Anda di halaman 1dari 14

TUGAS EKONOMI MANAJERIAL

“ANALISIS RANTAI NILAI”

DISUSUN OLEH :
Riska Suranti (7311417008)
Melly Rofa’atun (7311417010)
Nur Habibah (7311417012)
Rizqy Khoiriani (7311417049)
Rastya Sekar Fadiyah (7311417140)

Rombel : Manajemen Sumber Daya Manusia B 2017


Mata Kuliah : Ekonomi Manajerial
Dosen Pengampu : Vitradesie Noekent, S.E., M,M.

MANAJEMEN S1
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor peternakan menjadi salah satu agribisnis yang cukup menguntungkan karena hasil

produksinya berkaitan dengan konsumsi masyarakat terhadap pangan hewani. Sapi merupakan

salah satu subsektor peternakan. Jenis sapi dibedakan menjadi dua, yaitu sapi perah dan sapi

potong. Sapi perah merupakan penghasil susu yang sangat dominan dibanding ternak perah

lainnya dan sangat besar kontribusinya dalam memenuhi kebutuhan konsumsi bagi manusia,

selama ini yang kita kenal di Indonesia ternak penghasil susu adalah sapi perah (Nurdin, Amelia,

& Makin, 2011). Tingkat produktivitas susu sapi di negara berkembang menjadi prioritas karena

permintaan konsumen akan susu sapi yang tinggi. Kebutuhan susu sapi dirasa wajib bagi

sebagian besar penduduk negara berkembang terutama penduduk Indonesia karena susu sapi

memiliki tingkat gizi yang cukup tinggi. Gizi pada susu sapi bermanfaat untuk menjaga

kesehatan, meningkatkan pertumbuhan, dan menambah kecerdasan pada otak. Begitu pentingnya

susu sapi, sehingga kebutuhan akan susu sapi di masyarakat dirasa mutlak untuk membangun

negara dengan sumber daya manusia yang sehat dan cerdas.

Melihat keunggulan dari sektor peternakan tersebut, menjadikan susu sebagai salah satu

sektor yang menjanjikan untuk dijadikan sebuah usaha bisnis yang memiliki profit tinggi.

Mengingat sebagian pertumbuhan perekonomian Indonesia didukung oleh sektor industri kreatif.

Disadur dari kompas.com, Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Triawan Munaf

menuturkan, potensi ekonomi kreatif untuk berkembang di Indonesia besar. Dia


mengungkapkan, selama ini ada tiga subsektor utama pertumbuhan ekonomi kreatif di Indoensia.

Tiga subsektor utama yang menopang ekonomi kreatif di Indonesia yakni kuliner, fesyen, dan

kriya. Di Indonesia, sektor ekonomi kreatif telah berkembang pesat. Pada 2017 misalnya, sektor

ini menyumbang Rp 990 triliun dan menyerap tenaga kerja sebanyak 17,4 persen dan tahun ini

diproyeksikan menyumbang PDB sebesar Rp 1.041 triliun dan menyerap tenaga kerja sebanyak

18,2 persen. (Kompas.com, n.d.)

Dalam mengembangkan diri agar lebih berkualitas, sebuah perusahaan harus memiliki

rangkaian nilai terkait dengan aktivitas usahanya. Rangkaian nilai tersebut biasa disebut dengan

value chain. Analisis value chain merupakan alat analisis yang berguna untuk memahami

aktivitas-aktivitas yang membentuk nilai suatu produk atau jasa. Analisis ini digunakan untuk

menciptakan nilai bagi pelanggannya dalam mencapai suatu keunggulan yang kompetitif. Tujuan

analisis value chain adalah untuk mengidentifikasi tahap-tahap value chain di mana perusahaan

dapat meningkatkan value untuk pelanggan atau untuk menurunkan biaya. Rantai pasok atau

supply chain merupakan suatu konsep dimana terdapat sistem pengaturan yang berkaitan dengan

aliran produk, aliran informasi, maupun informasi keuangan (Emhar, Murti, Aji, & Agustina,

2014).

