Anda di halaman 1dari 2

Nama : Vina Ayu Sekar Gita

NIM : 19/439059/KH/10069
Fakultas : Kedokteran Hewan

TUGAS STUDIUM GENERAL MATA KULIAH WAJIB UMUM

PERAN MAHASISWA DI TENGAH RADIKALISME DAN INTOLERANSI

Belakangan ini, istilah “radikalisme” seringkali kita dengar melalui berbagai media
seperti televisi. Kesan yang muncul setelah mendengarnya pasti tidaklah jauh dari hal-hal seperti
terorisme, ajaran yang menyimpang, jihad, dan sebagainya. Namun, tahukah kamu apa itu
radikalisme yang sesungguhnya?
Menurut Harahap, S. (2017) radikal atau radikalisme dilabelkan bagi mereka yang
berpegang teguh pada keyakinan dan ideologi yang dianutnya secara kaku sehingga
konsekuensinya semua yang lain dan tidak sama dengannya adalah salah dan keliru. Penganut
paham radikalisme cenderung represif terhadap orang yang berbeda paham dengan mereka.
Mereka menganggap perbuatan yang tidak sesuai dengan paham mereka harus diperbaiki. Tidak
jarang cara yang dipilih kurang tepat, seperti dengan tindakan terorisme.
Persoalan radikalisme sangat berpengaruh dalam kehidupan beragama, bermasyarakat,
maupun bernegara. Tidak bisa dipungkiri, paham radikalisme mampu menimbulkan berbagai
masalah yang mengancam integrasi bangsa. Dampak tindakan intoleran dapat berwujud
terjadinya konflik SARA, seperti pengusiran etnis tertentu dan diskriminasi. Radikalisme dapat
menjadikan penganutnya gelap mata dan bertindak apapun demi mempertahankan apa yang
diyakininya tanpa mempedulikan apakah caranya manusiawi atau tidak. Demikian pula tindakan
terorisme. Terorisme dapat menimbulkan kerugian materi, kerusakan fasilitas umum, hingga
jatuhnya korban jiwa.
Dalam kehidupan sosial, setiap orang tentu mengharapkan kehidupan yang aman, damai,
dan sejahtera tanpa adanya kekerasan, perselisihan, maupun perpecahan. Siapa gerangan yang
mau menjadi korban tindakan radikal, intoleran, dan terorisme?
Narasumber sekaligus mantan korban bom hotel JW Marriot 2003, Bp. Febby
Firmansyah Isran mengatakan bahwa kehidupannya sangatlah berubah semenjak dirinya menjadi
korban ledakan bom tersebut. Sebagai salah satu korban selamat, ia mengalami cacat fisik, stress,
dan trauma. Ia mengaku bahwa luka fisik yang ia derita cukup parah dan tidak bisa sembuh total
karena adanya kerusakan pada jaringan tubuhnya. Pemulihan luka fisik dan trauma
membutuhkan waktu yang sangat lama. Ia menuturkan bahwa permasalahan lain yang timbul
setelah ia menjadi korban bom, yakni masalah kesempatan untuk bekerja dan beraktivitas seperti
orang-orang yang lain. Rentetan masalah tersebut sempat membuatnya jatuh dan terpuruk.
Tindakan intoleran, radikalisme, dan terorisme membuat kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara menjadi tidak tenang, saling curiga, dan dihantui ketakutan. Di
samping banyaknya pengaruh negative yang ditimbulkannya, paham radikal masih saja
berkembang di Indonesia. Menurut Bp. Machmudi Hariono, yang merupakan seorang mantan
Nama : Vina Ayu Sekar Gita
NIM : 19/439059/KH/10069
Fakultas : Kedokteran Hewan

teroris, tindakan tersebut didasari oleh paham Islam yang menyimpang. Berdasarkan pengalaman
hidupnya, penanaman paham radikal ini dilakukan melalui pendekatan-pendekatan yang halus.
Pada awalnya, ia berangkat menuju daerah konflik dengan tujuan sebagai sukarelawan yang
bertugas membantu saudara muslim di sana hingga akhirnya ia turut serta melakukan aksi
terorisme. Namun, kini ia telah memilih jalan hidup yang lain dengan kembali bersama
keluarganya dan menjalani kehidupan yang normal.
Penyebab munculnya pandangan intoleran dan radikalisme antara lain pemahaman yang
salah mengenai ilmu agama, pola pikir yang kurang terbuka, serta adanya rasa ketidakpuasan
terhadap kebijakan pemerintah, dan sebagainya.
Mahasiswa hanyalah manusia biasa. Ia mungkin berbuat salah, sebagaimana memiliki
kemungkinan untuk terjerumus dalam pandangan intoleran dan paham radikalisme. Namun,
semua itu bergantung pada tiap indvidu bagaimana seseorang bisa menggunakan akal dan
hatinya untuk tetap berada di jalan yang benar sesuai dengan syariah agama maupun hukum
konstitusi.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan seseorang tertarik pada pandangan dan jaringan
radikalisme antara lain adanya sifat-sifat dari dalam diri seperti rasa ingin tahu mengenai paham
radikalisme, menyukai tantangan, dan mudah terbawa aliran/belum memiliki prinsip yang teguh,
guru spiritual yang mengajarkan doktrin ajaran menyimpang dengan halus sehingga tidak
menimbulkan kecurigaan, serta pemikiran yang hanya terfokus pada satu paham tanpa
membandingkannya dengan paham yang lain.
Terdapat beberapa hal yang penting bagi mahasiswa untuk membentengi diri dari paham
radikalisme, yaitu memiliki sumber finansial yang pasti, senang mencari tantangan untuk
mengembangkan diri, memiliki eksistensi, cinta dan kasih sayang terutama dari keluarga dan
orang terdekat, berkontribusi dalam hal positif, serta memiliki arti dan tujuan hidup yang jelas.
Mahasiswa dapat turut berkontribusi dalam pencegahan radikalisme dan intoleransi
dengan dimulai dari diri sendiri. Mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa hendaknya menjadi
individu yang cerdas baik dalam aspek intelektual, spiritual, maupun emosional. Cerdas
intelektual berarti mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari.
Cerdas spiritual berarti mahasiswa cerdas dalam hubungannya dengan Tuhan. Sementara cerdas
emosional berarti mahasiswa memiliki kemampuan mengendalikan diri yang baik. Di sisi lain,
mahasiswa juga perlu memperhatikan lingkup pertemanannya. Hal ini tidak kalah penting
dengan aspek-aspek sebelumnya. Teman yang baik akan membawa seorang manusia menjadi
pribadi yang baik pula, begitupun sebaliknya. Dalam bergaul, memang sebaiknya tidak
membeda-bedakan teman, tetapi bersikap selektif adalah suatu keharusan agar terhindar dari
berbagai pengaruh negatif yang berpotensi timbul dalam suatu hubungan sosial.

Anda mungkin juga menyukai