Anda di halaman 1dari 89

BAB II

PENGKAJIAN

A. PROFIL RUANGAN
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Soehadi Prijonegoro
Kabupaten Sragen (dahulu RSUD Sragen) merupakan Rumah Sakit Negeri
milik Pemerintah Kabupaten Sragen yang berlokasi di Jalan Raya Sukowati
No. 534 Sragen, Jawa Tengah, menempati lahan seluas 38.730 m2 dengan luas
bangunan 26.000 m2. Di dirikan pada tahun 1957 dan diresmikan pada tahun
1958 dengan klasifikasi type D. Seiring dengan perkembangan ekonomi, sosial
budaya, jumlah penduduk dan kemajuan teknologi kesehatan serta dengan
adanya kesiapan RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen untuk peningkatan
kualitas dan kuantitas pelayanan kepada masyarakat, maka pada tahun 1995
RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Kab.Sragen berkembang menjadi type C yang
tertuang dalam Surat Keputusan Bupati Sragen Nomor : 445/461/011/1995.
Pada tahun 1999 RSU menjadi C swadana, dengan Peraturan Pemerintah
Dalam Negeri (PERMENDAGRI) Nomor 7 Tahun 1999. Sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
YM.01.10/III/1530/09 tanggal 30 April 2009 tentang pemberian status
akreditasi penuh tingkat lanjut kepada Rumah Sakit Umum Daerah Sragen
Provinsi Jawa Tengah untuk 12 (dua belas) Pokja Pelayanan (Profil RSUD dr.
Soehadi Prijonegoro Sragen, 2018).
Saat ini Rumah Sakit Umum Daerah dr.Soehadi Prijonegoro juga
sudah melaksanakan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Daerah (PPK-BLUD) sesuai dengan Keputusan Bupati Sragen Nomor :
900/141.a/002/2009 tentang Penetapan Rumah Sakit Umum Daerah
dr.Soehadi Prijonegoro sebagai Rumah Sakit yang menerapkan Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah secara penuh. Dalam
rangka peningkatan kelas Rumah Sakit Umum Daerah dr.Soehadi Prijonegoro
dari Rumah Sakit Kelas C menjadi Rumah Sakit Kelas B Non Pendidikan telah
dilaksanakan Visitasi oleh Kementrian Kesehatan RI. Hasil Penilaian

6
dituangkan dalam Keputusan menteri Keputusan Menteri Kesehatan Nomor :
HK.03.05/I/288/2011 Tanggal 20 Januari 2011 tentang Penetapan Kelas
Rumah Sakit Umum Daerah Sragen, bahwa Rumah Sakit Umum Daerah
Sragen ditetapkan menjadi Rumah Sakit Umum Kelas B (Profil RSUD dr.
Soehadi Prijonegoro Sragen, 2018).
Pada tanggal 20 sampai dengn 23 Juni 2011 telah dilaksanakan
penilaian Akreditasi 16 Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah dr.Soehadi
Prijonegoro oleh Tim KARS Kementerian Kesehatan. Berhasil mendapatkan
Sertifikat dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit dengan Nomor : KARS-
SERT/16/VII/2011 tanggal 06 Juli 2011 dengan hasil penilaian telah
ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Status Akreditasi Lulus
Tingkat Lengkap (Profil RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen, 2018).
Pemberian nama RSUD dr. Soehadi Prijonegoro yang sebelumnya
hanya RSUD Kabupaten Sragen berdasarkan Peraturan Bupati Sragen Nomor
40 Tahun 2012 tentang Pemberian Nama Rumah Sakit Umum Daerah Sragen
Dengan Nama Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soehadi Prijonegoro dan
Rumah Sakit Umum Daerah Gemolong Dengan Nama Rumah Sakit Umum
Daerah dr. Soeratno di Kabupaten Sragen (Profil RSUD dr. Soehadi
Prijonegoro Sragen, 2018).
Seiring dengan jumlah dan jenis pelayanan, sampai saat ini luas
bangunan RSUD dr. Soehadi Prijonegoro ± 26.000 m2 dan akan terus
dikembangkan sesuai dengan Master Plan yang telah disusun untuk kurun
waktu 2011-2031 di samping upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien
berdasarkan Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 yang sedang ditempuh saat
ini. Sebagai dasar penyelenggaraan Rumah Sakit dituangkan dalam Peraturan
Bupati Sragen Nomor 61 Tahun 2015 tentang Peraturan Internal (Hospital By
Laws) Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soehadi Prijonegoro (Profil RSUD dr.
Soehadi Prijonegoro Sragen, 2018).
Pada tanggal 8 sampai dengan 11 Nopember 2016 telah dilaksanakan
penilaian Akreditasi Rumah Sakit oleh KARS dan berhasil mendapatkan
sertifikat dari Komisi Akreditasi Ruah Sakit dengan Nomor : KARS-

7
SERT/468/VII/2016 dengan Penilaian Lulus tingkat PARIPURNA (Profil
RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen, 2018).
Hingga kini RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen menjadi rumah
sakit pilihan dan telah memiliki pasien dari berbagai daerah di sekitar
Kabupaten Sragen seperti Kabupaten Ngawi Jawa Timur, Grobogan,
Karanganyar dan Masyarakat Sragen sendiri pada umumnya. RSUD dr.
Soehadi Prijonegoro Sragen selain memberikan pelayanan pasien secara
individu juga melayani pasien karyawan perusahaan dan klien perusahaan
asuransi.
Guna memenuhi kebutuhan dan harapan pasien, RSUD dr. Soehadi
Prijonegoro Sragen terus mengembangkan Pusat Layanan Unggulan / Center
of Excellent dan Diagnostic Center yang lengkap dengan peralatan kedokteran
terkini guna mendukung diagnosa penyakit secara paripurna dan akurat.
Sebagai organisasi yang senantiasa siap untuk menghadapi perubahan maka
RSUD dr. Soehadi Projonegoro Sragen berupaya untuk menyusun suatu
pondasi yang kuat agar perubahan yang terjadi dapat terukur dan terkendali,
dengan semangat kerjasama dan pengabdian yang tulus dari seluruh peserta
rapat penyusunan dasar-dasar pelayanan di ruang rapat RSUD dr. Soehadi
Prijonegoro Sragen yang nyaman dan penuh keakraban pada tanggal 14
Nopember 2007 telah disepakati suatu Dasar-Dasar Pelayanan RSUD dr.
Soehadi Prijonegoro Sragen, yang insyaAllah akan menjadi pondasi yang kuat
akan bangunan Budaya Mutu RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen.
Adapun dasar-dasar pelayanan itu meliputi Visi & Misi, Tujuan,
Filosofi, Motto, Keyakinan Dasar, Nilai-Nilai Dasar dan Budaya kerja serta
tugas dan fungsi itu sendiri antara lain:
1. Visi
“Menjadi Pilihan Utama Masyarakat dalam Pelayanan dan Pendidikan
Kesehatan”.
2. Misi
a. Menyelenggarakan pelayanan yang bermutu dan mengutamakan
keselamatan pelanggan.

8
b. Menerapkan pelayanan kesehatan sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, didukung sumber daya manusia yang
profesional serta ramah lingkungan.
c. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan serta penelitian yang
berkualitas, didukung sumber daya manusia dan sarana prasarana yang
memadai.
d. Meningkatkan kemitraan dengan institusi pendidikan dan pihak terkait.
3. Tujuan
Tujuan RSUD dr. Soehadi Prijonegoro adalah menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang diselenggarakan
dengan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan,
etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti
diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta
mempunyai fungsi sosial.
4. Filosofi
Filosofi RSUD dr.Soehadi Prijonegoro Sragen adalah Kesehatan
merupakan kebutuhan setiap orang oleh karena itu RSUD berusaha
memberikan pelayanan kesehatan prima kepada masyarakat didukung
sumber daya manusia yang profesional.
5. Motto
“BAKTIKU UNTUKMU”
Baktiku untukmu, suatu selogan yang membawa setiap pihak yang
terkait dalam karya pelayanan menyadari keberadaannya adalah untuk
berbakti dengan sepenuh hati bagi pelanggan RSUD dr. Soehadi
Prijonegoro Sragen yaitu pasien. Keberadaan RSUD dr. Soehadi
Prijonegoro Sragen adalah untuk tempat berbakti bagi insan yang peduli
akan kesehatan sebagai hak azasi manusia. Didukung oleh cara pandang
RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen tentang pelanggannya yaitu pasien.
6. Keyakinan Dasar
Mutu Adalah Unsur Utama Dalam Pelayanan Prima Kerja Adalah
Ibadah.
7. Budaya Kerja
TRAMPIL
T = tulus, memberikan pelayanan yang sungguh-sungguh dari hati yang
suci dalam pengabdian;
R = Ramah, bertutur bahasa dan berperilaku santun dalam pelayanan;

9
A = Akurat, memberikan pelayanan dengan teliti, seksama, cermat dan
tepat;
M = Memuaskan, memberikan pelayanan sesuai harapan pelanggan
internal dan eksternal;
P = Profesional, memberikan pelayanan sesuai kompetensi, standar dan
kode etik profesi;
I = indah dan bersih, senantiasa menjaga keindahan dan kebersihan
lingkungan kerja;
L = Lancar dan tertip, dalam administrasi dan prosedur pelayanan;
8. Tugas
RSUD dr. Soehadi Prijonegoro mempunyai tugas memberikan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

9. Fungsi
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan
sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan
medis.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan
kesehatan, dan Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta
penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan
pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan
bidang kesehatan.(Profil RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen, 2017.
Ruang Melati Barat merupakan salah satu ruang rawat inap di
RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen yang memberikan pelayanan untuk
perawatan pasien khusus penyakit dalam. Ruang Melati Barat terdiri dari
kelas III yang terdiri dari 9 ruangan, dengan 4 ruangan sebagai rawat inap
untuk pasien penyakit dalam, 1 ruangan kushus untuk penyakit Ulkus DM
dengan fasilitas masing masing ruangan terdiri dari 6 tempat tidur, 6 lemari
kecil, 6 kursi, 1 kamar mandi, Sedangkan 4 kamar yang lain digunakan
sebagai ruang isolasi khusus untuk pasien tetanus dengan fasilitas masing -
masing kamar terdiri dari 1 tempat tidur, 1 kamar mandi, 1 AC, 1 lemari
kecil, 1. Terdapat 1 ruang HCU dengan Fasilitas 2 tempat tidur yang belum

10
di oprasionalkan, 1 troly emergency, 2 lemari, 1 kamar mandi, 1 kipas angin,
1 wastafel, 1 lemari APD, 1 tempat sampah, 1 tempat handuk kotor, 1 mesin
EKG, 1 tabung Oksigen dan 2 tirai. Ruang HCU belum di oprasikan karena
belum tersedia tenaga ahli.
Ruang Melati Barat merupakan salah satu ruangan perawatan internal
atau penyakit dalam di RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen yang
memberikan perawatan bagi pasien perempuan yang berusia dewasa. Akan
tetepi tidak menutup kemungkinan jika ruangan kelas III penuh maka pasien
dapat dirawat sementara di ruang Melati Barat baik laki - laki maupun
perempuan dewasa.

B. INPUT
1. Man
a. Tenaga Kesehatan
Dalam UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan yang
dimaksud tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan
diri dalam bidang kesehatan, memiliki pengetahuan dan atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
memerlukan kewenangan dalam menjalankan pelayanan kesehatan.
Menurut undang-undang nomor 36 tahun 2014 tentang
tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya keseahtan. Dalam
undang-undang tersebut tenaga kesehatan salah satunya adalah
tenaga keperawatan yaitu perawat.
Berikut ini adalah tabel nama, jabatan, pendidikan, masa
kerja, dan pelatihan mengenai tenaga perawat dan tenaga
administrasi Ruang Melati Barat RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro
Sragen.

11
Tabel 2.1 Ketenagaan Perawat dan administrasi Ruang Melati Barat
RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen.
Pendidikan
No Nama Perawat Jabatan Masa Kerja Status
Terakhir
Kepala
1. KUSHARTATI S.Kep., Ns 31 th PNS
Ruang
2. . SRI RAHAYU Kepala Tim S.Kep., Ns 20th PNS
Perawat
3. . SULI KRISTIOWATI S.Kep., Ns 14 th PNS
Pelaksana
Perawat
4. TITIK LESTARI S.Kep., Ns 17 th PNS
Pelaksana
Perawat
5. IKA RAHMAWATI S.Kep., Ns 14 th BLUD
Pelaksana
SIDIK Perawat
6. Amd. Kep 1 bln CPNS
ROHMADONI Pelaksana
Perawat
7. ISNA RUSDYANA Amd. Kep 1th BLUD
Pelaksana
Perawat
8. SRI LESTARI Amd. Kep 9 th PNS
Pelaksana
Perawat
9. SUMARSIH Amd. Kep 12 th PNS
Pelaksana
Perawat
10. RORO DYAH AYU Amd. Kep 14 th BLUD
Pelaksana
Perawat
11. NURYANTO Amd. Kep 12 th BLUD
Pelaksana
Perawat
12. PRIYANTININGSIH Amd. Kep 1th BLUD
Pelaksana
DENIK Perawat
13. Amd. Kep 2 th BLUD
WULANSARI Pelaksana
Perawat
14. KARTIKA Amd. Kep 1 bln CPNS
Pelaksana
15. NYARI PURWANTI Adminitrasi SE 32 th PNS
16. BUDI CAHYONO SOP SLTA 5 th THL

jumlah tenaga perawat di Ruangan Melati Barat terdapat 1 bagian


adminitrasi, 1 orang sebagai POS, dan 14 perawat, yang terdiri dari 1
orang sebagai Kepala Ruang, 1 orang sebagai Kepala Tim dan 11
perawat plaksana. Tingkat pndidikan S1 Profesi Ners berjumlah 5
karyawan, yang berprndidikan sebagai D3 keperawatan sebanyak 8
karyawan, terdapat 1 orang berpendidikan S1 administrasi dan 1 orang
berpendidikan SLTA sebagai POS.
12
Berdasarkan data atau tabel diatas jumlah ketenagaan perawat
sebanyak 15 orang, dengan perincian S. Kep Ns sebanyak 5 orang dan
AMK sebanyak 8 orang. Standar pendidikan untuk perawatan
profesional adalah S-1 Keperawatan dan harus Ners. Dalam hubunganya
dengan penerapan pelayanan keperawatan serta meningkatan pendidikan
formal setara S1 dan pelatihan- pelatihan yang sesuai dengan kasus-kasus
yang dirawat di Ruang Melati Barat RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro
Sragen Kualifikasi tenaga perawat di Ruang Melati Barat RSUD Dr.
Soehadi Prijonegoro Sragen menurut kualifikasi pendidikan formal untuk
ketenagaan belum sesuai dengan tipe rumah sakit yang terakreditasi
paripurna.
Sedangkan untuk tenaga administrasi, berdasarkan data
diatas, pendidikan tenaga administrasi di Ruang Melati Barat RSUD
Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen berjumlah 1 karyawan, yang
berpendidikan sarjana. Petugas administrasi bertugas bertanggung
jawab mengatur, mengurus administrasi yang berada di Ruang
Melati Barat RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen yaitu pasien
masuk, pasien keluar, billing system computer, bon kebutuhan
ruangan dan segala administrasi di Ruang Melati Barat.

b. Program pengembangan kinerja staf


Tenaga keperawatan yang berkualitas mempunyai sikap profesional
dan dapat menunjang pembangunan kesehatan, hal tersebut memberi
dampak langsung pada mutu pelayanan di rumah sakit sehingga
pelayanan yang diberikan akan berkualitas dan dapat memberikan
kepuasan pada pasien sebagai penerima pelayanan maupun perawat
sebagai pemberi pelayanan. Pemberdayaan sumber daya manusia
mulai dari proses rekruitmen, seleksi dan penenpatan, pembinaan
serta pengembangan karir harus dikelola dengan baik, agar dapat
memaksimalkan pendayagunaan tenaga perawat dan memberikan
kepuasan kerja bagi perawat (Hamid, 2009).

