Anda di halaman 1dari 49

LBM 5 TUMBUH KEMBANG

SGD 09
STEP 1
 Aging process :
a process of gradually degenaration of tissues function to reapir themselves or
retaining their normal function so the tissue couldn’t survive from infection and
repair the tissue damage

STEP 2
1. What is the aging process and explain the theory of aging !
2. What are the signs of aging process? (perubahan fisik)
3. Jelaskan tanda aging process hubungannya dengan faktor hormonal!
4. Why her skin looks more saggy/slacker, especially around the eyes?
5. What are diseases that related to aging process?
6. Why the patient suffers from blurred vision, hearing loss, easy to fall, especially
from standing?
7. Why the patient hasn’t got her period since 5 years ago?
8. What are the factors related to aging process?
9. How is the classification of aging?
10. How to prevent aging process?
11. Bagaimana Lifestyle education pada manula? (polifarmaka)
12. Bagaimana assessment geriatri?
13. Jelaskan aspek biomolekuler aging!
14. Jelaskan perbedaan aging dan senencesce!
15. Jelaskan perbedaan normal aging dan successful aging!
16. Jelaskan apa saja yang termasuk accelarated aging!

STEP 3
1. What is the aging process and explain the theory of aging !

- Teori radikal bebas


Radikal bebas adalah senyawa kimia yang punya elektron bebas. Merupakan
hasil sampingan dari metabolisme oksidatif yang melibatkan oksigen. Karena dia
elektron bebas, semakin banyak diproduksi maka akan semakin mengikat
protein, lipid, sel dan lain lain. Punya kecenderungan mengikat yang lain juga.
Kompensasi nya adalah sel normal, protein normal akan terganggu
- Teori glikosilasi
Proses glikosilasi yang non enzimatik. Merupakan pertautan antara glukosa dan
protein yang disebut dengan advance glycation end products. AGEs bisa
terakumulasi di jaringan dan kolagen dan menyebabkan kolagen yang awalnya
elastis menjadi kaku. Selain di kolagen juga bisa terakumulasi di pembuluh darah
dan menyebabkan pembuluh darah kaku

- Teori DNA repair


Ditemukan oleh Hard and set low. Menunjukkan bahwa adanya DNA repair lebih
lambat daripada proses kerusakan DNA itu sendiri

- Teori Genetic Clock


Kematian sel yang terprogram.

- Teori mutasi somatik


Radiasi sinar uv dapat membuat mutasi somatik DNA sehingga bisa
memperpendek umur, menyebabkan cepat tua

- Teori rusaknya sistem imun tubuh


Karena ada mutasi berulang maka kemampuan sistem imun tumbuh akan
menyerang diri sendiri karena dianggap asing.

- Teori menua akibat metabolisme


Karena kurangnya asupan kalori yang dikonsumsi maka akan menghambat
pertumbuhan dan memperpendek umur

Ada 3 fase aging

- Fase subklinik (terjadi pada umur 25-35 tahun)


Ada perubahan pada homron seperti testoteron, growth hormone, estrogen.
Terjadi pembentukan radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA. Mulai
mempengaruhi tubuh seperti diet yang buruk, polusi, paparan yang berlebih.

- Fase transisi (35 – 45 tahun)


Kadar hormon menurun sampai 25%, kehilangan massa otot yang
mengakibatkan kehilangan energi dan komposisi lemak tubuh meninggi. Keadaan
ini menyebabkan resistensi insulin, meningkatkan resiko penyakit jantung,
pembuluh darah dan obes. Pada tahap ini terjadi penurunan penglihatan,
pendengaran, rambut putih

- Fase klinik (45 tahun)


Terjadi penurunan hormon yang berlanjut termasuk
DHEA(dehidroepiandosteron), melatonin, growth hormone, testosteron,
estrogen, dan hormon tiroid. Kehilangan kemampuan penyerapan nutrisi,
vitamin, dan mineral sehingga terjadi penurunan densitas tulang, kehilangan
massa otot, peningkatan lemak.

2. What are the signs of aging process?


Tanda fisik :
- Sel : lebih sedikit jumlahnya, lebih besar ukurannya, berkurangnya cairan didalam
tubuh dan berkurangnya cairan di intraselular, menurunnya proporsi protein,
jumlah sel otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel, aktivitas otak
berkurang 5-10%
- Sistem pernapasan : semakin lambat untuk bernapas karena kemampuan otot
berkurang, silia jalan napas berkurang sehingga mengurangi efektivitas untuk
membersihkan saluran napas
- Sistem pendengaran : pendengarannya berkurang (hearing loss)
- Sistem penglihatan : rabun
- Sistem cardiovaskular : elastisitas aorta menurun sehingga menjadi kaku, katup
dan pembuluh darah yang lain juga kaku, tekanan darah akan tinggi karena
kekakuan dari pembuluh darah
- Sistem metabolisme : penghasil panas berkurang sehingga mudah mengalami
hipotermi
- Sistem GIT : gigi ompong, indera pengecap menurun, asam lambung menurun,
rasa lapar menurun
- Sistem reproduksi : hormon estrogen dan progesteron berhenti diproduksi
sekitar umur 50 tahun sehingga menopause dan tidak bergairah lagi. Kalau
cowok testosteron masih memproduksi sperma
- Sistem perkemihan : suka ngompol, saraf untuk berkemih tidak bekerja
maksimal. Saat BAB terdapat inkonentia spinchter.
- Kulit : kolagen kaku  tidak elastis lagi  keriput
- Rambut putih
- Pengeroposan tulang
- Sistem persendian : sering terkenan reumatik. Pada synovial sendi permukannya
tidak rata, terjadi fibrilasi dan terdapat celah  erosi tulang rawan hialin 
eburnasi tulang. Dapat juga terbentuk kista
- Teori glikosilasi  kapiler tidak elastis  hipertensi
Saat ada luka reseptor angiogenesis ditutupi oleh AGEs sehingga menyebabkan
sulitnya penutupan luka.

Tanda mental :
- Mudah lupa, penyimpanan memori tidak kuat
- Perubahan psikososial. Dikarenakan sistem endokrin yang sudah tidak berfungsi
dengan optimal sehingga mudah stress

tanda spiritual :

- Perkembangan spiritual lebih matang

3. Why her skin looks more saggy/slacker, especially around the eyes?
Proses degenerasi menyebabkan kelainan pada proses keratinisasi dan perubhan
ukuran dan bentuk sel sl epidermis. Stratum korneum jadi mudah lepas. Sel sel yang
lepas cenderung akan melekat satu dengan yang lain pada permukaan kulit karena
berkurangnya lemak di permukaan kulit sehingga terlihat kendor atau
menggelantung.

4. What are diseases that related to aging process?


Sistem pernapasan : penurunan elastisitas paru paru  pneumoni dan infeksi,
tuberkulosis
Sitem cardiovascular : elastisitas jantung menurun  PJK, hipertensi
GIT : gastritis dan ulkus peptikum
Uro : pria usia 50 th lebih sering terjadi BPH
Metabolik :
Tulang : osteoporosis, kifosis
Sering terkena kanker
Pikun , alzheimer, parkinson
Penyakit yang disebabkan proses keganasan, jika usia semakin tua sering dihinggapi
penyakit kanker. Pada wanita biasanya pada rahim, payudara, dan saluran
pencernaan (>50 tahun). Pada pria paru-paru, pencernaan, dan kelenjar prostat

5. Why the patient suffers from blurred vision, hearing loss, easy to fall, especially
from standing?
Hearing loss : gendang telinga menebal, suara yang masuk kurang jelas
Keseimbangan : rambut rambut sirkularis di telinga dan cairan menurun  easy to
fall
Gampang jatuh juga dikarenakan kekuatan massa otot dan strengthnya turun 
disabilitas pada manula
Serabut lensa bertambah padat dan elasitisitas berkurang serta m.siliaris untuk
akomodasi mata mengalami atrofi sehingga mengurangi amplitudo akomodasi mata
Pada manula terjadi peningkatan postural sway

6. Why the patient hasn’t got her period since 5 years ago?
Teori neuroendrokin  hormon estrogen menurun  pemecahan folikel terganggu,
tidak bisa ovulasi  tidak menstruasi

7. What are the factors related to aging process?


- Faktor genetik
 Defek pada proses perbaikan DNA  akumulasi mutasi
 Abnormalitas genetik, IGF I
 Kerusakan yang dimediasi oleh radikal bebas dan aktivitas proteasom 
kerusakan protein  berkurangnya kemampuan untuk produksi sel yang baru
- Faktor lingkungan
 Paparan sinar UV, radikal bebas, polusi
 Lifestyle

8. How is the classification of aging?


- WHO
 Usia pertengahan (middle) : 45-59 tahun
 Usia lanjut (elderly) : 60-70 tahun
 Usia lanjut tua (old) : 75-90 tahun
 Sangat tua : >90 tahun
- Depkes
 Kelompok menjelang usia lanjut : 45-54 tahun (masa fibrilitas)
 Kelompok usia lanjut : 55-64 tahun (masa presenium)
 Kelompok usia lanjut : > 65 thn(masa senium)

9. How to prevent aging process?

- Lifestyle : kurangi asupan purin, garam, lemak


- Istirahat yang cukup
- JANGAN LUPA BAHAGIA

Mencapai penuaan yang sukses :

- Upayakan fisik dan mental selalu sehat (olahraga)


- Upayakan nutrisi yang baik
- Perhatikan keinginan hati
- Tingkatkan kesejahteraan material
- Hubungan sosial yang sehat dengan sahabat dan anggota keluarga merupakan
obat yang mujarab
- Sikap yang positif (lebih mudah menerima berbagai peristiwa apapun yang
terjadi)
- Tingkatkan vitalitas spiritual
IPD

Pencegahan :
- Ada penelitian orang yang senggama 2 kali seminggu, 1 bulan sekali, dan lebih
dari 1 bulan, maka lebih awet muda yang 2 kali seminggu
- Saat klimaks disekresi lah dopamin, dopamin menyebabkan otot otot relaksasi,
pasokan darah oksigen menjadi lebih hemat dan membuat lebih awet muda

CONCEPT MAPPING

INTERNAL FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI
EXTERNAL

AGING

Penyakit yang THEORY Dna repair, glikosilasi,


berhubungan dll

pencegahan
STEP 7
1. What is the aging process and explain the theory of aging !

Kemampuan menghilangnya secara perlahan2 kemampuan jaringan untuk memperbaiki


diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diterima.