Aliran ini sangat penting diidentifikasi terkait banyaknya aspek atau elemen-elemen yang

ada dalam rantai pasok guna untuk menjaga kualitas dan ketersediaan produk. Aliran yang

terdapat pada rantai pasok meliputi aliran produk, aliran informasi, dan aliran keuangan. Rantai

nilai yang efektif akan memicu keunggulan nilai (value advantage) dan keunggulan produksi

(productivity advantage) yang pada akhirnya meningkatkan keunggulan kompetitif (Stauffer,

2006). Salah satu aspek dalam manajemen rantai pasok adalah nilai tambah. Perbaikan kinerja

manajemen rantai pasok akan berdampak positif terhadap nilai tambah pada setiap elemen-
elemen rantai pasok. Identifikasi nilai tambah dalam manajemen rantai pasok dapat

diimplementasi dalam produksi susu untuk mengetahui nilai tambah yang didapatkan setiap

anggota pada rantai pasok di peternakan sapi perah. Penurunan biaya atau peningkatan nilai

tambah dapat membuat perusahaan lebih kompetitif. Analisis value chain membantu perusahaan

dalam mengidentifikasi posisi perusahaan dan menganalisis aktivitas-aktivitas yang ada dalam

rantai nilai serta mengurangkan atau mengeliminasi aktivitas yang tidak menciptakan nilai

tambah pada produk atau jasa.

Dalam hal ini, perusahaan harus bisa membuat pilihan yang terbaik tentang apa yang

menjadi kebutuhan konsumen dan bagaimana memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen

dengan harga yang serendah mungkin. Sehingga dalam hal ini, perusahaan memerlukan suatu

strategi dalam menentukan keunggulan kompetitif dan menemukan cara untuk mencapai

keunggulan tersebut (Ellitan, 2017).

B. Profil Perusahaan

1. Nama Perusahaan : Its Milk

2. Tanggal Berdiri : 2 September 2013

3. Alamat : Sekaran, Kec. Gunungpati, Kota Semarang, Jawa

Tengah, 50229

4. Pendiri Perusahaan : Faisal Hidayat

5. Sektor : Perdagangan dan Restoran

6. Media Sosial :

a. Instagram : itsmilkbar_unnes
b. Facebook : ITS MILK UNNES

7. Modal Awal : Rp 1.300.000,00

8. Omzet : Rp 1.000.000.000,00

9. Cabang : 20 Outlet

10. Produk :

a. Minuman Susu : 23 varian rasa

b. Minuman Nonsusu: 10 varian rasa

c. Makanan : 41 jenis

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana rantai nilai (value chain) pada produk Its Milk di Gedung KWU UNNES

Sekaran, Gunungpati, Kota Semarang?

2. Aktivitas apa yang memiliki nilai tambah ekonomi tertinggi (value added) pada

produk Its Milk di Gedung KWU UNNES Sekaran, Gunungpati Kota Semarang?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Menganalisa kegiatan rantai nilai (value chain) pada produk Its Milk di Gedung

KWU UNNES Sekaran, Gunungpati, Kota Semarang.

2. Mengetahui dan mengidentifikasi aktivitas yang memiliki nilai tambah ekonomi

tertinggi (value added) pada produk Its Milk di Gedung KWU UNNES Sekaran,

Gunungpati, Kota Semarang.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

Konsep value chain merupakan konsep yang dikembangkan oleh Porter pada tahun 1985

yang memandang perusahaan sebagai suatu rangkaian atau jaringan aktivitas dasar yang

menambah nilai bagi produk atau jasanya dan menambah margin nilai baik bagi perusahaan

maupun bagi pelanggannya. Analisis value chain menggambarkan aktivitas di dalam dan di

sekitar organisasi dan menghubungkannya pada kekuatan persaingan perusahaan. Porter

mengelompokkan aktivitas perusahaan menjadi dua kelompok, yaitu primary activities dan

supporting activities. Primary activities terdiri dari inbound logistics, operations, outbound

logistics, marketing and sales, dan service. Setiap aktivitas ini saling terhubung dengan

supporting activities agar dapat meningkatkan efektivitas atau efisiensinya. Terdapat empat area

utama dalam supporting activities, yaitu procurement, technology development, human resource

management, dan infrastructure.