13
Untuk dapat mewujudkan tercapainya pelayanan yang
berkualitas diperlukan adanya tenaga keperawatan yang profesional,
memiliki kemampuan intelektual, tehnikal dan interpersonal, bekerja
berdasarkan standar praktek, memperhatikan kaidah etik dan moral
(Hamid, 2009).
Pengembangan karir perawat merupakan suatu
perencanaan dan penerapan rencana karir dapat digunakan untuk
penempatan perawat pada jenjang yang sesuai dengan keahliannya,
serta menyediakan kesempatan yang lebih baik sesuai dengan
kemampuan dan potensi perawat. Hal ini akan meningkatkan
kualitas kerja perawat, ia akan berusaha mengontrol karirnya dan
memilih karir yang lebih baik sehingga ia terus berprestasi dan
memperoleh kepuasan kerja (Marquis & Huston, 2009).
Program pengembangan kinerja staf dilakukan di ruang
Melati Barat RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen dilakukan
dengan cara mengikuti pelatihan-pelatihan baik yang dilakukan di
RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen maupun di tempat lain
Tabel 2.2
Pelatihan Yang Diikuti Perawat Ruang Melati Barat RSUD Dr. Soehadi
Prijonegoro Sragen

Pendidikan Masa
No Nama Perawat Jabatan Pelatihan
Terakhir Kerja
1. Pelatihan BTCLS
(2016)
Kepala
1 KUSHARTATI S.Kep., Ns 31 th 2.Pelatihan CI (2019)
Ruang
3. Pelatihan konvensi
Hak Anak (2019)
1.Pelatihan BTCLS
2 SRI RAHAYU Kepala Tim S.Kep., Ns 20th (2015)
.U
1.Pelatihan BTCLS
SULI Perawat (2015)
3 S.Kep., Ns 14 th
KRISTIOWATI Pelaksana 2.Pelatihan Preceptorstrip
(2019)
1.Pelatihan BTCLS
Perawat
4 TITIK LESTARI S.Kep., Ns 17 th (2015)
Pelaksana
2. Pelatihan CI (2019)
5 IKA Perawat S.Kep., Ns 14 th 1. Intensive care unit
RAHMAWATI Pelaksana (ICU) dan Intensive
Cardiac care unit
14
(ICCU) 48 jam (2012)
2. Peatihan PPGD
(2012)
3. Pelatihan CI (2019)
1. Pelatihan BTCLS
SIDIK Perawat (2017)
6 Amd. Kep 2 th
ROMADHONI Pelaksana 2. Pelatihan PPGD
(2017)
ISNA Perawat Pelatihan BTCLS
7 Amd. Kep 2 th
RUSDYANA Pelaksana (2016)
9
Perawat 1.Pelatihan BTCLS
8 SRI LESTARI Amd. Kep t
Pelaksana (2014)
Perawat
9 SUMARSIH Amd. Kep 12 th -
Pelaksana
RORO DYAH Perawat Pelatihan BTCLS
10 Amd. Kep 14 th
AYU Pelaksana (2014)
1.In House Training Penyiapan
Sediaan Intravena dan
Pemberian Obat Bagi Tenaga
Keperawatan dan Farmasi di
Perawat RSUD dr.Soehadi Prijonegoro
11 NURYANTO Amd. Kep 12 th
Pelaksana Sragen (2014)
2.Pelatihan komunikasi efektif
dan edukator di RSUD dr.
Soehadi Prijonegoro Sragen
(2014)
PRIYANTINING Perawat 1.Pelatihan BTCLS
12 Amd. Kep 2 th
SIH Pelaksana (2017)
DENIK Perawat 1. Pelatihan BTCLS
13 Amd. Kep 2 th
WULANSARI Pelaksana (2016)
Perawat Pelatihan BTCLS
14 KARTIKA Amd. Kep 2 th
Pelaksana (2017)
NYARI Perawat
15 SE 32 th PNS
PURWANTI Pelaksana
BUDI Perawat
16 SLTP 5 th THL
CAHYONO Pelaksana

Sumber: Daftar Maping Perawat Ruang Melati Barat RSUD Dr.


Soehadi Prijonegoro Sragen 2018

Berdasarkan Tabel 2.2 didapatkan Pelatihan dan workshop


yang diperuntukan untuk perawat di ruangan merupakan ujung
tombak pelayanan. Dengan harapan adanya peningkatan
pengetahuan dan ketrampilan dalam pelatihan dan meningkatkan
kualitas sumber daya manusia (tenaga kesehatan). Pelatihan yang
sudah diikuti oleh seluruh perawat di Ruang Barat RSUD Dr.
15
Soehadi Prijonegoro Sragen dengan persentase 100 % adalah
Pelatihan BTCLS, Pelatihan PPGD, Pelatihan CI. Sedangkan
pelatihan yang lainnya hanya memiliki persentase kecil yang artinya
hanya diikuti oleh sebagian kecil dari perawat Ruang Melati Barat.
Sebagian besar pelatihan yang dapat diikuti oleh perawat
dibiayai oleh pihak rumah sakit. Sehingga diharapkan semua
perawat dapat lebih aktif dan banyak mengikuti pelatihan-pelatihan
guna meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan kepada pasien.
Pelatihan dan workshop yang diperuntukan untuk perawat di
ruangan merupakan ujung tombak pelayanan. Dengan harapan
adanya peningkatan pengetahuan dan ketrampilan dalam pelatihan
dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (tenaga
kesehatan).
c. Kasus yang sering ditemukan
Lima besar penyakit yang terdapat diruang Melati Barat
RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen dalam 3 bulan terakhir ini
yaitu dari bulan Januari — Maret 2019 dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 2.3
Lima Besar Penyakit Di Ruang Melati Barat RSUD Dr. Soehadi
Prijonegoro Januari— Maret 2019
No Jenis Penyakit Jumlah Pasien Presentase
1. Dyspepsia 46 28%
2. Dengue Haemorrhagic Fever 36 22%
Diabetes Melitus Without
3. 31 19%
Complications
4. Malaena 27 16%
5. Anemia, Unspecified 25 15%
Jumlah 165 100%

Sumber: Rekam Medik RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen.


Analisa:
Berdasarkan data yang telah diperoleh dari pengkajian
ditemukan bahwa selama Januari — Maret 2019 ada 5 kasus
terbanyak. Kasus-kasus penyakit yang menempati 5 besar penyakit
yang sering muncul di Ruang Melati Barat RSUD Dr. Soehadi
16
Prijonegoro Sragen adalah Dyspepsia sebanyak 46 pasien, DHF
sebanyak 36 pasien, Diabetes Melitus Without Complications
sebanyak 31 pasien, Malaena sebanyak 27 pasien, Anemia sebanyak
25 pasien. Berdasarkan data lima besar penyakit yang terdapat di
Ruang Melati Barat, diketahui kasus penyakit terbanyak adalah
pasien dengan Dyspepsia sebanyak 46 pasien.
Berdasarkan data lima besar penyakit yang terdapat di
Ruang Melati Barat RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen,
diketahui kasus penyakit terbanyak adalah pasien dengan Penentuan
5 besar kasus ini, seharusnya dibuatkan rekapitulasi setiap tahunnya
dan dapat digunakan sebagai dasar dalam membuat Standar Asuhan
Keperawatan dan acuan untuk perencanaan peningkatan
pengetahuan serta keterampilan perawat yang spesifik serta
pelatihan pemberian asuhan keperawatan yang berkualitas.
Dengan adanya lima besar penyakit yang banyak terjadi di
Ruang Melati Barat RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen yang
kami analisa dari data rekam medik selama 3 bulan terakhir, perawat
perlu mengetahui dan memahami konsep 5 besar penyakit melalui
pembuatan Satuan Asuhan Keperawatan (SAK) dari masing-masing
penyakit tersebut. SAK yang ada di ruang Melati Barat sudah
lengkap dan baru saja diterbitkan tahun 2016 yang lalu.
d. Jumlah pasien
Distribusi Jumlah Pasien Di Ruang Melati Barat RSUD dr. Soehadi
Prijonegoro Sragen dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.4
Jumlah Pasien Di Ruang Melati Barat RSUD Dr. Soehadi
Prijonegoro Sragen
N Bulan Hidup Meninggal Rujuk Jumlah Jumlah Jumlah Hasil
o Pasien Lama TT BOR
1 Januari 107 5 4 146 928 33 79,37
2 Februari 94 6 5 110 836 33 75.54
3 Maret 96 9 4 115 806 33 78,20
Jumlah 395 54 20 462 3440 132 314,32

Sumber: Rekam Medik RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen


17
Analisa:
Berdasarkan tabel 2.4 menunjukkan bahwa pasien di Ruang
Melati Barat RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen, persentase
BOR terbesar yaitu 81,21% dan rata — rata BOR dalam 4 bulan
adalah 78,58%

e. Tingkat ketergantungan pasien


Tingkat ketergantungan pasien selama pengkajian yaitu:
Klasifikasi pasien
Waktu Pagi Siang Malam
Klasifik
asi
Minimal 21x 0,17=3,57 21x 0,14=2,94 21x 0,10=2,1
Parsial 12 x 0,27=3,24 12x 0,15=1,8 12x 0,07=0,84
Jumlah 6,81/9 4,74/5 2.94/3
f. Kebutuhan perawat
Penetapan jumlah tenaga keperawatan merupakan
perencanaan dalam hal menentukan berapa banyak tenaga yang
dibutuhkan dalam hal menentukan berapa banyak tenaga yang
dibutuhkan dalam suatu ruangan dan kriteria tenaga yang dipakai
untuk suatu ruangan tiap shiftnya.
Berikut ini adalah cara perhitungan tenaga perawat:
1) Menurut Douglas
Penghitungan jumlah tenaga keperawatan dihitung berdasarkan
tingkat ketergantungan untuk untuk setiap shift pasien dan hasil
keseluruhan ditambah sepertiga (1/3). Kebutuhan tenaga
perawat berdasarkan klasifikasi tingkat ketergantungan untuk
tiap shift jaga seperti pada tabel berikut:

Tabel 2.5
Klasifikasi Ketergantungan Pasien

KLASIFIKASI PASIEN

18
MINIMAL PARTIAL TOTAL
Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam
0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07 0,38 0,30 0,20
0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40
0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60
Perhitungan Kebutuhan menurut Douglas (1997) jumlah tenaga
perawat yang dibutuhkan di ruang Melati Barat RSUD Dr.
Soehadi Prijonegoro Sragen adalah seperti tergambar pada
tabel berikut:

Apabila kapasitas bed terisi penuh (33 kamar)

15 Mei 2018 16 Mei 2018 17 Mei 2018


Klasifikasi
P S M P S M P S M

Minimal 0,17 x 0,14 x 0,07 x 21 0,17 x 21 0,14 x 21 0,07 x 21 0,17 x 21 0,14 x 21 0,07 x
21 21 21
Intermediet 0,27 x 0,15 x 0,10 x 12 0,27 x 12 0,15 x 12 0,10 x 12 0,27 x 12 0,15 x 12 0,10 x
12 12 12
Maksimal 0,36 x 0 0,30 x 0 0,20 x 0 0,36 x 0 0,30 x 0 0,20 x 0 0,36 x 0 0,30 x 0 0,20 x 0

Total 6,81 4,74 2.94 6,81 4,74 2.94 6,81 4,74 2.94

Menurut perhitungan Douglas, jumlah perawat yang dibutuhkan


adalah di Ruang Melati Barat RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro
Sragen adalah:
a) Tanggal 07 Mei 2019 = Pagi: 6,81=7, Siang: 4,74=5,
Malam: 2,94=3.
b) Tanggal 08 Mei 2019 = Pagi: 6,81=7, Siang: 4,74=5,
Malam: 2,94=3.
c) Tanggal 09 Mei 2019 = Pagi: 6,81=7, Siang: 4,74=5,
Malam: 2,94=3.
Jumlah rata perawat yang dibutuhkan = 7 + 5 + 3 = 15 orang/
perawat. Perawat yang libur atau cuti 1/3 x 15 = 5 perawat.
Perhitungan ini belum termasuk kepala ruang. Bila dihitung
secara keseluruhan, maka jumlah perawat yang dibutuhkan
adalah 15+5+1=21 perawat.
19
2) Menurut Gillies
Jumlah ketenagakerjaan yang dibutuhkan (x) di ruang rawat
dapat dilihat dari aspek kapasitas ruangan, BOR, jumlah jam
efektif perawatan dan hari libur perawat dalam satu tahun
dengan rumus:

(X) = (BOR x TT) x jam efektif x hari dalam 1 tahun


(hari dalam 1 tahun — hari libur) x 7

Sedangkan untuk menentukan jam efektif perawatan secara


khusus dapat dikategorikan sebagai berikut:
a) Minimal care membutuhkan waktu 1-2 jam/24 jam.
b) Parsial care membutuhkan waktu 3-4 jam/ 24 jam.
c) Total care membutuhkan waktu 5-6 jam/ 24 jam.
Menurut Gillis (2002) jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan
di ruang Melati Barat RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen
sebagai berikut:
Tenaga perawat = A x B x 365
C x Jumlah Jam Kerja/hari

Keterangan:
Apabila BOR: 78,58% tahun 2018 (4 bulan) Jam kerja efektif =
6,5 jam
A. : Jam perawatan efektif per 24 jam = 3,5 jam.
B. : BOR x jumlah tempat tidur = 78,58 % x 33=24,94
C. : Jumlah hari kerja efektif 365-71 (jumlah libur dalam 1
tahun) — 12 (Cuti dalam 1 tahun) = 282 hari.
Jadi jumlah tenaga perawat:
= A x B x 365
C x jumlah jam kerja/hari
= 3.5 x 24,94x365
282x6,5 jam
20
= 31860,85
1833
= 17.38 = 18 perawat.
3) Depkes
Menurut Depkes (2002), jumlah perawat yang dibutuhkan di
ruang Melati Barat RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen
adalah sebagai berikut: Jumlah tenaga keperawatan yang
diperlukan
Klasifikasi pasien:
Jumlah jam perawatan di ruangan / hari Jam kerja efektif perawat
a) Perawatan minimal : 60 x 2 = 120 jam
b) Perawatan intermediet : 57 x 3 = 171 jam
c) Perawatan agak berat : 9 x 4 = 36 jam
d) Perawatan berat :0x6 = 0 jam
= 327 jam.

Jumlah tenaga keperawatan yang bertugas:


A. = jumlah jam perawatan di ruangan perhari
Jam kerja perawat per shift
= 327 / 7 = 46,7 / 3 = 15,56.

Jumlah tenaga keperawatan yang libur (loss day)


B =  hari minggu / tahun+hari cuti+ hari libur x A

 hari kerja efektif


B = (52 + 12 +18) x 15,56)
365 - (52 + 12 +18)
B = 1275,9
283
B = 4,5.

21
Tugas non keperawatan
C = (A+B) x 25%
C = (15,56 + 4,5) x 25 %
C = 5,02
Jadi jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan menurut
Depkes (2002) adalah
=A+ B + C
= 15,56 + 4,5 + 5,02
= 25,08
= 26 perawat.
Dari perhitungan di atas jumlah tenaga keperawatan yang
dibutuhkan adalah 26 orang ditambah 1 kepala ruang, jadi
jumlah perawat yang dibutuhkan sebanyak 27 perawat.

4) Perhitungan Metode Thailand Dan Filipina.


Menurut Metode Thailand Filipina, jumlah perawat yang
dibutuhkan di Ruang Melati Barat adalah sebagai berikut:
Jadi jumlah tenaga perawat.