Istilah aging yang hanya menunjukkan efek waktu, dianggap tidak mewakili apa yang terjadi
pada proses menua. Sebab berbagai proses yang terjadi seiring waktu,seperti
perkembangan (development),sapat disebut sebagai aging. Aging merupakan proses yg
terus berlangsung (continuum), yang dimulai dengan perkembangan (development) yaitu
proses generatif seiring waktu yang dibutuhkan untuk kehidupan, dan dilanjutkan dengan
senescence yaitu proses degeneratif yang inkompatibel dengan kehidupan. Istilah
senescence digunakan untuk menggambarkan turunnya fungsi efisien suatu organisme
sejalan dengan penuaan dan meningkatnya kemungkinan kematian.

Teori2 yang melandasi penuaan :

 Teori radikal bebas,


yang menyebutkan bahwa produk hasil metabolisme oksidatif yang sangat reaktif(radikal
bebas) dapat bereaksi dengan berbagai komponen penting seluler, termasuk protein, DNA,
dan lipid dan menjadi molekul-molekul yang tidak berfungsi namun bertahan lama dan
mengganggu fungsi sel lainnya.

Radikal bebas adalah senyawa kimia yang berisi elektron yang tidak berpasangan. radikal
bebas terbentuk sebagai hasil sampingan berbagai proses seluler atau metabolisme normal
yang melibatkan oksigen. karena elektron tidak berpasangan, secara kimiawi radikal bebas
akan mencari pasangan elektron lain dengan bereaksi dengan substansi lain terutama
dengan protein dan lemak tidak jenuh. melalui proses oksidasi, radikal bebas yang dihasilkan
selama fosforilasi oksidatif dapat menghasilkan berbagai modifikasi makromolekul.Example:

 Membran sel mengandung sejumlah lemak ,ia dapat bereaksi dengan radikal bebas sehingga
sel mengalami perubahan (mitokondria & lisosim juga diselimuti membrane yg mengandung
lemak)
 Radikal bebas dapat bereaksi dengan DNA ,menyebabkan mutasi kromosom karenanya
merusak fungsi sel dengan membrane sel atau kromosom sel.
 Teori Glikosilasi,
yang menyatakan bahwa proses glikosilasi nonenzimatik yang menghasilkan pertautan
glukosa-protein yang disebut sebagai AGEs(advanced glycation end products).AGEs
berakumulasi diberbagai jaringan, termasuk kolagen, hemoglobin, lensa mata. karena
muatan kolagennya tinggi, jaringan ikat menjadi kurang elastis dan mengkaku. Kondisi
tersebut dapat mempengaruhi elastisitas dinding pembuluh darah. AGEs diduga juga
berinteraksi dengan DNA dan karenanya mungkin mengganggu kemampuan sel untuk
memperbaiki perubahan pada DNA.

 Teori DNA repair

dikemukakan oleh Hart dan Setlow. mereka menunjukkan bahwa adanya perbedaan pola
laju repair kerusakan DNA yang diinduksi sinar ultraviolet pada berbagai fibroblas yang
dikultur. Fibroblas pada spesies yang mempunyai umur maksimum terpanjang manunjukkan
laju DNA repair terbesar dan korelasi ini dapat ditunjukkan pada belbagai mamalia dan
primata.
Sumber:Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jilid III.Edisi IV.FKU

 Teori genetic clock


 Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu.
Tiap spesies mempunyai didalam nuclei (intisel) nya suatu jam genetik yang telah diputar
menurut suatu replikasi
tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tdk diputar,
jadi menurut konsep ini bila jam kita itu berhenti akan meninggal dunia, meskipun tanpa
disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit akhir yang katastrofal. Konsep "genetic clock"
didukung oleh kenyataan yg menerangkan mengapa pada beberapa spesies terlihat adanya
perbedaan harapan hidup yang nyata.

Sec teoritis dpt dimungkinkan memutar jam ini lagi meski hanya utk beberapa waktu dg
pengaruh2 dr luar berupa peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dg obat2 / tindakan
tertentu.

 Teori mutasi somatic (teori error catastrophe)


 radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur, sebaliknya menghindari terkenanya
radiasi atau tercemar zat kinia yang bersifat karsinogenik atau toksik, dapat memperpanjang
umur. Menurut teori ini terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel somatik, akan
menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel tersebut.
Menurut hipotesis tersebut, menua disebabkan oleh kesalahankesalahan yang beruntun
sepanjang kehidupan setelah berlangsung dalam waktu yang cukup lama, terjadi kesalahan
dalam proses transk ripsi (DNA  RNA), maupun dalam proses translasi (RNA  protein /
enzim). Kesalahan tersebut akan menyebabkan terbentuknya enzim yang salah, sebagai
reaksi dan kesalahan-kesalahan lain yang berkembang secara eksponensial dan akan
menyebabkan terjadinya reaksi metabolisme yang salah, shg akan mengurangi fungsional sel,
walaupun dalam batas2 tertentu kesalahan dalam pembentukan RNA dapat diperbaiki,
namun kemampuan memperbaiki diri sendiri itu sifatnya terbatas pada kesalahan dalam
proses transkripsi (pembentukan RNA) yg tentu akan menyebabkan kesalahan sintesis
protein atau enzim, yang dapat menimbulkan metabolit yang berbahaya. Apalagi jika terjadi
pula kesalahan dalam proses translasi (pembuatan protein), maka akan terjadilah kesalahan
yang makin banyak, sehingga terjadilah katastrop (Suhana, 1994, Constantinides, 1994).

 Rusaknya system imun tubuh


 mutasi yg berulang/ perubahan protein pascatranslasi, dpt menyebabkan berkurangnya
kemampuan sistem imum tubuh mengenali dirinya sendiri (self recognition). Jika mutasi
somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel, maka hal ini dapat
menyebabkan sistem imun tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut
sebagai sel asing dan menghancurkannya. Perubahan inilah yang menjadi dasar terjadinya
peristiwa autoimun (Goldstein, 1989).

Hasilnya dapat pula berupa reaksi antigen/antibodi yang luas mengenai jaringan-jaringan
beraneka ragam, efek menua jadi akan menyebabkan reaksi histoinkomtabilitas pada banyak
jaringan.

Salah satu bukti yg ditemukan ialah bertambahnya prevalensi auto antibodi bermacam-
macam pada orang lanjut usia (Brocklehurst, 1987).

Dipihak lain sistem imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan pada
proses menua, daya serangnya terhadap sel kanker menjadi menurun, sehingga sel kanker
leluasa membelah-belah. Inilah yang menyebabkan terjadinya kanker meningkat sesuai
dengan meningkatnya umur (Suhana, 1994).

Modulasi imunologik untuk mengantisipasi hal ini dapat dikerjakan, yaitu dengan antara lain
:

- Restorasi imunologik dengan imun-globulin-serum (ISG), serum hiper-imun,


pemberian globulin dsb.

- Stimulasi/potensiasi imunologik dengan menggunakan:


- Bahan biologic : - hormon thymus

- limfokin

- interferon dsb.

- Bahan sintetik misalnya : levamisol, isoprinosin dsb.

Semua sel somatik akan mengalami proses menua, kecuali sel seks dan sel yang mengalami
mutasi menjadi kanker. Sel-sel jaringan binatang dewasa juga dapat membagi diri dan
memperbaharui diri, kecuali sel neuron, miokardium dan sel ovarium (Constantinides, 1994).

 Teori menua akibat metabolisme


 Pada tahun 1935, McKay et al. (terdapat dalam Goldstein, et al, 1959), memperlihatkan
bahwa pengurangan "intake" kalori pada rodentia muda akan menghambat pertumbuhan
dan memperpanjang umur. Hewan yang paling terhambat pertumbuhannya dapat mencapai
umur 2 x lebih panjang umur kontrolnya. Lebih jauh ternyata bahwa perpanjangan umur
tersebut berasosiasi dengan tertundanya proses degenerasi. Perpanjangan umur karena
penurunan jumlah kalori tersebut, antara lain disebabkan karena penurunan Jumlah kalori
tersebut, antara lain disebabkan karena menurunnya salah satu atau beberapa proses
metabolisme. Terjadi penurunan pengeluaran hormon yang merangsang proliferasi sel,
misalnya insulin, dan hormon pertumbuhan.

Modifikasi cara hidup yang kurang bergerak menjadi lebih banyak bergerak mungkin juga
dapat meningkatkan umur panjang. Hal ini menyerupai hewan yang hidup dialam bebas yang
banyak bergerak dibanding dengan hewan laboratorium yang kurang bergerak dan banyak
makan. Hewan dialam bebas lebih panjang umurnya daripada hewan laboratorium (Suhana,
1994).

 Kerusakan akibat radikal bebas


Radikal bebas (RB) dapat terbentuk dialam bebas, dan didalam tubuh jika fagosit pecah, dan
sebagai produk sampingan didalam rantai pernafasan didalam mitokondria (Oen, 1993).
Untuk organisme aerobik, RB terutama terbentuk pada waktu respirasi (aerob) didalam
mitokondria, karena 90% oksigen yang diambil tubuh, masuk kedalam mitokondria. Waktu
terjadi proses respirasi tersebut oksigen dilibatkan dalam mengubah bahan bakar menjadi
ATP, melalui enzim-enzim respirasi didalam mitokondria, maka radikal bebas (RB) akan
dihasilkan sebagai zat antara. RB yang terbentuk tersebut adalah: superoksida (O2), radikal
hidroksil (OH), dan juga peroksida hidrogen (H2O2). RB bersifat merusak, karena sangat
reaktif, sehingga dapat bereaksi dg DNA, protein, asam lemak tak jenuh, seperti dalam
membrane sel, dan dengan gugus SH.

Tubuh sendiri sebenarnya mempunyai kemampuan utk menangkal RB, dalam bentuk enzim
seperti :

- superoxide dismutase (SOD), yg berunsur Zn, Cu, dan jg Mn. Enzim ini dpt merubah
superoksida mjd 2O2.
- Enzim katalase yg berunsur Fe dlm bentuk haem, dpt menguraikan hydrogen
peroksida mjd air dan oksigen.
- Enzim glutation peroksidase, berunsur selenium (Se), jg menguraikan hydrogen
peroksida mjd air.
Selain itu RB jg dpt dinetralkan menggunakan senyawa non enzimatik, seperti : vit C,
provitamin A, vit E. walaupun sdh ada system penangkal, namun sbgan RB tetap lolos,
bahkan makin lanjut usia makin banyak RB terbentuk shg proses pengrusakan terus terjd,
kerusakan organel sel makin lama makin banyak dan akhirnya sel mati (Oen, 1993).

