𝑇.𝐴𝐵𝐶𝐷 seperti
gambar dibawah.

Sebutkan:
a. Titik-titik sudut limas yang terletak pada
rusuk-rusuk alas

13 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
b. Titik-titik sudut limas yang terletak pada
bidang alas
c. Titik-titik sudut limas yang berada di luar
bidang-bidang sisi
d. Titik-titik sudut limas yang berada di luar
bidang-bidang alas
2. Pada kubus 𝐴𝐵𝐶𝐷.𝐸𝐹𝐺𝐻 dengan titik 𝑃 dan 𝑄
masing-masing terletak pada pertengahan rusuk
𝐶𝐺 dan 𝐵𝐹. Gambarlah dan tentukan hubungan
antara bidang:
a. 𝐴𝐵𝐶𝐷 dengan 𝐸𝐹𝐺𝐻
b. 𝐸𝑄𝑃𝐻 dengan 𝐴𝐵𝐶𝐷
c. 𝐵𝐸𝐺 dengan 𝐴𝐶𝐻
3. Perhatikan limas segi lima T.ABCD di bawah
ini! Tentukan bidang-bidang yang sejajar
dengan bidang 𝑇𝐵𝐶!

14 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
4. Perhatikan limas di samping. Tentukan
kedudukan titik T terhadap bidang 𝐴𝐵𝐶𝐷!

5. Perhatikan prisma di samping. Tentukan:

a. Bidang-bidang yang sejajar


b. Perpotongan dari bidang 𝐶𝐵𝐸𝐹,𝐴𝐶𝐹𝐷, dan
𝐴𝐵𝐶!

15 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
BAB 2

SEGITIGA

A. Pengertian Segitiga

Poligon merupakan bangun datar tertutup


yang dibatasi oleh sisi-sisi yang berupa ruas
garis-ruas garis lurus. Segitiga adalah poligon
yang mempunyai tiga sisi. Titik Sudut (Verteks)
adalah titik dimana dua diantara sisi-sisi segitiga
tersebut bertemu.

Gambar 2.1 merupakan contoh segitiga ABC


dengan A, B dan C merupakan titik sudut dan
ruas garis 𝐴𝐵 ,𝐵𝐶 dan 𝐴𝐶 merupakan sisi-sisi
pada segitiga ABC.

16 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
B. Jenis-jenis Segitiga
1. Jenis Segitiga Ditinjau dari Panjang Sisi-
sisinya.
Jenis segitiga ditinjau dari panjang sisinya
ada 3 macam, yaitu segitiga sama kaki,
segitiga sama sisi dan segitiga sebarang.

a. Gambar a, AC =BC, maka Δ


ABCdisebut segitiga sama kaki
b. Gambar b, DE= EF=FD , maka
ΔDEFdisebut segitiga sama sisi
c. Gambar c, ketiga sisinya mempunyai
panjang yang berbeda-beda, maka Δ
GHI disebut segitiga sembarang.
2. Jenis Segitiga Ditinjau dari Besar Sudutnya.

17 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
Pada gambar (a), besar ketiga sudutnya <
90°, jadi ABC disebut segitiga lancip.
Pada gambar (b), besar salah satu sudutnya
siku-siku yaitu ∟PQR, sehingga PQR
disebut segitiga siku-siku. Sedangkan,
gambar (c), besar salah satu sudutnya
tumpul, yaitu segitiga LKM, sehingga
LKM disebut segitiga tumpul.
Segitiga dengan ketiga sudutnya lancip
disebut segitiga lancip. Segitiga dengan
salah satu sudutnya 90° disebut segitiga
siku-siku. Segitiga dengan salah satu
sudutnya tumpul disebut segitiga tumpul.
3. Jenis Segitiga Ditinjau dari Panjang Sisi-
Sisinya dan Besar Sudut-Sudutnya.

Suatu segitiga dengan besar salah satu


sudutnya 90° dan sisi-sisi siku-sikunya sama
panjang disebut segitiga siku-siku sama

18 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
kaki. Suatu segitiga dengan sudut lancip dan
dua sisinya sama panjang disebut segitiga
lancip sama kaki. Segitiga dengan salah satu
sudutnya tumpul dan kedua sisinya sama
panjang disebut segitiga tumpul sama kaki.

C. Sifat-sifat Segitiga
1. Jumlahan dari dua sisi-sisinya lebih panjang
dari sisi yang lainnya.
2. Selisih panjang dari sisi-sisinya kurang dari
panjang sisi yang lain.
3. Jumlah sudut-sudut pada suatu segitiga
adalah 180°.
a. Ketidaksamaan Sisi Segitiga.
Sifat 1: Jumlah panjang dua sisi segitiga
lebih dari sisi yang lainnya.
Sifat 2: Selisih panjang dua sisi segitiga
kurang dari panjang sisi lainnya.
b. Hubungan Sudut dan Sisi Segitiga.
Sebuah segitiga, ukuran sudut terkecil
berhadapan dengan ukuran sisi
terpendek, dan ukuran sudut terbesar

19 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
berhadapan dengan sisi terpanjang.
Buatlah sembarang segitiga.

Dengan menggunakan busur derajat,


ukurlah panjang setiap sudutnya, yaitu sudut A,
sudut B, dan sudut C. Kemudian dengan
menggunakan penggaris, ukurlah masing-
masing panjang sisinya, yaitu AB, BC, dan AC.
Amatilah besar sudut dan panjang sisi dari
segitiga tersebut maka akan diperoleh bahwa:
sudut B merupakan sudut terbesar dan sisi di
hadapannya, yaitu sisi AC merupakan sisi
terpanjang, dan sudut C merupakan sudut
terkecil dan sisi di hadapannya, yaitu sisi AB
merupakan sisi terpendek.

D. Keliling dan Luas Segitiga


a. Keliling Segitiga

20 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
Keliling (K) dari suatu segitiga 𝐴𝐵𝐶
adalah 𝐾 = 𝑎 + 𝑏 + 𝑐. Dengan 𝑎 = 𝐵𝐶 ,𝑏 =
𝐴𝐶 , 𝑐 = 𝐴𝐵 .
Contoh: Diketahui perbandingan sisi-sisi
Δ𝐴𝐵𝐶 adalah 3:4:5 dan keliling dari Δ𝐴𝐵𝐶
adalah 60 cm. Tentukan panjang sisi-sisi
Δ𝐴𝐵𝐶.
Jawab: Perbandingan sisi-sisinya adalah
3:4:5 dan misalkan panjang sisinya adalah
3𝑝,4𝑝 dan 5𝑝.
Perhatikan bahawa keliling Δ𝐴𝐵𝐶 adalah 60
cm. Akibatnya 3𝑝 + 4𝑝 + 5𝑝 = 60 ⟹ 12𝑝 =
60 ⟹ 𝑝 = 5 Jadi, panjang sisi-sisinya adalah
3𝑝 = 3 × 5 = 15 𝑐𝑚 ,4𝑝 = 4 × 5 = 20 𝑐𝑚 dan
5𝑝 = 5 × 5 = 25 𝑐𝑚.
b. Luas Segitiga

21 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
Perhatikan segitiga siku-siku PQR, dengan
menggunakan pendekatan luas persegi
panjang 𝑃𝑄𝑆𝑅 yang kita ketahui luasnya
adalah 𝑝 × 𝑙. Perhatikan bahwa :
luas persegi panjang 𝑃𝑄𝑆𝑅 = 𝐿1 (𝐿𝑢𝑎𝑠
∆𝑃𝑄𝑅) + 𝐿2 (𝑙𝑢𝑎𝑠∆𝑄𝑆𝑅)
𝑝 × 𝑙 = 2 × 𝐿1 (𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐿1 = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐿2)
1 2 × 𝑝 × 𝑙 = 𝐿1 (𝐿𝑢𝑎𝑠∆𝑃𝑄𝑅 )
Misal𝑝 = 𝑎 (alas segitiga) dan 𝑙 = 𝑡 (tinggi
segitiga) diperoleh 𝐿𝑢𝑎𝑠∆𝑃𝑄𝑅 =1/2× 𝑎 × 𝑡
Selanjutnya, perhatikan segitiga samakaki
𝑃𝑄𝑇 dan segitiga sebarang 𝐸𝐵𝐷 berikut.

Luas ∆𝑃𝑄𝑇 =Luas ∆𝑈𝑄𝑇 + Luas ∆𝑃𝑈𝑇


=1/2× Luas 𝑈𝑄𝑅𝑇 +1/2×
Luas 𝑃𝑈𝑇𝑆
=1/2× (Luas 𝑈𝑄𝑅𝑇 +Luas
𝑃𝑈𝑇𝑆)

22 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
=1/2× Luas 𝑃𝑄𝑅𝑆
=1/2× 𝑎 × 𝑡
Luas ∆𝐸𝐵𝐷 =Luas ∆𝐴𝐵𝐷 − Luas ∆𝐴𝐸𝐷
=1/2× (𝑐 + 𝑑) × 𝑡 −1/2× 𝑐 × 𝑡
= (1/2× 𝑐 × 𝑡) + (1/2× 𝑑 × 𝑡)
− ( 1/2× 𝑐 × 𝑡)

=1/2× 𝑑 × 𝑡 , misal 𝑑 = 𝑎 =
𝑎𝑙𝑎𝑠 = 1/2× 𝑎 × 𝑡

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa


luas (L) dari suatu segitiga adalah
𝐿 =1/2× 𝑎 × 𝑡
Dengan 𝑎 = alas segitiga , 𝑡 = tinggi segitiga.

E. Melukis Garis Tinggi


Garis tinggi adalah garis yang ditarik
dari suatu titik sudut segitiga dan tegak lurus
dengan sisi di depannya. Misalkan kita mau
melukis garis tinggi segitiga ABC yang melalui
titik C. Untuk itu, ikutilah langkah-langkah
berikut:

23 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
1. buat busur lingkaran berpusat di C dengan
jari-jari sebarang hingga memotong garis
AB di titik P dan Q,
2. buat busur berpusat di titik P dan Q dengan
jari-jari tetap, sehingga kedua busur itu
berpotongan di S,
3. hubungkan titik C dan S sehingga
memotong AB di titik D. Garis CD adalah
garis tinggi melalui ∆ABC titik C.

F. Melukis Garis Berat


Garis berat adalah garis yang ditarik dari
titik sudut suatu segitiga yang membagi
duasama besar sisi yang di hadapannya.
Misalkan kita akan melukis garis berat pada

24 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
∆ABC melalui C. Perhatikanlah langkah-
langkah untuk melukisnya.
1. Gambar ∆ABC.
2. Buatlah busur berpusat di A dan B dengan
panjangjari-jari tetap. Kedua busur
lingkaran itu berpotongandi M dan N. Garis
MN memotong AB di D.
3. Hubungkan titik C dan D, yaitu garis CD.
Garis CD adalah garis bagi 'ABC dari titik
C, sehingga BD=AD.

G. Melukis Garis Bagi


Garis bagi adalah garis yang ditarik dari
suatu titik sudut segitiga yang membagi
duasama besar sudut tersebut. Untuk melukis
garis bagi pada segitiga gunakan cara-cara
melukis garis bagi sudut. Misalkan kita akan
melukis garis bagi segitiga ABC yang melalui

25 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
titik C. Untuk ini ikutilah langkah-langkah
berikut:
1. Buat busur berpusat di titik C dengan jari-
jari sebarang, sehingga memotong sisi CA
dan CB di titik P dan Q.
2. Buat busur berpusat di titik P dan Q dengan
jari-jari tetap, sehingga kedua busur itu
berpotongan di titik T.
3. Hubungkan C dengan T, sehingga
memotong AB di titik D. Garis CD adalah
garis bagi yang ditarik dari titik C, sehingga
∠BCD=∠ACD.