(jumlah jam perawatan x 52 minggu x 7 hari x jumlah TT x BOR) + koreksi 25%


(41 jumlah minggu efektif x 40 jam)
(33036,6036) + koreksi 25%
(3,5 x 52 x 7 x 33 x78,58) + koreksi 25%
(1640)
(41 x 40)

= 20,15 (dibulatkan 20) + 5


= 25

Analisa:
Perhitungan tenaga perawat berdasarkan teori mendapatkan
hasil yang berbeda yaitu sebagai berikut

22
Tabel 2.6
Hasil perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan
di Ruang Melati Barat RSUD dr.Soehadi Prijonegoro Sragen
No Metode Hasil Jumlah Perawat Keterangan
1 Douglas 21 16 Kurang 5
2 Gillies 18 16 Kurang 2
3 Depkes 26 16 Kurang 10
4 Thailand dan Filipina 25 16 Kurang 9

Berdasarkan table diatas dapat disimpulkan dari keempat


metode jumlah tenaga perawat di ruang Melati Barat yaitu
metode dari Depkes yang masih kurang 10 perawat.
2. Money / Sumber Dana
a. Sumber pemasukan.
Di ruang Melati Barat input pengelolan keuangan di kelola 1 pintu
yaitu keuangan RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen, sedangkan
untuk kebutuhan sarpras dengan sistem mengajukan bon / droping.
b. Pengeluaran
Menyesuaikan kebutuhan di ruangan.
c. Sistem evaluasi anggaran
Karena tidak ada pengelolaan keuangan di ruangan ,maka tidak ada
evaluasi Anggaran.
d. Kendala anggaran
Anggaran RSUD dr.Soehadi Prijonegoro Sragen dari
pemerintah Kabupaten Sragen. Untuk memenuhi kebutuhan Sarana
Prasana di Ruang Melati Barat melalui bon / droping kebagian

23
sarana prasana dan tidak semua sarana prasana tidak langsung di
tindak lanjuti karena barang belum ada.
3. Methods
a. Pelaksanaan timbang terima
Timbang terima (operan) merupakan teknik atau cara
untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang
berkaitan dengan keadaan pasien. Timbang terima pasien harus
dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat,
jelas, dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan
kolaboratif yang sudah dilakukan / belum dan perkembangan pasien
saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga
kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan
sempurna. Timbang terima dilakukan oleh perawat primer
keperawatan kepada perawat pelaksana (penanggung jawab) dinas
sore atau dinas malam secara tertulis dan lisan (Nursalam, 2014).
Tabel 2.7
Tahapan Timbang Terima
TAHAP KEGIATAN WAKTU TEMPAT PELAKSANA
Persiapan 1. Timbang terima 5 menit Ners PN dan AN
dilaksanakan setiap station
pergantian shift /
operan.
2. Prinsip timbang terima,
semua pasien baru
masuk dan pasien yang
dilakukan timbang
terima khususnya pasien
yang memiliki
permasalahan yang
belum/ dapat teratasi
serta yang
membutuhkan observasi
lebih lanjut.
3. PP menyampaikan
timbang terima pada PP
berikutnya, hal yang
perlu disampaikan

24
dalam timbang terima:
a. Jumlah pasien
b. Identitas klien dan
diagnosa medis
a. Data (keluhan/
subjektif dan
objektif).
b. Masalah
keperawatan yang
masih muncul.
c. Intervensi
keperawatan yang
sudah dan belum
dilaksanakan (secara
umum).
d. Intervensi
kolaboratif dan
dependen.
e. Rencana umum dan
persiapan yang perlu
dilakukan dalam
kegiatan operatif,
pemeriksaan
laboratorium /
pemeriksaan.
TAHAP KEGIATAN WAKTU TEMPAT PELAK-SANA
Penunjang lainnya,
persiapan untuk
konsultasi atau untuk
prosedur yang tidak rutin
dilaksanakan.
Prosedur rutin yang biasa
dijalankan tidak perlu
dilaporkan.
Pelaksan 1. Kedua kelompok dinas 20 menit Ners KARU, PP dan
an sudah siap (shift jaga). station PA
2. Kelompok yang akan
bertugas menyiapkan
buku catatan.
3. Kepala ruang
membuka acara
timbang terima.
4. Perawat yang
melakukan timbang
terima dapat
melakukan klarifikasi,
25
tanya jawab, dan
melakukan validasi
terhadap hal-hal yang
telah ditimbang
terimakan dan berhak
menanyakan mengenai
hal-hal yang kurang
jelas.
5. Kepala ruangan / PP
menanyakan kebutuhan
dasar pasien.
6. Penyampaian yang
jelas, singkat dan
padat.
7. Perawat yang
melaksanakan timbang
terima mengkaji secara
penuh terhadap
masalah keperawatan,
kebutuhan, dan
tindakan yang telah
atau belum
dilaksanakan serta hal-
hal penting lainnya
selama masa
perawatan.
8. Hal-hal yang bersifat
khusus dan
memerlukan.
TAHAP KEGIATAN WAKTU TEMPAT PELAKSANA
1. Perincian yang matang
sebaiknya dicatat
secara khusus untuk
kemudian diserah
terimakan kepada
petugas berikutnya.
2. Lama timbang terima
untuk tiap pasien tidak
lebih dari 5 menit
kecuali pada kondisi
khusus dan
memerlukan
keterangan yang
rumit.
Penutup 1 Diskusi. 5 menit Ners KARU, PP dan
2 Pelaporan untuk station PA
26
timbang terima
dituliskan secara
langsung pada format
timbang terima yang
ditandatangani oleh PP
yang jaga saat itu dan
PP yang jaga
berikutnya diketahui
oleh kepala ruang.
3 Ditutup oleh kepala
ruang.

Bagan 2.3
Alur Timbang Terima
PASIEN

DIAGNOSA MEDIS DIAGNOSA


MASALAH KEPERAWATAN
KOLABORATIF

RENCANA TINDAKAN

YANG TELAH YANG AKAN


DILAKUKAN DILAKUKAN

PERKEMBANGAN
KEADAAN PASIEN

27
MASALAH :
TERATASI
BELUM TERATASI
Gambar 2.4 Gambar Timbang Terima Pasien
Pelaksanaan timbang terima pasien di ruang Melati Barat RSUD dr.
Soehadi Prijonegoro Sragen dilaksanakan setiap pergantian shift.
Setiap perawat dapat mengetahui perkembangan pasien.
Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik. Pelaksanaan
timbang terima berjalan lancar, data yang disampaikan berdasarkan
hasil observasi dan wawancara.
b. Metode penugasan
Metode pemberian asuhan keperawatan MAKP merupakan
penataan struktur dan proses (sistem) pemberian asuhan
keperawatan. Agar implementasi MAKP memberikan dampak yang
lebih optimal, perlu disertai dengan implementasi substansi keilmuan
keperawatan. Pada MAKP diuji coba ilmu dan teknologi
keperawatan karena sudah ada sistem yang tepat untuk
menerapkannya. Di ruang Melati Barat RSUD dr. Soehadi
Prijonegoro Sragen dalam memberikan askep dilakukan oleh team.
Di Ruang Melati Barat ada 2 tim yaitu tim satu terdiri dari 6
perawat pelaksana dan tim dua terdiri dari 5 perawat pelaksana.
c. Alur penerimaan pasien

28
Sumber: Ruang IGD RSUD dr. Soehadi prijonegoro Sragen

Penerimaan pasien baru adalah suatu cara dalam menerima


kedatangan pasien baru pada suatu ruangan. Dalam penerimaan
pasien baru disampaikan beberapa hal mengenai orientasi ruangan,
perawatan, medis, dan tata tertib ruangan.
Tujuan penerimaan pasien baru:

29
1) Menerima dan menyambut kedatangan pasien dengan hangat
dan terapeutik.
2) Meningkatkan komunikasi antara perawat dengan klien.
3) Mengetahui kondisi dan keadaan klien secara umum.
4) Menurunkan tingkat kecemasan pasien saat masuk Rumah
Sakit.
Pelaksaan alur penerimaan pasien di ruang Melati Barat yaitu:
1) Tahap pra penerimaan pasien baru.
a) Menyiapkan kelengkapan administrasi.
b) Menyiapkan kelengkapan kamar sesuai pesanan.
c) Menyiapkan format penerimaan pasien baru.
d) Menyiapkan format pengkajian.
e) Menyiapkan informed consent sentralisasi / pengelolaan
obat.
f) Menyiapkan nursing kit.
g) Menyiapkan lembar tata tertib pasien dan pengunjung
ruangan.
h) Menyiapkan lembar hak dan kewajiban pasien.
i) Menyiapkan kartu penunggu.

2) Tahap pelaksanaan penerimaan pasien baru.


a) Pasien datang di ruangan diterima oleh kepala ruangan/
KaTim / perawat yang diberi delegasi.
b) Perawat memperkenalkan diri kepada klien dan
keluarganya.
c) Perawat menunjukkan kamar/ tempat tidur klien dan
mengantar ke tempat yang telah ditetapkan.
d) Perawat bersama karyawan lain memindahkan pasien ke
tempat tidur (apabila pasien datang dengan branchard/
kursi roda) dan berikan posisi yang nyaman.

30
e) Perawat melakukan pengkajian terhadap pasien sesuai
dengan format.
f) Perkenalkan pasien baru dengan pasien baru yang
sekamar.
g) Setelah pasien tenang dan situasi sudah memungkinkan
perawat memberikan informasi kepada klien dan keluarga
tentang orientasi ruangan, perawatan (termasuk perawat
yang bertanggung jawab dan sentralisasi obat), medis
(dokter yang bertanggung jawab dan jadwal visite), dan
tata tertib ruangan.
h) Perawat menanyakan kembali tentang kejelasan informasi
yang telah disampaikan.
i) Apabila pasien atau keluarga sudah jelas, maka
diminta untuk menandatangani informed concent
sentralisasi obat.
j) Perawat menyerahkan kepada pasien lembar
kuesioner tingkat kepuasan pasien.
Pelaksanaan orientasi alur pasien baru di ruang Melati Barat RSUD
Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen yaitu:
1) Pelaksanaan secara efektif dan efisien.
2) Dilakukan oleh kepala ruangan atau Katim atau perawat
assosiate yang telah diberi wewenang / delegasi.
3) Saat pelaksanaan tetap menjaga privasi klien.
4) Ajak pasien dan keluarga komunikasi yang baik dan berikan
sentuhan terapeutik.
Adapun peran perawat dalam penerimaan pasien baru di runag
Melati Barat RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen yaitu:
1) Ketua Tim
a) Menyiapkan lembar penerimaan pasien baru.
b) Menandatangani lembar penerimaan pasien baru.
c) Melakukan pengkajian pada pasien baru.
31
d) Mengorientasikan klien pada ruangan.
e) Memberi penjelasan tentang perawat dan dokter yang
bertanggung jawab.
f) Memberikan penjelasan tentang sentralisasi obat pada pasien.
g) Mendokumentasikan penerimaan pasien baru.
2) Perawat Pelaksana
Membantu KaTim dalam pelaksanaan penerimaan pasien baru.
d. Pendokumentasian asuhan keperawatan.
Di Indonesia, standar keperawatan disusun oleh Depkes yaitu:
1) Standar I pengkajian keperawatan
Pengkajian keperawatan berisi tentang data anamnesis,
observasi yang paripurna dan lengkap serta dikumpulkan secara
terus, menerus tentang keadaan pasien untuk menentukan
asuhan keperawatan sehingga data keperawatan harus
bermanfaat bagi semua anggota tim. Data pengkajian meliputi
pengumpulan data, pengelompokan data, dan perumusan
masalah.
2) Standar II diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon pasien yang dirumuskan
berdasakan data status kesehatan pasien, dianalisis dan
dibandingkan dengan norma kehidupan pasien, dan
komponennya terdiri dari masalah penyebab dan gejala (PES)
bersifat aktual dan potensial dan dapat ditanggulangi perawat.
3) Standar III perencanaan keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa
keperawatan komponennya meliputi prioritas masalah, tujuan
asuhan keperawatan dan rencana tindakan.
4) Standar IV Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan tindakan yang
ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi
secara maksimal yang mencakup aspek peningkatan,
32
pencegahan dan pemulihan kesehatan dengan mengikut
sertakan keluarga.
5) Standar V Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis,
terencana untuk menilai perkembangan pasien.
6) Standar VI Dokumentasi keperawatan
Dokumentasi keperawatan dilakukan secara individu oleh
perawat selama pasien dirawat inap maupun rawat jalan yang
digunakan sebagai informasi, komunikasi dan laporan.
Dokumentasi dibuat setelah tindakan dilakukan. Sesuai dengan
pelaksanaan proses keperawatan setiap mencatat harus
mencantumkan inisial atau paraf atau nama perawat,
menggunakan formulir yang baku, dan disimpan sesuai
peraturan yang berlaku.
Standar keperawatan menurut Depkes RI meliputi :
a) Standar Pelayanan Keperawatan (SPK)
b) Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
Saat ini sedang dikembangkan persamaan penggunakan
bahasa standar dalam penentuan diagnosa keperawatan
berdasarkan NANDA (North American Nursing Diagnosa),
penetapan tujuan dengan NOC (Nursing Outcome
Clasification), dan rencana intervensi dengan NIC (Nursing
Intervention Clasification). Ruang perawatan mempunyai
prosedur tetap semua tindakan perawatan dan SAK (Standar
Asuhan Keperawatan) minimal 10 kasus terbanyak penyakit
yang ada di ruangan, diperlukan menentukan mutu,
kegiatan-kegiatan dan untuk menilai mutu, seberapa baik
kegiatan dikerjakan. Di ruang Melati Barat RSUD Dr.
Soehadi Prijonegoro Sragen pendokumentasian dilakukan di
status pasien, dan di lengkapi dengan buku bantu. Standar

33
Asuhan Keperawatan (SAK) di ruang rawat inap Melati
Barat RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen

Tabel 2.9
Standar Asuhan Keperawatan (SAK) 10 Besar Penyakit
Diruang Rawat Inap Melati Barat RSUD Dr.Soehadi Prijonegoro
Sragen.
No Standar Asuhan Keperawatan Jumlah
1 Standar asuhan keperawatan CKD Stage 5 1
2 Standar asuhan keperawatan Anemia 1
3 Standar asuhan keperawatan Diabetes Melitus tidak 1
tergantung insulin
4 Standar asuhan keperawatan Malena 1
5 Standar asuhan keperawatan Gastritis 1
6 Standar asuhan keperawatan Diabetes Melitus dengan 1
komplikasi
7 Standar asuhan keperawatan Dyspepsia 1
8 Standar asuhan keperawatan CRF 1
9 Standar asuhan keperawatan Demam / Febris 1
10 Standar asuhan keperawatan Hipertensi 1
Analisa:
34
Di ruang rawat inap Melati Barat RSUD Dr.
Soehadi Prijonegoro Sragen sudah memiliki SAK, SAK yang
telah dibuat telah menggunkan standar asuhan keperawatan
NANDA NIC-NOC yang lama sehingga perlu adanya
penambahan atau pembuatan SAK dengan menggunakan
standar asuhan keperawatan NANDA 2015 -2017 NIC-
NOC. Dari 5 besar kasus, 5 besar yang muncul selama 3
bulan terakhir ini terdapat SAK (Standar Asuhan
Keperawatan) sudah di miliki oleh ruang rawat inap Melati
Barat RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. Selain 5
penyakit terbanyak, ruang Melati Barat RSUD Dr. Soehadi
Prijonegoro Sragen juga dilengkapi SAK penyakit lainnya.
Berikut ini hasil dari penilaian pendokumentasian asuhan
keperawatan terhadap 10 rekam medis dari pasien di Ruang
Melati Barat RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. Hasil
di dapatkan dari lembar observasi yang berisikan 22
pertanyaan. Jawaban pada pertanyaan berupa pilihan
jawaban “ya” bernilai 1dan jawaban“tidak” bernilai 0.
Pendokumentasian

Tabel 2.10
Hasil Penilaian Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Ruang
Melati Barat RSUD Soehadi Prijonegoro tanggal
No Daftar Pertanyaan N=20 Y T
1 Hasil pengkajian sesuai dengan pedoman pengkajian 1
2 Data yang dicatat dikelompokkan (bio-psiko- 1
sosio- spiritual)
3 Pengkajian data mulai pasien masuk RS sampai pulang 1
Presentase :
4 Diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang telah
1
dirumuskan
5 Diagnosa keperawatan bersifat aktual atau potensial 1
6 Rumusan diagnosa keperawatan mencerminkan PE/PES - 0
7 Rencana tindakan disusun berdasarkan diagnosa 1
perawatan
35
8 Diagnosa keperawatan disusun menurut urutan prioritas 1
Presentase:
9 Rencana tindakan mengacu pada tujuan dengan kalimat 1
perintah, terinci dan jelas.
10 Penetapan rencana tindakan menggambarkan 1
keterlibatan pasien dan keluarganya
11 Rencana tindakan menggambarkan kerja sama dengan 1
tim kesehatan lain
Presentase:
12 Semua tindakan keperawatan mengacu pada rencana 1
perawatan
13 Respon pasien atas tindakan keperawatan dicatat pada - 0
lembar evaluasi
14 Semua tindakan yang telah dilaksanakan dicatat dengan - 0
ringkas dan jelas
Presentase:
15 Evaluasi tindakan mengacu pada tujuan yang ditetapkan 1
16 Semua hasil evaluasi kepada pasien dicatat dengan jelas - 0
Presentase :
17 Catatan askep ditulis pada format yang baku 1
18 Pencatatan ditulis dengan jelas dan ringkas 1
19 Perawat mencatat nama dan tanggal/jam tindakan 1
20 Berkas catatan keperawatan disimpan sesuai dengan 1
ketentuan yang berlaku
Persentase 54/80x100=

Kriteria :
Sangat Baik : 76 — 100% Baik : 60 — 75 %
Cukup : 40 — 59 % Kurang : < 40 %
=Jawaban Benar x Jumlah soal
100 %
= 16 X 20
100 %
= 80%