(BUKU AJAR GERIATRI, R. BOEDHI-DARMOJO, FK UI)

2. What are the signs of aging process?


Proses penuaan : Suatu proses menghilangkan secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak
dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yg diderita.

Sumber:Buku Ajar Boedhi Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut),Edisi 4,FKUI.

 Fisiologi
Seiring bertambahnya usia jumlah cadangan fisiologis untuk menghadapi berbagai perubahan
(challenge) berkurang.Tiap challenge terhadap homeostasis merupakan pergerakan menjauhi
keadaan dasar(baseline) dan makin besar challenge yang terjadi maka semakin besar cadangan
fisiologis yang diperlukan untuk kembali ke homeostatis.Disisi lain dengan makin berkurangnya
cadangan fisiologis ,maka seorang usia lanjut lebih mudah untuk mencapai suatu ambang (yg disebut
sbg precipice) yg dapat berupa keadaan sakit atau kematian akibat challenge tersebut.
Sumber:Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jilid III.Edisi IV.FKUI

Penerapan konsep homeostenosis ini tergambar pada system scoring (acute physiology and cronic
health evaluation) APACHE, suatu skala penilaian beratnya penyakit. Penilaian perubahan fisiologis
akut yang terjadi dinyatakan dengan besarnya deviasi dari nilai homeostasis pada 12 variabe, anatara
lain tanda vital, oksigenasi, ph, elektrolit, hematokrit, hitung leukosit, dan kreatinin. Seorang normal
pada keadaan homeostasis mempunyai nilai nol. Semakin besar nilai penyimpangan dari homeostasis
skorenya semakin besar. Pada awal penerapannya, scoring APACHE ini tidak memasukan variable usia
sebagai salah satu faktor penilaian. Amun ketika diterapan pada pasien-pasien yang dirawat karena
kondisi akut terdapatperbedaan nilai yang bermakna antara kelompok usia muda dan kelompok usia
tua pada satu kondisi penyakit yang sama. Skore APACHE pada kelompo usia tua cenderung lebih
rendah. Terlihat bahwa penyimpangan yangh lebih kecil dari keadaan homeostasis, seorang usia tua
lebih rentan untuk menjadi sakit atau meninggal dibandingkan orang muda. Oleh karena itu,
penggagas system sporing APACHE kemudian memasukan variable usia sebagai nilai bonus pada
sporing itu, sehingga skor total untuk satu keadaan sakit tidak berbada antara usia muda dan usia tua.

Seorang usia lanjut tidak hanya memiliki cadangan fisiologis yang makin berkurang, namun mereka
juga memakai atau menggunakan cadangan fisiologis itu hanay untuk mempertahankan homeostasis.
Akibatnya akan smeakin sedikit cadangan yang tersedia untuk menghadapi challenge

Fisiologi proses penuaan

Faktor fisiologis Gaya hidup Lingkungan


 Genetik  Nutrisi  Kimia
 Sirkulasi darah  Stres  Obat
 Regulasi  Aktivitas  Radiasi
hormonal dan fisik  Mikroorga
neural nisme

Proses menua

Organisme

Penyakit terkait
Proses menua pd
Proses menua usia
makromolekul
pd sel
 Kardiovaskular
 Protein  Kanker
 Hilangnya  DNA-RNA
sel  Demensia
 Lipid  Parkinson
 Penurunan
fungsi  infeksi
Keterangan

 dari gambar di atas terlihat bahwa beberapa perubahan fisiologis mempengaruhi proses menua.
Contoh: sirkulasi darah menurun sejalan dengan usia karena perubahan pd jantung dan pembuluh
darah, yang tentu saja dipengaruhi oleh proses aterosklorosis. Organ tubuh akan menerima darah
lebih sedikit, dan akibatnya sel2 dalam organ menerima lebih sedikit oksigen dan nutrisi, yang
selanjutnya akan berdampak buruk pd status fungsional.
IPD jilid 2 edisi 3,2001

a. Satu proses yang telah ditentukan secara genetic pada tiap spesies .
b. Adanya mutasi somatik yang beruntun secara berantai hingga pada suatu waktu kesalahan2
yg terjd dpt meledak sbg katastrop. Tersangkut kesalahan pd proses transkripsi dan translasi
(pembentukan RNA dan protein)
c. Adanya kerusakan system imun tubuh sbg proses hetero-imunitas maupun auto-imunitas.
d. Adanya kerusakan sel , jaringan dan organ tubuh akibat radikal bebas yg dpt terbentuk dlm
badan sendiri. Hal ini dpt ditangkal oleh tubuh mll enzim : superoksida dismutase, katalase,
glutation peroksida, dsb. Dan zat penangkal lain seperti : vit.c, vit.e, beta-karoten, dsb.
e. Peristiwa menua akibat metabolisme badan sendiri, krn kalori berlebihan / kurang aktifitas,
dsb.
(BUKU AJAR GERIATRI, R. BOEDHI-DARMOJO, FK UI)

A. Perubahan-perubahan Fisik

1. Sel
a. Lebih sedikit jumlahnya.

b. Lebih besar ukurannya.

c. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler.

d. Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati.

e. Jumlah sel otak menurun.

f. Terganggunya mekanisme perbaikan sel.

g. Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%.

2. Sistem Persarafan.
a. Berat otak menurun 10-20%. (Setiap orang berkurang sel saraf otaknya dalam setiap
harinya).

b. Cepatnya menurun hubungan persarafan.


c. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres.

d. Mengecilnya saraf panca indra.Berkurangnya penglihatan, hilangnya

pendengaran, mengecilnya saraf penciumdan perasa, lebih sensitif terhadap

perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.

e. Kurang sensitif terhadap sentuhan.

3. Sistem Pendengaran.
a. Presbiakusis ( gangguan dalam pendengaran ). Hilangnya kemampuan pendengaran pada
telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nadanada yang tinggi, suara yang tidak
jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.

b. Otosklerosis akibat atrofi membran tympani .

c. Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya keratin.

d. Pendengara’n bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan


jiwa/stres.

4. Sistem Penglihatan.
a. Timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.

b. Kornea lebih berbentuk sferis (bola).

c. Kekeruhan pada lensa menyebabkan katarak.

d. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat
dan susah melihat dalam cahaya gelap.

e. Hilangnya daya akomodasi.

f. Menurunnya lapangan pandang, berkurang luas pandangannya.

g. Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau.

5. Sistem Kardiovaskuler.
a. Elastisitas dinding aorta menurun.

b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku.

c. Kemampuan jantung memompa darah menurun, hal ini menyebabakan menurunnya


kontraksi dan volumenya.

d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer


untuk oksigenisasi,. Perubahan posisi dari tidur ke duduk atau dari duduk ke berdiri bisa
menyebabkan tekanan darah menurun, mengakibatkan

pusing mendadak.

e. Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.


6. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh.
a. Temperatur tubuh menurun ( hipotermia ) secara fisiologis akibat metabolisme yang
menurun.

b. Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas akibatnya aktivitas
otot menurun.

7. Sistem Respirasi
a. Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.

b. Menurunnya aktivitas dari silia.

c. Paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan


maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun.

d. Alveoli ukuranya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.

e. Kemampuan untuk batuk berkurang.

f. Kemampuan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan pertambahan usia.

8. Sistem Gastrointestinal.
a. Kehilangan gigi akibat Periodontal disease, kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.

b. Indera pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf pengecapm di lidah terhadap rasa
manis, asin, asam, dan pahit.

c. Eosephagus melebar.

d. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.

e. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.

f. Daya absorbsi melemah.

9. Sistem Reproduksi.
a. Menciutnya ovari dan uterus.

b. Atrofi payudara.

c. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun adanya penurunan
secara berangsur-angsur.

d. Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia asal kondisi kesehatan baik.

e. Selaput lendir vagina menurun.

10. Sistem Perkemihan.


a. Ginjal
b. Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui urin, darah yang
masuk ke ginjal disaring di glomerulus (nefron). Nefron menjadi atrofi dan aliran darah ke
ginjal menurun sampai 50%.

c. Otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, frekuensi buang air kecil meningkat dan
terkadang menyebabkan retensi urin pada pria.

11. Sistem Endokrin.


a. Produksi semua hormon menurun.

b. Menurunnya aktivitas tyroid, menurunnya BMR (Basal Metabolic Rate), dan menurunnya
daya pertukaran zat.

c. Menurunnya produksi aldosteron.

d. Menurunya sekresi hormon kelamin misalnya, progesteron, estrogen, dan testosteron.

12. Sistem Kulit ( Sistem Integumen )


a. Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.

b. Permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinisasi, serta perubahan
ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis.

c. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.

d. Rambut dalam hidung dan telinga menebal.

e. Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunya cairan dan vaskularisasi.

f. Pertumbuhan kuku lebih lambat.

g. Kuku jari menjadi keras dan rapuh, pudar dan kurang bercahaya.

h. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.

13. Sistem Muskuloskletal


a. Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh.

b. Kifosis

c. Pergerakan pinggang, lutut, dan jari-jari terbatas.

d. Persendiaan membesar dan menjadi kaku.

e. Tendon mengerut dan mengalami skelerosis.

f. Atrofi serabut otot ( otot-otot serabut mengecil ).Otot-otot serabut mengecil sehingga
seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot kram dan menjadi tremor.

g. Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh.

B. Perubahan-perubahan Mental.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental.

a. Perubahan fisik, khususnya organ perasa.

b. Kesehatan umum

c. Tingkat pendidikan

d. Keturunan (Hereditas)

e. Lingkungan

Kenangan (Memory).

a. Kenangan jangka panjang: Berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu

mencakup beberapa perubahan.

b. Kenangan jangka pendek atau seketika: 0-10 menit, kenangan buruk.

IQ (Inteligentia Quantion).

a. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal.

b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor, terjadi

perubahan pada daya membayangkan karena tekanan-tekanan dari faktor

waktu.

C. Perubahan-perubahan Psikososial.

a. Pensiun: nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas

dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang pensiun (purna

tugas), ia akan mengalami kehilangan-kehilangan, antara lain :

1) Kehilangan finansial (income berkurang).

2) Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi, lengkap
dengan segala fasilitasnya).

3) Kehilangan teman/kenalan atau relasi.

4)Kehilangan pekerjaan/kegiatan.

b. Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of mortality)

c. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempit.

d. Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic deprivation).

e. Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit, bertambahnya biaya pengobatan.
f. Penyakit kronis dan ketidakmampuan.

g. Gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan ketulian.

h. Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.

i. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman-teman

dan family.

j. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik: perubahan terhadap gambaran diri,

perubahan konsep diri.