26 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
Latihan Soal

1. Lukislah ruas garis yang panjangnya:


a. √ cm.
b. √ cm
c. (8 - √ ) cm
2. Dalam ∆ABC, diketahui AB = 12 cm,
mABC = 60, dan BC = 8 cm. Hitunglah
keliling ∆ABC tersebut!
3. Dalam ∆PQR, diketahui PR = 10 cm,
mPQR = 45, dan QR = 15 cm. Hitunglah
panjang sisi ketiga dari ∆PQR tersebut!
4. Dalam sebuah segitiga siku-siku, diketahui
bahwa panjang kedua sisi siku-sikunya
masing-masing 6 cm dan 8 cm. Hitunglah
panjang garis tinggi ke sisi miringnya!
5. Dalam ∆PQR, diketahui PQ = 14 cm, QR =
13 cm, dan RP = 15 cm. Hitunglah panjang
dari:
a. Proyeksi ̅̅̅̅ ̅̅̅̅;
𝑃𝑅 pada 𝑄𝑅
b. Garis-tinggi dari titik sudut Q.

27 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
BAB 3

Teorema Phytagoras

A. Sejarah Teorema Phytagoras

Teorema Phytagoras merupakan salah


satu teorema yang telah dikenal manusia sejak
peradaban kuno. Pencetus dari teorema ini yaitu
bernama Phytagoras oleh karenanya, teprema ini
dinamakan sebagai Teorema Phytagoras. Beliau
lahirr di pulau Samos, Yunani sekitar tahun 570
SM.

Bangsa Mesir kuno telah mengetahui


bahwa segitiga dengan panjang sisi 3, 4, dan 5
akan membentuk sebuah sudut siku-siku. Merek
menggunakan tali yang diberi simpul pada
beberapa tempat dan menggunakannya untuk
membentuk sudut siku-siku pada bangunan-
bangunan mereka termasuk piramid. Diyakini
bahwa mereka hanya mengetahui tentang
segitiga dengan sisi 3, 4 dan 5 sedangkan

28 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
teorema yang berlaku secara umum belum
mereka ketahui.

Phytagoraslah yang telah membuat


generalisasi dan membuat teorema ini menjadi
populer, secara singkat teorema phytagoras
berbunyi: pada sebuah segitiga siku-siku,
kuadrat sisi miring (sisi depan sudut siku-siku)
sama dengan jumlah kuadrat sisi-sisi lainnya.

B. Pembuktian Rumus Phytagoras


1. Pembuktian dari diagram phytagoras

Dengan mnghitung luas bangun bujur


sangkar yang terjadi melalui dua cara akan
diperoleh:

29 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
-siku

(a + b) 2 = c2 + 4.½ ab
a2 + 2ab + b2 = c2 + 2 ab
a2 + b2 = c2

2. Bukti dari Astronom India Bhaskara


(1114-1185)

Bukti ini pertama kali terdapat pada


karya Bhaskara (matematikawan sekitar
abad 10). Bangun ABCD diatas adalah bujur
sangkar dengan sisi c. Di dalamnya dibuat
empat segitiga siku-siku dengan masing-
masing sisi a dan b.
Dengan konstruksi bangun tersebut, maka:
Luas PQRS + 4 x luas ABQ = luas
ABCD

30 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
(b –a)2+ 4 x ½ . ab = c2
b2 – 2ab + a2 + 2ab = c2
a2 + b2 = c2
3. Pembuktian oleh Presiden J. A. Garfield

Pembuktian ini berasal dari J.A.


Garfield tahun 1876. Luas daerah trapesium
fdapat dihitung dengan dua cara sehingga
rumus phytagoras dapat ditemukan.

Luas Trapesium = ½ (alas +


atas).tinggi = ½ (a + b)(a + b). diperoleh rumus:
2 +

½ (a + b)(a + b) =½ ab + ½ ab +
2
½c
½ (a + b)2 = 2 (½ ab) + ½ c2
a2 + 2ab + b2 = 2ab + c2
a2 + b2 = c2

31 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
4. Pembuktian dengan Garis tinggi dan Sifat
Sebagun Segitiga

a. Segitiga ABC sebangun denagn segitiga


ADC sehingga b/c = c1/c atau b2 = c . c1
b. Segitiga ABC sebagnun dengan segitiga
CBD sehingga a/c =c2/a atau a2 = c . c2
Dari (a) & (b) diperoleh:
a2 + b2 = c.c1 + c.c2
a2 + b2 = c (c1 + c2)
a2 + b2 = c2
5. Pembuktian dengan Identitas
Trigonometri Phytagoras
Buat segitiga siku-siku dengan sisi a, b, dan
c seperti gambar berikut.

32 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
Kemudian dengan trigonometri untuk
menentukan sinus dan cosinus sudut Ө
sebagai berikut.

Hubungan antara sinus dengan cosinus


dinamakan dengan identitas trigonometri
phytagoras yang mendasar. Sehingga kita
tahu bahwa.

33 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
6. Pembuktian dengan Transformasi

Misal segitiga ABC siku-siku di C.


Putarlah segitiga ABC sejauh
0
90 berlawanan arah dengan putaran jarum
jam dengan pusat rotasi C. Akan diperoleh
segitiga A’B’C’ yang berimpit dengan
segitiga ABC.

½a = (1)
2
½b = (2) + (3)
------------------------------------ +
½ a2 + ½ b2 = (1) + (2) + (3)
= [(1) + (2)] + (3)
= ½ cx + ½ cy
= ½ c (x + y)
= ½ c.c
= ½ c2

34 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
Dengan mengalikan dua pada setiap ruas maka
diperoleh a2 + b2 = c2

7. Pembuktian dengan segitiga sama sisi

Buat segitiga sama sisi dengan sisi a, d dan c.

Kemudian buat segitiga sama sisi dengan


sisi a, b dan c di setiap sisinya sehingga
tampak seperti gambar berikut.

Dari gambar tersebut diketahui bahwa


luas segitiga sama sisi pada sisi miring
sama dengan jumlah segitiga sama sisi
lainnya. Untuk segitiga dengan panjang

35 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
sisi k, l, dan m maka luas segitiga tersebut
adalah.

La = √𝑠(𝑠 𝑎)(𝑠 𝑎)(𝑠 𝑎) dengan s


= =

=√ ( )( )( )

=√ ( )( )( )

=√ ( )

=√ = √

Lb = √ ( )( )( )

=√ ( )( )( )

=√ ( )

=√ = √

36 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
LC = √ ( )( )( )

=√ ( )( )( )

=√ ( )

=√ = √

Karena luas segitiga sama sisi pada sisi


c (sisi miring) sama dengan jumlah dari luas
segitiga sama sisi pada sisi a dan b, maka:

Lc = La + Lb

√ = √ √

4/√ ( √ ) = 4/√ ( √ √ )

c2 = a2 + b2 (TERBUKTI)

37 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
C. Penerapan Theorema Phytagoras
Selain mudah diaplikasikan, dalil
Pythagoras juga memiliki peranan dalam
kehidupan sehari-hari. Misalnya untuk
mengetahui tinggi layangan yang kita
terbangkan. Kita tidak usah menggunakan alat
ukur untuk mengukur tinggi layangan dari atas
tanah, cukup dengan mengetahui panjang tali
yang kita gunakan untuk bermain layang-layang
dan juga jarak dari pemain layang-layang
terhadap layang-layang, maka kita bisa
menentukan tinggi dari layang-layang.
Perhatikan gambar di bawah ini:

Misal, panjang tali yang digunakan bila diukur


dari tanah adalah 5 meter, dan jarak pemain
dengan layang-layangnya adalah 3 meter, maka
tinggi layang-layangnya adalah:
38 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
Panjang tali kuadrat – jarak pemain kuadrat =
tinggi layang-layang kuadrat
5^2-3^2=25-9
=16
Tinggi layang-layang adalah √16 = 4 meter.

Latihan Soal
1. Jika panjang dan lebar suatu persegi panjang
adalah 12 cm dan 9 cm. Berapakah panjang
diagonalnya?
2. Diberikan ∆ABC sama kaki, dengan AC =
BC dan AB = 10 cm. Jika panjang garis
tinggi yang di tarik dari C adalah 12 cm.
Berapakah keliling segitiga tersebut?
3. Seorang tukang kayu membuat segitiga siku-
siku dengan salah satu sudutnya 300.
Panjang sisi depan sudut 300 tersebut adalah
40 cm. Tentukan panjang hipotenusanya!
4. Sudut yang dibentuk oleh diagonal sebuah
persegi panjang dan sisi terpendeknya
adalah 600. Tentukan luas persegi panjang
tersebut jika panjang diagonalnya 8 cm.
5. Seorang nahkoda kapal melihat puncak
mercusuar yang berjarak 120 m dari kapal.
Jika diketahui tinggi mercusuar 40 m,
tentukan jarak nahkoda dari mercusuar!

39 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
BAB 4

SEGIEMPAT

1. Persegi Panjang
a. Definisi Persegi Panjang

Persegi Panjang adalah bangun datar


segi empat dengan ke empat sudutnya yang
siku-siku dan sisi yang berhadapan sama
panjang. Segiempat merupakan poligon yang
memiliki 4 buat sisi dan 4 buat titik sudut.

Perhatikan persegi panjang 𝑃𝑄𝑅𝑆 disini,


𝑃𝑆 = 𝑄𝑅 dan 𝑃𝑄 = 𝑆𝑅 . Sisi-sisi yang lebih
panjang (𝑃𝑄 dan 𝑆𝑅 ) disebut sebagai panjanng
yang sinotasikan sebagai 𝑝 dan sisi-sisi yang
lebih pendek (𝑃𝑆 dan QR) disebut sebagai lebar
yang dinotasikan sebagai 𝑙.

40 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
b. Sifat-sifat persegi panjang

1. Sisi-sisi yang berhadapan sejajar dan sama


panjang. Sisi AB dan CD sejajar dan sama
panjang, demikian juga sisi AD dan BC
sejajar dan sama panjang.
2. Memiliki dua simetri putar dan lipat.
3. Setiap sudutnya sama besar dan besar
sudutnya 90°. Pada Gambar 1.8, m∠A =
m∠B = m∠C = m∠D = 90°.
4. Memiliki dua buah diagonal bidang yang
sama panjang. diagonal bidang yaitu AC =
BD.
c. Keliling Persegi Panjang
Keliling persegi panjang adalah jumlah
sisi-sisi persegi. panjang atau jumlah
panjang keempat sisinya.

41 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
Pada Gambar diatas keliling Persegi
Panjang ABCD adalah K=
AB+BC+CD+DA. Pada persegi panjang,
sisi yang lebih panjang disebut panjang yang
dinotasikan dengan p, dan sisi yang lebih
pendek disebut lebar, yang dinotasikan
dengan l.
Jadi AB = CD = p dan BC= AD = l
Dengan demikian keliling persegi panjang
ABCD, dirumuskan dengan K= p+p+l+l=
2p+2l=2(p+l)
d. Luas Persegi Panjang
Luas ABCD dapat diperoleh dengan
membuat diagonal bidang sehingga
terbentuk 4 segitiga.

42 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
L ADO = L CBO dan L DOC =
L AOB. Maka Luas ABCD adalah
LABCD= L ADO+ L AOB+ L CBO+
L DOC
LABCD=2(L ADO+ L DOC)
LABCD=2(½ x Da x t + ½ x AB x t)
LABCD=2(½ x DA x ½ x AB + ½ x AB x ½ x
DA)
LABCD=2(½ x AB x DA)
LABCD= AB x DA
Karena persegi panjang merupakan jajar
genjang, pembuktian luas persegi panjang
juga dapat menggunkan rumus luas jajar
genjang.
L= a x t
L= AB x DA

43 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
Jika . AB panjang dan DA adalah lebar
maka Luas ABCD yang diperoleh itu sama
dengan hasil kali, panjang, dan lebarnya.
L= p x l
2. Persegi
a. Definisi Persegi

Persegi adalah bangun datar segi empat


dengan ke empat sudutnya yang siku-siku dan
sisi-sisinya sama panjang. Dengan kata lain,
persegi juga merupakan persegi panjang dengan
ukuran sisi yang sama dan semua sudutnya 90°.