Berdasarkan hasil dari penilaian di atas, didapatkan


hasil pada aspek pengkajian sebanyak 80% aspek. Hasil
pengkajian yang didapat bahwa pencatatan cukup lengkap
meskipun beberapa data yang belum lengkap seperti pada
pengkajian fisik dan memiliki banyk kekeurangna pada

36
rumasan masalah yang berdasarkan pada kesenjangan antara
kesehatan dan norma. Aspek Diagnosa keperawatan
memiliki sebanyak 73%. Hal observasi yang didapat bahwa
diagnosa yang tertulis sudah mencerminkan problem
etiologi, akan tetapi ada yang belum tersusun sesuai prioritas
dan perumusan diagnose keperawatan masih belum sesuai
dengan hasil masalah pengkajian pasien.
Aspek Intervensi, keperawatan memiliki hasil
73,33% hal ini masuk kategori baik, karena pada perumusan
perencanaan perawat ditujukan untuk mengatasi masalah
pasien dnegan melibatkan kerja sama dengan tim kesehatan
lain dan juga pasien dan keluarga. Aspek implementasi
keperawatan memiliki sebanyak 53,3%, implementasi yang
dilakukan masih belum sesuai dengan rencana tindakan yang
sudah dibuat. Hasil observasi implementasi yang didapat
adalah perawat terkadang hanya menyamakan seperti catatan
sebelumnya, dan kurang mengacu pada rencana tindakan,
pelaksanaan komunikasi dengan pasien masih jarang
dilaksanakan dan TTV belum dilakukan secara terjadwal
setiap shift.
Pada aspek evaluasi keperawatan sebesar 65%.
dengan kategori baik. Pada aspek evaluasi keperawatan
perawat sudah mencatat evaluasi sesuai dengan SOAP tetapi
perawat terkadang tidak mencatatkan data subyektif dan
obyektif secara rinci, pada aspek catatan keperawatan
perawat sebagian belum menuliskan catatan keperawatan
sesuai dengan yang sudah dilakukan dan setiap melakukan
tindakan/ kegiatan perawat terkadang belum ditulis dan
belum mencantumkan paraf/ nama jelas, serta tanggal dan
jam dilakukannya tindakan. Pada observasi diruangan,
pencatatan asuhan keperawatan menggunakan format baku

37
yang telah dibuat sesuai SPO RS. Penggunaan format askep
yang baku memang memudahkan pendokumentasian
kegiatan/ pencatatan perawat, akan tetapi hal ini memiliki
keterbatasan intervensi, sehingga adakalanya akan menjadi
tidak sesuai antara pencatatan dan tindakan yang diharapkan.
e. Discharge planning
Perencanaan pulang merupakan suatu proses yang dinamis
dan sistematis dari penilaian, persiapan, serta koordinasi yang
dilakukan untuk memberikan kemudahan pengawasan pelayanan
kesehatan dan pelayanan social sebelum dan sesudah pulang.
Perencanaan pulang merupakan proses yang dinamis agar tim
kesehatan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk menyiapkan
pasien melakukan perawatan mandiri di rumah. Perencanaan pulang
didapatkan dari proses interaksi ketika perawat professional, pasien
dan keluarga berkolaborasi untuk memberikan dan mengatur
kontinuitas keperawatan. Perencanaan pulang diperlukan oleh
pasien dan harus berpusat pada masalh pasien, yaitu pencegahan,
terapeutik, rehabilitatif, serta perawatan rutin yang sebenarnya
(Nursalam, 2014).
Perencanaan pulang akan menghasilkan sebuah hubungan
yang terintegrasi yaitu antara perawatan yang diterima pada waktu
di rumah sakit dengan perawatan yang diberikan setelah pasien
pulang. Perawatan di rumah sakit akan bermakna jika dilanjutkan
dengan perawatan di rumah. Namun, sampai saat ini perencanaan
pulang bagi pasien yang dirawat belum optimal karena peran
perawat masih terbatas pada pelaksanaan kegiatan rutinitas saja,
yaitu hanya berupa informasi tentang jadwal kontrol ulang
(Nursalam, 2014).
Perencanaan pulang bertujuan :
1) Menyiapkan pasien dengan keluarga secara fisik, psikologis dan
social.

38
2) Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga.
3) Meningkatkan perawtan yang berkelanjutan pada pasien.
4) Membantu rujukan pasien pada system pelayanan yang lain.
5) Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan
keterampilan serta sikap dalam memperbaiki serta
mempertahankan status kesehatan pasien.
6) Melaksanakan rentang perawatan antar rumah sakit dan
masyarakat.
Perencanaan pulang bertujuan membantu pasien dan
keluarga untuk dapat memahami permasalahan dan upaya
pencegahan yang harus ditempuh sehingga dapat mengurangi risiko
kambuh, serta menukar informasi antara pasien sebagai penerima
pelayanan dengan perawat dari pasien masuk sampai keluar rumah
sakit (Nursalam, 2014).
Prinsip-prinsip dalam perencanaan pulang antara lain:
1) Pasien merupakan fokus dalam perencanaan pulang sehingga
nilai keinginan dan kebutuhan dari pasien perlu dikaji dan di
evaluasi.
2) Kebutuhan dari pasien diidentifikasi lalu dikaitkan dengan
masalah yang mungkin timbul pada saat pasien pulang nanti,
sehingga kemungkinan masalah yang timbul di rumah dapat
segera diantisipasi.
3) Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif karena
merupakan pelayanan multi disiplin dan setiap tim harus saling
bekerja sama.
4) Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang
disesuaikan dengan pengetahuan dari tenaga atau sumber daya
maupun fasilitas yang tersedia di masyarakat.
5) Perencanaan pulang dilakukan pada setiap system atau tatanan
pelayanan kesehatan.
Komponen perencanaan pulang terdiri atas:
39
1) Perawatan di rumah meliputi pemberian pengajaran atau
pendidikan kesehatan (health education) mengenai diet,
mobilisasi, waktu control dan tempat control pemberian
pelajaran disesuaikan dengan tingkat pemahaman dan keluaraga
mengenai perawatan selama pasien di rumah nanti.
2) Obat-obat yang masih diminum dan jumlahnya, meliputi dosis,
cara pemberian dan waktu yang tepat minum obat.
3) Obat-obat yang dihentikan, karena meskipun ada obat-obatan
tersebut sudah tidak diminum lagi oleh pasien, obat-obat
tersebut tetap dibawah pulang pasien.
4) Hasil pemeriksaan, termasuk hasil pemeriksaan luar sebelum
MRS dan hasil pemeriksaan selama MRS, semua diberikan ke
pasien saat pulang.
5) Surat-surat seperti surat keterangan sakit, surat kontrol.
Faktor-faktor yang perlu dikaji dalam perencanaan pulang adalah:
1) Pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit, terapi dan
perawatan yang diperlukan.
2) Kebutuhan psikologis dan hubungan interpersonal di dalam
keluarga.
3) Keinginan keluarga dan pasien menerima bantuan dan
kemampuan mereka memberikan asuhan.
4) Bantuan yang diperlukan pasien.
5) Pemenuhan kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari seperti
makan, minum, eliminasi, istirahat dan tidur, berpakaian,
kebersihan diri, keamanan dari bahaya, komunikasi, keagamaan,
rekreasi dan sekolah.
6) Sumber dan sistem pendukung yang ada di masyarakat.
7) Sumber finansial dan pekerjaan.
8) Fasilitas yang ada di rumah dan harapan pasien setelah dirawat.
9) Kebutuhan perawatan dan supervisi di rumah.

40
Tindakan keperawatan yang dapat diberikan pada pasien sebelum
pasien diperbolehkan pulang adalah sebagai berikut.
1) Pendidikan kesehatan:
Diharapkan bisa mengurangi angka kambuh atau komplikasi
dan meningkatkan pengetahuan pasien serta keluarga tentang
perawatan pasca rawat.
2) Program pulang bertahan:
Bertujuan untuk melatih pasien untuk kembali ke lingkungan
keluarga dan masyarakat. Program ini meliputi apa yang harus
dilakukan pasien di rumah sakit dan apa yang harus dilakukan
oleh keluarga.
3) Rujukan:
Integritas pelayan kesehatan harus mempunyai hubungan
langsung antara perawat komunitas atau praktik mandiri
perawat dengan rumah sakit sehingga dapat mengetahui
perkembangan pasien di rumah.
Pengetahuan tentang perawatan penyakitnya:
Jumlah pasien yang kurang pengetahuan x 100%
Jumlah pasien yang dirawat pada periode tertentu
Perencanaan pasien pulang (discharge planning):
Jumlah pasien yang tidak dibuat pada periode tertentu x 100%
Jumlah pasien yang dirawat pada periode tertentu
Berdasarkan hasil observasi di ruang Melati Barat RSUD
Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen perawat menjelaskan tentang obat
pasien dan menjelaskan surat kontrol yang harus dibawa setiap kali
periksa pada pasien yang sudah dizinkan pulang, pada pasien yang
pulang atas permintaan sendiri tidak berikan obat dan surat kontrol.
Sehingga pelaksanaan discharge planning di ruang Melati Barat
RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen belum berjalan secara
optimal karena belum ada format khusus untuk discharge planning
untuk setiap diagnosa medis, yang tersedia discharge planning
41
secara umum yang dibawakan pasien pulang. Saat ini pasien hanya
diberi surat keterangan pulang dan surat kontrol saja.
f. Ronde keperawatan.
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh
perawat disamping melibatkan pasien untuk membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus
dilaksanakan oleh perawat primer dan atau konselor, kepala
ruangan, perawat associate yang perlu juga melibatkan seluruh
anggota tim kesehatan (Nursalam, 2015).
Di ruang Melati Barat RSUD dr. Soehadi Prijonegoro
Sragen tidak dilakukan ronde keperawatan karena masalah klasik
saat ini keterbatasan tenaga perawat yang ada di ruang Melati Barat
RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. Pendapat dari Karu dan
perawat diruang Melati Barat untuk dilakukan ronde keperawatan
itu perlu karena kalau ada masalah bisa terpecahkan dengan cepat
dan tepat.
g. Komunikasi efektif dan terapeutik
Perawat menjalankan peran yang membutuhkan interaksi
dengan berbagai anggota tim pelayanan kesehatan. Unsur yang
membentuk hubungan perawat klien juga dapat diterapkan dalam
hubungan sejawat, yang berfokus pada pembentukan lingkungan
kerja yang sehat dan mencapai tujuan tatanan klinis. Komunikasi
ini berfokus pada pembentukan tim, fasilitasi proses kelompok,
kolaborasi, konsultasi, delegasi, supervisi, kepemimpinan, dan
manajemen. Dibutuhkan banyak keterampilan komunikasi,
termasuk berbicara dalam presentasi, persuasi, pemecahan masalah
kelompok, pemberian tinjauan performa, dan penulisan laporan.
Didalam lingkungan kerja, perawat dan tim kesehatan
membutuhkan interaksi sosial dan terapeutik untuk membangun
kepercayaan dan meperkuat hubungan. Semua orang memilki

42
kebutuhan interpribadi akan penerimaan, keterlibatan, identitas,
privasi, kekuatan dan kontrol, serta perhatian. Perawat
membutuhkan persahabatan, dukungan, bimbingan, dan dorongan
dari pihak lain untuk mengatasi tekanan akibat stress pekerjaan
dan harus dapat menerapkan komunikasi yang baik dengan klien,
sejawat dan rekan kerja. (Potter & Perry, 2009).
1) Perawat dengan pasien
Perawat penting menggunakan komunikasi terapeutik berguna
dalam pelaksanaan keperawatan, sehingga dapat mengetahui
apa yang sedang dirasakan dan yang dibutuhkan oleh pasien.
Dan dengan komunikasi terapeutik yang ditunjukkan dengan
sikap yang hangat, tulus, dan penuh perhatian dapat
menimbulkan salingpercaya, saling menghargai dan saling
menghormati sehingga pasien dapat menerima tingkat mutu
pelayanan kesehatandengan penuh pengertian dan kekecewaan
pasien tidak timbul atau dapat dihindarkan.
Hasil wawancara terhadap 20 orang pasien di ruang Melati
Barat RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro pada tanggal 15 Mei
2019 sampai dengan 17 Mei 2019, 12 orang mengatakan
komunikasi perawat baik, 5 orang mengatakan komunikasi
perawat biasa saja dan 3 orang mengatakan komunikasi
perawat kurang, hal ini dilihat dari segi kualitasnya. Dan
pasien mengatakan bahwa mereka lebih tenang dan merasa
lebih dekat pada perawat yang menggunakan komunikasi baik,
ramah. dan pasien mengatakan masih adanya perawat yang
judes, kurang ramah, kurang perhatian, tidak cepat tanggap
terhadap keluhan pasien, tidak mengajak komunikasi saat
tindakan (tidak komunikatif), pasien mengharapkan agar
perawat lebih banyak berinteraksi dengan pasien, agar pasien
lebih nyaman, aman dan tenang.
1) Perawat dengan perawat
Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada klien
komunikasi antar tenaga kesehatan terutama sesama perawat
43
sangatlah penting. Kesinambungan informasi tentang klien dan
rencana tindakan yang telah, sedang dan akan dilakukan
perawat dapat tersampaikan apabila hubungan atau
komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.
Hubungan perawat dengan perawat dalam memberikan
pelayanan keperawatan dapat diklasifikasikan menjadi
hubungan profesional, hubungan struktural dan hubungan
intrapersonal. Hubungan profesional antara perawat dengan
perawat merupakan hubungan yang terjadi karena adanya
hubungan kerja dan tanggung jawab yang sama dalam
memberikan pelayanan keperawatan.
Hubungan sturktural merupakan hubungan yang terjadi
berdasarkan jabatan atau struktur masing- masing perawat
dalam menjalankan tugas berdasarkan wewenang dan
tanggungjawabnya dalam memberikan pelayanan
keperawatan. Laporan perawat pelaksana tentang kondisi
klien kepada perawat primer, laporan perawat primer atau
ketua tim kepada kepala ruang tentang perkembangan kondisi
klien, dan supervisi yang dilakukan kepala ruang kepada
perawat pelaksana merupakan contoh hubungan struktural.
Hubungan interpersonal perawat dengan perawat merupakan
hubungan yang lazim dan terjadi secara alamiah. Umumnya, isi
komunikasi dalam hubungan ini adalah hal- hal yang tidak
terkait dengan pekerjaan dan tidak membawa pengaruh dalam
pelaksanaan tugas dan wewenangnya.
Hubungan komunikasi antara perawat dengan perawat di
ruang Melati Barat RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen,
yaitu dengan timbang trima.
2) Perawat dengan tenaga medis lainnya
Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan
interaksi yang telah cukup lama dikenal ketika memberikan
bantuan kepada pasien. Perawat bekerja sama dangan dokter
dalam berbagai bentuk. Komunikasi perawat dengan dokter