D. Perkembangan Spritual.
a. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupan (Maslow,1970)

b. Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya, hal ini terlihat dalam

berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner,1970).

c. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Folwer (1978),

Universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berpikir

dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai keadilan.

SUMBER : PROSES MENUA (AGING PROSES), oleh ISMAYADI, Program Studi Ilmu
Keperawatan, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Penuaan berhubungan dengan perubahan komposisi tubuh dan fungsi tubuh.


Meningkatnya umur, komposisi tubuh seperti cairan intra-ekstraseluler, masa otot, massa
organ dan massa tulang menurun, sedangkan massa lemak tubuh meningkat dan lebih
banyak terdistribusi di dalam abdominal dibandingkan jaringan peripheral adiposa ( Dwita,
2009 ).
Semakin bertambahnya usia seseorang maka fungsi tubuh akan semakin berkurang,
misalnya : kapasita pernapasan maksimal, curah antung, pengambilang O2 maksimal, dan
laju fltrasi glomerulus. Massa otot dan tulang berkurang semestara jumlah lemak meningkat,
yang sebagian besar disebabkan oleh faktor endokrin. Kelemahan merupakan faktor yang
membatasi (kecuali pada oarang sehat) pada sebagian lansia. Kelemahan pada usia lansia
ditandai dengan penurunan kekuatan otot,perlambatan refleks, gangguan pergerakan dan
keseimbangan, serta penurunan stamina. Hal ini mengakibatkan jatuh, fraktur, penurunan
aktivitas sehari-hari, dan kehilangan kemandirian (Sudoyo, 2009).
SUMBER : Jurnal Universitas Pembangunan Nasional Veteran

SUMBER : Jurnal Universitas Muhamadiyah Semarang


3. Why her skin looks more saggy/slacker, especially around the eyes?
 Penurunan jumlah fibroblast yg mnyebabkan penurunan jumlah serat elastin lebih sklerotik
dan menebal sehingga jarinagn kolagen menjadi kendor dan serabut elastin kehilangan daya
keyalnya, kulit menjadi tidak dapat tegang dan kurang lentur
 Tulang dan otot menjadi atrofi, jaringan lemak subkutan berkurang, lapisan kulit tipis serta
kehilangan daya kenyalnya sehingga terbentuk kerutan2 dan garis2 kulit
 Kontraksi otot2 mimik yg tidak dikuti oleh kontraksi kulit yg sesaui sehingga mengakibatkan
alur2 keriput didaerah wajah.
Sumber:Buku Ajar Boedhi Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut),Edisi

4. What are diseases that related to aging process?

5. Why the patient suffers from blurred vision, hearing loss, easy to fall, especially
from standing?
6. Why the patient hasn’t got her period since 5 years ago?

Menopause merupakan suatu gejala dalam kehidupan wanita yang ditandai dengan berhentinya
siklus menstruasi. Menopause adalah fase alami dalam kehidupan setiap wanita yang menandai berakhirnya
masa subur. Menopause seperti halnya menarche dan kehamilan dianggap sebagai peristiwa yang sangat
berarti bagi kehidupan wanita. Menarche pada remaja wanita, menunjukkan mulai diproduksinya hormon
estrogen, sedang menopause terjadi karena ovarium tidak menghasilkan atau tidak memproduksi hormon
estrogen.
Sejalan dengan proses ketuaan yang pasti dialami setiap orang, terjadi pula kemunduran fungsi
organ-organ tubuh termasuk salah satu organ reproduksi wanita, yaitu ovarium. Terganggunya fungsi ovarium
menyebabkan berkurangnya produksi hormon estrogen, dan ini akan menimbulkan beberapa penurunan atau
gangguan pada aspek fisik-biologis – seksual. Pada sebagian wanita, munculnya gejala atau gangguan fisik
sebagai akibat dari berhentinya produksi hormon estrogen, juga akan berpengaruh pada kondisi psikologis,
dan sosialnya.

Penurunan kadar estrogen, menyebabkan periode menstruasi yang tidak teratur, dan ini dapat
dijadikan petunjuk terjadinya menopause. Ada tiga periode menopause, yaitu:
1. Klimakterium, yaitu merupakan masa peralihaan anatara masa reproduksi dan masa
senium. Biasanya periode ini disebut jga dengan pramenopause.
2. Menopause, adalah saat haid terakhir, dan bila sesudah manopause disebut pasca
menopause.
3. Senium, adalah periode sesudah pasca menopause, yaitu ketika individu telah mampu
menyesuaikan dengan kondisinya, sehingga tidak mengalami gangguan fisik
o Menopause adalah haid terakhir atau saat terjadinya haid terakhir. Bagian dari klimakterium
sebelum menopause disebut pramenopause dan bagian sesudah menopause disebut pasca
menopause.
o Diagnosis menopause dibuat setelah terdapat amenore sekurang2nya 1 tahun
o Berhentinya haid dapat didahului oleh siklus haid yang lebih panjang, dengan perdarahan
yang berkurang.
o Umur waktu terjadinya menopause dipengaruhi oleh keturunan, kesehatan umum, pola
kehidupan. 50% wanita indonesia telah mengalami menopause pada umur 48 tahun.
o Makin dini menarche terjadi, makin lambat menopause timbul (sebaliknya) sehingga masa
reproduksi lebih panjang
o Klasifikasi :
Menopause prematur :
Terjadi sebelum 40 tahun (Umumnya batas terendah 44 tahun).
Menopause terlambat :
Terjadi pada saat umur > 52 tahun (batas terjadinya menopause umumnya umur 52
tahun)
o Penurunan produksi estrogen dan kenaikan hormon gonadotropin. Tinggi kadar hormon
gonadotropin disebabkan oleh berkurangnya produksi estrogen, sehingga natve feedback
terhadap produksi gonadotropin berkurang.
(Ilmu Kandungan)

7. What are the factors related to aging process?


8. How is the classification of aging?

1. Batasan usia menurut WHO meliputi :


Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun lanjut usia
(elderly), antara 60 sampai 74 tahun lanjut usia tua (old), antara 75 sampai 90 tahun usia
sangat tua (very old), diatas 90 tahun

2. Menurut UU No. 4 tahun 1965 pasal 1 dinyatakan sebagai berikut :


“Seorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah yang
bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari
nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain”.

Saat ini berlaku UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia yang
berbunyi sebagai berikut: lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun
keatas.

SUMBER : PROSES MENUA (AGING PROSES), oleh ISMAYADI, Program Studi Ilmu
Keperawatan, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Definisi lansia menurut UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia adalah
seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut WHO, 2007 lansia mempunyai
batasan usia, seperti berikut (Robby,2007; Dwita, 2009):

a. Usia pertengahan (middle, age) : 45-59 tahun

b. Lanjut usia ( elderly) : 60-74 tahun

c. Lanjut usia tua (old) : 75-90 tahun


d. Usia sangat tua (very old) : > 90 tahun

SUMBER : Jurnal Universitas Pembangunan Nasional Veteran

Menurut Nugroho ( 1998 ) beberapa pendapat tentang batasan umur lanjut usia yaitu :

a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia

Klasifikasi lanjut usia meliputi : usia pertengahan yakni : kelompok usia 45 – 59 tahun.
Lanjut usia ( Elderly ) yakni antara usia 60 – 74 tahun. Usia lanjut tua (old) yaitu antra 75-
90 tahun, dan usia sangat tua (very old) yaitu usia diatas 90 tahun.

b. Menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998

Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas.

c. Menurut Prof. Koesomanto Setyonrgoro

Pengelompokan lanjut usia adalah sebagai berikut : usia dewasa muda (elderly adulth)
antara usia 18 atau 20-25 tahun. Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas
antara usia 25-60 atau 65 tahun. Lanjut usia (geriatric age) lebih dari 66 atau 70 tahun.
Terbagi untuk usia 70-75 tahun ( young old) 75-80 tahun (old), dan lebih dari 80 tahun
(very old).

9. How to prevent aging process?


10. Bagaimana Lifestyle education pada manula? (polifarmaka)

Cara Hidup Sehat


Cara hidup sehat adalah cara-cara yang dilakukan untuk dapat menjaga, mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan seseorang. Adapun cara-cara tersebut adalah:

1. Makan makanan yang bergizi dan seimbang

Banyak bukti yang menunjukkan bahwa diet adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan
seseorang. Dengan tambahnya usia seseorang, kecepatan metabolisme tubuh cenderung turun, oleh
karena itu, kebutuhan gizi bagi para lanjut usia, perlu dipenuhi secara adekuat. Kebutuhan kalori pada
lanjut usia berkurang, hal ini disebabkan karena berkurangnya kalori dasar dari kegiatan fisik. Kalori dasar
adalah kalori yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya : untuk
jantung, usus, pernafasan, ginjal, dan sebagainya. Jadi kebutuhan kalori bagi lansia harus disesuaikan
dengan kebutuhannya.

Petunjuk menu bagi lansia adalah sebagai berikut (Depkes, 1991):


• Menu bagi lansia hendaknya mengandung zat gizi dari berbagai macam bahan makanan yang terdiri dari zat
tenaga, pembangun dan pengatur.

• Jumlah kalori yang baik untuk dikonsumsi lansia 50% adalah hidrat arang yang bersumber dari hidrat arang
komplex (sayur – sayuranan, kacang- kacangan, biji – bijian).

• Sebaiknya jumlah lemak dalam makanan dibatasi, terutama lemak hewani.

• Makanan sebaiknya mengandung serat dalam jumlah yang besar yang bersumber pada buah, sayur dan
beraneka pati, yang dikonsumsi dengan jumlah bertahap.

• Menggunakan bahan makanan yang tinggi kalsium, seperti susu non fat, yoghurt, ikan.

• Makanan yang mengandung zat besi dalam jumlah besar, seperti kacang – kacangan, hati, bayam, atau
sayuran hijau.

• Membatasi penggunaan garam, hindari makanan yang mengandung alkohol.

• Makanan sebaiknya yang mudah dikunyah.

• Bahan makanan sebagai sumber zat gizi sebaiknya dari bahan – bahan yang segar dan mudah dicerna.

• Hindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan goreng – gorengan.

• Makan disesuaikan dengan kebutuhan

2. Minum air putih 1.5 – 2 liter Manusia perlu minum untuk mengganti cairan tubuh yang hilang setelah
melakukan aktivitasnya, dan minimal kita minum air putih 1,5 – 2 liter per hari.

