Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-NYA serta kesehatan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan “Tugas Rancangan Elemen Mesin”
Berdasarkan kurikulum pada perguruan tinggi Institut Tekhnologi Medan
(ITM), dimana setiap mahasiswa/I Fakultas Tekhnologi Industri khususnya jurusan
Tekhnik Mesin, wajib menyelesaikan tugas rancangan roda gigi. Dalam kesempatan
ini penulis membuat rancangan roda gigi YAMAHA VEGA ZR dengan data sebagai
berikut:
Daya : 6 KW
Putaran : 7500 rpm
Dalam rancangan ini penulis menyajikan perhitungan untuk memperoleh
ukuran-ukuran dan bahan yang akan digunakan pada roda gigi YAMAHA VEGA ZR.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini dan
masih jauh dari yang diharapkan. Untuk itu penulis dengan lapang dada menerima
kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan laporan
ini.
Pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih
kepada:
1. Kedua orang tua penulis, atas semua nasihat dan pengorbanan moril dan material
serta do’anya kepada penulis sehingga terselesaikannya tugas ini.
2. Bapak Ir.Nasri pilly,MT selaku dosen pembimbing penulis dalam menyusun tugas
rancangan roda gigi ini
3. Kepada teman-teman mahasiwa yang membantu penulis dalam menyelesaikan
tugas ini
Semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis dan sebagai bahan pertimbangan
untuk tugas lainnya. TERIMAKASIH
Medan ,27 mei 2013
Penulis
( DIAN SYAHPUTRA)
Nim : 10 202 067
1
DAFTAR ISI
2
3
KETERANGAN GAMBAR
4
PRINSIP KERJA RODA GIGI
Kecepatan I
Bila pedal pemindah daya (persenelling) ditekan ke depan, maka garpu
pemindah gigi akan menggerakkan pinion B sehingga menyatu dengan pinion A.
Sehinggan putaran dari poros input diteruskan ke gear I dengan perantaraan yang
berlawanan dengan poros input, selanjutnya poros output ditransmisikan ke belakang.
Kecepatan II
Untuk mengubah kecepatan cukup dengan menekan pedal pemindah gigi ke
depan, maka garpu akan menekan pinion B ke kanan. dan akan menggerakan gear I
(1) kekanan menyatu dengan gear H (2). Sehingga putaran dari poros input dapat
diteruskan ke poros output melalui hubungan antara gear H(2) dengan pinion B.
Kecepatan III
Untuk kecepatan III garpu pemindah menggerakkan pinion B kekanan
sehingga menyatu pada pinion C. Dengan berhubungnya pinion ini, maka putaran
dari poros input dapat diteruskan ke poros output melalui roda gigi G (3).
Kecepatan IV
Pada kecepatan IV garpu pemindah gigi akan menggerakan gear G(3)
sehingga berhubungan langsung dengan gear F(4), sehingga putaran dari poros input
dapat diteruskan keporos output melalui pinion D ke gear F(4).
5
BAB I
PENDAHULUAN
6
Gambar. 1.1 Roda gigi lurus
7
Gambar.I.3 Roda gigi miring
8
1.2.2. Roda gigi dengan poros berpotongan dimana porosnya tidak sejajar dan
tidak segaris.
9
1.2.3. Roda gigi yang mempunyai poros tegak lurus.
Roda gigi ini dipakai pada poros-poros yang menjulang dan tegak lurus tanpa
adanya slip yang besar, dan merupakan pemindahan daya yang dibutuhkan pada
konstruksi permesinan.
Roda gigi ini dapat digolongkan menjadi:
10
Gambar. I.8.Roda gigi cacing slindris
Selain roda gigi yang diuraikan diatas ada lagi roda gigi yang dapat
meneruskan putaran seperti:
1. Roda gigi Hipoid.
2. Roda gigi Permukaan.
11
BAB II
POROS
Macam-macam poros
Poros untuk penerus daya di klasifikasikan menurut pembebanannya sebagai
berikut:
1. Poros Transmisi
Poros semacam ini mendapat beban puntir murni atau puntir lentur. Daya di
transmisikan pada poros ini melalui koling, roda gigi, puli, sabuk atau sprocket
rantai, dan lain-lain.
2. Spindel
Poros transmisi yang relative pendek, sepeti poros utama mesin perkakas, di mana
beban utamanya berupa puntiran, di sebut spindle.
3. Gandar
Poros seperti ini di pasang di antara roda-roda kereta barang, dimana tidak
mendapat beban puntir, bahkan kadang-kadang tidak boleh berputar, di sebut
gandar.
Tata cara perencanaan tersusun dalam sebuah diagram aliran, hal-hal yang perlu di
perhatikan antara lain, yaitu:
Pertama kali ambillah suatu kasus di mana daya P( kW ) harus ditransmisikan dan
putaran poros n ( Rpm ). Dalam hal ini perlu dilakukan pemeriksaan terhadap daya P.
Daya yang besar mungkin terjadi pada saat start atau mungkin beban yang besar
terjadi terus-menerus setelah start, dengan demikian perlu adanya factor koreksi.
Jika p adalah daya nominal yang di keluarkan oleh motor penggerak, maka
berbagai macam factor keamanan yang dapat di ambil. Jika factor koreksi adalah fc,
maka daya rencana Pd ( kW ) sebagai patokan adalah :
Pd fcxP .....................................[1]
12
Jika daya di berikan dengan Power Staring ( PS ) maka harus di kalikan
dengan 0,73 untuk mendapatkan daya dalam kW.