44
dengan SBAR. Perawat diruang perawatan intensif dapat
mengikuti standar prosedur yang telah ditetapkan yang
mengizinkan perawat bertindak lebih mandiri. Perawat dapat
bekerja dalam bentuk kolaborasi dengan dokter.
Contoh. Ketika perawat menyiapkan pasien yang baru saja
didiagnosa diabetes pulang kerumah, perawat dan dokter
bersama-sama mengajarkan klien dan keluarga begaimana
perawatan diabetes di rumah.
Selain itu komunikasi antara perawat dengan dokter dapat
terbentuk saat visit dokter terhadap pasien, disitu peran
perawat adalah memberikan data pasien meliputi TTV,
anamnesa, serta keluhan-keluhan dari pasien,dan data
penunjang seperti hasil laboraturium sehingga dokter dapat
mendiagnosa secara pasti mengenai penyakit pasien.
Pada saat perawat berkomunikasi dengan dokter pastilah
menggunakan istilah-istilah medis, disinilah perawat dituntut
untuk belajar istilah-istilah medis sehingga tidak terjadi
kebingungan saat berkomunikasi dan komunikasi dapat
berjalan dengan baik serta mencapai tujuan yang diinginkan.
Komuniaksi antara perawat dengan dokter dapat berjalan
dengan baik apabila dari kedua pihak dapat saling
berkolaborasi dan bukan hanya menjalankan tugas secara
individu, perawat dan dokter sendiri adalah kesatuan tenaga
medis yang tidak bisa dipisahkan. Dokter membutuhkan
bantuan perawat dalam memberikan data-data asuhan
keperawatan, dan perawat sendiri membutuhkan bantuan
dokter untuk mendiagnosa secara pasti penyakit pasien serta
memberikan penanganan lebih lanjut kepada pasien. Semua itu
dapat terwujud dengan baik berawal dari komunikasi yang
baik pula antara perawat dengan dokter.
Pelaksanaan komunikasi efektif diruang Melati Barat RSUD
Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen terutama pelaksanaan SBAR
pada saat laporan dengan dengan dokter belum berjalan
45
maksimal. Berdasarkan hasil pengamatan beberapa perawat
dalam mendokumentasikan SBAR di catatan terintegrasi
berbeda-beda antara perawat satu dengan yang lain. Belum
ada format bakunya.
h. Cara memperkenalkan ruangan kepada pelanggan
Cara memperkenalkan ruangan kepada pasien di ruang Melati Barat
RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen yaitu memperkenalkan
bahwa di ruang melati barat khusus ruang klas III dengan masing –
masing 1 ruangan berkapasitas 6 tempat tidur untuk ruangan X di
gunakan pasien Diabetus Militus dan terdapat 4 ruangan isolasi.
i. Penjamin mutu.
Mutu asuhan kesehatan sebuah rumah sakit akan selalu
terkait dengan struktur, proses, dan outcome sistem pelayanan RS
tersebut. Mutu asuhan pelayanan RS juga dapat dikaji dari tingkat
pemanfaatan sarana pelayanan oleh masyarakat, mutu pelayanan
dan tingkat efisiensi RS. Secara umum aspek penilaian meliputi
evaluasi, dokumen, instrumen, dan audit (EDIA) (Nursalam,
2014).
1) Aspek struktur (input)
Struktur adalah semua input untuk sistem pelayanan sebuah
RS yang meliputi M1 (tenaga), M2 (sarana prasarana), M3
(metode asuhan keperawatan), M4 (dana), M5 (pemasaran),
dan lainnya. Ada sebuah asumsi yang menyatakan bahwa jika
struktur sistem RS tertata dengan baik akan lebih menjamin
mutu pelayanan. Kualitas struktur RS diukur dari tingkat
kewajaran, kuantitas, biaya (efisiensi), dan mutu dari masing-
masing komponen struktur.
2) Proses
Proses adalah semua kegiatan dokter, perawat, dan tenaga
profesi lain yang mengadakan interaksi secara professional
dengan pasien. Interaksi ini diukur antara lain dalam bentuk
46
penilaian tentang penyakit pasien, penegakan diagnosis,
rencana tindakan pengobatan, indikasi tindakan, penanganan
penyakit, dan prosedur pengobatan.
3) Outcome
Outcome adalah hasil akhir kegiatan dokter, perawat, dan
tenaga profesi lain terhadap pasien yaitu :
a) Indikator-indikator mutu yang mengacu pada aspek
pelayanan meliputi :
(1) Angka infeksi nosocomial: 1-2%
(2) Angka kematian kasar: 3-4%
(3) Kematian pasca bedah: 1-2%
(4) Kematian ibu melahirkan: 1-2%
(5) Kematian bayi baru lahir: 20/1000
(6) NDR (Net Death Rate): 2,5%
(7) ADR (Anasthesia Death Rate) maksimal 1/5000
(8) PODR (Post Operation Death Rate): 1%
(9) POIR (Post Operative Infection Rate): 1%
b) Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi
RS:
Biaya per unit untuk rawat jalan, Jumlah penderita yang
mengalami decubitus, Jumlah penderita yang mengalami
jatuh dari tempat tidur, BOR : 70-85%, BTO (Bed Turn
Over): 5-45 hari atau 40-50 kali per satu tempat
tidur/tahun, TOI (Turn Over Interval): 1-3 hari TT yang
kosong, LOS (Length of Stay): 7-10 hari (komplikasi,
infeksi nosocomial; gawat darurat; tingkat kontaminasi
dalam darah; tingkat kesalahan; dan kepuasan pasien),
Normal tissue removal rate: 10%.
c) Indikator mutu yang berkaitan dengan kepuasan pasien
dapat diukur dengan jumlah keluhan pasien/keluarganya,

47
surat pembaca dikoran, surat kaleng, surat masuk di kotak
saran, dan lainnya.
d) Indikator cakupan pelayanan sebuah RS terdiri atas:
Jumlah dan presentase kunjungan rawat jalan/inap menurut
jarak RS dengan asal pasien.
e) Jumlah pelayanan dan tindakan seperti jumlah tindakan
pembedahan dan jumlah kunjungan SMF spesialis.
f) Indikator mutu yang mengacu pada keselamatan
pasien:
Pasien terjatuh dari tempat tidur/kamar mandi, Pasien
diberi obat salah, Tidak ada obat/alat emergensi, Tidak ada
oksigen, Tidak ada suction (penyedot lendir), Tidak
tersedia alat pemadam kebakaran, Pemakaian obat,
Pemakaian air, listrik, gas, dan lainnya.
Hasil Analisa:
(1) BOR (pemakaian tempat tidur) di ruang Melati Barat
RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen pada bulan
Januari sampai dengan bulan Maret 2019 adalah 78,58%.
Dengan demikian pemakaian tempat tidur normal
menurut standar nasional menurut Baber Johnson (75-
85%)
(2) LOS (lama rata-rata hari perawatan) pasien di Ruang
Melati Barat RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen pada
bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2019 adalah
6.63 hari. Hal ini menunjukan bahwa lama rata-rata hari
perawatan di Ruang Melati Barat sudah memenuhi
standar nasional menurut Barber Johnson (3-12 hari).
(3) TOI (waktu rata-rata suatu tempat tidur kosong) di ruang
Melati Barat RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen pada
bulan Januari sampai dengan bulan April 2019 adalah 1.80
Hal ini menunjukan TOI memenuhi standar nasional
menurut Depkes dan Barber Johnson yaitu (1-3 hari).
48
Semakin kecil angka TOI dapat memungkinkan
meningkatnya kejadian infeksi nosokomial di rumah sakit.
Untuk itu Departemen Kesehatan RI memberikan standar
ideal TOI adalah 1-3 hari (Sudra, 2010).
(4) BTO (frekuensi pemakaian tempat tidur) di ruang Melati
Barat RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen pada bulan
Januari sampai dengan bulan April 2019 adalah 3.55
pasien. Hal ini menunjukan BTO belum memenuhi
standart menurut Depkes (5-45 pasien).
Di RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen sistem penjaminan
mutu dilakukan oleh Pokja PMKP, pelaporan mutu pelayanan
telah dilakukan secara billing system dan dievaluasi setiap
enam bulan sekali.
j. Standar Operasional Prosedur (SPO)
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan, terdapat
beberapa SPO yang ada di ruang Barat Barat RSUD Dr. Soehadi
Prijonegoro Sragen, antara lain adalah sebagai berikut.
Tabel 2.10
SPO yang ada di Ruang Melati Barat RSUD dr. Soehadi Prijonegoro
Sragen

NO SOP No. Dokumen


1 Memindahkan Pasien
2 Memindahkan Pasien dalam
keadaan sesak nafas
3 Mengganti alat tenun kotor
4 Mencuci tangan 445/1555/07/REV.00/040/2016
5 Mempersiapkan larutan
desinfektan
6 Pembuatan Larutan Desinfektan
Klorin 0,1% dan 0,5%
7 Pemberian obat melalui mata 445.3/1383/29/REV.00/040/2016
8 Memandikan pasien ditempat tidur
9 Pengiriman set balutan
10 Merapikan tempat tidur
11 Mencuci rambut

49
12 Prosedur Tetap Pengajuan
Pengamanan Rekam Medis Pasien
13 Informasi Petugas Ruang Rawat
Inap kepada Pasien
14 Prosedur Tetap Pendelegasian
Kasi Keperawatan
15 Prosedur Tetap Pendelegasian
Kepala Ruang
16 Prosedur Tetap Pendelegasian
Perawat Pelaksana
17 Perawat Jaga Untuk Mewakili
Tugas Jaga Kepala Perawat Di
Luar Kerja
18 Tugas Jaga Untuk Mewakili
Kepala Perawatan Diluar Jam
Kerja
19 Penunjukan Perawat Pengganti
Dinas
20 Prosedur Tindakan Keperawatan
Memasang Dower Kateter
21 Mengganti Alat Tenun Kotor Pada
Tempat Tidur Tanpa Memindahkan
Klien
22 Menghitung Nadi
23 Menghitung Pernafasan
24 Mengukur Tekanan Darah
25 Mengukur Tinggi Badan
26 Menimbang Berat Badan
27 Mengukur suhu badan lewat rectal
/ anus
28 Mengukur suhu badan lewat
ketiak
29 Memberikan dan menyiapkan
infuse
30 Pemberian Obat lewat suntikan 4453/1384/30/REV 00/040/2106
oleh mahasiswa praktikan
keperawatan / kebidanan
31 Pemenuhan kekurangan tabung
oksigen dan manometer posisi
trendelenberg
32 Bilas lambung
33 Kualifikasi / persyaratan untuk
penentuan jabatan staff
keperawatan

50
34 Posisi lithotomic
35 Posisi genu pectoral
36 Posisi fowler
37 Prosedur kerja tetap penanganan
dan pengisian catatan medic di
ruang rawat inap
38 Prosedur tetap perawat pasien di
isolasi
39 Penitipan pasien dari ruang
perawatan yang penuh keruang
perawatan yang lain
40 Discharger planning keperawatan
41 Penanganan tindakan reaksi
anaphilaktik
42 Pemberian oksigen
43 Pemberian suntikan subcutan 445.3/1380/26/REV00/040/2016
44 Analisa gas darah
45 Pengelolaan obat — obatan
46 Pemberian obat / resep
47 Pemberian obat melalui mata
48 Pemberian obat suntikan 440.3/138/27REV00/140/2016
intramuscular
49 Pembuatan jadwal dinas
keperawatan
50 Pengambilan darah vena
51 Menyiapkan dan memberikan
infuse
52 Menganti balutan luka
53 Mengangkat jahitan luka
54 Menolong pasien BAB / BAK
55 Pembuatan angka kredit bagi
perawat
56 Kualitas atau persyaratan untuk
penentuan jabatan kasi
keperawatan ll
57 Kualitas atau persyaratan untuk
penentuan jabatan kasi
keperawatan l
58 Perawat pengganti
59 Pemilihan kepala ruang
60 Permaslahan infus dengan cara
vena secti
61 Pengambilan specimen cairan
cerebrosipinal
51
62 Penghisapan sekresi trakea
(suctioning)
63 Pemeriksaan EKG
64 penganti alat tenun kotor pada
tempat tidur tanpa memindahkan
pasien
65 Memberikan nutrisi enternal
melalui NGT
66 Memberikan nutrisi parenateral
67 Pelayanan rawat jalan
68 Informed consent
69 Pengukuran suhu parenteral
70 Fisioterapi dada
71 Prosedur pemandian jenazah
secara islam
72 Penentuan pengambilan jenazah
73 Prosedur penitipan jenazah dari
luar rumah sakit umum sragen
74 Prosedur tetap terapi oksigen
75 ROM (Range Of Motion)
ekstremitas atas
76 ROM (Range Of Motion)
ekstremitas bawah
77 Pemasangan kateter wanita
78 Pemasangan kateter pria
79 Pemasangan NGT (Naso Gastric
Tube)
80 Prosedur Nebulizer
Sumber: Buku Protap Ruang Melati Barat RSUD Dr. Soehadi
Prijonegoro Sragen 2016
Analisa:
Berdasarkan uraian diatas, ruang Melati Barat RSUD Dr.
Soehadi Prijonegoro Sragen memiliki 80 SPO tentang tindakan
keperawatan, tentang pemeliharaan alat, pengoperasian alat-alat
kesehatan, tentang farmasi, tentang rekam medik. SPO yang ada sudah
maksimal karena SPO yang ada di Ruang Melati Barat diterbitkan tahun
2016. Untuk sosialisasi SPO dilakukan sebelum SPO diberlakukan.
Sosialisasi SPO dilakukan oleh masing-masing bagian yang terkait.

52
\

4. Materials
a. Denah Ruangan

53
didapatkan hasil sebagai berikut:

T
A
R
A
B
I
T
A
L
E
M

: Kamar X, untuk DM/ Ulkus

Gambar 2.4
Denah Ruang Melati Barat RSUD dr. Soehadi Prijonegoro

b. Komposisi ruangan.
Ruang rawat inap Melati Barat RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro
Sragen terbagi dalam 1 kelas ruang rawat inap yaitu kelas III.
54
c. Inventaris ruangan
Berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan dan hasil
observasi langsung inventaris Ruang Barat RSUD Dr. Soehadi
Prijonegoro Sragen:
1) Inventaris Alat Medis di Ruang Melati Barat RSUD Dr. Soehadi
Prijonegoro Sragen
Tabel 2.11
Inventaris Alat Medis di Ruang Melati Barat RSUD Dr. Soehadi
Prijonegoro Sragen Bulan Januari- Maret 2019

N Kondisi
o Nama Jumlah Baik Rusak Observasi Standar Ket
1 Almari Linen 1 1 0 1 1 Cukup
2 Bed Pasien 34 34 0 34 1/1 bed Cukup
Emergency 2/ Tidak
3 Troly 1 1 0 1 ruangan cukup
4 Kom Besar 3 3 0 3 3 ruangan Cukup
5 Kom Kecil 5 5 0 5 3/ruangan Cukup
1/ set
6 Korentang 0 0 0 0 medikasi Kurang
2/ ruang
7 Kursi Roda 2 2 0 2 pasien Cukup
1/
8 Lemari Obat 1 1 0 1 ruangan Baik
1/ ruang Tidak
9 Mesin EKG 1 1 0 1 pasien Cukup
2/ ruang Tidak
10 Nebulizer 1 1 0 1 pasien cukup
11 Ners Call 34 34 0 34 1/ pasien Cukup
1/ Tidak
12 Section 1 1 0 1 ruangan cukup
2/ ruang Tidak
13 Senter 2 1 1 2 pasien cukup
2/ ruang
14 Set Medikasi 4 4 0 4 pasien Cukup
2/ ruang
15 Stetoskop 6 6 0 6 pasien Cukup
16 Sungkup 1 1 0 1 1/ pasien Kurang

55
1/ ruang
17 Tensimeter 4 4 0 4 pasien Cukup
5/ Tidak
18 Termometer 4 2 2 4 ruangan cukup
1/ ruang Tidak
19 Timbangan 1 1 0 1 pasien cukup
1/
20 Tromol Besar 1 1 0 1 ruangan Cukup
1/ set
21 Tromol Kecil 1 1 0 1 medikasi Cukup
1/
22 Troli injeksi 2 2 0 1 ruangan Cukup
Tabung
23 oksigen 1 1 0 1 1/ruangan Cukup
Tidak
2/ cukup
24 Tremos darah 1 1 0 1 ruangan
2/
25 Torniquet 3 3 0 3 ruangan Cukup
1/
26 Ambu bag 1 1 0 1 ruangan Cukup
2/
27 Infus pump 1 1 0 1 ruangan Cukup
2/
28 Syringpum 1 1 0 1 ruangan Cukup
Glucose test 2/ Tidak
29 meter 1 1 0 1 ruangan cukup
Troly
30 emergency 1 1 0 1 1/ruangan cukup

Sumber: Buku inventaris alat medis dan observasi di Ruang Melati

Barat RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen Bulan Januari- Maret


2019
Analisa:
Berdasarkan dari data pengkajian inventaris alat medis didapatkan
total inventaris alat medis sebanyak 30 jenis, ada beberapa yang tidak
cukup. Tetapi menurut wawancara dengan ketua tim dan perawat ada
beberapa alat lainnya yang tersimpan dan belum dikeluarkan
dikarenakan kondisi Ruang Melati Barat yang belum tertata dengan
rapi.

56
2) Inventaris Alat Tenun di Ruang Melati Barat RSUD dr. Soehadi
Prijonegoro Sragen

Tabel 2.12
Inventaris Alat Tenun di Ruang Melati Barat RSUD
Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen Bulan Januari- Maret 2019

N Kondisi
o Nama Jumlah Baik Rusak Observasi Standar Keterangan
1 Bantal 30 30 0 30 1/2 bantal Baik
2 Guling 0 0 0 0 1/ 1 guling Kurang
Sarung
3 Bantal 68 68 0 68 3/ bantal Baik
Sarung
4 Guling 33 33 33 33 1/ guling Kurang
5 Selimut 38 38 0 66 1/ bed pasien Baik
6 Sprei 68 68 0 68 2/ bed pasien Baik
7 Kasur 34 34 0 34 1/pasien Baik
8 perlak 18 18 0 18 1/pasien Baik
Handuk
9 kecil 20 20 0 20 1/pasien Kurang
Stik
10 laken 38 78 0 78 2//pasien Baik

Sumber: Buku inventaris alat tenun dan observasi di Ruang Melati


Barat RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen Bulan Januari-
Maret 2019
Analisa:
Berdasarkan dari data pengkajian diatas alat perlengkapan tenun total
inventaris diruang Melati Barat sebanyak 10 jenis, alat tenun yang
jumlahnya kurang memenuhi standar antara lain guling, handuk kecil,
57
dan sarung guling jumlahnya kurang dengan standar, sehingga perlu
diusulkan pengadaannya.