Perhatikan persegi EFGH, sisi


EF=FG=GH=HE dengan diagonal bidang yang
sama panjang.

b. Sifat-sifat persegi
1. Memiliki empat sisi yang sama panjang.
2. Memiliki empat simetri putar
44 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
3. Meiliki empat simetri lipat
4. Mempunyai empat sudit siku-siku.
5. Memiliki dua diagonal bidang yang
sama panjang. Pada gambar diagonal
EG=HF.
c. Keliling Persegi

panjang dan lebar persegi itu sama,


sehingga p=l. jadi keliling dari persegi adalah
K= p+p+l+l=2(p+l), jika p=l maka p=p. Jadi
K= p+p+p+p= 4p

d. Luas Persegi
Suatu persegi mempunyai ukuran
panjang = lebar atau p = l = s, maka rumus
luas persegi adalah L = s x s = s2 dengan s =
panjang sisi persegi.

45 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
Karena persegi adalah belah ketupat,
pembuktian rumus persegi bisa
menggunakan rumus belah ketupat.

3. Jajar Genjang
a. Definisi Jajar Genjang

46 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
Jajargenjang merupakan bangun datar segi
empat yang memiliki sisi-sisi yang berhadapan
sama panjang dan sejajar, memiliki dua pasang
sudut yang masing-masing sama besar dengan
sudut dihadapannya, jumlah sudut yang
berdekatan 180°dan kedua diagonalnya saling
berpotongan ditengah-tengah bidang jajar
genjang tersebut.

b. Sifat-sifat Jajar Genjang


1. Memiliki dua pasang sisi sejajar.
2. Memiliki dua pasang sudut yang sama
besar
3. Jumlah sudut yang berdekatan sama
besar yaitu 180°.
4. Kedua diagonalnya saling berpotongan
di tengah-tengah.
c. Keliling Jajar Genjang
Keliling jajar genjang adalah jumlah
panjang keempat sisinya.

47 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
A D

B C
K= AB+BC+CD+DA, panjang AB=DC
dan BC=DA. Maka keliling jajar genjang
adalah:

K= AB+BC+CD+DA
K=AB+BC+AB+BC
K=2(AB+BC)
d. Luas Jajar Genjang

Jajar genjang ABCD terdiri dari dua segitiga


yang kongruen, yaitu ABD dan BCD.
Jadi, luas jajargenjang adalah luas ABD
dan BCD.

L▱ABCD = L ABD+L BCD

48 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
L▱ABCD = ½ x a x t +½ x a x t
L▱ABCD = 2(½ x a x t)
L▱ABCD = a x t

4. Penggunaan Segiempat dalam Kehidupan


Sehari-hari

Jika kita amati benda-benda di sekeliling


kita banyak benda yang berbentuk sama seperti
bangun datar yang telah kita pelajari di atas.
Sebagaimana contohnya, kita sering
menggunakan dan memanfaatkannya dalam
kehidupan kita sehari-hari.

Berikut contoh benda yang sama


bentuknya dengan bangun datar di atas.

a. Pintu, Papan tulis, Buku, dll. Yakni


benda yang bentuknya persegi panjang
dengan 2 sisi yang berhadapan sama
panjang
b. Jika kita amati, kramik yang kita
gunakan untuk lantai itu bentuknya

49 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
adalah persegi, dengan ukuran yang
sama panjang.
c. Wajik (makanan khas jawa) merupakan
salah satu benda yang bentuknya sama
dengan jajar genjang.

Latihan Soal
1. Tentukan Luas dan Keliling persegi panjang
ABCD dengan panjang AB adalah 4 cm dan
CD adalah 5 cm!
2. Tentukan panjang bangun segiempat jika
diketahui Luas persegi panjang adalah 50
cm2 dan lebarnya adalah 10 cm!
3. Hitunglah Luas dan Keliling persegi jika
diketahui panjang sisinya adalah 2 cm !
4. Luas jajar genjang ABCD adalah 63 cm2
dan tingginya 7 cm. Tentukan panjang
alasnya!
5. Diketahui jajar genjang ABCD dengan AB =
12 cm dan 3: 4 = BC : AB Ditanya:
a. Kelilingnya
b. luasnya, jika tinggi = 6 cm.

50 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
BAB 5

Segiempat 2: Belah Ketupat, Layang-layang dan


Trapesium

A. BELAH KETUPAT
1. Definisi Belah Ketupat

Belah ketupat memenuhi semua sifat


jajar genjang, dengan demikian belah ketupat
adalah jajar genjang yang kempat sisinya
sama panjang,
2. Sifat – sifat Belah Ketupat
a. Setiap sudut dibagi dua sama besar oleh
diagonal-diagonalnya.
b. Diagonal-diagonalnya berpotongan
saling tegak lurus.
3. Keliling dan Luas Belah Ketupat
a. Keliling Belah Ketupat

51 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
Keliling belah ketupat adalah
jumlah keempat sisinya. Keliling belah
ketupat ABCD adalah PQ + QR = RS +
SP karena PQ = QR = RS = SP, maka
keliling belah ketupat PQRS adalah K=
AB+BC+CD+DA.
b. Luas Belah Ketupat

Belah ketupat
ABCD dengan
AC dan BD
diagonal yang
berpotongan saling tegak lurus di titik O.
Untuk menghitung luas belah ketupat

masingmasing tingginya AC dan CO


sedangkan alas kedua segitiga itu adalah
BD.

Luas daerah ABCD =

52 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
L= ½ x BD x OA + ½ x BD x OC

L= ½ x BD(OA+OC)

L= ½ x BD x AC

dengan BD dan AC adalah diagonal


belah ketupat atau luas belah ketupat
adalah hasil kali diagonal dibagi dua.

B. LAYANG-LAYANG
1. Definisi Layang-layang

Layang-layang adalah
segiempat yang dibentuk dari
2 segitiga sama kaki yang
memiliki panjang sisi yang
berbeda.

2. Sifat – Sifat Layang – Layang


a. Sisinya sepasang-sepasang sama
panjang.
b. Sepasang sudut yang berhadapan sama
panjang.

53 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
c. Salah satu diagona membagi dua sama
panjang diagonal lainnya, maka kedua
diagonal tersebut saling tegak lurus.
3. Keliling dan Luas Layang-layang
a. Keliling Layangk-layang
Keliling layang-
layang sama halnya
dengan keliling segi
empat lainnya, yaitu
jumlah keempat sisinya.
Keliling layang-layang ABCD adalah
K=AB+BC+CD+DA.
Karena AB=BC dan DA=CD , maka
keliling layang-layang K= 2(AB+CD).
b. Luas Layang-layang
Gambar
menunjukkan layang-
layang PQRS dengan
diagonal AC dan BD
saling berpotongan
tegak lurus di titik O.

54 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
L= ½ x AC x OB + ½ x AC x OD

L= ½ x AC(OB+OD)

L= ½ x AC x BD]

C. TRAPESIUM
1. Definisi Trapesium

Perhatikan gambar di samping. Gambar


ini menunjukkan suatu segi empat yang
memiliki sepasang sisi yang sejajar, yaitu
AB // CD. Segi empat seperti ini disebut
trapesium.
Pada trapesium ABCD, AB dan CD
disebut sisi sejajar sedangkan AD dan BC
disebut kaki trapesium. Sisi sejajar yang
terpanjang, yaitu AB disebut alas trapesium.

55 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
2. Jenis-jenis Trapesium
a. Trapesium Sebarang
Pada trapesium
ABCD di samping,
AB // DC, panjang
kakinya tidak sama
( AD ≠ BC) dan
kakikakinya juga tidak ada yang tegak
lurus ke sisi sejajarnya. Trapesium
seperti ini disebut trapesium sebarang.
b. Trapesium Sama Kaki

TrapesiumABCD (Gambar 8.41)


memiliki kaki yang sama panjang, yaitu
AD = BC . Trapesium seperti ini disebut
trapesium sama kaki.
c. Trapesium Siku – Siku

Trapesium
ABCD terlihat

56 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
salah satu kakinya tegak lurus pada sisi
sejajarnya, yaitu AD ⊥ AB dan AD ⊥ DC.
Trapesium seperti ini disebut trapesium
siku-siku.
3. Sifat-sifat Trapesium

a. Memiliki sepasang sisi sejajar.


b. Jumlah dua sudut berdekatan (sudut
dalam sepihak) adalah 180°.
c. Trapesium siku-siku, salah satu kakinya
tegak lurus terhadap sisi sejajarnya.
4. Keliling dan Luas Trapesium
a. Keliling Trapesium

Misalkan trapesium ABCD. Sama


halnya segi empat lainnya, untuk
menghitung keliling adalah jumlah

57 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
keempat sisinya. Pada trapesium ABCD,
maka K=AB+BC+CD+DA.

b. Luas Trapesium

Untuk mengetahui Luas Trapesium dapat


membagi trapesium menjadi tiga bagian
yaitu bagian I yang berbentuk segitiga
PQU dan bagian II berbentuk persegi
panjang QRTU, dan bagian III berbentuk
segitiga RST.

58 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
Misal QUadalah tinggi trapesium yang
disimbolkan t, PS sisi bawah trapesium
yang disimbolkan b, dan UT adalah sisi
atas trapesium yang disimbolkan dengan
a, maka Luas trapesium adalah L= ½ x t
(a+b).

D. Penerapan belah ketupat, trapesium, dan


layang-layang dalam kehidupan sehari-hari

1. Belah Ketupat

Seperti gambar disamping yaitu contoh


penerapan belah ketupat, bentuk dari plang
rambu-rambu lalu lintas merupakan belah
ketupat. Seperti namanya juga, makan
ketupat yang biasanya di buat setelah hari
raya idul fitri juga merupakan penerapan
dari bangun datar belah ketupat.

59 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
2. Trapesium

Gambar di samping menunjukkan


banyaknya bentuk trapesium dalam rumah
kita, seperti meja, tas, dan bahkan keranjang
yang tak lain adalah berbentuk trapesium.

3. Layang-layang
layang-layang sering kali digunakan untuk
bermain anak-anak, seperti gambar
disamping.

60 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
Latihan Soal
1. Perhatikan gambar
trapesium di samping.
a. Tentukan besar sudut
P.
b. Tentukan jumlah besar sudut P, Q, R,
dan S.
c. Berapakah jumlah ukuran dua sisi yang
sejajar?
2. Perhatikan gambar belah ketupat berikut.
Jika AD = (2x + 5), BC = (x + 7), ∠BCD =
600, maka tentukan.
a. Nilai x
b. Panjang sisi AD
c. Besar ∠BAD dan ∠ABC
3. Perhatikan gambar layang-layang KLMN di
samping ini. Jika besar
∠KLN = 450 dan ∠MNL
= 300. tentukan:
a. besar ∠MLN
b. besar ∠KNL
c. besar ∠LKM

61 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
d. besar ∠KML
e. besar ∠NKM
f. besar ∠NMK
g. jumlah ∠LKM, ∠KNM, ∠NML, dan
∠MLK
4. Suatu layang-layang, panjang diagonalnya
masing-masing 40 cm dan 18 cm. Hitunglah
luas layang-layang tersebut.
5. Sebuah trapesium, panjang sisi-sisi sejajar
adalah 12 cm dan 8 cm serta tinggi 5 cm.
Hitunglah luas trapesium tersebut.