Pd 0,735 xP
Jika momen puntir ( di sebut juga sebagai momen rencana ) adalah T ( Kg.mm )
maka
Pd
T 9,74 x10 5 .............. [2]
n
Tegangan geser yang di izinkan a ( Kg.mm ) untuk pemakaian umum pada
poros dapat di peroleh dengan berbagai cara, dalam hal ini digunakan metode SF.
Dimana harga Sf1 6,0 untuk bahan S-C dengan pengaruh masa dan baja paduan,
sedangkan harga untuk Sf2 yaitu poros ditinjau akan di beri pasak atau di buat
bertangga karena pengaruh kosentrasi tegangan cukup besar, adalah 1,3 sampai 3,0.
Dan B kekuatan tarik ( Kg/mm2)
B
a ...................... [3]
Sf 1 xSf 2
Untuk mendapatkan diameter poros ds (mm) ada factor Kt yaitu, di pilih 1,0
jika bebab dikenakan secara halus, 1,0-1,5 jika terjadi sedikit kejutan atau tumbukan,
1,5-3,0 jika terjadi beban atau tumbukan yang besar. Dan juga factor C b diambil 1,2-
2,3 , jika tidak akan terjadi beban lentur cukup di ambil 1,0.
1
5,1xK t xC b xT 3
ds ..................[4]
a
Sedangkan tegangan geser yang terjadi ( Kg/mm2 )di karnakan adanya
momen rencana T (Kg.mm), dan pada suatu diameter poros d (mm), yaitu :
5,1xT
a ...................................[5]
d s3
13
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dalam setiap mesin. Hampir
semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Putaran utama dalam
transmisi seperti itu dipegang oleh poros. Dalam bab ini akan di bicarakan adalah
proses penerus daya yang dipakai untuk meneruskan momen.
Oleh karena itu perlu diperhatikan jenis bahan yang dipergunakan biasanya dalam
proses di buat dari baja yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
Tahan terhadap momen puntir
Mempunyai elastisitas yang baik
Tidak mudah patah
Dalam tugas rancangan poros pemindahan ini spesifikasi yang dipilih adalah
untuk kendaraan roda dua, yaitu: “VEGA ZR “dengan data-data sebagai berikut:
Daya (P) : 6 kW
Putaran (n) : 7500 rpm
Gigi transmisi : 4 speed
Pola pengoperan : N- 1 - 2 - 3 - 4.
Jika P merupakan daya nominal out put dari motor penggerak, maka daya
rencana pada (kW) adalah daya nominal dikalikan factor keamanan f c maka dapat di
tulis
P d = P . fc
14
Momen puntir (T) Poros Input
pd
T 9,74 x10 5 .................................................[7]
n
Dimana : T = Momen
Pd = Daya rencana ( 9 kW )
n = Putaran (7500 rpm )
Maka diperoleh
Pd
Tin = 9,74 x10 5
n
9 kW
= 9,74 x 105 7500 rpm
= 1168,8 Kg.mm
Tabel 2.2 Baja karbon untuk kontruksi mesin dan baja batang yang difinis
dingin untuk poros …………[8]
Standart dan Lambang Perlakuan Kekuatan tarik Keterangan
macam panas (Kg/mm2)
Baja karbon S30C Penormaan 48
konstruksi mesin S35C “ 52
(JIS G 4501) S40C “ 55
S45C “ 58
S50C “ 62
S55C “ 66
Batang baja yang S35C-D _ 53 Ditarik dingin,
difinis dingin S45C-D _ 60 digerinda,
S55C-D _ 72 dibubut, atau
gabungan
antara hal-hal
terebut.
Bahan poros dipilih dari bahan baja karbon kontruksi mesin (JIS G 4501)
S45C dan kekuatan tarik yaitu 58 Kg/mm2 dengan tegangan geser yang di izinkan
dapat dirumuskan sebagai berikut :
15
B
a ( Kg/mm2)......... [ 9]
Sf 1xSf 2
58 Kg / mm 2
=
6 x1,6
= 6.041 Kg/mm2
ds in =
5,1xCbxKtxT 3
(mm) ....................................[10]
a
=
5,1xCbxKtxT 3
Maka : ds in
a
1
5,1x1,8 x 2,3 x1168,8 Kg .mm 3
=
6.041 Kg / mm 2
16
260 440
4,5 *11,2 28 45 *112 280 450
12 30 120 300 460
*31,5 48 *315 480
5 *12,5 50 125 320 500
130 340 530
35 55
*5,6 14 *35,5 56 140 *3350 560
(15) 150 360
6 16 38 60 160 380 600
17 170
*6,3 18 63 180 630
19 190
20 200
22 65 220
7 70
*7,1 71
75
8 80
85
9 90
95
17
1168,8
= 5,1 3 Kg / mm 2
16
= 1,45 Kg/mm2
Berdasarkan perhitungan diatas maka poros input tersebut aman untuk dipakai
karena tegangan geser yang terjadi ( ) lebih kecil sama dengan dari tegangan geser
izin ( a )
≤ a
1,45 Kg/mm2 ≤ 6,041 Kg/mm2
n
pada poros output yaitu : n out =
i
Di mana,
n out = putaran poros output
n = putaran poros input
I = Perbandingan poros putaran yang di reduksi, dimana nilai i ≤ 4 untuk
roda gigi lurus .