3) Inventaris Alat Non Medis di Ruang Melati Barat RSUD dr. Soehadi
Prijonegoro Sragen
Tabel 2.13
Inventaris Alat Non Medis di Ruang Melati Barat RSUD Dr. Soehadi
Prijonegoro Sragen Bulan Januari - Maret 2019

N Kondisi
o Nama Jumlah Baik Rusak Observasi Standar Ket
1 APAR 1 1 0 1 1/ ruangan Baik
1/ ruang
2 Jam Dinding 1 1 0 1 pasien Kurang
1/ ruang
3 Kipas Angin 10 10 0 10 pasien Baik
2/
4 Kulkas 2 2 0 2 ruangan Baik
5 Lemari pasien 36 36 0 36 1/pasien Baik
6 Lemari Loker 1 1 0 1 Baik
7 Lemari Pakaian 1 1 0 1 Baik
8 Meja Tulis 4 4 0 4 Baik
9 White Board 2 2 0 2 Baik
10 Cermin 1 1 0 1 Baik
11 AC 7 7 0 7 Baik
12 Jemuran 0 0 0 0 Kurang
13 Kursi pasien 34 34 0 34 Baik
Sumber: Buku inventaris alat non medis dan observasi di Ruang
Melati Barat RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen bulan
Januari- Maret 2019

Analisa:
Berdasarkan dari data pengkajian diatas alat non medis diruang
Melati Barat sebanyak 13 jenis, alat non medis di Ruang Melati Barat

58
selama observasi dalam kategori sudah cukup baik dan memadai
tettapi ada yang kurang yaitu jam dinding dalam setiap ruangan
pasien belum ada.
4) Inventaris Administrasi Penunjang
Tabel 2.14
Inventaris Administrasi Penunjang di Ruang Melati Barat RSUD Dr.
Soehadi Prijonegoro Sragen Bulan Januari- Maret 2019

59
No Nama barang
1 Form. Asuhan Keperawatan
2 Form. Resiko Jatuh
3 Form. Resiko Nyeri
4 Form. Grafik Tanda Vital
5 Form. Catatan Pemberian Obat
6 Form. Efek Samping Obat
7 Form. Riwayat Penggunaan Obat
8 Form. Transfer Pasien Interns Rumah Sakit
9 Form. Assasment Rawat Inap
10 Form. Discharge Planning
11 Form. Pernyataan APS
12 Form. Edukasi Pasien
13 Form. Resume Pasien Pulang
14 Form Surat Keterangan Pulang
15 Form Lembar Konsul Dokter
16 Form Lembar Pengantar Radiologi
17 Form Lembar Pengantar Tindak Fisioterafi
18 Form Lembar Pengantar Laborat
19 Form Perintah Pindah Ruangan
20 Form Penunjukan Kewenangan Penerima Informasi Medis
21 Form ECG
22 Form Kematian
23 Form Hak dan Kewajiban
24 Form Sensus harian
25 Buku Laundry
26 Form Pemberian Informasi
27 Form Penempelan Resep
28 Form Identifikasi Pasien Baru
29 Form Permintaan Diit Pasien
30 Resep
31 Buku Registrasi Edukasi
32 Buku Vital Sign
33 Buku Monitoring Mutu
34 Buku Register
35 Buku Konfren Tim 1
36 Buku Konfren Tim 2
37 Buku Pinjam Alat
38 Buku Laporan Pasien Tim 1
39 Buku Laporan Pasien Tim 2
40 Form Edukasi
41 Buku Komunikasi Perawat
42 Buku Laporan Kerusakan 60
43 Buku Jadwal Ruang Melati Timur
44 Buku Bon Barang
Jumlah = 44
SumberSumber: Buku inventaris bulan Januari- Maret 2019 ruang
Melati Barat RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen
Berdasarkan diatas inventaris alat tulis kantor yang dimiliki ruang
Melati Barat RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen yang ada
sebanyak 44 inventaris alat tulis kantor sudah memenuhi standart
yang ada dan dalam kategori baik.
d. Sterilisasi alat.
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat di Ruang Melati
Barat RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen pelaksanaan sterilisasi alat
dilakukan di CSSD. Alat yang sudah steril di CSSD di antar keruangan
kemudian setelah selesai digunakan perawat mengembalikan ke CSSD
dengan box.
e. Fasilitas kamar pasien
Ruang Melati Barat memiliki 10 kamar 6 ruangan untuk pasien biasa dan
4 ruangan isolasi, terdiri dari kelas 3 dengan masing-masing ruangan
terdiri dari 6 tempat tidur, dengan fasilitas 1 kamar mandi, 1 kipas
angin,1 lemari kecil, 1 kursi, 1 wastafel, dan untuk kamar isolasi
(tetanus) terdiri dari 1 tempat tidur dengan fasilitas 1 kamar mandi, 1
kursi dan 1 lemari kecil, 1 AC Dan 1 kipas angin, dan ada ruang HCU
yang sementara digunakan sebagai tempat penyimpanan alat seperti
ECG, 1 troli emergency, 1 tabung oksigen, 2 kursi roda 2 bed.
f. Fasilitas staff
Fasilitas staf di Ruang Melati Barat RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro
Sragen yaitu ruang perawat/ nurse station, ruang linen, lemari loker,
kamar mandi perawat dan 1 ruang kepala ruang.
5. Machine
a. Jumlah tempat tidur
Ruang rawat inap Melati Barat RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro
Sragen terbagi dalam 1 kelas ruang rawat inap yaitu Kelas 3. Di dalam
satu kamar untuk Kelas 3 terdapat 6 buah tempat dengan kapasitas 30
pasien dan ruang isolasi dengan kapasitas masing-masing ruangan 1

61
orang dan ruang HCU dengan kapasitas 2 pasien yang belum
dioperasionalkan.
b. Pelayanan ungulan terkait dengan machine
Ruang rawat inap Melati Barat RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro
Sragen belum memiliki pelayanan unggulan.
C. PROSES
1. Planning
a. Visi, misi, tujuan dan moto
1) Visi
“Menjadi Pilihan Utama Masyarakat dalam Pelayanan dan
Pendidikan Kesehatan”.
2) Misi
a) Menyelenggarakan pelayanan yang bermutu dan
mengutamakan keselamatan pelanggan;
b) Menerapkan pelayanan kesehatan sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, didukung
sumber daya manusia yang profesional serta ramah
lingkungan;
c) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan serta penelitian
yang berkualitas, didukung sumber daya manusia dan sarana
prasarana yang memadai;
d) Meningkatkan kemitraan dengan institusi pendidikan dan
pihak terkait.
3) Motto
“Baktiku Untukmu”
b. Pre Conference
Tabel 2.12
Pelaksanaan Pre Conference Di Ruang Melati Barat RSUD Dr.
Soehadi Prijonegoro Sragen Tanggal 14 — 26 Mei 2019
Variabel yang Dinilai Ya Tidak
No
(n=3) (1) (0)
1 Menyiapkan ruangan/tempat 3 0
62
2 Menyiapkan rekam medik klien yang menjadi 1 2
tanggung jawabnya
3 Menjelaskan tujuan dilakukannya pre conference 1 2

4 Memandu pelaksanaan pre conference 2 1


5 Menjelaskan masalah keperawatan klien dan rencana 2 1
keperawatan yang menjadi tanggung jawabnya
6 Membagi tugas kepada AN sesuai kemampuan yang 1 2
dimiliki dengan memperhatikan keseimbangan kerja
7 Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan asuhan 1 2
klien / tindakan
8 Memotivasi untuk memberikan tanggapan dan 2 1
penyelesaian masalah yang sedang didiskusikan
9 Mengklarifikasi kesiapan AN untuk melaksanakan 2 1
asuhan keperawatan kepada klien yang menjadi
tanggung jawabnya
10 Memberikan reinforcement positif pada AN 2 1
11 Menyimpulkan hasil pre conference 1 2
Jumlah 18 15
Total 18/33x10 %
= 54,5%
Sumber: Data Primer Di Ruang Melati Barat RSUD Dr. Soehadi
Pijonegoro Sragen.
Analisa Data:
Pre conference dilaksanakan sebelum melakukan tindakan
pada shift pagi, di Ruang Melati Barat RSUD Dr. Soehadi
Pijonegoro Sragen. Pre conference dilakukan belum optimal dengan
persentase (54,5%) termasuk dalam katagori cukup. Hal ini
disebabkan karena kurang persiapan yang menjadi tanggung
jawabnya belum ada diskusi cara dan strategi pelaksanaan asuhan
klien. Untuk itu dapat disimpulkan bahwa perlunya peningkatan
terhadap kegiatan Pre Conference di ruang Melati Barat RSUD Dr.
Soehadi Pijonegoro Sragen., agar semua perawat dan segala
informasi tentang pasien tersampaikan dan dapat dilaksanakan
dengan baik.
c. Post conference
Tabel 2.13

63
Pelaksanaan Post Conference Di Ruang Melati Barat RSUD Dr.
Soehadi Prijonegoro Sragen Tanggal 14 - 26 Mei 2019
Variabel yang Dinilai Ya Tidak
No
(n=3) (1) (0)
1 Menyiapkan ruangan/tempat 3 0
2 Menyiapkan rekam medik klien yang menjadi tanggung 1 2
jawabnya
3 Menjelaskan tujuan dilakukannya post conference 1 2

4 Memandu pelaksanaan post conference 2 1


5 Menjelaskan masalah keperawatan klien dan rencana 2 1
keperawatan yang menjadi tanggung jawabnya
6 Membagi tugas kepada AN sesuai kemampuan yang 1 2
dimiliki dengan memperhatikan keseimbangan kerja
7 Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan asuhan 1 2
klien / tindakan
8 Memotivasi untuk memberikan tanggapan dan 2 1
penyelesaian masalah yang sedang didiskusikan
9 Mengklarifikasi kesiapan AN untuk melaksanakan 1 2
asuhan keperawatan kepada klien yang menjadi
tanggung jawabnya
10 Memberikan reinforcement positif pada AN 2 1
11 Menyimpulkan hasil post conference 1 2
Jumlah 17 16
Total 177/33x100%
= 51,5%
Sumber: Data Primer Di Ruang Melati Barat RSUD Dr. Soehadi
Pijonegoro Sragen
Analisa Data:
Post conference dilaksanakan setelah melakukan shift pagi, di
Ruang Melati Barat RSUD Dr. Soehadi Pijonegoro Sragen. post
conference dilakukan belum optimal dengan persentase (51,5%)
termasuk dalam katagori cukup. Hal ini disebabkan karena masih
belum tertibnya pelaksaan post conference. Untuk itu dapat
disimpulkan bahwa perlunya peningkatan terhadap kegiatan post
conference di ruang Melati Barat RSUD Dr. Soehadi Pijonegoro
Sragen, agar semua perawat dan segala informasi tentang pasien
tersampaikan dan dapat dilaksanakan dengan baik.
64
d. Bimbingan Mahasiswa
Sebelum melakukan bimbingan klinik, mahasiswa membuat kontrak
belajar dengan pembimbing klinik / preceptor di ruang Melati Barat
RSUD Dr. Soehadi Pijonegoro Sragen. Adapun bimbingan yang
dilakukan oleh preceptor adalah:
1) Bimbingan observasi
a) Observasi lapangan.
b) Field trip.
c) Ronde keperawatan.
d) Metode demonstrasi.
2) Bimbingan bedside teaching
Bimbingan yang dilakukan diruang HCU dengan preceptor
dengan mempelajari klien terhadap asuhan keperawatan yang
dibutuhkan oleh klien.

3) Bimbingan nursing clinic

Nursing clinic adalah metode penyajian pasien dengan


menggunakan kehadiran seorang pasien yang dipilih sebagai
fokus diskusi kelompok dengan tujuan dapat memberikan
pengalaman langsung dalam pembahasan prinsip- prinsip dan
prosedur perawatan dari pasien.
4) Bimbingan penugasan membuat catatan dan laporan tertulis
(eksperensial)
Metode yang digunakan dengan memberikan penugasan untuk
membuat catatan dan laporan secara tertulis di lahan praktik.
5) Metode Studi Asuhan Keperawatan (Nursing care study)
Studi asuhan keperawatan merupakan suatu kegiatan
pemecahan masalah dimana peserta didik melakukan pengkajian
secara mendalam dan menyeluruh mengenai masalah klinik yang
mendasari pada perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
terhadap tindakan yang dilakukan.
65
6) Konferensi
a) Konferensi awal (Pre-conference)
Diskusi tentang persiapan peserta didik, pengenalan masalah
klien, rencana tindakan keperawatan, cara dan strategi
pelaksanaan tindakan.
b) Konferensi akhir (Post-conference)
Diskusi tentang penyelesaian masalah klien, evaluasi
perkembangan klien, pengalaman praktik langsung.
7) Penugasan klinik
Penempatan peserta didik pada lahan praktik.
8) Diskusi kelompok
Modifikasi dari metode pengajaran diskusi, diskusi kasus dan
brainstorming.
9) Metode mentoring
Membagi pengetahuan tentang perawatan pasien dan berlaku
sebagai positif role model.
Hasil observasi diruang Melati Barat RSUD Dr. Soehadi Pijonegoro
Sragen, waktu bimbingan dilakukan sesuai kontrak belajar dengan
pembimbing klinik/ preceptor, bimbingan dilakukan setiap hari, pada
waktu pre conference, post conference, setiap melakukan tindakan
dan setiap saat / fleksibel jika ada kasus urgent dapat dilakukan
bimbingan.
e. Jadwal shif
Penjadwalan shift dilakukan setiap 1 bulan sekali, untuk rolling
patner 3 bulan sekali. Dengan jadwal shift:
Jabatan/Hari Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
Karu P P P P P P L
Katim 1 P P P P P P L
Pelaksana P P S S M M TP
Pelaksana S S M M TP L P
Pelaksana M M TP L P P S
Pelaksana TP L P P S S M
Sumber: Data Primer Di Ruang Rawat Inap Melati Barat RSUD Dr.
Soehadi Pijonegoro Sragen.
Shift pagi terdiri dari Karu, Katim dan 2 perawat pelaksana,
shift siang dan malam masing-masing terdiri dari 3 orang yaitu 1
perawat penanggung jawab dan 2 perawat pelaksana.
66
f. Rapat
Rapat di ruang Melati Barat RSUD Dr. Soehadi Pijonegoro Sragen
dilakukan setiap 3 bulan sekali
g. Rotasi pegawai
Rotasi pegawai perawat merupakan kewenangan dari bagian
keperawatan dan kepegawaian RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro
Sragen, sehingga rotasi pegawai dapat dilakukan sewaktu-waktu
sesuai kebutuhan jumlah pegawai, jika ada kekurangan jumlah
tenaga perawat di ruang lain, maka perawat dapat dilakukan rotasi..
h. Orientasi Pegawai Baru
Pegawai baru pindah ruang setiap 3 hari sekali sesuai formasi yang
telah di tentukan

2. Organizing
a. Struktur Organisasi

DIREKTUR
Dr. DIDIK HARYANTO

WAKIL DIREKTUR
Dr. SUNARYO, Sp. THT

Kabid Keperawatan Kepala Instansi Rawat Inap


Didhing Supariti, S.Kep., Ns
Dr. Effin. M
Kepala Ruang
Kushariati, S.Kep, Ns

Katim 67
Srirahayu, S. Kep, Ns Administrasi
Nyari Purwanti, SE
Perawat Pelaksana
Sri Lestari, Amd.Kep Perawat Pelaksana
Sumarsih, Amk Suli K, S.Kep., Ns
Roro Dyah Ayu, Amd .Kep Titik Lestari, S. Kep., Ns
Nuryanto, Amk Ika Rahmawati, S.Kep,. Ns
Priyantiningsih, Amd. Kep Sidik Rohmadani, Amd. Kep
Denik Wulansari, Amd. Kep Pos
Budi CahyonoIsna Rusdyana, Amd. Kep
Gambar 2.6 Kartika Amd. Kep
Struktur Organisasi Ruang Melati Barat RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro
Sragen
b. Sistem organisasi dan job description
Sistem organisasi dan job description di ruang Melati Barat RSUD
Dr. Soehadi Pijonegoro Sragen dilakukan dengan pembagian Team.
Dengan job description sebagai berikut:
1) Kepala Ruang
a) Perencanaan:
(1) Menunjuk ketua tim yang bertugas di kamar masing-
masing.
(2) Mengikuti serah terima pasien dari shift sebelumnya.
(3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien.
(4) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan
berdasarkan aktifitas dan kebutuhan pasien.
(5) Merencanakan metode penugasan dan penjadwalan staf.
(6) Merencanakan strategi pelaksanaan asuhan
keperawatan.
(7) Merencanakan kebutuhan logistik dan fasilitas ruangan
kelolaan.