62 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
BAB 6
KESEBANGUNAN, KEKONGRUENAN,
KESEJAJARAN DAN PERBANDINGAN
PROPORSIONAL

A. Kesebangunan
1. Pengertian Kesebangunan

Dua bangun datar yang mempunyai bentuk


yang sama disebut sebangun. Tidak perlu
ukurannya sama, tetapi sisi-sisi yang bersesuaian
sebanding (proportional) dan sudut-sudut yang
bersesuaian sama besar. Perubahan bangun satu
menjadi bangun lain yang sebangun melibatkan
perbesaran atau pengecilan.

Dua atau lebih bangun dikatakan sebangun


jika memenuhi syaratsyarat sebagai berikut.
63 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
1. Panjang sisi-sisi yang bersesuaian pada
bangun-bangun tersebut memiliki
perbandingan yang senilai.
2. Sudut- sudut yang bersesuaian pada
bangun-bangun tersebut sama besar.
2. Kesebangunan pada Segitiga

Dua segitiga dikatakan sebangun jika hanya


jika memenuhi syarat berikut ini:

1. Perbandingan sisi-sisi yang bersesuaian


senilai

= = =a

2. Besar sudut-sudut yang bersesuaian sama

m∠A =m∠A’

m∠B =m∠B’ m∠C =m∠C’

64 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
B. Kekongruenan
1. Pengertian Kekongruenan

Dua bangun yang mempunyai bentuk dan


ukuran yang sama dinamakan kongruen. Dua
bangun segi banyak (poligon) dikatakan
kongruen jika memenuhi dua syarat, yaitu:
1. Sisi-sisi yang bersesuaian sama panjang.
2. Sudut-sudut yang bersesuaian sama besar.

C. Kesejajaran

Hubungan yang mungkin antara dua garis


ada tiga kemungkinan seperti pada gambar berikut
ini.

1. Sejajar

65 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
2. Berpotongan

3. Berimpit

Kesejajaran yaitu dua buah garis atau


bidang yang terletak pada satu bidang, tidak
memiliki titik potong, jaraknya selalu tetap dan
sama. Meskipun di tarik atau dipanjangankan tidak
akan pernah bertemu.

Kesejajaran juga bisa didefinisikan sebagai


dua garis yang tegak lurus pada garis yang sama
maka dua garis tersebut adalah sejajar.
Pengertian kesejajaran dua garis dapat juga
dijelaskan dengan konsep jarak. Dua garis sejajar

66 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
akan mempertahankan jarak yang sama
disepanjang kedua garis tersebut, sehingga kedua
garis tersebut tidak akan pernah bertemu
(berpotongan).

D. Perbandingan Proporsional

Tentang
kesejajaran, selanjutnya
akan ditinjau keadaan
bila ada tiga garis sejajar
memotong dua
transversal. Perhatikan
tiga garis l, m dan n yang dipotong oleh dua
transversal s dan t berikut ini. Garis-garis sejajar
akan membagi transversal secara proposional, yaitu
akan berlaku

PQ = DE ; PQ = DE ; QR = EF

QR EF PR DF PR DF

67 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
Contoh:

Bila PS = 3 cm, SR = 5 cm dan TR = 4 cm,


tentukan QR !

Kembangkan gambar berikut, maka menjadi

Maka TR = WV dan QT = UW. Karena PR dan


UV merupakan transversal dari tiga ruas garis
sejajar RV, SW dan PU, berlaku perbandingan
proporsional

Sehingga, QT = 2,4 cm dan QR = QT + TR

= 2,4 cm + 4 cm

= 6,4 cm

Jadi, QR = 6,4 cm
68 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
E. Penerapan Kesebangunan, Kekongruenan, dan
Kesejajaran dalam Kehidupan Sehari-hari
1. Penerapan kesebangunan
dalam kehidupan sehari-hari
bisa kita lihat pada gambar
di samping. Pigora dan
gambar yang ada di
dalamnya berbentuk sama
namun beda ukuran. Nah, pigora dan gambar itu
merupakan contoh dari kesebangunan.

2. Contoh penerapan dari


kekongruenan bangun datar
bisa kita lihat pada gambar
pintu disamping. Pintu satu
dengan sebelahnya
merupakan contoh kekongruenan bangun datar,
karena memiliki bentuk dan ukuran yang sama.

3. Gambar disamping
merupakan contoh dari
kesejajaran. Tiang tersebut

69 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
tidak akan bertemu meskipun dipanjangkan
hingga beberapa meter sekaligus.

Latihan Soal
1. Buatlah tiga pasang bangun datar yang
sebangun. Kemudian, berikan alasan
jawabannya.!
2. Pada gambar berikut, tentukan panjang PQ.

3. Perhatikan gambar berikut.Tentukan nilai x, y,


dan z.!

70 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
4. Perhatikan gambar berikut.Tunjukkan bahwa
ΔABC sebangun dengan ΔCDE.

5. Dari gambar-gambar berikut, manakah yang


kongruen?

71 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
BAB 7
LINGKARAN DAN UNSURNYA

A. LINGKARAN DAN UNSURNYA

Lingkaran adalah kumpulan titik-titik pada


garis lengkung yang mempunyai jarak yang
sama terhadap pusat lingkaran. Garis lengkung
tersebut kedua ujungnya saling bertemu
membentuk daerah lingkaran (luas lingkaran).
Perhatikan gambar disamping!
1. Titik O disebut titik pusat lingkaran.
2. Garis OA, OB, OC, dan OD disebut jari-jari
lingkaran (r).
3. Garis AB dan CD disebut diameter (d) atau
garis tengah. Garis tengah, yaitu garis yang
menghubungkan dua titik yang berada tepat

72 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
pada lingkaran dan melalui titik pusat
lingkaran (titik O). Panjang diameter
lingkaran sama dengan dua kali panjang
jari-jari lingkaran (d = 2r).
4. Garis lurus AD disebut tali busur.
5. Garis lengkung AD dan CB disebut busur,
biasa ditulis AD dan CB . Busur dibagi
menjadi dua bagian, yaitu busur kecil (garis
lengkung AED) dan busur besar (garis
lengkung ACBD). (Jika disebut busur AD
dan tidak ada keterangan, maka busur yang
dimaksud adalah busur kecil/busur AED).
6. Daerah yang batasi oleh busur dan dua buah
jari-jari disebut juring, misalnya daerah
yang dibatasi oleh busur CB, OC, dan OB
membentuk juring COB.
7. Daerah yang dibatasi oleh busur dan tali
busur disebut tembereng, misalnya daerah
yang dibatasi oleh busur AD dan tali busur
AD membentuk tembereng.

73 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
8. Garis OF disebut apotema, yaitu jarak
terpendek tali busur terhadap titik pusat
lingkaran.

B. KELILING DAN LUAS LINGKARAN


1. Keliling Lingkaran
Keliling lingkaran adalah jarak dari
suatu titik pada lingkaran dalam satu putaran
hingga kembali ke titik semula.
Keliling
Dapat diketahui bahwa π =
Diamater

Maka Keliling = π × diameter = π × 2r


(Ingat, d = 2 × r, = 2πr (dimana r merupakan
jari-jari lingkaran ) Sehingga dapat disimpulkan
jika d = diameter, r = jari-jari, dan π = 22/7 atau
3,14, maka untuk setiap lingkaran berlaku
rumus: Keliling = 2πr = π × d

74 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
2. Luas Lingkaran

Luas lingkaran adalah daerah di dalam


lingkaran yang dibatasi oleh keliling
lingkaran.

Luas lingkaran = luas persegi panjang yang


tersusun

= panjang × lebar

= ½ × keliling lingkaran ×
jari-jari lingkaran

= ½ × 2πr × r = πr2

Karena r = ½ d, maka rumus di atas dapat


dinyatakan juga sebagai berikut. Luas
lingkaran = π (½ d)2 = ¼ πd2

75 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
untuk setiap lingkaran dengan jari-jari r dan π
= 22/7 atau 3,14, berlaku rumus:

C. HUBUNGAN SUDUT PUSAT DENGAN


SUDUT LINGKARAN

∠AOB = ∠AOD + ∠BOD


Misal, ∠AOD = x
∠BOD = y
∠AOB = x + y
Perhatikan ∆BCO!
∠BOC = 180 – y (berpelurus) (∠BOC
berpelurus dengan BOD)
∠BCO + ∠CBO + ∠BOC = 180
76 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
z + z + (180 – y) = 180
2z + 180 – y = 180
2a – y = 0
2a = y
a = ½ y / ½ BOD
perhatikan ∆ACO
∠COA + ∠CAO + ∠ACO = 180
(180 – x) + v + v = 180
180 – x + 2v = 180
-x + 2v = 0
2v = x
v=½x
v = ½ ∠AOD

∠ABC = ∠ACD + ∠BCD


=½x+½y
= ½ (x + y)
∠ABC = ½ (AOB)
∠AOB = 2 x ABC
Maka, dapat disimpulkan bahwa:

77 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
Jika sudut pusat dan sudut keliling suatu
lingkaran menghadap busur yang sama,
maka berlaku:
Sudut pusat = 2 × sudut keliling
Sudut keliling = 1/2 × sudut pusat

D. LINGKARAN DALAM DAN LINGKARAN


LUAR SEGITIGA

1. Lingkaran Dalam Segitiga


Langkah untuk melukis lingkaran dalam
segitiga :
a. Lukis segitiga ABC, kemudian lukis garis
bagi sudut ABC

b. Lukis pula garis bagi sudut CAB sehingga


kedua garis bgi perpotongan dititik P.

78 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
c. Lukis garis PQ panjang AB sehingga
memotong garis AB dititik Q
Lukis lingkaran berpusat di titik P dengan
jari-jari PQ Lingkaran tersebut merupakan
lingkaran dalam segitiga ABC

2. Lingkaran Luar Segitiga


Langkah untuk melukis lingkaran luar
segitiga :
a. Lukislah segitiga ABC, kemudian lukis
garis sumbu sisi AB.

b. Lukis pula garis sumbu sisi BC, sehingga


kedua garis sumbu saling berpotongan di
titik P.

79 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
c. Lukis lingkaran berpusat di P dengan jari-
jari PB. Lingkaran tersebut merupakan
lingkaran luar segitiga ABC.

3. Panjang Jari-Jari Lingkaran Dalam


Segitiga dan Lingkaran Luar Segitiga
Untuk mengetahui panjang jari-jari
lingkaran dalam dan luar segitiga, kita harus
mengetahui rumus luas segitiga sebarang.
Rumus luas segitiga sebarang adalah:
“Jika panjang sisi-sisi segitiga adalah a,
b, c, dan s = ½ keliling segitiga tersebut,
maka: Luas segitiga=
√𝑠(𝑠 𝑎)(𝑠 𝑏)(𝑠 𝑐)
80 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
a. Panjang Jari-jari Lingkaran Dalam
Segitiga

Perhatikan gambar di atas!