Untuk mengetahui dengan jelas definisi value chain, maka berikut ini akan dikemukakan

definisi value chain yang diambil dari beberapa ahli. Pertama menurut Blocher, Chen, dan Lin

(2007), analisis value chain merupakan analisis strategi yang digunakan untuk memahami secara

lebih baik keunggulan kompetitif untuk mengidentifikasi di mana value chain pelanggan dapat

ditingkatkan atau penurunan biaya, dan untuk memahami secara lebih baik hubungan perusahaan

dengan pemasok atau supplier, pelanggan, dan perusahaan lain dalam industri.
Aktivitas-aktivitasnya mencakup seluruh langkah yang dibutuhkan untuk menyediakan

produk atau jasa yang kompetitif bagi pelanggan. Untuk perusahaan manufaktur, hal ini dimulai

dari pengembangan produk dan pengujian produk baru, kemudian pada pembelian bahan baku,

proses produksi, dan akhirnya penjualan dan pelayanan. Untuk perusahaan jasa, aktivitas-

aktivitasnya dimulai dari konsep jasa dan desain, tujuan, permintaan, kemudian pada serangkaian

aktivitas yang menyediakan jasa untuk menciptakan pelanggan yang puas. Meski rantai nilai

sering kali sulit untuk digambarkan pada perusahaan jasa atau organisasi nirlaba, pendekatan ini

diaplikasikan pada seluruh jenis organisasi. Suatu organisasi dapat membagi operasinya ke

dalam berlusin-lusin atau beratus-ratus aktivitas.

Istilah rantai nilai (value chain) digunakan karena setiap aktivitas dimaksudkan untuk

menambah nilai pada produk atau jasa bagi pelanggan. Pihak manajemen dapat memahami

dengan lebih baik keunggulan kompetitif dan strategi perusahaan dengan memisahkan

operasinya berdasarkan aktivitas. Apabila perusahaan sukses dalam strategi kepemimpinan

biaya, contohnya, pihak manajemen harus menentukan apakah masing-masing aktivitas dalam

rantai nilai konsisten dengan keseluruhan strategi. Pertimbangan yang cermat pada setiap

aktivitas juga harus mengidentifikasi aktivitas-aktivitas di mana perusahaan paling kompetitif

dan paling tidak kompetif.

Rantai nilai dapat dioperasikan melalui tiga fase, secara berurutan yaitu hulu, operasi, dan

hilir. Fase hulu mencakup pengembangan produk dan hubungan perusahaan dengan pemasok.

Operasi mengacu pada operasi manufaktur atau untuk peritel perusahaan jasa, operasi terlibat

dalam penyediaan produk atau jasa. Tahap hilir mengacu pada hubungan dengan pelanggan,

pengiriman, pelayanan, dan aktivitas terkait lainnya. Beberapa istilah yang mengacu pada

analisis fase hulu disebut juga manajemen rantai pasokan dan yang mengacu pada analisis fase
hilir disebut manajemen hubungan pelanggan. Penentuan bagian atau bagian-bagian mana dari

rantai nilai untuk ditempati adalah analisis strategis berdasarkan pertimbangan keunggulan

kompetitif dari masing-masing perusahaan, yaitu di mana perusahaan dapat menyediakan nilai

terbaik pada konsumen akhir pada biaya serendah mungkin.

B. Kerangka Berpikir

Harrison, Hitt, Hoskisson, dan Ireland (2001) menjabarkan kembali potensi penciptaan

nilai dari aktivitas primer dan pendukung.