n
n out =
i
7500rpm
=
4
= 1875 rpm
18
pd
T 9,74 x10 5 ............................................[14]
n
Dimana : T = Momen
Pd = Daya rencana (9 kW)
n out = Putaran (1875 rpm )
Maka diperoleh
Pd
T out = 9,74 x10 5 ............................................[15]
nout
9kW
= 9,74 x 105 1875 rpm
= 4675,2 Kg.mm
Bahan poros dipilih dari bahan baja karbon kontruksi mesin (JIS G 4501) dan
kekuatan tarik yaitu 55 Kg/mm2 dengan tegangan geser yang di izinkan dapat
dirumuskan sebagai berikut :
B
a ( Kg/mm2).................................[16]
Sf 1xSf 2
58 Kg / mm 2
=
6 x1,9
= 5,088 Kg/mm2
Perhitungan Untuk Mencari Diameter Poros Output (dsout)
1
=
5,1xCbxKtxT 3
ds out (mm) ............................[17]
a
19
Kt = Faktor keamanan standart ASME, jika beban dikenakan dengan
kejutan atau tumbukan besar 1,5-3,0 ( diambil 2,3 )
Tout = Momen torsi poros output 4787,2 Kg.mm
1
5,1xCbxKtxTout 3
Maka : ds out =
a
1
5,1x1,8 x 2,3 x 4675,2 Kg .mm 3
=
5,088 Kg / mm 2
Dari tabel 2.3 dapat dilihat diameter standart poros berdasarkan hasil
perhitungan diameter poros output maka diambil harga yang terdekat dari diameter
standart yaitu 28 mm. Maka tegangan geser () yang terjadi pada diameter poros
output. Yaitu :
T
5,1 out 3 ........................................................[18]
ds out
4675,2
= 5,1 3 Kg / mm 2
28
= 1,086 Kg/mm2
BAB III
SPLINE DAN NAAF
20
Spline digunanakan bertujuan untuk meneruskan daya, dan dalam hal ini
putaran poros ke roda gigi. System ini dijumpai pada banyak system permesinan.
Gambar spline terlihat pada
Dalam merancang suatu poros, karna spline ini adalah termasuk dalam poros
maka harus diperhitungkan nilai-nilai keamanannya
21
5,1xT
a
d s3
Spline digunanakan bertujuan untuk meneruskan daya, dan dalam hal ini
putaran poros ke roda gigi. Sistem ini dijumpai pada banyak sistem permesinan.
Gambar spline terlihat .
22
Diameter spline Dan Naaf Input (Ds in)
ds in = 0,810 Ds
ds in
Ds in =
0,810
16mm
= 0,810mm
Dsin ds in
De = mm
2
19,75 16
= mm
2
= 17,8 mm
De 3 17,8 3 mm
Ls in = 2 = = 22 mm
dsin 16 2 mm
23
3,14(16mm 2mmx 2)
= 3,08mm
( gigi )
2
= 10 ≈ ( 10 gigi spline = 10 gigi naaf )
B
Maka : a Sf 1xSf 2
55 Kg / mm 2
=
6 x1,6
= 5,729 Kg/mm2
Tegangan Geser Yang Terjadi
T
5,1 in 3
Dsin
1168,8
= 5,1 3
Kg / mm 2
19,75
= 0,77 Kg/mm2
24
Berdasarkan perhitungan diatas maka poros spline input tersebut aman untuk
dipakai karena tegangan geser yang terjadi ( ) lebih kecil sama dengan dari
tegangan geser izin ( a )
≤ a
0,77 Kg/mm2 ≤ 5,729 Kg/mm2
25
= 0,095 x 33,43 mm
= 3,17 mm ( 3,17 mm untuk spline, 4 untuk naaf )
De 3 30,15 3 mm
Ls out = 2 = = 37.96 mm
ds out 26.87 2 mm
26
Bahan poros dipilih dari bahan baja karbon kontruksi mesin (JIS G 4501) dan
kekuatan tarik yaitu 55 Kg/mm2 dengan tegangan geser yang di izinkan dapat
dirumuskan sebagai berikut :
B
a ( Kg/mm2)
Sf 1xSf 2
55 Kg / mm 2
=
6 x1,9
= 4,824 Kg/mm2
Tegangan Geser Yang Terjadi
T
5,1 out 3
Dsout
4675,2
= 5,1 3
Kg / mm 2
33,43
= 0,638 Kg/mm2
Berdasarkan perhitungan diatas maka poros spline output tersebut aman untuk
dipakai karena tegangan geser yang terjadi ( ) lebih kecil sama dengan dari
tegangan geser izin ( a )
≤ a
0,638Kg/mm2 ≤ 4,824 Kg/mm2
27
Gambar 3.3 Naaf
Table 3.1 Nilai Konstanta Bahan ( C )
Pada perancangan naaf ini diambil data – data dari tebel 3.1 yaitu Tabel Nilai
Konstanta Bahan. Sebagai berikut:
Bahan : Besi tuang Bt 52
Kekuatan tarik ( B ) : 700 – 1000 Kg/cm2 = 70 – 100 Kg/mm2
Bahan naf dari bahan besi tuang Bt 52 dengan kekuatan tarik (B) = 70–100
Kg/mm2, (di ambil 100 Kg/mm2) sehingga tegangan geser izin (g) pada naaf adalah:
B
g =
Sf 1xSf 2
Dimana : Sf1 = 6
Sf2 = 2,1
B
Maka : B =
Sf 1xSf 2
100 Kg / mm 2
=
6 x 2,1
= 7,93 Kg/mm2
28
Pada naaf ini juga perlu dilakukan pemeriksaan – pemeriksaan untuk menguji
naaf tersebut, pemeriksaan yang dilakukan sebagai berikut :
= 65.38Kg
Gaya yang bekerja pada setiap spline (Fsin = Fbin)
Fbin
Fsin = Zin = Jumlah spline input = 10 buah
Z in
65.38 Kg
=
10
= 6,538 Kg
Maka pemeriksaan tegangan yang terjadi pada spline atau naaf sebagai berikut :
Fbin
ain =
Win xLnin
65.38 Kg
= 3,08mmx 22mm
= 0,96 Kg/mm2
Pemeriksaan tegangan tumbuk pada naaf input (cin)
Fbin
cin = Dimana Acin = hsin x Lsin = 2mm x 22mm =44mm2
Ac in
65.38Kg
= = Luas yang mengalami tumbukan
44mm 2
= 1,48 Kg/mm
29
Menurut analisa perhitungan yang telah dilakukan maka naaf ini aman
digunakan karena tegangan-tegangan yang terjadi tidak ada yang melebihi tegangan
geser izin.