OP, OD, dan OE adalah jari-jari lingkaran
dalam segitiga. Jika OP = OD = OE = rd ,
BC = a, AC = b, dan AB = c, maka:
Luas ∆ABC = Luas ∆OBC + Luas ∆OAC
+ Luas ∆OAB
= ( ½ x BC x OP ) + ( ½ x
AC x OD ) + ( ½ x AB x
OE )
= ( ½ x a x rd ) + ( ½ x b x
rd) + ( ½ x c x rd )
= ½ x rd x (a + b + c)
= rd x ½ x (a + b + c)

81 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
= rd × ½ × keliling ∆ABC
Jika ½ × keliling ∆ABC = s, maka:
Luas segitiga = rd x s

rd =

Sehingga, dapat kita simpulkan


untuk sebarang segitiga dengan panjang
sisi-sisinya a, b, dan c, serta s = ½ ×
keliling segitiga, maka jari-jari lingkaran
dalam segitiga tersebut adalah:

rd =
√ ( )( )( )
rd =

b. Panjang Jari-jari Lingkaran Luar Segitiga

82 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
Perhatikan ∆AQB dan ∆ACP!
Besar ∠ABQ (sudut keliling yang
menghadap busur AQ dan menghadap
diameter lingkaran) = 90° = ∠APC
(karena AP adalah garis tinggi ∆ACP,
maka AP⊥BC). Besar ∠AQB = ∠ACP
karena sudut keliling menghadap busur
yang sama). (Materi bahasan sudut
keliling akan dibahas pada subbab
berikutnya).
Karena terdapat dua buah sudut yang
bersesuaian sama besar, maka ∆AQB dan
∆ACP sebangun (bentuknya sama, tetapi
ukurannya berbeda). Sehingga dapat
ditulis secara matematis dalam bentuk
berikut:

𝐴𝑄
(kalikan pembilang dan penyebut
dengan BC)

83 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
Sehingga, dapat kita simpulkan
untuk sebarang segitiga dengan panjang
sisi-sisinya a, b, dan c, serta s = ½ ×
keliling segitiga, maka jari-jari lingkaran
luar segitiga adalah:

√ ( )( )( )

E. PENERAPAN LINGKARAN DALAM


KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Banyak yang dapat kita temukan suatu
benda yang berbentuk lingkaran didalam
kehidupan sehari-hari. Sepetihalnya roda pada

84 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
motor, roda sepedah, jam dinding yang
bentuknya lingkaran, dan masih banyak lagi.
Untuk memudahkan kita membuat suatu
lingkaran kita harus paham dengan unsur dan
rumus dalam menentukan diameter dan keliling
sebuah lingkaran. Dalam permasalahan
dikehidupan sehari- hari berikut adalah
contohnya:
Sebuah roda motor memiliki panjang
jari-jari 30 cm. Ketika motor tersebut berjalan,
roda motor tersebut berputar sebanyak 100 kali.
Tentukan diameter roda motor, keliling roda
motor, dan jarak yang ditempuh motor!

Penyelesaian:
Diketahui:
Jari-jari (r) roda = 30 cm
Banyak roda yang berputar = 100
kali
Ditanya:
Diameter (d), Keliling (K) dan
jarak tempuh motor...?
Jawab:
85 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
Diameter (d) = 2 x jari-jari
Diameter (d) = 2 x 30
Diameter (d) = 60
Jadi, diameter roda motor adalah 60 cm
Keliling roda (K)
K = πd
K = 3,14 x 60
K = 188,4 cm
Jadi, kelilling roda adalah 188,4 cm
Jarak yang ditempuh ketikan roda motor
berputar adalah:
Jarak = keliling x banyak putaran
Jarak = 188, 4 x 100
Jarak = 18,840
Jadi, jarak yang ditempuh ketika roda
motor berputar 100 kali adalah 18.840
cm atau 188,4 m.

SOAL LATIHAN
1. Keliling sebuah lingkaran 43,96 cm. Jika π =
3,14, maka panjang jari-jarinya adalah ...

86 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
2. Sebuah taman berbentuk lingkaran dengan
diameter 35 m. Sekeliling taman itu setiap 2
m ditanami pohon. Banyaknya pohon agar
sekeliling taman ditanami pohon adalah ….
3. Pada gambar di samping,
besar ∠AOB = 30°,
∠COD = 78°, dan panjang
busur AB = 15 cm.
Panjang busur CD
adalah?
4. Panjang sisi-sisi segitiga siku-siku adalah 6
cm, 8 cm, dan 10 cm. Keliling lingkaran
dalam segitiga tersebut adalah ….
5. Diameter sebuah roda sama dengan 42 cm.
Jika roda tersebut berputar sebanyak 300 kali,
maka panjang lintasan yang sudah dilalui
roda tersebut adalah ….

87 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
BAB 8
KUBUS DAN BALOK

A. Pengertian Kubus dan Balok


1. Kubus

Kubus merupakan bentuk bangun ruang yang


paling banyak terdapat dalam kehidupan sehari-
hari. Mulai dari bentuk mainan anak, peralatan
sekolah, peralatan kerja, sampai peralatan
berteknologi tinggi. Kubus adalah bangun ruang
yang dibatasi oleh enam daerah persegi yang
kongruen.
Jadi, Kubus adalah bangun ruang tiga dimensi
yang dibatasi oleh enam bidang sisi yang kongruen
berbentuk bujur sangkar. Kubus memiliki 6 sisi, 12
rusuk dan 8 titik sudut. Kubus juga disebut bidang
enam beraturan, selain itu juga merupakan bentuk
khusus dalam prisma segiempat.

88 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
2. Balok

B. Unsur-unsur Kubus dan Balok


Bagian-bagian dari kubus dan balok adalah bidang,
rusuk, titik sudut, diagonal bidang, diagonal ruang, dan
bidang diagonal. Perhatikan contoh berikut ini.

1. Bidang
Bidang adalah daerah yang membatasi bagian
luar dengan bagian dalam dari suatu bangun ruang.
Perhatikan gambar di bawah ini!

89 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
Kubus pada gambar (a), diberi nama kubus
ABCD.EFGH. Bidang-bidang pada kubus
ABCD.EFGH adalah bidang ABCD (alas), bidang
EFGH (atas/tutup), bidang ADHE (kiri), bidang
BCGF (kanan), bidang ABFE (depan), dan bidang
DCGH (belakang).
Jika kamu perhatikan, bidang ADHE dan
bidang BCGF terlihat seperti bentuk jajargenjang.
Akan tetapi, kedua bidang ini sebenarnya
berbentuk persegi seperti bidang-bidang lainnya
pada kubus. kubus adalah bangun ruang yang sisi-
sisinya (bidangnya) beraturan dan sama. Jadi dapat
disimpulkan bahwa kubus mempunyai 6 bidang
yang semuanya berbentuk persegi.
Balok pada gambar (b), diberi nama balok
PQRS.TUVW. Berbeda dengan kubus, bidang-
bidang balok mempunyai ukuran yang berbeda,
tergantung letaknya. Misalnya, bidang PQUT
(depan) mempunyai ukuran panjang × tinggi,
sedangkan bidang QRVU (kanan) mempunyai
ukuran lebar × tinggi. Jadi dapat disimpulkan
bahwa balok mempunyai 6 bidang berbentuk
persegi panjang.

90 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
2. Rusuk dan Titik Sudut
Rusuk adalah perpotongan dua buah bidang
yang berupa garis. Rusuk pada kubus sama
panjang, sedangkan rusuk pada balok mempunyai 3
ukuran, yaitu panjang, lebar, dan tinggi. Pada
kubus maupun balok, terdapat rusuk-rusuk yang
saling berpotongan. Perhatikan gambar di bawah
ini!

Pada kubus gambar (a), AB berpotongan


dengan BC, BF, AD, dan AE. Selain terdapat rusuk
yang saling berpotongan, terdapat juga rusuk yang
sejajar. Misalnya, pada balok gambar (b), PQ
sejajar dengan SR, TU, dan WV.
Titik sudut merupakan perpotongan tiga buah
rusuk. Misalkan titik A, titik A merupakan
perpotongan dari rusuk AB, AD, dan AE pada
gambar (a).
Jika panjang rusuk sebuah kubus 4 cm, maka
untuk membuat kerangka kubus kita memerlukan
lidi dengan ukuran 4 cm sebanyak 12 buah. Maka
91 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
panjang seluruh lidi yang digunakan adalah 12 × 4
cm = 48 cm. Jadi, dapat kita simpulkan untuk
mencari jumlah panjang rusuk sebuah kubus yang
berukuran s, berlaku rumus:

Jumlah panjang rusuk kubus = 12s

Sedangkan untuk membuat kerangka balok dengan


ukuran panjang 8 cm, lebar 5 cm, dan tinggi 4 cm,
kita memerlukan lidi 8 cm sebanyak 4 buah, lidi 5
cm sebanyak 4 buah, dan lidi 4 cm sebanyak 4
buah.
Maka panjang seluruh lidi adalah
= 4 × 8 cm + 4 × 5 cm + 4 × 4 cm
= 4 (8 cm + 5 cm + 4 cm) (sifat
distributif)
= 4 (17 cm)
= 68 cm

Jadi, jumlah panjang rusuk balok yang mempunyai


ukuran panjang p, lebar l, dan tinggi t, berlaku
rumus:

Jumlah panjang rusuk balok = 4p + 4l + 4t = 4 (p


+l + t)
92 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
3. Diagonal Bidang dan Diagonal Ruang
a. Pengertian Diagonal Bidang dan Diagonal
Ruang
Perhatikan gambar di bawah ini!

Jika titik E dan titik G dihubungkan, maka


akan diperoleh garis EG. Begitupun jika titik A
dan titik H dihubungkan, maka akan
memperoleh garis AH. Garis seperti EG dan AH
inilah yang dinamakan diagonal bidang, yaitu
garis yang menghubungkan dua buah titik sudut
yang saling berhadapan dalam satu bidang.
Perhatikan kembali gambar di atas! Jika
titik E dan titik C dihubungkan kita akan
memperoleh garis EC, begitu juga jika titik H
dan titik B kita hubungkan akan diperoleh garis
HB. Garis seperti EC dan HB inilah yang
dinamakan dengan diagonal ruang. Jadi,
diagonal ruang adalah garis yang

93 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
menghubungkan dua buah titik sudut yang
saling berhadapan tak sebidang.
b. Panjang Diagonal Bidang
Perhatikan gambar berikut!

Pada gambar (a), garis EB merupakan


diagonal bidang dari kubus ABCD.EFGH. Garis
EB terletak pada bidang ABFE dan membagi
bidang tersebut menjadi dua buah segitiga siku-
siku yaitu segitiga ABE dengan siku-siku di A,
dan segitiga BFE dengan siku-siku di F.
Perhatikan segitiga ABE pada gambar (b)
dengan EB sebagai diagonal bidang.
Berdasarkan teorema Pythagoras, maka:
EB2 = AE2 + AB2
= s 2 + s2
= 2s2, sehingga didapat
EB2 = √ 𝑠 = 𝑠√
Karena semua bidang dalam kubus
berbentuk persegi, maka panjang diagonal
bidang dari setiap bidang pada kubus nilainya

94 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
sama. Sehingga dapat kita ambil kesimpulan,
jika s merupakan panjang rusuk sebuah kubus,
maka berlaku rumus:

Panjang diagonal bidang kubus = 𝑠√2

Sekarang perhatikan gambar (c). Pada


bidang PQUT, terdapat diagonal bidang TQ, dan
TQ membagi bidang PQUT menjadi dua buah
segitiga siku-siku yaitu segitiga PTQ dengan
siku-siku di P dan segitiga QUT dengan siku-
siku di U. Perhatikan segitiga pada gambar (d)
dengan TQ sebagai diagonal bidang PQUT, PQ
= p, dan TP = t. Berdasarkan teorema
Pythagoras, maka:

TQ2 = PQ2 + TP2


= p2 + t2
TQ2 =√𝑝 𝑡
c. Panjang Diagonal Ruang
Perhatikan gambar berikut!