68
(8) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.
b) Pengorganisasian dan ketenagaan:
(1) Merumuskan metode penugasan keperawatan.
(2) Merumuskan tujuan dari metode penugasan
keperawatan.
(3) Merumuskan rincian tugas ketua tim dan anggota tim
secara jelas.
(4) Membuat rentang kendali diruang rawat.
(5) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan,
misal: membuat roster dinas, mengatur tenaga yang ada
setiap hari sesuai dengan jumlah dan kondisi pasien.
(6) Mengatur dan mengendalikan pelaksanaan asuhan
keparawatan dalam bentuk diskusi, bimbingan dan
penyampaian informasi.
(7) Mengatur dan mengendalikan logistik dan fasilitas
ruangan.
(8) Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktek.
(9) Mendelegasikan tugas kepada ketua tim.
(10) Melakukan koordinasi dengan tim kesehatan lain.
(11) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.
(12) Pre dan post comperen.
(13) Bedside teaching.
c) Pengarahan:
(1) Memberi pengarah
(2) Pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim.
(3) Memberikan pengarahan kepada ketua tim tentang
pelaksanaan asuhan keperawatan dan fungsi-fungsi
manajemen.
(4) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan
berhubungan dengan asuhan keperawatan pasien.

69
(5) Memberikan motivasi dalam meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan sikap.
(6) Melalui supervisi:
i. Supervisi langsung terhadap pelaksanaan asuhan
keperawatan melalui pengamatan sendiri atau
laporan langsung secara lisan dari ketua tim.
ii. Supervisi tidak langsung dengan cara mengecek,
membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta
catatan yang dibuat selama dan sesudah proses
keperawatan dilaksanakan.
(7) Memperbaiki, mengatasi kelemahan atau kendala yang
terjadi pada saat itu juga.
(8) Membimbing bawahan yang kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya.
(9) Memberi pujian kepada bawahan yang melaksanakan
tugas dengan baik.
(10) Memberi teguran kepada bawahan yang membuat
kesalahan.
(11) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.
(12) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.
d) Pengawasan:
(1) Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi
langsung dengan ketua tim maupun anggota tim/
pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang diberikan
secara langsung kepada pasien.
(2) Melalui evaluasi: mengevaluasi upaya/ kerja ketua tim
dan anggota tim/ pelaksana dan membandingkan dengan
peran masing-masing serta dengan rencana keperawatan
yang telah disusun.
(3) Memberi umpan balik kepada ketua tim.
(4) Mengatasi masalah dan menetapkan upaya tindak lanjut.
70
(5) Pengendalian logistik dan fasilitas ruangan.
(6) Memperhatikan aspek etik dan legal dalam pelayanan
keperawatan.
(7) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.

Hasil observasi tugas penanggung jawab ruangan terhadap sistem


asuhan keperawatan dengan model tim Ruang Melati Barat RSUD
Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen pada tanggal 14- 26 Mei 2019

Tabel 2.15
Hasil Observasi Kepala Ruang Melati Barat RSUD Dr. Soehadi
Prijonegoro Sragen Tanggal 07- 09 Mei 2019
No Daftar Pertanyaan Y T
1. Mengumpulkan data tentang kondisi ruang (personil dan alat) 1 0
2. Merancang tujuan pelayanan keperawatan tingkat ruang rawat 1 0
3. Menyusun rencana kerja kegiatan tahunan ruang rawat 1 0
4. Koordinasi seluruh kegiatan pelayanan 1 0
5. Mendesain struktur organisasi ruang rawat 0 1
6. Merancang tugas pokok dan fungsi perawat primer dan asosiet 1 0
7. Mengembangkan instrumen penilaian kinerja perawat 1 0
8. Menetapkan kebutuhan jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan 0 1
9. Merancang dan membuat kriteria kebutuhan jumlah tenaga 1 0
perawat
10. Membuat program orientasi perawat baru, membimbing, dan 1 0
supervise
11. Membuat jadwal dinas jaga perawat 1 0
12. Menilai tingkat kedisiplinan, etika dan kejujuran perawat 1 0
13. Mendesain rencana pengembangan karir perawat 1 0
14. Mengadakan pertemuan berkala dalam rangka 1 0
komunikasi, informasi, dan edukasi
15. Memberikan motivasi dan dorongan agar perawat memiliki 0 1
semangat kerja
16. Menyelesaikan konflik internal dengan prinsip win-win solution 0 1
17. Memecahkan masalah dan membuat keputusan yang tepat 1
18. Membangun komunikasi inter/antar perawat dan profesi kesehatan 1 0

19. Menetapkan punishment yang sesuai dan reward yang logis 0 1


20. Membangun gugus kendali mutu asuhan keperawatan 0 1
21. Melakukan audit pasien mingguan dan bulanan 0 1
71
22. Melakukan monitoring pendokumentasian asuhan 1 0
keperawatan
23. Menilai kinerja perawat primer dan asosiet 1 0
Jumlah 16 7
Persentase 69, 30,
5% 5%
Kriteria:
Sangat Baik : Bila jawaban Ya 76 — 100%
Baik : Bila jawaban Ya 60— 75 %
Cukup : Bila jawaban Ya 40 — 59 %
Kurang : Bila jawaban Ya < 40 %
Analisa:
Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada tanggal 14 -
26 Mei 2019, menunjukkan bahwa 69,5% kepala ruang sudah
menjalankan tugas dengan cukup dan yang tidak dilakukan
sebanyak 30,5%.
Dibutuhkan adanya modifikasi untuk mencapai kinerja yang
maksimal seperti diadakannya pre dan post conference setiap hari.
Salah satu kesulitan dalam memenuhi kesesuaian beban kerja
dengan staff atau perawat adalah terdapatnya jumlah perawat yang
terbatas sehingga satu staff /satu perawat diberikan tanggung
jawab yang merangkap, contohnya satu perawat merangkap
sebagai PA dan PP.
Sistem penyusunan shift / dinas disusun langsung oleh kepala
ruang, dimana ketua tim bertanggungjawab kepada kepala ruang
dan perawat pelaksana bertanggungjawab terhadap ketua tim.
Untuk ketua tim diruang Melati Barat RSUD Dr. Soehadi
Pijonegoro Sragen terdapat 6 orang yang berpendidikan Ners dan
1 orang berpendidikan Sarjana Keperawatan. Dan yang berperan
sebagai ketua tim adalah yang memiliki kompetensi dan dihitung
dari lamanya perawat yang bekerja. Pada shift pagi perawat yang
bertugas sebanyak 6 di ruang Melati Barat RSUD Dr. Soehadi

72
Pijonegoro Sragen. Shift siang dan malam perawat yang bertugas
sebanyak 3 orang yang terdiri dari Ka Shift dan perawat pelaksana.
Gaya kepemimpinan untuk ruang Melati Timur RSUD Dr. Soehadi
Pijonegoro Sragen adalah demokratis, dimana saat ruangan
membahas tentang sesuatu semua perawat dapat mengungkapakan
pendapat, setelah itu diambil suara terbanyak lalu keputusan tetap
ada di tangan kepala ruang.
2) Ketua Tim
a) Perencanaan.
(1) Mengikuti serah terima pasien dari shift sebelumnya
bersama kepala ruangan.
(2) Bersama kepala ruangan melakukan pembagian tugas
untuk anggota tim/pelaksana.
(3) Menyusun rencana asuhan keperawatan.
(4) Menyiapkan keperluan untuk pelaksanaan asuhan
keperawatan.
(5) Memberi pertolongan segera pada pasien dengan
masalah kedaruratan.
(6) Melakukan ronde keperawatan bersama kepala ruangan.
(7) Mengorientasikan pasien baru.
(8) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.
b) Pengorganisasian dan ketenagaan.
(1) Merumuskan tujuan dari metode penugasan
keperawatan tim.
(2) Bersama kepala ruangan membuat rincian tugas untuk
anggota tim/pelaksana sesuai dengan perencanaan
terhadap pasien yang menjadi tanggung jawabnya dalam
pemberian asuhan keperawatan.
(3) Melakukan pembagian kerja anggota tim/ pelaksana
sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien.

73
(4) Melakukan koordinasi pekerjaan dengan tim kesehatan
lain.
(5) Mengatur waktu istirahat untuk anggota tim/ pelaksana.
(6) Mendelegasikan tugas pelaksanaan proses keperawatan
kepada anggota tim/pelaksana.
(7) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.
c) Pengarahan
(1) Memberi pengarahan tentang tugas setiap anggota tim/
pelaksana.
(2) Memberikan informasi kepada anggota tim/ pelaksana
yang berhubungan dengan asuhan keperawatan.
(3) Melakukan bimbingan kepada anggota tim/ pelaksana
yang berhubungan dengan asuhan keperawatan.
(4) Memberi pujian kepada anggota tim/ pelaksana yang
melaksanakan tugasnya dengan baik, tepat waktu,
berdasarkan prinsip, rasional dan kebutuhan pasien.
(5) Memberi teguran kepada anggota tim/pelaksana yang
melalaikan tugas atau membuat kesalahan.
(6) Memberi motivasi kepada anggota tim/pelaksana.
(7) Melibatkan anggota tim/ pelaksana dari awal sampai
dengan akhir kegiatan.
(8) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.
d) Pengawasan
(1) Melalui komunikasi
Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan
anggota tim/ pelaksana asuhan keperawatan kepada
pasien.
(2) Melalui supervise
Melihat/ mengawasi pelaksanaan asuhan keperawatan
dan catatan keperawatan yang dibuat oleh anggota tim/
pelaksana serta menerima/ mendengar laporan secara
74
lisan dari anggota tim/pelaksana tentang tugas yang
dilakukan.
(3) Memperbaiki, mengatasi kelemahan atau kendala yang
terjadi pada saat itu juga.
(4) Melalui evaluasi:
i. Mengevaluasi kinerja dan laporan anggota tim/
pelaksana dan membandingkan dengan peran masing-
masing serta dengan rencana keperawatan yang telah
disusun.
ii. Penampilan kerja anggota tim/ pelaksana dalam
melaksanakan tugas.
iii. Upaya peningkatan kemampuan, keterampilan dan
sikap.
(5) Memberi umpan balik kepada anggota tim/ pelaksana.
(6) Mengatasi masalah dan menetapkan upaya tindak lanjut.
(7) Memperhatikan aspek etik dan legal dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan.
(8) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.
Berikut ini adalah tabel hasil observasi pelaksanaan tugas Ketua
TIM dengan model tim Ruang Melati Barat RSUD Dr. Soehadi
Prijonegoro Sragen pada tanggal 14- 26 Mei 2019.

Tabel 2.16
Hasil Observasi Ketua TIM Ruang Melati Barat RSUD Dr. Soehadi
Prijonegoro Sragen tanggal 07 - 09 Mei 2019
No Daftar Pertanyaan (N=2) Ketua TIM I Ketua Tim
Y T IIY T
1. Mengkaji secara menyeluruh kondisi pasien yang 1 1
menjadi tanggungjawabnya.
2. Menganalisis data yang telah dikaji dan 1 1
merumuskan diagnosa keperawatan secara tepat.
3. Membuat rencana tindakan keperawatan 1 1
keperawatan secara rasional.
75
4. Melakukan tindakan keperawatan sesuai lingkup 1 1
kewenangannya.
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter 1 1
penanggungjawab pasien.
6. Mengkoordinasikan rencana tindakan 1 1
keperawatan dengan perawat asosiet.
7. Mengevaluasi perkembangan pasien secara terus 1 1
menerus dan seksama.
8. Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan 1 1
dengan benar.
9. Mendelegasikan beberapa tindakan keperawatan 1 1
kepada perawat asosiet.
10. Melakukan penyuluhan kesehatan kepada pasien dan 1 1
membuat dischart planning.
11. Melakukan supervisi dan mentoring kepada PA. 1 1
12. Merancang kegiatan case conference. 1 1
13. Merancang kegiatan ronde keperawatan. 1 1
14. Merancang kegiatan peer review. 1 1

15 Memimpin pre dan post conference. 1 1


.
16 Memimpin overan jaga. 1 1
.
17. Menjadi agen pembaharu bagi dirinya dan PA. 1 1

Jumlah 11 6 0 17

Persentase 64,8% 35,2% 0% 100%


Kriteria:
Sangat Baik : Bila jawaban ya 76-100%
Baik : Bila jawaban ya 60-75 %
Cukup : Bila jawaban ya 40-59 %
Kurang : Bila jawaban ya < 40 %

Analisa:
Ruang Melati Barat RSUD Dr. Soehadi Pijonegoro Sragen
memiliki 1 tenaga Katim dan yang dimasukkan dalam penilaian
adalah 1 orang Katim, karena dalam struktur organisasi terdapat 1
katim tapi hanya ada 1 orang yg mendapatkan penugasan sebagai

76
katim, sehingga penilaian hanya pada 1 orang katim. Hasil dari
observasi dan wawancara penilaian penugasan Katim didapatkan
hasil 64,8% pada kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa
kinerja Katim di Ruang Melati barat RSUD Dr. Soehadi
Pijonegoro Sragen dianggap cukup, hal ini diharapkan menjadi
acuan untuk terus meningkatkan professional dalam kinerjanya.
Salah satunya seperti terus belajar dan mengikuti kegiatan
pelatihan atau seminar kesehatan dalam meningkatkan kerja yang
lebih baik lagi, serta melakukan menyelenggarakan diskusi kasus
dengan dokter atau tim kesehatan lain. Kekuatan yang didapatkan
ialah setiap perawat. Katim menguasai setiap tindakan maupun
tugas yang ada dalam ruangan dan perawat-perawat yang ada di
ruang Melati Barat RSUD Dr. Soehadi Pijonegoro Sragen memiliki
pendidikan terendah Diploma Keperawatan sesuai Undang-
Undang.
Menurut Nursalam (2015), syarat dari ketua Tim adalah Lulusan
S1 keperawatan dengan pengalaman kerja minimal 6 bulan,
Lulusan DIII keperawatan dengan pengalaman kerja minimal 2
tahun, mempunyai kemampuan untuk mengelola pasien, peralatan
dan sistem pelayanan, Mempunyai sertifikat khusus manajemen
dasar ruangan, mampu melakukan koordinasi dengan kepala shiff,
CI ruangan dan perawat pelaksana, Tidak bekerja di instansi lain,
serta berakhalak baik berwibawa sehat dan amanah. Sementara
ketua Tim masih perlu meningkatkan kemampuan untuk mengelola
pasien, peralatan dan sistem pelayanan, mempunyai sertifikat
khusus manajemen sehingga dapat meningkatkan kinerja dari
Ketua Tim.
Model keperawatan yang digunakan di ruang Melati Barat RSUD
Dr. Soehadi Pijonegoro Sragen adalah adalah model keperawatan
tim, tetapi dalam pelaksanaannya masih menggunakan metode

77
fungsional, seperti tidak adanya dan pemahaman metode tim belum
dipahami oleh semua perawat.
3) Pelaksana Pelaksana
a) Perencanaan.
(1)Bersama kepala ruang dan ketua tim mengadakan serah
terima tugas.
(2)Menerima pembagian tugas dari ketua tim.
(3)Bersama ketua tim menyiapkan keperluan untuk pelaksanaan
asuhan keperawatan.
(4)Mengikuti ronde keperawatan bersama kepala ruangan.
(5)Menerima pasien baru.
(6)Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.

b) Pengorganisasian dan ketenagaan.