3.2.4 PEMERIKSAAN KEKUATAN NAAF OUTPUT
Pada perancangan naaf ini diambil data – data dari tebel 3.3 yaitu Tabel Nilai
Konstanta Bahan. Sebagai berikut:
Bahan : Besi tuang Bt 52
Kekuatan tarik ( B ) : 700 – 1000 Kg/cm2 = 70 – 100 Kg/mm2
Bahan naf dari bahan besi tuang Bt 52 dengan kekuatan tarik (B) = 70–100
Kg/mm2, (di ambil 100 Kg/mm2) sehingga tegangan geser ijin (g) pada naaf adalah:
B
g =
Sf 1xSf 2
Dimana : Sf1 = 6
Sf2 = 2,1
B
Maka : g =
Sf 1xSf 2
100 Kg / mm 2
=
6 x 2,1
= 7,93 Kg/mm2
Pada naaf ini juga perlu dilakukan pemeriksaan – pemeriksaan untuk menguji
naaf tersebut, pemeriksaan yang dilakukan sebagai berikut :
30
4675,2 Kg / mm
= 33,43 26.87 mm
2
= 155.06 Kg
Gaya yang bekerja pada setiap spline (Fsout = Fbout)
Fbout
Fsout = Zout = Jumlah spline output = 10 buah
Z out
155.06 Kg
=
10
= 15.506Kg
Maka pemeriksaan tegangan yang terjadi pada spline atau naaf out sebagai berikut :
Fbout
aout =
Wout xLnout
155.06 Kg
= 5,21mmx37,74mm
= 0,0079 Kg/mm2
Pemeriksaan tegangan tumbuk pada naaf output (cout)
Fbout
cout = Dimana Acout= hsout x Lsout = 4mm x 37,74mm =150,9mm2
Ac out
155.06 Kg
= = Luas yang mengalami tumbukan
150,9mm 2
= 1,03 Kg/mm
Menurut analisa perhitungan yang telah dilakukan maka naaf ini aman
digunakan karena tegangan tegangan-tegangan yang terjadi tidak ada yang melebihi
tegangan geser izin.
BAB IV
Dalam pembuatan roda gigi terlihat banyaknya variasi roda gigi ini bertujuan
untuk memvariasikan kecepatan putar pada roda gigi. Dengan demikian putaran dapat
roda gigi. Terlihat pada rangkaian roda gigi pada gambar di bawah ini.
31
a b
Daya ( P ) = 6 kW
32
Baja St 50 850 – 1100 70
Baja St 60 950 – 1200 85
Baja St 70 1200 – 1400 100
Cara Pemasangan
Dengan kolager dst Sampai 30
Pemasangan teliti Sampai 25
Pemasangan biasa Sampai 15
Jumlah gigi, z = 20
= 25 (untuk pemasangan teliti)
c = konstanta bahan baja St 60, C = 85 kg/cm 2
Sehingga :
45618 xP
m3
xCxZ1 xn
45618 x 6
3
25 x85 Kg / cm 2 x 20 x7500 Rpm
= 0.09 mm = 0.1mm
Besar modul yang di gunakan di sesuaikan dengan harga modul standart JIS
B 1701 –1973.
Table 4.3 Harga modul stsndart ( JIS B 1701 – 1973 )
Seri ke1 Seri ke2 Seri ke3 Seri ke1 Seri ke2 Seri ke3
0,1 0,15 3,5 3,75
0,2 0,25 4 4,5
0,3 0,35 5 5,5
0,4 0,45 6 7
0,5 0,55 8 9
0,6 0,7 0,65 10 11
0,8 0,75 12 14 6,5
1,0 0,9 16 18
1,25 1,75 20 22
1,50 25 28
2,0 2,25 32 36
33
2,5 40
2,75 45
3,0 3,25 50
Keterangan ;
Dalam pemilihan utamakan seri ke 1, jika terpaksa baru kemudian ke seri 2 dan 3
34
Lebar gigi (b) :
b = (G-10) x M
= 8 x 0.1
= 0.8 mm.
102x9
Maka Ft: = .
3.53
= 260.1 kg
Sedang momen yang terjadi (M) :
M = Ft . z
= 260.1 x 20
= 5202 kg.mm.