95 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
Pada gambar di atas, PV dan SU
merupakan diagonal ruang balok PQRS.TUVW.
Karena segitiga PRV merupakan segitiga siku-
siku dengan siku-siku di R, maka berlaku
teorema Pythagoras, sehingga diperoleh PV2 =
PR2 + VR2, dimana PR sebagai diagonal bidang
PQRS. Berdasarkan uraian di atas, kita peroleh
hubungan:
PV2 = (PQ2 + QR2 + VR2)
= p2 + l2 + t2
PV = √𝑝 𝑙 𝑡 ......................(1)
Karena segitiga QSU merupakan segitiga
siku-siku dengan siku-siku di Q, maka berlaku
teorema Pythagoras, sehingga Tugas Persamaan
Garis Lurus diperoleh SU2 = QS2 + QU2,
dimana QS sebagai diagonal bidang PQRS.
Berdasarkan uraian di atas, kita peroleh
hubungan:
SU2 = (PQ2 + PS2 + QU2)

96 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
= p2 + l2 + t2
SU2
=√𝑝 𝑙 𝑡 ................................(2)
Dari persamaan (1) dan (2), diperoleh
bahwa PV = SU. Sehingga jika sebuah balok
mempunyai ukuran panjang p, lebar l, dan
tinggi t, maka berlaku rumus:

Panjang diagonal ruang balok =


√𝑝 𝑙 𝑡

4. Bidang Diagonal
Bidang diagonal adalah daerah yang dibatasi
oleh dua buah diagonal bidang dan dua buah rusuk
yang saling berhadapan, dan membagi bangun
ruang menjadi dua bagian. Perhatikan gambar
berikut ini!

Balok PQRS.TUVW terbagi menjadi dua


bagian oleh diagonal bidang WU, diagonal bidang

97 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
SQ, rusuk QU, dan rusuk SW yang membentuk satu
bidang, yaitu bidang SQUW (Gambar (a)). Begitu
juga bidang ABGH membagi kubus ABCD.EFGH
menjadi dua bagian (Gambar (b)).
Bidang diagonal pada balok sama dengan
bidang diagonal pada kubus, hanya bentuknya saja
yang berbeda. Perhatikan kembali gambar di atas.
Ternyata bidang diagonal SQUW berbentuk
persegi panjang, karena SQ//WU, QU//SW,
SQ⊥ QU, dan WU⊥ SW. Sedangkan bentuk
diagonal ABGH adalah persegi.

CONTOH SOAL:
1. Jika panjang diagonal bidang sebuah kubus
adalah √ cm. Hitunglah luas bidang diagonal
kubus tersebut!
Penyelesaian:
Panjang diagonal bidang = 𝑠√
√ = 𝑠√

s = = √2
√2

=√ = 7 cm

98 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
Luas bidang diagonal = rusuk × panjang diagonal
bidang
= s × 𝑠√
= s2√
= 72√ = 49√ cm2

2. Perhatikan balok PQRS.TUVW


W V
T U

S R
P Q

Diketahui PQ = 23 cm, QR = 13 cm, dan VR =


7 cm. Hitunglah panjang diagonal bidang
UQRV dan panjang diagonal ruang balok
tersebut!
Penyelesaian:
PQ = p = 23 cm, QR = l = 13 cm, dan VR = t
= 7 cm
Panjang diagonal bidang UQRV
= √𝑄𝑅 𝑄𝑅
= √𝑙 𝑡

=√ 2 2

99 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
=√
= √2 cm
Panjang diagonal ruang = √𝑝 𝑙 𝑡
2 2 2
= √2
=√ 2
=√ = √ cm
C. Sifat-sifat Kubus dan Balok
1. Sifat-sifat kubus
Perhatikan gambar berikut ini!

a. memiliki 6 sisi berbentuk persegi yang ukurannya


sama luas. Di gambar tersebut sisinya yaitu
ABCD, ABEF, CDHG, CBFG, ADEH, dan
EFHG
b. memiliki 12 rusuk yang ukurannya sama panjang
yaitu AB, BF, AE, BC, CG, FG, EF, GH, CD,
DH, AD, dan EH.
c. memiliki 8 titik sudut yaitu titik A, titik B, titik C,
titik D, titik E, titik F, titik G, dan titik H.

100 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
d. memiliki 4 buah diagonal ruang.
e. Memiliki 12 buah bidang diagonal.

2. Sifat-sifat Balok
Perhatikan gambar berikut ini!

a. memiliki 4 sisi berbentuk persegi panjang (2


pasang persegi panjang yang ukurannya sama).
b. memiliki 2 sisi yang bentuknya sama (1 pasang
persegi panjang dengan ukurannya sama namun
berbeda ukuran dengan 2 pasang persegi panjang
yang lain).
c. memiliki 12 rusuk yang ukurannya sama panjang.
d. memiliki 8 titik sudut.
D. Luas Permukaan
1. Luas Permukaan Balok
Perhatikan gambar berikut!

101 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
Apabila mempunyai balok seperti gambar di
atas, maka:
Luas permukaan = luas bidang SWVR + luas bidang
SRQP + luas bidang PQUT +
luas bidang TUVW + luas
bidang TPSW + luas bidang
QUVR
= (p×t) + (p×l) + (p×t) + (p×l) +
(l×t) + (l×t)
= 2 (p × l) + 2 (p × t) + 2 (l × t)
= 2 [(p × l) + (p × t) + (l × t)]
(sifat distributif)
Sehingga dapat disimpulkan bahwa jika sebuah
balok mempunyai ukuran rusuk panjang p, lebar l,
dan tinggi t, maka berlaku rumus:

Luas Permukaan = 2 [(p × l) + (p × t) + (l ×t)]

102 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
2. Luas Permukaan Kubus
Perhatikan gambar berikut ini!

Pada gambar diatas terdapat kubus


ABCD.EFGH dengan panjang rusuk “s”. Seperti
diketahui, pada kubus terdapat 6 buah sisi / bidang
yang semuanya berbentuk persegi. Bidang yang
dimaksud seperti yang ada pada gambar di atas
adalah bidang ABCD (bawah), BCGF (kanan),
ADHE (kiri), ABFE (depan), DCGH (belakang), dan
EFGH (atas). Dapat dilihat dengan jelas pada jaring-
jaring kubus berikut :

Kemudian, kita dapat mengetahui bahwa


luas permukaan kubus (L.ABCD.EFGH) adalah
jumlah luas seluruh bidang pada kubus. Dapat di
uraikan sebagai berikut :
103 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
L. ABCD.EFGH = L.ABCD + L.BCGF + L.ADHE +
L.ABFE + L.DCGH + L.EFGH
L. ABCD.EFGH = (s x s) + (s x s) + (s x s) + (s x s) + (s x
s) + (s x s)
L. ABCD.EFGH = 6 (s x s) = 6 s2
Jadi, luas permukaan kubus dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Luas permukaan kubus = 6 ( s x s ) = 6s2

E. Volume Kubus dan Balok


Volume adalah bilangan yang menyatakan
ukuran suatu bangun ruang. Untuk menghitung volume
balok, kita harus membandingkannya dengan satuan
pokok volume bangun ruang. Contohnya volume kubus
yang memiliki panjang rusuk 1 satuan, sehingga volume
kubus satuan ini adalah 1 cm3.
Perhatikan gambar berikut!

Balok pada gambar (a) merupakan balok yang


tersusun atas dua lapis dimana setiap lapis terdiri dari 10
kubus satuan. Banyak kubus satuan pada balok tersebut
adalah 5 × 2 × 2 = 20 kubus satuan. Karena satu kubus

104 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
satuan bernilai 1 cm3 , maka volume balok tersebut
adalah 20 cm3.
Berdasarkan uraian di atas, secara umum, jika
balok dengan ukuran rusuk panjang = p, lebar = l, dan
tinggi = t, seperti terlihat pada gambar (b), maka volume
balok tersebut adalah:

Volume Balok = panjang × lebar × tinggi


=p×l×t
Untuk menentukan rumus volume kubus dapat
diturunkan dari rumus volume balok. Karena kubus
merupakan balok khusus yang ukuran panjang, lebar,
dan tingginya sama, maka volume kubus yang panjang
rusuknya s adalah:
Volume kubus = p × l × t
=s×s×s
= s3

LATIHAN SOAL

1. Sebuah kubus mempunyai panjang rusuk 16 cm.


Hitunglah panjang diagonal bidang dan panjang
diagonal ruang kubus tersebut!

105 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
2. Sebuah balok berukuran panjang 23 cm, lebar 19 cm,
dan tinggi 8 cm. Hitunglah luas permukaan balok
tersebut!
3. Jika panjang rusuk sebuah kubus adalah 23 cm.
Hitunglah luas permukaan kubus tersebut!
4. Sebuah balok berukuran panjang 15 cm dan lebar 10
cm. Jika luas permukaan balok 1.100 cm2 , tentukanlah
tinggi balok tersebut!
5. Andi akan membungkus sebuah kado yang berbentuk
balok dengan ukuran 25 cm × 18 cm × 5 cm. Berapakah
luas kertas kado yang harus disediakan Andi agar kado
tersebut tepat tertutup oleh kertas kado?
6. Hitunglah volume balok yang berukuran panjang 29 cm,
lebar 12 cm, dan tinggi 8 cm!
7. Jika luas alas sebuah kubus 169 cm2 , hitunglah volume
kubus tersebut!
8. Panjang rusuk sebuah kubus adalah 6 cm. Jika panjang
rusuknya diperpanjang menjadi 9 cm, tentukan
perubahan volume kubus tersebut!
9. Hitunglah volume balok yang ukuran panjangnya 12
cm, lebar 9 cm, dan tinggi 6 cm!
10. Pada balok PQRS.TUVW, PQVW adalah bidang
diagonal balok tersebut. Jika PQ = 15 cm, QR = 9 cm,
dan RW = 7 cm, berapakah luas PQVW?

106 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
BAB 9

PRISMA DAN LIMAS

A. PRISMA
1. Prisma dan Unsurnya
prisma adalah bangun ruang yang
memiliki sepasang bidang sejajar dan
kongruen yang merupakan alas dan tutup.

Sedangkan bidang-bidang lainnya diperoleh


dengan menghubungkan titik-titik sudut dari
dua bidang yang sejajar.
Jenis prisma ada beberapa macam yang
diberi nama sesuai bentuk alas prisma.
Contoh, gambar (a) dinamakan prisma segi
empat karena dua bidang yang sejajar berupa
segi empat. Gambar (b) dinamakan prisma
segilima, sedangkan gambar (c) dinamakan
prisma segitiga.
107 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
Jika kita perhatikan semua prisma (a),
(b), dan (c) mempunyai rusuk-rusuk yang
tegak. Prisma seperti ini dinamakan prisma
tegak. Sebaliknya jika kita perhatikan gambar
prisma (d) mempunyai
rusuk-rusuk tidak tegak
lurus dengan alas dan
tutupnya. Prisma
seperti ini dinamakan
prisma miring. Pada
bab ini, kita akan
membahas prisma tegak saja.
Unsur Prisma yaitu:
a. Sisi atau Bidang
Sisi atau bidang prisma segi enam
berjumlah 8. Ke delapan sisi atau bidang
tersebut adalah :
Sisi alas = ABCDEF
Sisi atas = GHIJK
Sisi depan = BCIH
Sisi belakang = FEKL
Sisi depan kanan = ABHG

108 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
Sisi belakang kanan = AFLG
Sisi depan kiri = CDJI
Sisi belakang kiri = DEKJ
b. Rusuk
Rusuk prisma segi enam berjumlah 18
rusuk. Rusuk tersebut adalah AB, BC,
CD, DE, EF, FA, GH, HI, IJ, JK,
KL,LG, rusuk tegaknya yakni AG, BH,
CI, DJ, EK, FL.
c. Titik Sudut
Titik sudut prisma segi enam berjumlah
12 titik sudut yakni A, B, C, D, E, F, G,
H, I, J, K, dan L.
d. Diagonal Bidang
Jumlah diagonal bidang prisma segi
enam adalah 16 diagonal bidang atau
diagonal sisi. Diagonal tersebut adalah
BG, CJ, BI, AH, HC, ID, DK, JE, KF,
LE, LA, GF, HK, IL, BE, dan CF.