Air sangat besar artinya bagi tubuh kita, karena air membantu menjalankan fungsi tubuh, mencegah
timbulnya berbagai penyakit di saluran kemih seperti kencing batu, batu ginjal dan lain-lain. Air juga
sebagai pelumas bagi fungsi tulang dan engselnya, jadi bila tubuh kekurangan cairan, maka fungsi, daya
tahan dan kelenturan tulang juga berkurang, terutama tulang kaki, tangan dan lengan. Padahal tulang
adalah penopang utama bagi tubuh untuk melakukan aktivitas. Manfaat lain dari minum air putih adalah
mencegah sembelit. Untuk mengolah makanan di dalam tubuh usus sangat membutuhkan air. Tentu saja
tanpa air yang cukup kerja usus tidak dapat maksimal, dan muncullah sembelit.

Dan air mineral atau air putih lebih baik daripada kopi, teh kental, soft drink, minuman beralkohol, es
maupun sirup. Bahkan minuman-minuman tersebut tidak baik untuk kesehatan dan harus dihindari
terutama bagi para lansia yang mempunyai penyakit-penyakit tertentu seperti DM, darah tinggi, obesitas
dan sebagainya.

3. Olah raga teratur dan sesuai

Usia bertambah, tingkat kesegaran jasmani akan turun. Penurunan kemampuan akan semakin terlihat
setelah umur 40 tahun, sehingga saat lansia kemampuan akan turun antara 30 – 50%. Oleh karena itu, bila usia
lanjut ingin berolahraga harus memilih sesuai dengan umur kelompoknya, dengan kemungkinan adanya
penyakit. Olah raga usia lanjut perlu diberikan dengan berbagai patokan, antara lain beban ringan atau sedang,
waktu relatif lama, bersifat aerobik dan atau kalistenik, tidak kompetitif atau bertanding.
Beberapa contoh olahraga yang sesuai dengan batasan diatas yaitu, jalan kaki, dengan segala bentuk
permainan yang ada unsur jalan kaki misalnya golf, lintas alam, mendaki bukit, senam dengan faktor
kesulitan kecil dan olah raga yang bersifat rekreatif dapat diberikan. Dengan latihan otot manusia lanjut
dapat menghambat laju perubahan degeneratif.

4. Istirahat, tidur yang cukup

Sepertiga dari waktu dalam kehidupan manusia adalah untuk tidur. Diyakini bahwa tidur sangat
penting bagi pemeliharaan kesehatan dan proses penyembuhan penyakit, karena tidur bermanfaat untuk
menyimpan energi, meningkatkan imunitas tubuh dan mempercepat proses penyembuhan penyakit juga
pada saat tidur tubuh mereparasi bagian-bagian tubuh yang sudah aus. Umumnya orang akan merasa
segar dan sehat sesudah istirahat. Jadi istirahat dan tidur yang cukup sangat penting untuk kesehatan.

5. Menjaga kebersihan

Yang dimaksud dengan menjaga kebersihan disini bukan hanya kebersihan tubuh saja, melainkan juga
kebersihan lingkungan, ruangan dan juga pakaian dimana orang tersebut tinggal. Yang termasuk
kebersihan tubuh adalah: mandi minimal 2 kali sehari, mencuci tangan sebelum makan atau sesudah
mengerjakan sesuatu dengan tangan, membersihkan atau keramas minimal 1 kali seminggu, sikat gigi
setiap kali selesai makan, membersihkan kuku dan lubang-lubang ( telinga, hidung, pusar, anus, vagina,
penis ), memakai alas kaki jika keluar rumah dan pakailah pakaian yang bersih.

Kebersihan lingkungan, dihalaman rumah, jauh dari sampah dan genangan air. Di dalam ruangan atau
rumah, bersihkan dari debu dan kotoran setiap hari, tutupi makanan di meja makan. Pakaian, sprei,
gorden, karpet, seisi rumah, termasuk kamar mandi dan WC harus dibersihkan secara periodik.

Namun perlu diingat dan disadari bahwa kondisi fisik perlu medapat bantuan dari orang lain, tetapi
bila lansia tersebut masih mampu diusahakan untuk mandiri dan hanya diberi pengarahan.

6. Minum suplemen gizi yang diperlukan

Pada lansia akan terjadi berbagai macam kemunduran organ tubuh, sehingga metabolisme di dalam
tubuh menurun. Hal tersebut menyebabkan pemenuhan kebutuhan sebagian zat gizi pada sebagian besar
lansia tidak terpenuhi secara adekuat. Oleh karena itu jika diperlukan, lansia dianjurkan untuk
mengkonsumsi suplemen gizi. Tapi perlu diingat dan diperhatikan pemberian suplemen gizi tersebut harus
dikonsultasikan dan mendapat izin dari petugas kesehatan.

7. Memeriksa kesehatan secara teratur

Pemeriksaan kesehatan berkala dan konsultasi kesehatan merupakan kunci keberhasilan dari upaya
pemeliharaan kesehatan lansia. Walaupun tidak sedang sakit lansia perlu memeriksakan kesehatannya
secara berkala, karena dengan pemeriksaan berkala penyakit-penyakit dapat diketahui lebih dini sehingga
pengobatanya lebih mudan dan cepat dan jika ada faktor yang beresiko menyebabkan penyakit dapat di
cegah. Ikutilan petunjuk dan saran dokter ataupun petugas kesehatan, mudah-mudahan dapat mencapai
umur yang panjang dan tetap sehat.

8. Mental dan batin tenang dan seimbang

Untuk mencapai hidup sehat bukan hanya kesehatan fisik saja yang harus diperhatikan, tetapi juga
mental dan bathin. Cara-cara yang dapat dilakukan untuk menjaga agar mental dan bathin tenang dan
seimbang adalah:
• Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan YME dan menyerahkan diri kita sepenuhnya kepadaNya. Hal ini akan
menyebabkan jiwa dan pikiran menjadi tenang.

Hindari stres, hidup yang penuh tekanan akan merusak kesehatan, merusak tubuh dan wajahpun menjadi
nampak semakin tua. Stres juga dapat menyebabkan atau memicu berbagai penyakit seperti stroke, asma,
darah tinggi, penyakit jantung dan lain-lain.

• Tersenyum dan tertawa sangat baik, karena akan memperbaiki mental dan fisik secara alami. Penampilan
kita juga akan tampak lebih menarik dan lebih disukai orang lain. Tertawa membantu memandang hidup
dengan positif dan juga terbukti memiliki kemampuan untuk menyembuhkan. Tertawa juga ampuh untuk
mengendalikan emosi kita yang tinggi dan juga untuk melemaskan otak kita dari kelelahan. Tertawa dan
senyum murah tidak perlu membayar tapi dapat menadikan hidup ceria, bahagia, dan sehat.

9. Rekresi Untuk menghilangkan kelelahan setelah beraktivitas selama seminggu maka dilakukan rekreasi.
Rekreasi tidak harus mahal, dapat disesuaikan denga kondisi dan kemampuan. Rekreasi dapat dilakukan di
pantai dekat rumah, taman dekat rumah atau halaman rumah jika mempunyai halaman yang luas
bersama keluarga dan anak cucu, duduk bersantai di alam terbuka. Rekreasi dapat menyegarkan otak,
pikiran dan melemaskan otot yang telah lelah karena aktivitas sehari-hari.

10. Hubungan antar sesama yang sehat

Pertahankan hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-teman, karena hidup sehat bukan
hanya sehat jasmani dan rohani tetapi juga harus sehat sosial. Dengan adanya hubungan yang baik dengan
keluarga dan teman-teman dapat membuat hidup lebih berarti yang selanjutnya akan mendorong
seseorang untuk menjaga, mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya karena ingin lebih lama
menikmati kebersamaan dengan orang-orang yang dicintai dan disayangi.

11. Back to nature (kembali ke alam)

Seperti yang telah terjadi, gaya hidup pada zaman modern ini telah mendorong orang mengubah gaya
hidupnya seperti makan makanan siap saji, makanan kalengan, sambal botolan, minuman kaleng, buah
dan sayur awetan, jarang bergerak karena segala sesuatu atau pekerjaan dapat lebih mudah dikerjakan
dengan adanya teknologi yang modern seperti mencuci dengan mesin cuci, menyapu lantai dengan mesin
penyedot debu, bepergian dengan kendaran walaupun jaraknya dekat dan bisa dilakukan dengan jalan
kaki. Gaya hidup seperti itu tidak baik untuk tubuh dan kesehatan karena tubuh kita menjadi manja,
karena kurang bergerak, tubuh jadi rusak karena makanan yang tidak sehat sehingga tubuh menjadi
lembek dan rentan penyakit.

Oleh karena itu salah satu upaya untuk hidup sehat adalah back to nature atau kembali lebih
dekat dengan alam. Kita tidak harus menjauhi tekhnologi tetapi paling tidak kita harus
menghindari bahan makanan kalengan, minuman kalengan, makanan yang diawetkan,
makanan siap saji dan harus lebih banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan
yang segar dan juga minum air putih.

12. Semua yang dilakukan tidak berlebihan

Untuk menciptakan hidup yang sehat segala sesuatu yang kita lakukan tidak boleh berlebihan karena
hal tersebut bukannya menjadikan lebih baik tetapi sebaliknya akan memperburuk keadaan. Jadi
lakukanlah atau kerjakanlah sesuatu hal itu sesuai dengan kebutuhan.
Habits
- Exercise regularly: getting the body moving.
- Foods that do not contain fat (especially animal) and multiply the fruits and vegetables.
- Avoid stress by thinking positive
- Rest enough
1. sufficient and healthy food (healthy food)
2. clothing and completeness (cloth and common accessories)
3. housing / residence / shelter (homes, place to stay)
4. care and supervision of health (health care & facilities)
5. practical assistance a day - day / legal assistance (technical, judicial ass)
6. public transportation for the elderly (facilities for public transportation)
7. visit / talk to / information (visits, companies, information)
8. leisure and other wholesome entertainment (recreational activities, picnic)
9. feeling safe and secure (safety feeeling)
10. help alat2 five senses (glasses, hearing aids)

Sources: Textbook of Geriatric (Elderly Health Sciences) 3rd Edition by FK UI

11. Bagaimana assessment geriatri?

History and Physical (adapted from Physical Diagnosis course)