35
16 0,295 50 0,408
17 0,302 60 0.421
18 0,308 75 0,434
19 0,314 100 0,446
20 0,320 150 0,459
21 0,327 300 0,471
23 0,333 Batang gigi 0,484
Untuk mencari tegangan lentur yang terjadi dapat dilihat sebagai berikut :
Ft = Tb . b . M . Y
Ft
Tb =
b.M .Y
Dimana :
Tb = Tegangan lentur (kg/mm2)
Ft = Gaya tangensial (kg)
b = Lebar gigi (mm)
Y = Faktor bentuk gigi (Tabel 4.4)
Untuk : z = 20
Y = 0,320
Ft
Tb =
b.M .Y
260.1
= 0.8 x 0.1x0,320
= 10160.2 kg/mm2.
nl
untuk speed satu diambil i = 4 sehingga didapat persamaan dengan rumus : no =
i
36
Dimana :
no = Putaran counter gear.
nl = Putaran roda gigi
i = Perbandingan transmisi : 4 (diambil)
Disubstitusikan :
7500
no = = 1875 rpm.
4
Untuk mencari z2 (jumlah pada gear) maka dapat dilihat dibawah ini :
z2 = z1 . i
Dimana :
z1 = Jumlah gigi pada pinion
i = Perbandingan transmisi (dipilih)
Disubstitusikan ke angka :
z2 = 20 . 4
= 80.
Dalam hal roda gigi berpasangan antara pinion dengan gear, besarnya harga
modul, lebar gigi, tebal gigi, dan tinggi gigi dinilai sama. Maka harga diameter dari
roda gigi (gear) dapat dicari yaitu :
Dp = Lingkaran puncak
=M.z
= 0.1 . 80
= 8 mm.
Lingkaran dedendum (Dd) :
Dd = dp – 2 . 1,25 . M
= 8 – 2 x (1,25 x 0.1)
= 0.75 mm.
Lingkaran addendum (Da) :
= dp + 2 . M
= 8 + 2 .x0.1
= 8.2 mm.
37
Pada perencanaan pinion 2 roda gigi sama juga dengan perhitungan roda gigi
penggerak pada pinion 2. Dalam hal ini harga modul dan jumlah gigi ditentukan
terlebih dahulu.
Direncanakan jumlah gigi ke 2 (z) : 21 (diambil).
Maka :
45618 x6
M 3
25 x85 Kg / cm 2 x 21x7500 Rpm
=0.09 mm = 0.1 mm
Maka diameter puncak dari roda gigi (pinion 2) dapat diketahui :
Dp = M . z
= 0.1 X 21
= 2.1 mm
Lingkaran dedendum (Dd) :
Dd = Dp + 2 . M
= 2.1 + 2 X 0.1 = 2.3 mm
Lingkaran addendum (Da) :
Da = Dp – 2 . 1,25 . M
= 2.1 – 2 . (1,25 X0.1)
= 0.53 mm.
Tinggi kepala (addendum) Ha :
Ha = M
= 0.1 mm.
Tinggi kaki (dedendum) Hf :
Hf = 1,25 . M
= 1,25 . 0.1
= 0.125 mm.
Tinggi gigi (Ht) :
Ht = Hf + Ha
= 0.125 + 0.1
= 0.225 mm.
Tebal gigi (Tt) :
.M
Tt =
2
38
3.14 0.1
=
2
= 0.157 mm
Lebar gigi (b) :
b = (G – 10) . M
= 8 X 0.1
= 0.8 mm
a. Pemeriksaan terhadap kekuatan gigi pada pinion 2.
Dalam konstruksi roda gigi ini banyak sekali fenomena yang terjadi pada gigi
tersebut, maka gaya-gaya yang bekerja pada gigi : tegangan lentur, momen lentur.
Gaya tangensial yang terjadi pada gigi (Ft) :
102.Pd
Ft =
V
.Dp.nl
V = (m/det)
60.1000
Dimana :
n = momen puntir rancangn
V = kecepatan keliling
Ft = gaya tangensial
Pd = daya rancangsan
Dp = Diameter puncak
Maka :
2.1 7500
V =
60.1000
= 0,83 m/det.
39
= 23388.5 kg . mm
Untuk mencari tegangan lentur yang terjadi dapat dilihat sebagai berikut :
Ft
Tb =
b.M .Y
Dimana:Y = 0.320
M =momen yang terjadi
Ft =gaya tangensial
Tb=tegangan lentur yang terjadi
1113 .7
Tb =
0.8 0.1 0.320
= 43503.9 kg/mm2.
b. Ukuran utama counter shaft seconder gear (II).
Untuk mencari harga-harga dari diameter roda gigi penggerak (gear) harus
diketahui besarnya perbandingan transmisi antara roda gigi berpasangan (i).
Harga i = 3 diambil untuk speed 2.
nl
no =
i
7500
=
3
= 2500 rpm.
Dan untuk mencari z2 (jumlah gigi pada gear) maka dapat dilihat sebagai berikut :
z2 = i . z
= 3 . 21
= 63 mm.
Maka pada roda gigi yang berpasangan antara pinion dan gear dapat dihitung
parameternya yaitu :
Dp = M . z
= 0,1 . 63
= 6.3 mm.
Lingkaran addendum (Da) :
Da = Dp – 2 (1,25) M
= 6.3 – 2 (1,25) 0.1
= 6.05 mm.
Lingkaran dedendum (Dd) :
Dd = Dp + 2 . M
40
= 6.3 + 2 . 0,1
= 6.5 mm.
4.1.3 Perencanaan Utama Main Shaft Gear (Pinion III).
Untuk mengetahui harga- harga dari roda gigi penggerak yang ke 3 harus
terlebih dahulu direncanakan / ditentukan parameternya yaitu modul dan jumlah gigi
yang akan dirancang.
Dalam hal ini jumlah gigi (z) = 22.
41
0.1
=π.