109 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
e. Diagonal Ruang
Prisma segi enam diatas memiliki 36
diagonal ruang, yaitu AI, AJ, AK, BJ,
BK, BL dan lain sebagainya
f. Bidang Diagonal
Bidang diagonal pada gambar rusuk
diatas diantaranya adalah BFKI, ECHL,
KLBC, HIEF dan lain sebagainya.
2. Sifat-sifat Prisma
Berikut ini merupakan beberapa sifat prisma,
yaitu :
a. Prisma mempunyai bentuk alas dan atap
yang konguen atau sama dan sebangun.
b. Setiap sisi bagian samping prisma
berbentuk persegi panjang.
c. Prisma mempunyai rusuk yang tegak dan
juga ada yang tidak tegak.
d. Setiap diagonal bidang bidang pada sisi
yang sama memiliki ukuran yang sama.

110 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
3. Luas Permukaan Prisma

Luas permukaan prisma segilima


ABCDE.FGHIJ = luas bidang EABCD + luas
bidang IHGFJ + luas bidang EDIJ + luas
bidang DCHI + luas bidang CBGH + luas
bidang BAFG + luas bidang AEJF.
Karena bidang alas dan bidang tutup
prisma kongruen, maka luas EABCD = luas
IHGFJ, sehingga dapat dinyatakan dalam
bentuk berikut.
Luas permukaan prisma

= luas bidang EABCD + luas bidang EABCD


+a×t+a×t+a×t+a×t+a×t

111 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
= 2 × luas EABCD + (a + a + a + a + a)
×t
= (2 × luas alas) + (keliling alas × tinggi
prisma)
Maka untuk setiap prisma berlaku rumus:

4. Volume Prisma

Jika balok ABCD.EFGH pada gambar


(a) dibagi dua melalui bidang diagonal
ACGE, maka akan diperoleh dua buah prisma
segitiga, yaitu prisma ACD.EGH dan prisma
ABC.EFG. Karena bidang diagonal balok
membagi balok menjadi dua bagian sama
besar, maka volume balok sama dengan dua
112 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
kali volume prisma segitiga. Maka volume
prisma segitiga dapat dirumuskan:
Volume prisma segitiga = ½ x volume balok
ABCD.EFGH
= ½ x AB × BC × CG
= ½ x luas bidang ABCD × CG
= ½ x (luas ∆ABC + luas ∆ACD) × CG
= ½ x (2 × luas ∆ABC) × CG
= luas ∆ABC × CG
= luas alas × tinggi prisma
Maka untuk setiap prisma berlaku rumus,

B. LIMAS
1. Limas dan Unsurnya
Limas adalah bangun
ruang yang mempunyai alas
berbentuk segi banyak dan
bidang tegaknya berbentuk
segitiga yang salah satu
sudutnya bertemu di satu

113 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
titik. Titik ini disebut dengan puncak limas.
Sebagai contoh disamping adalah bentuk
limas segi empat.
Berikut adalah unsur-unsur dari Limas
segi empat:
a. Bidang atau Sisi
Jumlah bidang pada Limas segi empat
diatas adalah 5, yaitu Bidang alas limas
tersebut, yaitu ABCD, berbentuk
segiempat, serta bidang-bidang tegak
lainnya, yaitu TAB, TBC, TCD, dan
TAD berbentuk segitiga.
b. Titik Sudut
Jumlah titik sudut pada limas diatas
adalah 5, yaitu A, B, C, D, T.
c. Rusuk
Jumlah rusuk limas segiempat ini
adalah 8 buah. Rusuk tegaknya adalah
TA, TB, TC, dan TD, sedangkan rusuk-
rusuk lainnya adalah AB, BC, CD, dan
DA.

114 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
d. Titik puncak
Titik puncak adalah titik yang
merupakan titik persekutuan antara
selimut-selimut limas.
e. Tinggi limas
Tinggi limas adalah jarak antara bidang
alas dan titik puncak.
f. Bidang Diagonal

Gambar di samping merupakan


gambar limas segilima beraturan
T.ABCDE. Bidang TAC pada gambar
(a) dan bidang TEC pada gambar (b)
merupakan bidang diagonal limas
T.ABCDE. Bidang diagonal limas
dibatasi oleh satu buah diagonal bidang
dan dua buah rusuk limas.

115 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
Dari gambar, terlihat bahwa
bidang diagonal limas berbentuk
segitiga dengan sisi alas merupakan
diagonal bidang alas limas tersebut.

2. Sifat-sifat Limas
Sifat-sifat bangun ruang limas yaitu:
a. Mempunyai titik puncak
b. Mempunyai sisi tegak berbentuk segitiga
c. Mempunyai bidang diagonal berbentuk
segitiga
3. Luas Permukaan Limas

Perhatikan limas segitiga T.ABC pada


gambar (a) dan jaringjaring limas pada
gambar (b). Luas permukaan limas tersebut
adalah sebagai berikut.
Luas permukaan limas T.ABC

116 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
= luas bidang ABC + luas bidang TAB +
luas bidang TBC + luas bidang TCA
= luas alas + luas ∆TAB + luas ∆TBC + luas
∆TCA
= luas alas + jumlah luas semua segitiga
tegak
Maka untuk setiap limas berlaku rumus:

4. Volume Limas
Volume Limas yaitu x alas x tinggi.

Apabila diperhatikan, rumus volume tersebut


mirip dengan rumus volume Prisma, di
Prisma tidak ada . Dari mana datangnya ?.

Pembuktian ini menggunakan pendekatan


geometri. Perhatikan kubus ABCD.EFGH
berikut ini.

117 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
Selanjutnya jika dibuat semua garis
diagonal ruang pada kubus tersebut, maka
akan terbentuk bangun ruang yang baru, yaitu
Limas (lihat gambar di bawah ini).

Dari gambar di atas, terdapat 6 bangun


Limas, yaitu Limas T.ABCD, Limas
T.BCGF, Limas T.CDHG, Limas T.ADHE,
Limas T.ABFE, dan Limas T.EFGH. Limas-
limas tersebut memiliki bentuk alas yang
sama, yaitu berbentuk persegi dengan
panjang sisinya adalah serta memiliki tinggi
yang sama pula, yaitu t = s. Oleh karena itu,

dapat disimpulkan bahwa:


6 x Volume Limas = Volume Kubus

118 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
= s3
= s2 x s
Volume Limas = x s2 x s

= x s2 x 2t

= x s2 x t

Karena alasnya berbentuk persegi dan


luas persegi = s2 ,
berakibat
= x luas alas x tinggi

Jadi, terbukti bahwa Rumus Volume


Limas adalah x luas alas x tinggi.

LATIHAN SOAL
1. Kerangka model limas dengan alas berbentuk
persegi panjang mempunyai panjang 16 cm,
lebar 12 cm, dan panjang rusuk tegaknya 24
cm. Panjang kawat yang diperlukan untuk
membuat kerangka model limas tersebut
adalah?
2. Sebuah kolam renang mempunyai panjang 40
m dan lebar 15 m. Kolam tersebut
119 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
mempunyai dua kedalaman. Kedalaman yang
paling dangkal 1 m dan yang paling dalam 3
m. Maka volume air yang dapat ditampung
oleh kolam renang tersebut adalah?
3. Alas sebuah prisma berbentuk segitiga sama
kaki dengan panjang sisi alas 10 cm dan
panjang sisi kakinya 13 cm. Maka volume
prisma tersebut jika tingginya 15 cm adalah?
4. Volume sebuah limas yang alasnya berbentuk
persegi adalah 3.456 cm3. Jika tinggi limas
32 cm, hitunglah panjang rusuk alas dan luas
permukaan limas tersebut!
5. Sebuah menara berbentuk gabungan prisma
dan limas dengan alas berbentuk persegi
panjang. Ukuran sisinya, panjang 4 m, lebar 3
m, dan tinggi prisma 5 m. tinggi keseluruhan
menara itu adalah 11 m. Sketsalah menara
tersebut dan hitunglah volume menara
tersebut!

120 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
BAB 10

BOLA

A. Pengertian Bola

Bola merupakan bangun ruang sisi


lengkung yang dibatasi oleh satu bidang
lengkung. Bola dapat dibentuk dari bangun
setengah lingkaran yang diputar sejauh 360°
pada garis tengahnya. Perhatikan Gambar (a)
merupakan gambar setengah lingkaran. Jika
bangun tersebut diputar 360° pada garis tengah
AB, diperoleh bangun seperti pada gambar (b).

B. Sifat-sifat Bola

Bola hanya memiliki 1 sisi dan tidak memiliki


rusuk dan tidak memiliki titik sudut, tetapi
memiliki titik pusat

121 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
C. Luas Permukaan Bola
Untuk menentukan luas permukaan bola dapat
dilakukan dengan melilitkan tali kor pada
permukaan setengah bola kemudian dililitkan
secara rapat pada permukaan lingkaran dengan
jari-jari yang sama dengan bola mulai dari titik
pusat lingkaran sehingga permukaan lingkaran
tertutup tali kor. Selanjutnya akan di dapat dua
lingkaran yang tertutup penuh oleh lilitan tali
kor tersebut. Seperti gambar di bawah ini

Panjang tali kor yang digunakan untuk menutup


permukaan ½ bola dapat digunakan untuk
menutup permukaan 2 buah lingkaran yang
memiliki jari−jari sama dengan lingkaran
tersebut.
Hal ini dapat diasumsikan bahwa :
Luas ½ bola = 2 × luas lingkaran

122 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
Luas bola = 2 × 2 × luas lingkaran
= 4 × luas lingkaran
= x π r2 (untuk bola berjari-jari r
satuan)
= x π r2

Dari hasil kegiatan di atas dapat dinyatakan hal


berikut:

D. Volume Bola

Perhatikan gambar (1) yang


menunjukkan setengah bola yang jari-jarinya r
dan gambar (2) yang menunjukkan sebuah
kerucut dengan panjang jarijari r dan tingginya
r. Bila kerucut ini diisi dengan air penuh,
kemudian dituangkan dalam setengah bola,
maka setengah bola dapat menampung tepat dua
kali volume kerucut.

123 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
Volume setengah bola = 2 × volume kerucut

Volume bola = 2 × volume setengah bola

= 2 × 2 × volume kerucut

= × / π r2 t

= / π r2 .r, karena t = r.

= / π r3

Latihan Soal
1. Diberikan bangun berupa setengah bola
dengan jari-jari 60 cm seperti gambar berikut.

Tentukan volumenya!
2. Diberikan sebuah bola yang memiliki jari-jari
sebesar 30 cm seperti gambar berikut.

124 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
Tentukan:
a) volume bola
b) luas permukaan bola
3. Diberikan dua buah bola dengan jari-jari
masing-masing 10 cm dan 20 cm!
a) Tentukan perbandingan volume kedua
bola.
b) Tentukan perbandingan luias permukaan
kedua bola.

4. Hitunglah volume bangun di bawah ini!

5. Sebuah bola besi berada


didalam tabung plastik
terbuka bagian atasnya
seperti terlihat pada gambar berikut. Tabung
125 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
kemudian diisi dengan air hingga penuh. Jika
diameter dan tinggi tabung sama dengan
diameter bola yaitu 60 cm, tentukan volume
air yang tertampung oleh tabung!

126 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
BAB 11

TABUNG DAN KERUCUT

A. Pengertian Tabung dan Kerucut


1. Tabung
Tabung adalah bangun ruang yang dibatasi
oleh dua sisi yang kongruen dan sejajar yang
berbentuk lingkaran serta sebuah sisi lengkung.
Perhatikan gambar berikut!