The History
Demographic Data
Full name
Age, sex and birth date
Marital status
Source of history and re
liability of historian
Chief Complaint
Primary reason for visit, ideally in patient's own words
Duration of presenting symptoms
Present Illness
Chronological narrative of re
asons for patient visit.
Persistence, change, severity
, character, resolution and disabling effects of initial
symptoms.
Presence of new symptoms and/or associated symptoms
History of similar symptoms in the past
Aggravating and mitigating factors
Past History
Previous medical history.
General state of health
Childhood diseases
Immunizations (Tetanus-diphtheria, pertu
ssis, measles, mumps,
rubella, hepatitis
A&B, influenza, varicella, h. flu., polio)
Chronological list of adult
medical diseases, injuries an
d operations (not already
mentioned in "Present Illness"
Hospitalizations (not already mentioned)
Allergies, including clinical description of exposure
Medications, including dosage
, duration and indication
Diet
Social History
Birthplace and residences (if not native born, year of entry into United States)
Level of education
Ethnicity and race
Marital status
Quality of significant relationships and health of partner
Vocation, including type of industry, past
and present industrial
exposures, duration
of employment and retirement
Avocations, including hobbies and other interests
Habits, including quality of sleep, exercise
, recreation, consumption of alcohol and
other drugs (including route of administration, if applicable), tobacco use (in pack-
years), alcohol use, and travel abroad
Significant life experiences
Family History
Presence of disease with recognized famili
al importance in first degree relatives -
type II diabetes, tuberculosis, cancer,
hypertension, allergy, heart disease,
neurological or psychiatric
disease, arthritis, osteop
orosis, bleeding tendency
Similar presenting symptoms in family members.
Review of Systems
General
Lymphatic
Skin
Head
Eyes
Ears
Nose and sinuses
Mouth and throat
Neck
Breasts
Respiratory
Cardiac
Gastrointestinal
Urinary
Female reproductive
Male reproductive
Sexual and physical abuse
Musculoskeletal
Peripheral vessels
Neurologic
Psychiatric
Endocrine
Hematologic
The Physical Examination
General Appearance
Apparent age, state of health, nutrition
al status, alertness,
and evidence of
discomfort.
Vital Signs
Temperature, blood pressure, pulse rate
and rhythm (regular or irregular), and
respiratory rate and pattern.
Skin
Texture, moisture and temperature; erupti
ons, scars, masses, nevi, telangiectasia;
abnormalities of hair and nails.
Lymph nodes
Size, consistency, mobility and tenderness in occipital, cervical, post-auricular,
sub-
mandibular, supra-clavicular, epitrochle
ar, axillary and in
guinal regions.
Head
Size, symmetry, evidence of trauma, tend
erness (including sinuses), masses, and
condition of scalp.
Eyes
Eyebrows, lids, conjunctival inflammation and scleral icterus; corneal opacities
and
abrasions; pupillary size, equality and reaction to light and accommodation;
extraocular movements and exophthalm
os; fundi for discs, vessels, macula,
exudates and hemorrhages; gross
visual acuity and fields.
Ears
Auricles, auditory canals, tympanic
membranes and gross hearing.
Nose
Deformities and septal deviation; obstru
ction, mucous membrane inflammation,
polyps, bleeding and discharge.
Mouth
Lip color, lesions and pigmentations; condition of teeth; gingival color,
inflammation,
and bleeding; tongue color, moisture
, tremor and coating; buccal mucosa
inflammation and eruptions; soft palate; od
or of breath. If patient wears dentures,
remove them.
Throat
Mucosal color, exudates and lesions; tons
il size, symmetry and exudates; post-nasal
discharge.
Neck
Range of motion; pain and tenderness; tracheal position, thyroid size, symmetry
and
consistency; carotid impulse strength and bruits.
Back
Range of motion; pain and tenderness over
spine, muscles and co
stovertebral angle;
symmetry.
Thorax
Shape and symmetry in excursion; intercostal retractions; rib tenderness and
chest
wall masses.
Lungs
Percussion, auscultation,
bronchophony, egophony, pe
ctoriloquy and fremitus.
Breasts
Size, shape, symmetry,
tenderness and masses.
Heart
Precordial movement, apical impulse, rate
and rhythm; heart sounds, murmurs, rubs
and gallops.
Abdomen
Shape, tenderness, bowel sounds and bruits
; size of liver, spleen, and kidneys;
masses
.
Extremities
Deformities, tenderness, localized swelling
, peripheral pulses and edema, cyanosis,
clubbing, temperature, varico
se veins, and hair loss.
Musculoskeletal
Joint mobility, tenderness, effusion, erythema and deformity.
Neurologic
Screening exam in non-neurologic cases, otherwise full exam. Mental status;
cranial
nerves; peripheral strength, tone and sens
ation; deep tendon reflexes; Rhomberg
and gait.
Female Pelvic and Rectal
External genitalia; speculum exam for va
ginal mucosa and cervix, bimanual exam for
uterus, adnexa, masses and te
nderness; digital rectal.
Male Pelvic and Rectal
Inguinal hernias; scrotal and testicular
masses and tenderness;
digital rectal, with
prostate exam.

other patient populations. Th


e only difference is that th
e data are more extensive,
generated by more providers, and the source
is potentially more distant. Patients
and caregivers alike may not know or recall important details from medical or
surgical events taking place thirty, forty or fifty years ago. In their effort to be
comprehensive and accurate, therefore, geri
atric practitioners need to frequently
locate and obtain medical records from multiple sources existing long ago and far
away.
Of the items listed in this section, a thorough medication history deserves explicit
attention as an absolutely crucial part of
the geriatric assessm
ent. Because elderly
patients are so frequently on multiple
medications, prescribed by different
physicians, over extended peri
ods of time, they are at co
nsiderable risk for adverse
drug interaction and overmedication. Central to the assessment objectives is
careful
documentation of all medication (prescrip
tion an over-the-counter) their doses,
indications and effects.
Nutrition
Diet is covered under Past Medical History in your H&P. However, due to its
considerable importance in the geriatric
assessment, we grant it here a separate
section.
Compared to the general population, the el
derly are more vulnerable to inadequate
nutrition for a number of reasons. These predominantly include (1) limited
dentition
or ill-fitting dentures, (2) diminished a
ppetite due to lonelin
ess, depression or
appetite-suppressing
drugs, (3) prevalent medical conditions including constipation,
congestive heart failure, cancer and dement
ia, (4) lack of financial resources, and
(5) non-compensated disabilities
resulting in limited access to food and/or inability to
prepare meals. Conversely, an elder is at in
creased risk of obesity by inactivity, low
socioeconomic status, and limit
ations in food variety. Geriatric practitioners should
consider performing a complete nutritional evaluation with any change in
presenting
symptoms, medical condition or functional
status. Many times such changes are
associated with dietary in
take and nutritional requir
ements. At a minimum, a
nutritional assessment involv
es the evaluation of :

current weight in comparison to ideal body weight, with determination of BMI to
evaluate for underw
eight or obesity.

recent changes in body weight.

current medications and their potential to affect the patient's nutritional status.

functional status to determine if the patient can purchase and prepare food for
himself, plus mental status with regard to their interest in food.

food intake by food groups for a qu
ick estimation of adequacy of diet.

vitamin/mineral supplementation.
Information from the medical and social
histories that has
direct bearing on
nutritional status in the elderly includes:
Medical

virtually any significant chronic disease

any recent acute illness or surgery

presence of allergies

family history of diet-related disease

usual weight and recent involuntary weight changes

presence of dentures and
satisfaction with them

cognitive impairment

depression and other ps
ychiatric diagnoses

a wide array of medications and thei
r adverse interactions with food

exercise and sleep patterns
Social

occupation, retirement and income level

participation in economic assistance programs

living arrangements

availability of transpor
tation and shopping

educational and reading level

motivation and adherence to medical recommendations
Geriatric Nutritional Assessment
Beyond the medical and social
assessments, there are four components specific to
the geriatric nutritional assessment. (1) A nutritional history performed with some
version of a nutritional health checklist. (2) A detailed dietary assessment using a
24-hour recall, "usual intake" or food reco
rd. (3) A physical exam with particular
reference to signs associated
with over-consumption and inadequate nutrition. And
(4), selected laboratory tests if applicable.
Nutritional Health Checklist.
The Nutritional Health Checklist was developed for
the Nutrition Screening Initiative for the elderly. The patient or practitioner may
complete the questionnaire. A "yes" answer
for any one of the ten questions listed
below is a flag for a potential nutritional problem:

I have an illness or condition that made me change the kind and/or amount of
food I eat.

I eat fewer than two meals per day.

I eat few fruits, vegetables or milk products.

I have three or more drinks of beer,
liquor, or wine almost every day.

I have tooth or mouth problems that make it hard for me to eat.

I don't always have enough money to buy the food I need.

I eat alone most of the time.

I take three or more different prescribed
or over-the-counter drugs per day.

Without wanting to, I have lost or gained 10 lbs. in the last six months.

I am not always physically able to
shop, cook, and/or feed myself.
Dietary Assessment.
A dietary assessment includes
information about the patient’s
intake of food and liquids during a "usual
day", preferably the previous 24 hours.
This includes quantitative and qualitative questions breakfast, lunch, dinner,
snacks,
and vitamin/mineral supplemen
ts. Such information is generalizable since there is
typically little variability in intake patterns
from day to day, especially in the elderly.
The practitioner can then evaluate the patien
ts diet in light of their medical history,
medications and supplements. They can use
the encounter to make specific dietary
suggestions based on standardized guidelines
such as the food pyramid. The areas of
particular concern in this population incl
ude adequate protein in
take, five or more
servings of fruits and vegetables, three se
rvings of dairy foods for adequate calcium
intake, and appropriate quantity of food. In the reference section on Nutrition in
the
Elderly you will find a copy of the food
pyramid and a 24-hour intake sample sheet.
Physical Examination.
Numerous findings on physical exam may be indicators of
nutritional status. The examiner must pay particular attention to the patient's
general appearance, anthropometrics (heigh
t and weight), oral cavity, vision and
hearing, and upper extremity mobility. In the Nutritional Appendix is a list of
clinical
signs and symptoms associated with
specific nutritional deficiencies.
Selected Laboratory Tests.
There is not a routine panel of blood tests that is
appropriate to all geriatric patients, or any patients for that matter. Clinicians must
carefully select each laboratory test base
d on the totality of the patient's clinical
presentation. However, the following te
sts may enhance the overall nutritional
assessment of elderly patients:.

Serum albumin to help determine protein and immune status.

Serum cholesterol and homocysteine to
determine risk level for CVD. (Total
cholesterol levels above 240 mg/dl indicate
considerable risk for CVD; levels
below 160 may indicate gast
rointestinal problems.)

Blood glucose in diabetics an
d periodically in non-diabetic elders since glucose
intolerance increases with aging.

Hemoglobin/hematocrit to evaluate for
anemia, a prevalent condition in the
elderly.