2
= 0.05 mm.
Lebar gigi (b) :
b = (G – 10) . M
= 8 . 0,1
= 0.8 mm
a. Pemeriksaan terhadap kekuatan gigi pada pinion ke tiga.
Dalam konstruksi roda gigi ini banyak yang harus di perhatikan, yaitu gaya
yang bekerja pada gigi, tegangan lentur yang terjadi, dan momen lentur.
Gaya tangensial yang terjadi pada gigi (Ft) :
102.Pd
Ft =
V
.Dp.no
V =
60.1000
.2.2 2500
=
60.1000
= 0.29 rad/det.
Maka :
102.Pd
Ft =
V
102.9
=
0.29
= 3165,5 g
Sedangkan momen yang terjadi (M):
M = Ft . r
= 3165.5 . 22
= 69641.37 g . mm
b. Ukuran utama counter shaft third gear (III) .
Untuk mengetahui harga-harga dan diameter roda gigi yang digerakkan, harus
diketahui terlebih dahulu besarnya perbandingan transmisi (i).
Harga i = 2 untuk speed 3.
Maka :
nl
n2 =
i
42
7500
=
2
= 3750 rpm.
Dan untuk mencari z2 (jumlah gigi pada pinion) dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut :
z2 = i . z
= 2 . 22
= 44 buah.
Maka pada roda gigi yang berpasangan ini antara gear dan pinion dapat
dihitung parameternya yaitu :
Diameter puncak (Dp) :
Dp = M . z2
= 0,1 . 44
= 4,4 mm.
Lingkaran addendum (Da) :
Da = Dp – 2 (1,25 . M)
= 4.4 – 2 (1,25 . 0,1)
= 4.15 mm.
Lingkaran dedendum (Dd) :
Dd = Dp + 2 . M
= 4.4 + 2 . 0,1
= 4.6 mm.
Sedangkan harga dari addendum, dedendum, tinggi gigi, dan tebal gigi sama
dengan pinion 3
43
Lingkaran dedendum (Dd) :
Dd = Dp + 2 . M
= 2.5 + 2 . 0,1
= 2.7 mm.
Lingkaran adendum (Da) :
Da = Dp – 2 (1,25 . M)
= 2.5 – 2 (1,25 . 0,1)
= 2.25 mm.
Tinggi kepala (addendum) Ha :
Ha = M
= 0.1
Tinggi kaki (dedendum) Hf :
Hf = 1,25 . M
= 1,25 . 0,1
= 0.125 mm
Tinggi gigi (Ht) :
Ht = Hf + Ha
= 0.125 + 0,1
= 0.225 mm
Tebal gigi (Tt) :
M
Tt = π .
2
0,1
= 3,14 .
2
= 0,157 mm
Lebar gigi (b) :
b = (6-10) . M
= 8 . 0,1
= 0,8 mm
a. Pemeriksaan t erhadap kekuatan gigi pada pinion IV.
Hal-hal yang diperlukan pada konstruksi roda gigi adalah gaya tangensial yang
bekerja seperti tegangan lentur dan momen lentur.
Untuk mengetahui hal diatas akan dihitung dengan cara seperti dibawah ini :
44
102.Pd
Ft =
V
.Dp.nl
V =
60.1000
.50.2666,67
=
60.1000
= 6,98 rad/det.
Maka :
102.Pd
Ft =
V
102.9,83
6,98
= 143,64 m/s.
= 13,24 kg/mm2
45
= 5333,33 rpm.
Dimana :
nl = Putaran lentur shaft fourth gear
no = Putaran roda gigi.
Dan untuk mencari z2 (jumlah gigi pada gear) dapat dihitung dengan
persamaan dibawah ini :
z2 = z1 . i
= 25 . 1,5
= 37,5 mm.
Diambil : 38
46
BAB V
BANTALAN
5.1 Bantalan
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga
putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus, aman, dan
panjang umur
Klasifikasi Bantalan
Bantalan dapat di klasifikasikan sebagai berikut :
1. Atas dasar gerakan bantalan terhadap poros
a. Bantalan luncur, pada bantalan ini terjadi gesekan luncur antara poros dan
bantalan karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan
perantara lapisa pelumas.
b. Bantalan gelinding, pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian
yang berputar dengan yang diam melalui elemen gelinding seprti bola
(peluru), rol, atau rol jarum, dan rol bulat.
2. Atas dasar beban terhadap poros
a. Bantalan radial, arah beban yang di tumpu bantalan ini adalah tegak lurus
sumbu poros.
b. Bantalan aksial, arah beban ini sejajar dengan sumbu poros.
c. Bantalan gelinding khusus, bantalan ini dapat menumpu beban yang arahnya
sejajar dan tegak lurus sumbu poros.