1. Aktivitas Primer

a. Inbound Logistics (logistik ke dalam), dihubungkan dengan menerima,

menyimpan, dan menyebarkan input-input ke produk. Termasuk di

dalamnya penanganan bahan baku, gudang dan kontrol persediaan.

b. Operations (operasi), segala aktivitas yang diperlukan untuk mengkonversi

input-input yang disediakan oleh logistik masuk ke bentuk produk akhir.

Termasuk di dalamnya permesinan, pengemasan, perakitan, dan

pemeliharaan peralatan.
c. Outbound Logistik (logistik ke luar), aktivitas-aktivitas yang melibatkan

pengumpulan, penyimpanan, dan pendistribusian secara fisik produk final

kepada para pelanggan. Meliputi penyimpanan barang jadi di gudang,

penanganan bahan baku, dan pemrosesan pesanan.

d. Marketing and Sales (pemasaran dan penjualan), aktivitas-aktivitas yang

diselesaikan untuk menyediakan sarana yang melaluinya para pelanggan

dapat membeli produk dan mempengaruhi mereka untuk melakukannya.

Untuk secara efektif memasarkan danmenjual produk, perusahaan

mengembangkan iklan-iklan dan kampanye professional, memilih jaringan

distribusi yang tepat, dan memilih, mengembangkan, dan mendukung

tenaga penjualan mereka.

e. Service (pelayanan), aktivitas-aktivitas yang dirancang untuk

meningkatkan atau memelihara nilai produk. Perusahaan terlibat dalam

sejumlah aktivitas yang berkaitan dengan jasa, termasuk instalasi,

perbaikan, pelatihan, dan penyesuaian.

2. Aktivitas Pendukung

a. Procurement (pembelian/pengadaan), aktivitas-aktivitas yang dilakukan

untuk membeli input-input yang diperlukan untuk memperoduksi produk

perusahaan. Input-input pembelian meliputi item-item yang semuanya

dikonsumsi selama proses manufaktur produk.

b. Technology development (pengembangan teknologi), aktivitas-aktivitas

yang dilakukan untuk memperbaiki produk dan proses yang digunakan

perusahaan untuk memproduksinya. Pengembangan teknologi dapat


dilakukan dalam bermacam-macam bentuk, misalnya peralatan proses,

desain riset, dan pengembangan dasar, dan prosedur pemberian servis.

c. Human resources management (manajemen sumber daya manusia),

aktivitas-aktivitas yang melibatkan perekrutan, pelatihan, pengembangan,

dan pemberian kompensasi kepada semua personel.

d. Firm infrastructure (infrastruktur perusahaan) atau general administration

(administrasi umum), infrastruktur perusahaan meliputi aktivitas-aktivitas

seperti general management, perencanaan, keuangan, akuntansi, hukum,

dan relasi pemerintah, yang diperlukan untuk mendukung kerja seluruh

rantai nilai melalui infrastruktur ini, perusahaan berusaha dengan efektif

dan konsisten mengidentifikasi peluang-peluang dan ancaman-ancaman,

mengidentifikasi sumber daya dan kapabilitas, dan mendukung

kompetensi inti.

Michael E. Porter (1998) menjelaskan mengenai tipe aktivitas. Dalam setiap kategori

aktivitas primer dan pendukung, terdapat tiga tipe aktivitas yang memainkan peranan yang

berbeda dalam keunggulan kompetitif:

1. Aktivitas langsung

Aktivitas yang secara langsung terlibat dalam menciptakan nilai kepada pembeli,

seperti perakitan, bagian mesin, operasi tenaga penjualan, periklanan, desain produk,

rekrutmen, dll.
2. Aktivitas tidak langsung

Aktivitas yang memungkinkan untuk melakukan aktivitas langsung secara terus

menerus, seperti pemeliharaan, penjadwalan pengoperasian fasilitas, tenaga

administrasi penjualan, administrasi penelitian, catatan vendor.