Tabung merupakan bangun ruang yang


banyak kita temukan dalam kehidupan sehari-hari
seperti gelas, drum, kaleng dan sebagainya. Ciri
utama dari bangun ini adalah sisi atap dan sisi
alasnya berupa lingkaran yang sama besar dan
sejajar serta sisi lengkung berbentuk persegi
panjang yang mengelilingi lingkaran atap dan alas.
Bila dibongkar bangun ini akan terbagi menjadi

127 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
tiga yaitu dua lingkaran dan satu persegi panjang.
seperti gambar di bawah ini

Jadi, tabung atau silinder adalah bangun


ruang tiga dimensi yang dibentuk oleh dua buah
lingkaran identik yang sejajar dan sebuah persegi
panjang yang mengelilingi kedua lingkaran
tersebut. Tabung memiliki 3 sisi dan 2 rusuk.
2. Kerucut
Kerucut adalah bangun ruang sisi lengkung
yang menyerupai limas segi-n beraturan yang
bidang alasnya berbentuk lingkaran. Menurut
kamus besar bahasa Indonesia, kerucut berarti
gulungan meruncing dari kertas atau daun atau
kelopak bamu untuk tempat kacang dan
sebagainya. Atau pengertian lain menurut sumber
yang sama, bahwa kerucut adalah benda atau ruang
yang beralas bundar dan merunjung sampai ke satu
titik.
128 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
Jadi, kerucut merupakan bangun ruang sisi
lengkung yang menyerupai limas segi-n beraturan
yang bidang alasnya berbentuk lingkaran. Kerucut
dapat dibentuk dari sebuah segitiga siku-siku yang
diputar sejauh 360°, di mana sisi siku-sikunya
sebagai pusat putaran. Perhatikan gambar di bawah
ini!

Perhatikan Gambar di atas. Kerucut pada


Gambar di atas dapat dibentuk dari segitiga siku-
siku TOA yang diputar, di mana sisi TO sebagai
pusat putaran.

129 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
B. Unsur-unsur Tabung dan Kerucut
1. Unsur-unsur Tabung
perhatikan gambar di samping!
Tabung memiliki unsur-unsur
sebagai berikut:
a. Sisi alas, yaitu sisi yang
berbentuk lingkaran
dengan pusat P1, dan sisi
atas, yaitu sisi yang berbentuk lingkaran
dengan pusat P2.
b. Selimut tabung, yaitu sisi lengkung tabung
(sisi yang tidak diraster).
c. Diameter lingkaran alas, yaitu ruas garis AB,
dan diameter lingkaran atas, yaitu ruas garis
CD.
d. Jari-jari lingkaran alas (r), yaitu garis P1 A dan
P1 B, serta jari-jari lingkaran atas (r), yaitu
ruas garis P2 C dan P2 D.
e. Tinggi tabung, yaitu panjang ruas garis P2 P1 ,
DA, dan CB.

Adapun sifat-sifat tabung, diantaranya:


a. Tabung memiliki 3 bidang sisi yaitu alas,
tutup dan selimut ( sisi tegak ).

130 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
b. Tabung memiliki bidang alas dan tutup berupa
lingkaran.
c. Tabung memiliki sisi tegak berupa bidang
lengkung yang dinamakan selimut tabung.
d. Tabung memiliki memiliki 2 rusuk : rusuk alas
dan tutup.
e. Tabung memiliki tinggi tabung : jarak titik
pusat alas dan titik pusat tutup.
f. Tabung memiliki jari-jari lingkaran alas dan
tutup besarnya sama.

2. Unsur-unsur Kerucut
Perhatikan gambar dibawah ini!

Berdasarkan gambar kerucut tersebut di


atas, dapat disimpulkan bahwa kerucut tersebut
memiliki unsur-unsur sebagai berikut;
a. Bidang alas, yaitu sisi yang berbentuk
lingkaran (daerah yang diarsir).
131 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
b. Diameter bidang alas (d), yaitu ruas garis AB.
c. Jari-jari bidang alas (r), yaitu garis OA dan
ruas garis OB.
d. tinggi kerucut (t), yaitu jarak dari titik puncak
kerucut ke pusat bidang alas (ruas garis CO).
e. Selimut kerucut, yaitu sisi kerucut yang tidak
diarsir.
f. Garis pelukis (s), yaitu garis-garis pada
selimut kerucut yang ditarik dari titik puncak
C ke titik pada lingkaran.

Adapun sifat-sifat kerucut, diantaranya:


a. Kerucut adalah bangun ruang
berbentuk limas yang alasnya
berbentuk lingkaran
b. Kerucut memiliki 2 sisi,
c. Kerucut memiliki 1 rusuk,
d. Kerucut memiliki 1 titik puncak,
e. Kerucut memiliki Jaring-jaring kerucut yaitu
lingkaran dan segi tiga.
C. Luas Permukaan dan VolumeTabung dan Kerucut
1. Luas Permukaan dan Volume Tabung
1.1 Luas Permukaan Tabung
Perhatikan kembali Gambar tabung berikut ini!

132 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
Jika tabung pada gambar tersebut dipotong
sepanjang garis AD, keliling sisi alas, dan keliling
sisi atasnya, akan diperoleh jaring-jaring tabung
seperti pada gambar di bawah ini.

Selimut tabung pada Gambar tersebut di atas


berbentuk persegipanjang dengan panjang AA’
=DD’ = keliling alas tabung = 2πr dan lebar AD
=A’ D’ = tinggi tabung = t.

Jadi, luas selimut tabung = luas persegipanjang


=p×l
= 2πrt.
133 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
Luas permukaan tabung merupakan gabungan luas
selimut tabung, luas sisi alas, dan luas sisi atas
tabung.

Luas permukaan tabung = luas selimut + luas sisi


alas + luas sisi atas
= 2πrt + πr2 +πr2
= 2πrt + 2πr2
= 2πr (r + t)

Dengan demikian, untuk tabung yang tertutup,


berlaku rumus sebagai berikut.

Luas permukaan tabung = 2πr (r + t)

1.2 Volume Tabung


Pada dasarnya, tabung juga merupakan prisma
karena bidang alas dan bidang atas tabung sejajar

134 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
dan kongruen. Untuk lebih jelasnya, perhatikan
Gambar berikut ini.

Dengan demikian, volume tabung sama dengan


volume prisma, yaitu luas alas dikali tinggi.
Oleh karena alas tabung berbentuk lingkaran,
volume tabung dinyatakan sebagai berikut.

Volume tabung = luas alas × tinggi


= πr2t

2. Luas Permukaan dan Volume Kerucut


1.1 Luas Permukaan Kerucut
Perhatikan jaring-jaring kerucut berikut ini,
yang merupakan hasil dari bangun kerucut yang
dibelah!

135 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
Berdasarkan gambar jaring-jaring kerucut di atas,
maka gambar tersebut terdiri atas:

 juring lingkaran CDD’ yang merupakan selimut


kerucut.
 lingkaran dengan jari-jari r yang merupakan sisi
alas kerucut.

Pada Gambar tersebut di atas, terlihat bahwa


panjang jari-jari juring lingkaran sama dengan s
(garis pelukis kerucut). Adapun panjang busur DD’
sama dengan keliling alas kerucut, yaitu 2πr.
Jadi, luas selimut kerucut sama dengan luas
juring CDD’.

136 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
jadi, luas selimut kerucut = πrs.
Luas permukaan kerucut = luas selimut + luas
alas
= πrs + πr2
= πr (s + r)
Dengan demikian, pada kerucut berlaku rumus
sebagai berikut.
Luas selimut kerucut = πrs
Luas permukaan kerucut = πr (s + r)

1.2 Volume Kerucut

Perhatikan dan bandingkan gambar di bawah ini


dengan cermat!

137 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
Pada dasarnya, kerucut merupakan limas karena
memiliki titik puncak sehingga volume kerucut sama
dengan volume limas, yaitu 1/3 kali luas alas kali
tinggi.
Oleh karena alas kerucut berbentuk lingkaran,
volume kerucut dinyatakan oleh rumus sebagai
berikut.
Volume kerucut = 1/3 x luas alas x tinggi
= 1/3 x πr2t

LATIHAN SOAL

1. Sebuah drum plastik berbentuk tabung dengan ukuran


bagian dalamnya memiliki diameter 60 cm dan tinggi
120 cm. Jika drum diisi minyak hingga penuh tentukan
berapa liter volume air yang ada di dalam drum
tersebut!
2. Sebuah tabung dengan jari-jari 21 cm dan tinggi 50
cm. Tentukan:
a. Luas selimut tabung
b. Luas tabung tanpa tutup
c. Luas tabung seluruhnya
3. Sebuah kerucut memiliki jari-jari 10 cm dan tinggi 24
cm. Tentukan:

138 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
a. panjang garis pelukis kerucut
b. Volume kerucut
c. Luas selimut kerucut
d. Luas seluruh kerucut
4. Sebuah tandon air berbentuk tabung dalam keadaan
kosong. Jari-jari tandon air adalah 1 m dan tingginya
1,2 m. Jika tandon diisi air dari kran yang memiliki
debit 628 liter/menit, maka waktu yang diperlukan
tandon hingga terisi penuh adalah….
5. Perhatikan gambar berikut!

Sebuah tandon air berbentuk tabung dalam keadaan


kosong. Jari-jari tandon air adalah 1 m dan tingginya
1,2 m. Jika tandon diisi air dari kran yang memiliki
debit 628 liter/menit, maka waktu yang diperlukan
tandon hingga terisi penuh adalah….
6. Sebuah kerucut dengan tinggi 30 cm memiliki alas
dengan keliling 88 cm. Tentukan volume dari kerucut
tersebut!
7. Luas permukaan sebuah tabung adalah 2 992 cm2. Jika
diameter alas tabung adalah 28 cm, tentukan tinggi
tabung tersebut.

139 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
DAFTAR PUSTAKA

Avianti Agus, Nuniek. MUDAH BELAJAR


MATEMATIKA 3 Untuk Kelas IX Sekolah
Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah.
Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional, 2008.

Djadir, and Minggi Ilham dkk. Sumber Belajar


Penunjang PLPG 2017 Mata Pelajaran
Keahlian Matematika Bab X Bangun Datar.
Jakarta: KEMENTERIAN PENDIDIKAN
DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT
JENDERAL GURU DAN TENAGA
KEPENDIDIKAN, 2017.

Husen, Windayana, and Haki Oyon. GEOMETRI


DAN PENGUKURAN. Bandung: UPI
PRESS, 2007.

Iswadi, Djoko, dkk, 1993. Geometri Ruang.


Jakarta: Universitas Terbuka

J. Dris. Matematika SMP/MTS. Jakarta: Piranti,


2006.

Karso dkk. Materi Kurikuler Matematika SMA.


Jakarta: Universitas Terbuka, 2010.

Kebudayaan, K. P. Matematika Buku Guru.


Jakarta: Kemendikbud, 2014.

140 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Matematika SMP/MTS kelas VIII. Jakarta:
Kemendikbud, 2014.

Lestari, Siti. Matematika (Program IPA).


Surakarta: CV Willian, 2011.

Manik. Penunjang Belajar Matematika Untuk


SMP/MTS. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Nugroho, Heru, dan Lisda Meisaroh.


MATEMATIKA SMP DAN MTS KELAS
VIII. Jakarta: PT Pelita Ilmu, 2009.

Rahman A., Abdur, dan dkk. Matematika. Jakarta:


KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN, 2014.

Sabekti, Wahyu. Rangkuman Materi Matematika


Kelas IX. Bekasi: Ildisegno, 2015.

Tohir, Muhammad. Penguatan Konsep Garis Dan


Sudut. Jember: Matematika Nusantara,
2017.

Zulkana, Eka. Teorema Phytagoras. PT Balai


Pustaka, 2014.

141 | M o d u l M a t e m a t i k a 3
142 | M o d u l M a t e m a t i k a 3

Anda mungkin juga menyukai