Bagian-bagian bantalan dapat dilihat pada gambar 5.1 di bawah ini:
47
H
Gambar 2.14. Nama bagian-bagian bantalan
www.bonesbearings.com/gap/maintenance.html
Gambar.5.1 Bantalan
Hal-Hal Penting Dalam Perancangan Bantalan Radial
Dalam perancangan ini diambil bantalan radial karena, roda gigi yang di
gunakan adalah roda gigi lurus secara keseluruhan yang dalam hal ini nilai gaya aksial
Fa dianggap tidak ada. Sebelumnya kita menentukan nilai ekivalen P (Kg)
P = X . Fr + Y . Fa
Dimana :P = Gaya ekivalen (Kg)
X = Faktor Radial
Y = Faktor Aksial
Fr = Gaya Radial
Fa = Gaya Aksial
T
Fr
D
2
Dimana : T = Torsi D = Diameter luar bantalan
Beban dinamis spesifik (C) yang tejadi :
fh
CP
fn
48
Dimana : n = Putaran
a b
49
Dua sekat Kapasitas Kapasitas
Jenis Dua sekat tanpa d D B r
nominal nominal
terbuka kontak
dinamis statis
spesifik spesifik C0
C(Kg) (Kg)
* Angka yang bercetak tebal, miring, dan bergaris bawah adalah bantalan yang
diambil pada perancangan ini
Maka di peroleh bantalan poros input :
50
Diameter poros (ds) 16,1 mm
Diameter dalam bantalan (d) 17 mm
Lebar bantalan (B) 10 mm
Diameter luar bantalan (D) 35 mm
Kapasitas nominal dinamis spesifik (C) 470 Kg
Kapasitas nominal statis (C0) 296 Kg
Nomor bantalan 6003
Dalam rancangan bantalan poros intput ini yang di gunakan adalah bantalan
radial, dimana gaya aksial Fa = 0. Pada bantalan ini gaya ekivalen (P) yang bekerja
adalah
P = X x Fr + Y x Fa
Dimana : X = Faktor radial = 0,56 (untuk baris tunggal) dari table 5.2
Y = Faktor axial = 1,0 dari table 5.2
` Fr = Daya radial
Fa = Gaya aksial = 0
Y0 X0 Y0
V X Y X Y X Y X0
51
Untuk bantalan garis tunggal, bila Fa / VFr ≤ e, X = 1, Y = 0
Gaya radial
Tin
Fr Dimana :Tin = Torsi input = 1196,8 Kg/mm
D
2
1196,8 Kg .mm
= 35mm D = Diameter luar bantalan
2
= 68,38 Kg
Maka: P = X x Fr + Y x Fa
= 0,56 x 68,38 Kg + 1 x 0
= 38,29 Kg
Table 5.3Bantalan untuk permesinan serta umurnya
52
1
fh =
Lh 3
500
1
=
60000 3
4,93
500
fn =
33,3 3
n
1
=
33,3 3
8000
= 0,16
Maka beban dinamis yang ditimbulkan yaitu :
fh
C = Px fn
4,93
= 38,29 Kgx 0,16 1179 ,81Kg
53
Tout
Fr
D
2
Dimana :Tout = Torsi output = 4878,2 Kg.mm
4878,2 Kg .mm
Fr = 47mm D = Diameter luar bantalan
2
= 207,5 Kg
Maka: P = X .Fr + Y. Fa
= 0,56 x 207,5 Kg + 1 x 0
= 116,2 Kg
Beban dinamis spesifk (C) yang terjadi adalah :
fh
C = P fn
fh =
=
Lh 3
60000 3
4,93
500 500
Speed fector (fh) adalah : nout = putaran poros yaitu 9988,24 Rpm
1
33,3 3
fn = = Putaran poros output pada kec 4
n5
1
33,3 3
= 9988,24
= 0,149
Maka beban dinamis yang ditimbulkan yaitu :
fh
C = Px fn
4,93
= 116,2 Kgx 0,149 3844,7 Kg
54
BAB VI
PELUMASAN DAN TEMPERATUR KERJA MESIN
55
Gambar 6,1 Roda Gigi yang Terlapisi Oli ( Oil Film )
Bersifat Pendingin
Pembakaran menimbulkan panas dan komponen mesin menjadi panas sekali.
Hal ini akan menyebabkan keausan yang cepat, bila tidak di turunkan
temperaturnya. Untuk melakukan ini oli perlu di sirkulasikan di sekeliling
komponen agar dapat menyerap panas dan mengeluarkannya dari mesin.
Sebagai Perapat
Oli membentuk semacam selaput oli antara dua roda gigi atau lebih yang
berkaitan. Ini berfungsi sebagai perapat ( seal ) yang dapat mencegah hilangnya
tenaga masin.
Sebagai pembersih
Kotoran akan mengendap dalam komponen-komponen mesin. Ini akan
menambah gesekan dan menyumbat saluran oli. Oli akan membersihkan
kotoran-kotoran yang menempel dan mencegah tertimbunnya kotoran dalam
mesin dengan pergantian oli secara bekala.
sebagai Penyerap Tegangan
Oli menyerap dan menekan tekanan lokal yang beraksi pada komponen
yang di lumasi, serta melindungi agar komponen tersebut tidak menjadi tajam
saat tejadinya gesekan-gesekan pada bagian-bagian yang bersinggungan.
Syarat-Syarat Oli Mesin atau Roda Gigi
Harus mempunyai kekentalan yang tepat
Kekentalan harus relative stabil tanpa terpengaruh adanya perubahan
temperatur
Oli harus sesuai dengan penggunaan metal
Tidak merusak dan anti karat terhadap komponen
Tidak menimbulkan busa
Perhitungan Pelumasan dan Temperatur Kerja Mesin
Untuk mecari luas bidang gesek pada roda gigi, dimana luas bidang gesek roda
gigi A ( mm ), lebar gigi b ( mm ), tinggi gigi Ht atau tinggi kepala ditambah tinggi
kaki, jumlah gigi Z ( gigi ).