3. Aktivitas jaminan kualitas

Aktivitas yang menjamin kualitas kegiatan lain, seperti pemantauan, inspeksi,

pengujian, meninjau, memeriksa, menyesuaikan dan pengerjaan ulang. Jamina

kualitas tidak identik dengan manajemen mutu, karena banyak aktivitas nilai

memberikan kontribusi terhadap kualitas.


BAB III

METODOLOGI

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif Studi Kasus Creswell (1998)

yang menjelaskan bahwa suatu penelitian dapat disebut sebagai penelitian studi kasus

apabila proses penelitiannya dilakukan secara mendalam dan menyeluruh terhadap kasus

yang diteliti, serta mengikuti struktur studi kasus seperti yang dikemukakan oleh Lincoln

dan Guba (1985), yaitu permasalahan, konteks, isu, dan pelajaran yang dapat diambil.

Sampel dalam penelitian ini adalah pihak yang terlibat dalam rantai aktivitas primer dan

pendukung proses produksi Its Milk di Gedung KWU UNNES Sekaran, Gunungpati,

Kota Semarang yang terdiri dari pemasok bahan baku sampai konsumen akhir yang

berada di lingkungan kampus UNNES Sekaran, Gunungpati, Kota Semarang. Metode

pengambilan sampel menggunakan teknik snow ball sampling yaitu satu responden kunci

memberikan informasi tentang responden kunci lain dalam satu jalur rantai. Adapun

teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui dua cara yaitu

menggunakan teknik wawancara terstruktur dan dengan teknik observasi pada Kedai Its

Milk di Kampus UNNES Sekaran, Gunungpati, Kota Semarang.


B. Metode Analisis Data

1. Analisis konten

Metode ini membantu untuk memahami keseluruhan tema yang ada di dalam data

kualitatif. Metode ini menggunakan teknik seperti penggunaan kode warna tema dan

ide tertentu untuk membantu mengurai data tekstual yang ada agar dapat menemukan

rangkaian data yang paling umum.

2. Analisis naratif

Jenis analisis ini berfokus pada cara bagaimana sebuah cerita dan ide

dikomunikasikan ke seluruh bagian terkait. Metode ini juga membantu untuk dapat

lebih memahami kultur dari sebuah organisasi. Analisis jenis ini dapat digunakan

untuk menginterpretasi bagaimana perasaan karyawan terhadap pekerjaannya,

bagaimana pelanggan menilai perusahaan, dan bagaimana proses operasional

dikerjakan. Metode ini sangat berguna dalam mengembangkan kultur perusahaan

ataupun membantu merencanakan strategi pemasaran.


DAFTAR PUSTAKA

Blocher, E. J. (2000). Manajemen Biaya: Dengan Tekanan Stratejik Jilid 1. Jakarta:


Salemba Empat.

Ellitan, L. (2017). Multidisciplinary. 3662(Sjif).

Emhar, A., Murti, J., Aji, M., & Agustina, T. (2014). 511-980-3-Pb. 1, 53–61.

Harrison, J. S., Hitt, M. A., Hoskisson, R. E., & Ireland, R. D. (2001). Resource complementarity

in business combinations: Extending the logic to organizational alliances. Journal of

Management, 27(6), 679–690. https://doi.org/10.1016/S0149-2063(01)00118-0

Kompas.com. (n.d.). Industri Kreatif Punya Kontribusi pada Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Halaman 2 - Kompas.com. 2019. Retrieved from

https://money.kompas.com/read/2019/08/16/204100026/industri-kreatif-punya-kontribusi-

pada-pertumbuhan-ekonomi-indonesia?page=2

Nurdin, E., Amelia, T., & Makin, M. (2011). The effects of herbs on milk yield and milk quality

of mastitis dairy cow. Journal of the Indonesian Tropical Animal Agriculture, 36(2), 104–

108. https://doi.org/10.14710/jitaa.36.2.104-108

Stauffer, G. (2006). Structural properties of network revenue management models: an economic

perspective. Naval Research Logistics, 55(April 2007), 541–550.

https://doi.org/10.1002/nav

Anda mungkin juga menyukai