Vitamin B12 (especially in vegans, with indications of achlorhydria and
gastrointestinal problems).
Geriatric practitioners may use the accumulated data from the foregoing
assessments to identify and evaluate potent
ial nutritional problems in their elderly
patients. Questions to consider include:
Are there "flags" for nutritional risk? How
can they be managed? Are the patient's di
etary supplements appropriate? Are there
any potential nutrient-drug interactions? What nutrients are affected and are the
pharmaceutical benefits worth the nutritional risk? Is the patient's dietary intake
adequate, and if not, what specific changes can the patient make to optimize his
or
her health?
Social History
The social evaluation covers a vast area of
information ranging from a patient's level
of education to their views on terminal care. In fact, the terrain is so vast and
complex that epidemiologists and clinicians alike have yet to fully embrace its
tremendous impact on health. Neverthele
ss, an impressive and growing body of
research demonstrates a consistent associ
ation between social
exposures, such as
income gradients and interpersonal isolation, with a number of significant health
outcomes, including mortality. Translating this evidence into effective patient care
is
enormously challenging and, in most clinical settings, physicians do not make the
attempt.
One exception to this is lifestyle modification. Many physicians routinely ask their
patients about personal behaviors that may place them "at risk" of harm.
Although
such lifestyle "choices" are always influenced
by society, most clinicians view them
as attributes of the patient, largely independent of her social environment.
Nevertheless, practitioners
typically place "habits" information under the social
history, unless the specific behaviors have particular relevance to the chief
complaint, in which case they include it in the present illness.
Definitive research literatur
e on the social determinants
of health applies to all
populations. Understandably, however, the well being of physically dependent
populations, like the elderly, is affected more by prevailing social conditions than
most other populations. Living arrangem
ents, financial security, transportation,
crime, and access to medical services all
have a demonstrably direct impact on
health outcomes in older ad
ults. Less obvious, though,
are the equally significant
health effects of interpersonal conditions, usually falling under the rubric of
"psychosocial" influences. The death of a sp
ouse or detachment from a community is
clearly associated with
higher rates of morbidity and mortality in the elderly. Despite
these risks, physicians operating in customary clinical settings are ill equipped to
sufficiently address the social
status of their elderly patients. For this reason, the
geriatric assessment must explicitly incorp
orate an extensive so
cial evaluation.
There is no well-recognized, formal screening
tool that has been validated for social
risk. As part of a typical
geriatric assessment, one or several members of the team
will gradually collect socially relevant information over several encounters.
Although
this is frequently done in the office or institutional setting, the best place to
perform
a social evaluation is in the pa
tient's own social
environment.
As a supplement to the Social History section in your H&P above, we outline
below
additional components relevant to geri
atric assessment. Th
e social assessment
questions you will actually ask appear in the DGA.
Vocation and Education
It is important to remember that raising a family, looking for a job, going to school
and enjoying retirement are all legitimate
"vocations". Many older adults who have
retired from their "careers"
continue to work part time or volunteer. The potential
benefits of working include community conn
ections, financial independence, personal
accomplishment and self-respect, all of which are potential determinants of
health.
For populations, there is considerable evidence that level of education varies
directly
with health status. Whether this applies to individual elders is less clear, but it is
certainly reasonable to include academic
accomplishments in the assessment.
Habits
Decades of research have firmly established the link between an individual's
lifestyle
and his health. An important, and often over
looked, feature of this research is the
time-dependent nature of exposures an
d outcomes. With few exception (drug
addiction and sleep being the
most notable), individuals ex
perience the health effects
of their habits decades in the future. This
has obvious and important ramifications for
health-related activities in the elderly. De
pending on the patient's age, much of the
relevant exposure has already taken place
and is beyond intervention. Conversely,
much of the predicted health outcomes from
their current behavior will be irrelevant;
the patient having long since succumbed to the accumulated effects of youthful
indiscretion. Still, where the activity has relatively swift consequences or the
patient
can expect to be around for another two or
three decades, it is reasonable to screen
for certain behaviors, particular those with convincing evidence in support of their
effects on health and modifiability.
Exercise.
The numerous and beneficial health
effects of regular exercise in the
elderly operate in both the short and long
-term. Exercise decreases blood pressure,
weight, cardiovascular and cerebrovascular risk, osteoarthritic joint pain and
stiffness, osteoporosis and ov
erall mortality. It improves glucose tolerance, strength,
cardiopulmonary fitness, agility and flexibility, balance, sleep, mood and
cognition. It
is hard to come up with a compelling argu
ment against some form of exercise, even
in the frailest elderly. Information obtained in the assessment ought to include the
frequency and duration of aerobic and non-
aerobic exercise, the
type of activity
(walking, swimming, gardening, heavy housework), method of monitoring
intensity
(heart rate, fatigue, pain), presence of or
thopedic and or cardiovascular diagnoses or
symptoms, and the occurrence
and nature of injuries.
Sleep.
Sleep physiology changes dramatically
with age. Older adults tend to sleep
fewer hours and often find it difficult to fall asleep (sleep latency) or stay asleep.
A
poor night sleep may have a range of he
alth effects including mood disorders,
cognitive impairment and even immunologic dysfunction. Plus, the pharmacologic
treatment of sleep disorders in the elderl
y is fraught with iatrogenic hazards.
Practitioners need to carefully assess the sleep quantity (nighttime duration
frequency and duration of daytime naps), sleep quality (sleep latency and ability
to
stay asleep, vigilance on waking, and pres
ence of nightmares), sleep environment,
bedtime habits, and medical conditions affe
cting sleep (depression
, congestive heart
failure, carpal tunnel syndrome).
Sexual Activity.
Elders have sex. Although pregnancy is not an issue, sexually
transmitted diseases are not irrelevant to
geriatrics, and physicians often make
incorrect assumptions regarding monogamy
and safe sexual prac
tices. Although a
minority of elderly patients may be at risk from sexual indiscretion, most are far
more concerned about the opposite prob
lem, sexual dysfunc
tion. Even though
impotence, diminished libido and dyspareunia (pain with intercourse, usually
related
to vaginal dryness) are extremely common
in older adults, they are uncommonly the
topic of conversation in their doctors'
offices. Since all three conditions are
potentially treatable (more so recently with the introduction of Viagra), it is crucial
that practitioners obtain such information, despite their own misgivings about
broaching the subject, especi
ally when a generation or
two separates them from
their patients. Asking straightforward,
close-ended questions
in a non-judgmental
fashion ("Are you currently sexually active?"
as opposed to "Are you still sexually
active after all these years?), usually works well.
Recreational Activity.
How a person spends his or her leisure time may influence
their health in three major ways. (1) To the extent that the activity involves
consistent exercise, the participant is bound
to experience an over
all health benefit.
(2) To the extent that the activity is
harmful or dangerous (cruising bars, for
example, with its associated binge drinking and driving), it will increase the risk of
disease, injury and premature mortality. An
d (3), most recreational activities are
designed to relieve stress (golf notwithstanding). Experimental evidence linking
strain (an individual's resp
onse to stress) with diseas
e, suggests a mechanisms for
the protective health effects of activities mitigating stress.
Substance Use.
Although the prevalence of il
licit drug use in the geriatric
population is relatively low, older adults do not lose interest in most other
substances. It is extremely rare for anyone to take up smoking late in life, so the
vast majority of elders who smoke have been
doing so for decades. Similarly, elders
who have no prior history of alcoholism, or
other addictive beha
vior, do not suddenly
develop a pattern of addictive behavior
in their seventies an
d eighties. Elderly
alcoholics almost always have
a history of substance abuse
or misuse, of one form or
another, dating back to their youth. Medi
cally relevant addictive behavior can be
divided into two categories
based on their associated ps
ychosocial harm. The abuse
of alcohol and other drugs (m
ost notably prescription hypnotics in the elderly) are
often far more psychosocially devastating than the effects of tobacco use and the
over-consumption of saturated fats. It is
more sensible, therefore, to save the
evaluation of alcohol and drug abuse fo
r the Neuropsychiatric section of the
assessment. Dietary fat consumption appear
s in the Nutritional Evaluation above,
leaving tobacco use for this section.
Although the prevalence of American sm
okers has declined since the mid-1960's,
about 25% of Americans continue to smoke.
This drops to about 19% in persons 65
to 74 year old and 9% in those over 75 years (at least partially due to their
smoking
attributable premature mortality). Smoking
accounts for about one out of every five
deaths in the United States making it the most important modifiable cause of
death.
Many older smokers reasonably assume that
the damage from years of smoking has
been done; the common refrain being "If it hasn't killed them yet, why quit?" While
this mindset is difficult to overcome, there
is considerable evidence that mortality is
significant postponed even in smokers
who quit after the age of 70. Smoking
cessation is worth pursuing in the elderly.
Useful assessment questions include: Is
the patient a current or former smoker?
What does he smoke (or chew) and how
much (recorded in pack-years)? Have there
been attempts to quit and were they
successful? Is there any exposure to envi
ronmental (second-hand) tobacco smoke?
Living Arrangements and Services
According to the U.S. Census Bureau, of the non-institutionalized adults over 65
years and older, approximately 70% live with
a spouse or extended family and 30%
live alone. As we've discussed
earlier in the course, due to
their relative longevity,
considerably more women than men live alone, while conversely, more men than
women live with their spouse. Whereas on
ly about once percent of Americans
between 65 and 74 live in nursing homes, about one-fourth of those 85 and older
are
institutionalized. The determination of appropriate living arrangements for elderly
patients is one of the assessment's most si
gnificant functions. Although options for
elder housing vary widely, there are th
ree basic types: private homes in the
community, assisting living residences, and skilled nursing facilities (rehabilitation
hospitals and nursing homes). Ideally, the most highly functioning elders remain
in
their homes as long as possible, frequently
with the aide of a personal caregiver,
usually a spouse or other cl
ose relative. It is always important to ask about co-
dwellers, both to determine the level of interpersonal support (see below) and to
evaluate for the possibility of caregive
r stress, a relatively common phenomenon,
particularly among elderly spouses.
Security.
As elders become more dependent, their vulnerability to intentional injury
and loss of property increases. For this
reason, the social a
ssessment must include
an evaluation of security risks experienced by patients living in the community.
Has
the apartment building hired a doorman? Is the home equipped with security
alarms
and fire detectors? Is there a working te
lephone? Are trustworthy neighbors easily
accessible?
Injury Risk.
Of all the possible sources of harm
that may come their way, falls are
among the most common and serious.
They occur in bo
th community and
institutional settings. One in four elders living in the community will suffer a fall,
and
on average, a resident in a long-term care facility will fall one to two times per
year.
About one in forty falls results in hospitalizations. About half of hospitalized fallers
are institutionalized, and up to 20% of them are dead within the year. The reason
for
most falls is complex, having to do with an aggregation of medical factors
including
drugs and alcohol, dementia, depression, visual impairment and dysmobility. All
of
these potential etiologies, covered elsewh
ere in the assessment, combine with a
patient's environment to pose a significant risk of unintentional injury. At this point
in the assessment, the focus is on the patient's physical surroundings at home
and
his or her history of falling. How adequate
is the ambient lighting? How many levels
must occupants traverse over stairs? Is
the house or apartment fully accessible by
wheelchair? Where are the bathroom, kitc
hen and bedroom in relation to one
another? Are there throw rugs and other trip
hazards? Are there grab bars and mats
in the tubs? How many times has the patient fallen in the past year? What were
the
circumstances and consequences of the falls?
Has the patient develop a fear of falling
out of proportion to
the physical risks?
Community Services.
Although family members
and other non-professionals
provide upwards of 80% of the care received by non-institutionalized elders, there
is
a long list of community-based services. Largely due to interest in cost-
containment
and recent advancements in technology, th
e home healthcare industry has boomed
in recent years. In addition to selected hospital-based services (like dialysis and
intravenous antibiotic treatment), in-home
support includes hospice care, physician
house calls, visiting nurses, home heal
th aides, Meals on
Wheels, and hired
homemakers to name of few. Group counse
ling, adult day centers, congregate meals
and respite-care are examples of out-
of-home support. Community-based health
care services include a designated primary
care physician, ambulatory care center,
acute and rehabilitative facilities, mental health providers and provision of
pharmaceuticals.
Long-term Care.
Elders who cannot manage alone at
home and do not have family
members able or available to provide ad
equate support may take advantage of
various long-term care setting
s. Assisted living residences
provide various levels of
services for elderly adults who do not
require skilled nursing care but who,
nonetheless, cannot continue to safely liv
e at home. Although some assisted living
residents have mild to modera
te dementia, they tend not
to have seriously disabling
conditions. Assisted living is truly a long
-term care option. Mo
st residents do not
return to their original homes, and many
go onto more intensive settings, like
nursing homes. Skilled nursing facilities include nursing homes and similar long-
term
care institutions employing skilled medical
professionals. Most
residents of nursing
homes suffer from chronic disa
bled conditions requiring 24-hour nursing care for the
indefinite future. A smaller
percentage of residents at
some facilities receive
rehabilitative services after an acute ev
ent (such as a fall or stroke) during a
relatively short, well-defined admission. Short-term (usually about two weeks)
respite stays are a third type of admission
in which elders living at home occupy a
nursing home bed in order to provide their
caregivers with a much needed break.
Social Networks
Social networks may take the form of inti
mate, tightly knit relationships or broad-
based community affiliations. Interestingly,
studies suggest that the health of elder
women benefits more from group relationsh
ips, as opposed to elder men who thrive
better on close personal rela
tionships with family member
s, particularly a spouse.
The assessment of social networks involves collecting information on (1) marital
status, (2) number of children and the frequency of their visits, (3) existence and
involvement of other close relatives or clos
e friends, and (4) frequency of attendance
at religious and secular meetings or ev
ents. Supportive arrangements within a
patient’s network include (1) practical
assistance with daily tasks (such as
transportation, shopping an
d cooking), and (2) emotional assistance from family
members, friends, or community groups
. Conversely, questions about abusive
behavior directed at the patient are a crit
ical to the social a
ssessment. Elder abuse
may take the form of direct physical ha
rm, neglect, or emotional harassment. The
assessment concludes with self-perceptive
questions regarding a patient's sense of
isolation or association.
Caregivers.
Since, as mentioned above, family
members meet the great majority of
disabled elders' needs, the patient of interest
is frequently also a caregiver. If this is
the case, assessment questions turn to the be
neficiary of such care
and its affect on
the patient. Who is she caring for and how ill or disabled is this person? How
often
and for how long does she provide care,
and what exactly is involved? Are her
responsibilities causes stress and exhaustion
, ill health, or an unacceptable loss of
independence?
Financial Security
According to the American Association of
Retired Persons, abou
t one in five older
Americans live below 125% of the povert
y line. Compared to elderly men, the
poverty rate is almost double for women su
ch that roughly the same proportion of
older women live in poverty as do children in this country. Despite these figures,
Americans 75 years and older have a net
worth well above the national average.
Since income level is clearly associated with health at all ages, financial security
is an
essential component of the geriatric assessm
ent. Nevertheless, many physicians are
uncomfortable about discussing their patients' assets, viewing the topic as
outside
their professional jurisdiction. To obtain this information, it is usually unnecessary
to
discuss a patient's annual gro
ss income or estate plan in any detail. Inquiring in
general terms about current sources of income and ability to meet expenses now
and
in the future is usually sufficient.
Health care coverage
An especially important asse
ssment topic is health care
coverage, both public
entitlement programs (Medicare and Medica
id) and private insurance plans. Most
elders use a combination of
Medicare benefits and privat
e supplemental insurance to
pay for acute hospital services and physician visits. They rely on Medicaid and
out-
of-pocket resources for nursing home ca
re. Although most practitioners are
abundantly aware of their patient's covera
ge, they do not routinely explore its
adequacy, except as part of a
thorough geriatric assessment.
Transportation
An important objective of the geriatric
assessment is to make decisions that
maximizes an elder's independen
ce and minimizes ri
sk to his safety and the safety of
others. Physicians frequently find themselves in the unenviable position of
deciding
when it is time for older drivers to give up their licenses. According to the AAA
Foundation for Traffic Safety, more than one in four drivers will be 65 and over by
the year 2000. Although older drivers are on the road for fewer miles than their
younger counterparts, the number of crash-
related injuries and deaths per million
drivers increases after age 60. Among other
things, these accidents seem to reflect
errors of inattention, failure to yield, a difficult time maneuvering and driving too
slowly. As was the case with falls above,
there are multiple risk factors for motor
vehicle accidents in the el
derly, all of which are ev
aluated elsewhere in the
assessment. These include cognitive im
pairment, vision
and hearing loss,
psychomotor slowing, decreased musculo
skeletal endurance
and coordination