56
Maka : A = 2 x b x Ht x Z
Karna dalam hal ini ada empat pasang roda gigi in dan out, maka luas total
yaitu :
Ain / out A1 A2 A3 A4
Dimana :
din = d1 pada kecepatan 4
dout = d2 pada kecepatan 4
57
a b
Gambar 6.2 Bantalan dan Roda Gigi yang Terlumasi
Untuk mengetahui panas pada roda gigi sistem transmisi ini terlebih dahulu di
cari luas penampang luas roda gigi tersebut:
58
Luas bidang gesek roda gigi input pada kecepatan 4 (Ain4)
Ain4 = 2 x b x Ht x Zin4
= 2 x 30mm x 4,5mm x 44
= 11880 mm2
Maka laus total bidang gesek roda gigi input ( Ain )
Dimana : Aout = Luas bidang gesek pada roda gigi output (mm2)
b = Lebar gigi keseluruhan (mm)
Ht = Tinggi gigi keseluruhan (mm)
Zout = Jumlah roda gigi output
Maka :
Luas bidang gesek roda gigi output pada kecepatan 1 (Aout1)
Aout1 = 2 x b x Ht x Zout1
= 2 x 30mm x 4,5mm x 71
= 19170 mm2
59
Aout4 = 2 x b x Ht x Zout4
= 2 x 30mm x 4,5mm x 44
= 11880 mm2
60
mengoper gigi pada saat putaran mesin masih tinggi, cara yang benar dalam
mengurangi putaran mesin dari poros engkol sejenak dengan bantuan kopling.
Dalam hal ini kopling yang digunakan adalah kopling basah. Dengan
diturunkannya tarikan mesin, maka secara otomatis kopling dalam pengoperasian gigi
akan terjadi hentakan atau benturan. Semakin sering hal ini dilakukan maka tidak
terutup kemungkinan gigi-gigi akan sompel / rusak.
Pelumasan
Suatu hal yang perlu diperhatikan adalah pelumasan. Dimana pelumasan
fungsinya untuk mengurangi gesekan-gesekan antara dua bahan yang bersinggungan.
Maka dengan adanya pelumasan akan mengurangi keausan dan sekaligus akan
menambah umur dari peralatan, dalam hal ini adalah roda gigi dan bantalan.
Pelumasan diperhitungkan dengan sekian jam operasi atau sekian ribu
kilometer, kemudian pelumas harus diganti dengan yang baru.
Kebersihan
Suatu hal yang tidak boleh luput dari kita adalah kebersihan dari peralatan,
karena peralatan ini adalah paduan-paduan dari logam dan juga berhubungan
langsung dengan udara luar, yang mengakibatkan teroksidasinya peralatan-peralatan
tersebut dan akhirnya menimbulkan korosi pada komponen mesin.
61
BAB VIII
KESIMPULA DAN SARAN
8.1 KESIMPULAN
Dari hasil analisa mulai dari bab II pada perencanaan roda gigi ini, maka dapat
disimpulkan data-data perencanaan sebuah roda gigi kendaraan roda dua YAMAHA
JUPITER-Z adalah sebagai berikut :
Daya : 88 Hp
Putaran : 8000 rpm
Speed : 4 kecepatan.
Pola pengoperasian : N-1-2-3-4-N (rotari)
62
2. Hasil perhitungan spline.
Panjang spline (L) : 22 mm
Lebar spline (W) :.3,08 mm
Tinggi spline (h) : 1,87 mm
Dimeter spline maksimum (D) :.33,43 mm
Diameter spline minimum (d) : 19,75 mm
Jumlah spline (K) : 10
Tegangan geser yang terjadi pada spline (Tg) : 0,79 Kg/mm 2
Tegangan geser yang diizinkan pada spline (Tˉg) : 5,729 Kg/mm 2
63
Lebar gigi (Tt) : 3,14 mm
Tebal gigi (B) : 16 mm
dedendum (hf) : 2.5 mm
addendum (ha) : 2 mm
Modul (M) :2
Jumlah gigi (Z) : 21
3.2.b Counter shaft second gear
Diameter puncak (Dp) : 126 mm
dedendum (hf) : 2.5 mm
addendum (ha) : 2 mm
Jumlah gigi (Z) : 63
64
Modul (M) :2
Tinggi gigi (ht) : 4,5 mm
Tebal gigi (Tt) : 3,14 mm
Lebar gigi (B) : 16 mm
3.4.b Counter shaft fourth gear.
Diameter puncak (Dp) : 76 mm
dedendum (hf) :.2.5 mm
addendum (ha) : 2 mm
Jumlah gigi (Z) : 38
Modul (M) :2
8.2 SARAN
Dalam hal ini penulis menghimbau kepada pengguna buku ini sebagai
referensi nantinya, hendaklah lebih teliti dalam menyelesaikan tugas rancangan Roda
gigi ataupun tugas-tugas lainnya, sehingga tugas anda jauh lebih baik.
65
Banyak sekali faedah yang dapat dipetik dari tugas rancangan Roda Gigi ini,
jika dikerjakan sesuai prosedur yang sebagai mana mestinya. Diantaranya:
1. Sebagai pembelajaran untuk membuat skripsi
2. Menambah wawasan dengan banyaknya literatur yang diambil
3. Lebih bertanggung jawab dengan apa yang kita tulis.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasi banyak kepada Bapak Edy
Susanto, ST,MT sebagai pembimbing, kedua orang tua yang telah memebantu baik
moril maupun materil, dan tak terlupakan teman-teman yang tentunya sedikit
banyaknya turut berperan dalam penyelesaian tugas rancangan Roda Gigi ini.
LITERATUR
66
Penerbit Restu Agung Jakarta, Edisi I tahun 1986.
6. ELEMEN MESIN, Drs. Daryanto.Penerbit Rineke Cipta
67