12. Jelaskan aspek biomolekuler aging!

 Background: Telomere length and mitochondrial DNA (mtDNA) content are markers of
aging and aging-related diseases. There is inconclusive evidence concerning the mechanistic
effects of airborne particulate matter (PM) exposure on biomolecular markers of ageing

Objective: The present study examines the association between short- and long-term PM
exposure with telomere length and mtDNA content in elderly and investigates to what extend
this association is mediated by expression of genes playing a role in the telomere-
mitochondrial axis of aging.

Methods: Among 166 non-smoking elderly, we used qPCR to measure telomere length and
mtDNA content in leukocytes, and RNA from whole blood to measure expression of SIRT1,
TP53, PPARGC1A, PPARGC1B, NRF1 and NFE2L. Associations between PM exposure and
markers of aging were estimated using multivariable linear regression models adjusted for
gender, age, BMI, socio-economic status, statin use, past smoking status, white blood cell
count and percentage of neutrophils. Mediation analysis was performed to explore the role of
age-related markers between the association of PM exposure and outcome. Annual PM2.5
exposure was calculated for each participant’s home address using a high resolution spatial-
temporal interpolation model.

Results: Annual PM2.5 concentrations ranged from 15 to 23 µg/m3. A 5 µg/m3 increment in


annual PM2.5 concentration was associated with a relative decrease of 16.8% (95% CI: -
26.0%, -7.4%, p=0.0005) in telomere length and a relative decrease of 25.7% (95% CI: -
35.2%, -16.2%, p<0.0001) in mtDNA content. Assuming causality, results of the mediation
analysis indicated that SIRT1 mediated 19.5% and 22.5% of the estimated effect of PM2.5
exposure on telomere length and mtDNA content, respectively.

Conclusions: Our findings suggest that the estimated effects of PM2.5 exposure on the
telomere-mitochondrial axis of aging may play an important role in chronic health effects of
PM2.5.

13. Jelaskan perbedaan aging dan senencesce!


14. Jelaskan perbedaan normal aging dan successful aging!
15. Jelaskan apa saja yang termasuk accelarated aging!

Certain disorders have the some of the same effects as aging. Scientists study what happens
in these disorders to try to learn what causes aging. For example, they identify the genes that
are defective in these disorders and compare them with the same genes in older people.

Progeroid Syndromes
Progeroid syndromes are rare disorders that cause premature aging and shorten life
expectancy.

In progeroid syndromes, the aging process is greatly accelerated. Affected children develop
all of the external signs of old age, including baldness, hunched posture, and dry, inelastic,
and wrinkled skin. However, in contrast to normal aging, the ovaries or testes are inactive,
resulting in sterility. Females have no menstrual periods. Affected children are unusually
short. Thus, progeroid syndromes are not an exact model of accelerated aging.

There are several progeroid syndromes. In Hutchinson-Gilford syndrome and Werner


syndrome, the central nervous system and therefore the ability to do many daily activities are
largely unaffected unless a stroke occurs.

Hutchinson-Gilford syndrome (progeria)

This syndrome begins in early childhood. It is caused by a genetic abnormality but is usually
not inherited. That is, the genetic abnormality (mutation) occurs on its own. It causes inelastic
and wrinkled skin, baldness, and other problems usually associated with aging (such as
disorders of the heart, kidneys, and lungs and osteoporosis). The body does not grow
normally and thus appears too small for the head. Most children die in their teens. The cause
is usually a heart attack or stroke. The mutation that causes this disorder has been identified,
and a clinical trial of an inhibitor of the faulty gene has had encouraging results.

Werner syndrome

This hereditary syndrome begins in adolescence or early adult life. It causes inelastic and
wrinkled skin, baldness, and problems associated with aging, including atherosclerosis,
cataracts, diabetes, osteoporosis, cataracts, muscle wasting, and cancer (including some types
that are rare in other people).
Down Syndrome
Down syndrome is much more common than progeroid syndromes (see Down Syndrome
(Trisomy 21; Trisomy G)). It also causes problems typical of old age in younger adults:

 Glucose intolerance
 Blood vessel disorders
 Cancer
 Hair loss
 Degenerative bone disease
 Premature death

In contrast to progeroid syndromes, Down syndrome greatly impairs the central nervous
system. It usually causes intellectual disability and, later in life, symptoms of Alzheimer
disease (see Alzheimer Disease : Symptoms). Also, brain tissue, obtained during an autopsy
and examined under a microscope, has the same type of degeneration that is seen in people
with Alzheimer disease.

http://www.msdmanuals.com/home/older-people%E2%80%99s-health-issues/the-aging-
body/disorders-of-accelerated-aging

Anda mungkin juga menyukai