(1)Menerima penjelasan tujuan dari metode penugasan
keperawatan tim.
(2)Menerima rincian tugas dari ketua tim sesuai dengan
perencanaan terhadap pasien yang menjadi tanggung
jawabnya dalam pemberian asuhan keperawatan.
(3)Melaksanakan tugas yang diberikan oleh ketua tim.
(4)Melaksanakan koordinasi pekerjaan dengan tim kesehatan
lain.
(5)Menyesuaikan waktu istirahat dengan anggota tim/
pelaksana lainnya.
(6)Melaksanakan asuhan keperawatan.
(7)Menunjang pelaporan dan pendokumentasian tindakan
keperawatan yang dilakukan.
c) Pengarahan.
(1)Menerima pengarahan dan bimbingan dari ketua tim tentang
tugas setiap anggota tim/ pelaksana.

78
(2)Menerima informasi dari ketua tim berhubungan dengan
asuhan keperawatan.
(3)Menerima pujian dari ketua tim.
(4)Dapat menerima teguran dari ketua tim apabila melalaikan
tugas atau membuat kesalahan.
(5)Mempunyai motivasi terhadap upaya perbaikan.
(6)Terlibat aktif dari awal sampai dengan akhir kegiatan.
(7)Menunjang pelaporan dan pendokumentasian.
d) Pengawasan.
(1)Menyiapkan dan menunjukkan bahan yang diperlukan untuk
proses evaluasi serta terlibat aktif dalam mengevaluasi
kondisi pasien.
(2)Menunjang pelaporan dan pendokumentasian.
Berikut adalah hasil observasi pelaksanaan perawat asosiate di
Ruang Melati Barat RSUD Dr. Soehadi Pijonegoro Sragen pada
tanggal 14 -26 Mei 2019
Tabel 2.17
Observasi Pelaksanaan Tugas Perawat Assosiate Ruang Melati
Barat RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen Tanggal 07-09 Mei
2019
No Daftar Pertanyaan (N=8)
Y T
1. Mengerjakan pengkajian data dan pendokumentasian 0
8
asuhan keperawatan (ketika menerima delegasi tugas).
2. Koordinasi dan kolaborasi dengan perawat primer untuk
8 0
melaporkan kondisi pasien.
3. Membaca rencana tindakan keperawatan yang disusun 8 0
perawat primer.
4. Mengerjakan tindakan keperawatan sesuai 8 0
kewenangannya.
5. Memantau respon pasien atas tindakan keperawatan yang 8 0
diberikan.
6. Mencatat tindakan keperawatan pada lembar catatan 8 0
NCP.

79
7. Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien dan 0 8
keluarganya (selama pengkajian belum dilakukan
penyuluhan kesehatan).
8. Patuh dan mengikuti arahan dan bimbingan perawat 8 0
primer.
9. Menyiapkan pasien tertentu yang akan dibahas dalam 0 8
ronde keperawatan (selama pengkajian belum pernah
dilakuakan ronde keperawatan).
10. Menjaga lingkungan kerja tetap aman, nyaman, dan 8 0
kondusif.
11. Mengikuti pre dan post-conference. 3 5
12. Mengikuti serah terima jaga. 8 0
13. Mengikuti ronde keperawatan (tidak pernah dilakuakn 0 8
ronde keperawatan).

14. Mengikuti case conference. 3 5


15. Mengikuti peer review (selama pengkajian tidak ada 0 8
perawat yang melakukan peer review).

16. Menjadi agen pembaharu bagi dirinya dan perawat lain. 3 5

Jumlah 81 47
Persentase 63,28% 36,72 %
Kriteria:
Sangat Baik : 76 — 100% Baik : 60 — 75 %
Cukup : 40 — 59 % Kurang : < 40 %

Analisa:
Distribusi hasil kajian tugas PA dengan kategori baik 63,28% Hal ini
menunjukkan bahwa kinerja PA diruang Melati Barat RSUD dr.
Soehadi Pijonegoro Sragen dengan jumlah 14 orang sudah baik. Hal
ini diharapkan menjadi acuan untuk terus meningkatkan
professional dalam kinerjanya. Salah satunya seperti terus belajar
dan mengikuti kegiatan pelatihan atau seminar kesehatan dalam
meningkatkan kerja yang lebih baik lagi, serta menyelenggarakan
diskusi kasus dengan dokter atau tim kesehatan lain. Kekuatan yang
terdapat dalam PA yaitu perawat associate terdiri dari DIII

80
keperawatan yang merupakan level minimal pendidikan yang harus
dilampaui bagi seorang perawat asosiate, setiap perawat menguasai
tugas dan tindakan yang ada diruangan, kelemahan yang Terdapat
dalam tugas Perawat Pelaksana dan Ketua Tim adalah hampir sama.
c. Pergantian staff
Sistem pergantian staff perawat di ruang Melati Barat RSUD Dr.
Soehadi Pijonegoro Sragen menjadi kewenangan bagian
Keperawatan dan Kepegawaian RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro
Sragen, jika ada ruang lain kekurangan jumlah perawat, makan
perawat tersebut dapat dipindahkan sesuai kebutuhan.
d. Cara meminimalkan ketidakhadiran pegawai
Cara Kepala Ruang Melati Barat RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro
Sragen untuk meminimalkan ketidakhadiran pegawai yaitu dengan
cara pembuatan jadwal jaga perawat yang teratur P-P-S-S-M-M-
TP-L, sehingga meminimalkan kelalaian jaga perawat dan
pembuatan jadwal dibuat seminggu sebelum pergantian bulan.
Identifikasi ketidakhadiran perawat ruang Melati Barat RSUD Dr.
Soehadi Prijonegoro Sragen selama pengkajian tidak ada,
ketidakhadiran perawat dilakukan dengan bukti surat cuti resmi dari
yang ditandatangani oleh bagian Wadir Umum, dan sepengetahuan
Kepala Ruang Melati Barat RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen.
Keterlambatan perawat ruang Melati Barat RSUD Dr. Soehadi
Prijonegoro Sragen selama pengkajian tidak ada perawat yang
terlambat datang, perawat datang tepat waktu operan jaga.
3. Actuating
a. Reward
Ada, yaitu jasa setiap bulannya (jasa pelayanan keperawatan)

b. Punisment

81
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang untuk
punishment diberikan kepada perawat yang melakukan pelanggaran.
Punishment yang berikan berupa teguran dari pihak ruangan
khususnya karu dengan cara dibicarakan secara baik-baik atau
penyampaian teguran secara asertif, kedua secara tertulis.
c. Motivasi
1) Mengajak karyawan untuk refreishing bersama pada saat
tertentu
2) Diberikan insentif oleh RS sesuai sistem point.
d. Wewenang kepala ruang dalam mengambil keputusan
Kepala ruang memberikan kemudahan kepada perawat untuk
mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, dengan syarat
tidak mengganggu aktifitas di dalam ruangan.
e. Konflik dan cara mengatasi
Bahwa secara garis besar diruang Melati Barat RSUD Dr. Soehadi
Prijonegoro Sragen mengunakan sistem komunikasi terbuka, setiap
perawat yang ingin menyampaikan usul, ide, ataupun pendapat
diberi kesempatan yang sama dan setiap informasi yang didapat dari
atas disampaikan secara langsung baik melalui lisan dan tertulis
kemudia apabila terjadi masalah atau konflik atas staf diselesaikan
dengan mengunakan pendekatan intensif terhadap individu.
4. Controling
a. Kinerja perawat
Tabel 2.18
Kajian Controlling Di Ruang Rawat Inap Melati Barat
RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen
Tanggal 07 — 09 Mei 2019
Dilakukan
No Standar Ya Tdk
(1) (0)
1. Pengawasan langsung melalui inspeksi 1 0
2. Pengawasan langsung melalui laporan langsung secara 1 0
82
lisan
3. Pengawasan langsung melalui laporan langsung melalui 1 0
laporan tertulis
4. Pengawasan kelemahan yang ada 1 0
5. Pengawasan dengan mendengar laporan dari Katim 1 0
mengenai pelaksanaan tugas
6. Evaluasi upaya pelaksanaan 1 0
7. Membandingkan dengan rencana keperawatan yang telah 1 0
disusun bersama PN
8. Pengawasan yang dilakukan oleh kepala ruang:
a. Sosialisasi kebijakan
b. Mengatur dan mengendalikan pelaksanaan kebijakan 1 0
c. Mengecek kelengkapan inventaris peralatan 1 0
d. Mengecek obat-obatan yang tersedia
e. Melakukan supervise 1 0
f. Menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah
ditentukan 1 0
g. Menilai siswa/mahasiswan keperawatan 1 0
h. Melakukan Penilaian kinerja tenaga keperawatan 1 0
i. Menilai mutu asuhan keperawatan sesuai standar
yang berlaku secara mandiri atau koordinasi dengan 1 0
tim pengendalian mutu asuhan keperawatan. 1 0

9 Pengawasan tidak langsung dengan pengecekan dartar 1 0


hadir yang ada
10 Pengawasan tidak langsung dengan membaca dan 1 0
memeriksa rencana keperawatan
JUMLAH 10 0
TOTAL 10/10x 100%
=100%
Sumber: Data Primer di Ruang Melati Barat RSUD Dr. Soehadi
Prijonegoro Sragen
Analisa Data:
Dari data diatas kajian controlling di Ruang Melati Barat RSUD Dr.
Soehadi Prijonegoro Sragen sebesar (100%) yang termasuk dalam
kriteria baik. Adapun beberapa item yang dilaksanakan dalam kajian
controlling di Ruang Melati Barat RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro
Sragen adalah pengawasan kelemahan yang ada, pengawasan
dengan mendengar laporan dari Katim mengenai pelaksanaan tugas,

83
evaluasi upaya pelaksanaan, membandingkan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun bersama PN, menilai pelaksanaan
asuhan keperawatan yang telah ditentukan.
b. Supervisi
Pelaksanaan Supervisi di ruang Melati Barat RSUD Dr. Soehadi
Prijonegoro Sragen:
1) Memberikan pujian terhadap staf atau perawat yang
melaksanakan tugas dengan bagus
2) Memberikan motivasi dalam meningkatkan pengetahuan yang
lebih baik, keterampilan dan sikap.
3) Melibatkan bawahan sejak awal sampai akhir kegiatan.
4) Memberi teguran pada bawahan yang melakukan kesalahan
atau yang melanggar atauran.
5) Meningkatkan kerjasama dengan tim kesehatan lain dan non
medis.
Analisa Data:
Pelaksanaan Supervisi di ruang Melati Barat RSUD Dr. Soehadi
Prijonegoro Sragen dilakukan oleh seorang perawat Supervisi, yang
bertugas setiap jaga pagi hari minggu atau libur nasional, jaga sore
dan malam hari. Petugas Supervisi ini bertugas menyelesaikan
permasalahan yang ada di dalam pelayanan keperawatan.

D. OUTPUT
1. Pasien safety
Tabel 2.19
Kajian Pelaksanaan patient safety Di Ruang Melati Barat RSUD Dr.
Soehadi Prijonegoro Sragen Tanggal 07 - 09 Mei 2019
Pelaksanaan
No Komponen Yang Dinilai (n=10)
Ya (1) Tidak (0)
1 Ketepatan identifikasi 3 7
2 Komunikasi efektif 8 2
3 Highalert medication 5 5
4 Pencegahan infeksi 2 8
5 Pencegahan resiko jatuh 7 3
JUMLAH 25 25
Total 25/25x100% = 50%
84
Sumber: Data Primer di Ruang Melati Barat RSUD Dr Soehadi
Prijonegoro Sragen
Analisa Data:
Dari data yang telah dilakukan selama 3 hari, dapat dilihat
pelaksanaan pasient safety di ruang rawat inap Melati Barat RSUD
Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen diketahui bahwa hasil kegiatan
pelaksanaan patient safety sebesar (50%) yang termasuk dalam
kategori baik. Hal ini ditunjukkan dengan sebagian item dalam
format penilaian pelaksanaan patient safety dilaksanakan sesuai
prosedur.
Hasil pengkajian selama 3 hari, tanggal 7 — 9 Mei 2019 di
ruang Melati Barat RSUD dr.Soehadi Prijonegoro Sragen terhadap
ketepatan identifikasi pasien didapatkan data, dari 10 identifikasi
pasien, 7 pasien tidak dilakukan identifikasi pasien, sehingga perlu
adanya intervensi untuk ketepatan identifikasi pasien.
Hasil pengkajian selama 3 hari, tanggal 7 — 9 Mei 2019 di
ruang Melati Barat RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen terhadap
penunggu dan pengunjung pasien, alas kaki masih dilepas, meskipun
sudah ada tulisan yang mengharuskan penunggu dan pengunjung
pasien untuk tidak melepas alas kaki karena banyak kumannya,
sehingga perlu dilakukan intervensi kepada penunggu dan
pengunjung pasien edukasi untuk selalu memakai alas kaki.
Hasil pengkajian selama 3 hari, tanggal 7 — 9 Mei 2019 di
ruang Melati Barat RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sgagen
terhadap pasien, penunggu dan pengunjung pasien belum
mengetahui tata cara cuci tangan five moment dengan benar,
sehingga perlu dilakukan intervensi edukasi tata cara cuci tangan
five moment sesuai satndar WHO.
Hasil pengkajian selama 3 hari, tanggal 7 — 9 Mei 2019 di
ruang Melati Barat RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen
terhadap, berdasarkan observasi penunggu dan pengunjung pasien
masih ada yang membuang sampah non medis pada sampah medis /
infeksius, hal ini dikarenakan kurangnya informasi tentang
85
pembuangan sampah medis dan non medis, dan juga karena faktor
usia, sehingga perlu dilakukan intervensi edukasi pembuangan
sampah infeksius dan non infeksius bagi pasien, penunggu dan
pengunjung pasien disamping itu penempatan tempat sampah
infeksius dan non infeksius berdekatan di samping pintu masuk
ruang Melati Barat RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen
menyebabkan kesalahan pembuangan sampah bagi pasien, penunggu
dan pengunjung pasien.
Hasil pengkajian selama 3 hari, tanggal 7 — 9 Mei 2019 di
ruang Melati Barat RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen terhadap
pencegahan resiko jatuh pasien didapatkan data, dari 10 pencegahan
resiko pasien jatuh, 3 pasien tidak dilakukan pencegahan resiko
jatuh, sehingga tidak perlu adanya intervensi untuk pencegahan
resiko jatuh.
2. Perawatan diri
Identifikasi perawatan diri di ruang Melati Barat dengan cara
pengkajian langsung terhadap pasiennya, apabila didapati penyakit
ulkus diabetikum maka pasien akan dibantu dalam melakukan
perawatan dirinya dan keluarga akan diajari cara perawatan diri
pada pasien tersebut.
3. Kepuasan pasien
Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul
sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperoleh setelah
pasien membandingkannya dengan apa yang diharapkan (Imbalo,
2006). Mengungkapkan kepuasan sebagai respon pemenuhan
harapan dan kebutuhan pasien. Respon ini sebagai hasil dari
penilaian pasien bahwa produk/pelayanan sudah memberikan tingkat
pemenuhan kenikmatan.Tingkat pemenuhan kenikmatan dan
harapan ini dapat lebih atau kurang (Paparaya. 2009).
Supardi (2008) mengatakan model kepuasan yang komprehensif
dengan fokus utama pada pelayanan barang dan jasa meliputi lima
dimensi penilaian sebagai berikut :

86
a. Responsiveness (ketanggapan), yaitu kemampuan petugas
memberikan pelayanan kepada pasien dengan cepat. Dalam
pelayanan rumah sakit adalah lama waktu menunggu pasien
mulai dari mendaftar sampai mendapat pelayanan tenaga
kesehatan.
b. Assurance (jaminan), yaitu kemampuan petugas memberikan
pelayanan kepada pasien sehingga dipercaya. Dalam pelayanan
rumah sakit adalah kejelasan tenaga kesehatan memberikan
informasi tentang penyakit dan obatnya kepada pasien.
c. Emphaty (empati), yaitu kemampuan petugas membina
hubungan, perhatian, dan memahami kebutuhan pasien. Dalam
pelayanan rumah sakit adalah keramahan petugas kesehatan
dalam menyapa dan berbicara, keikutsertaan pasien dalam
mengambil keputusan pengobatan, dan kebebasan pasien
memilih tempat berobat dan tenaga kesehatan, serta kemudahan
pasien rawat inap mendapat kunjungan keluarga/temannya.
d. Tangible (bukti langsung), yaitu ketersediaan sarana dan
fasilitas fisik yang dapat langsung dirasakan oleh pasien. Dalam
pelayanan rumah sakit adalah kebersihan ruangan pengobatan
dan toilet
e. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan petugas memberikan
pelayanan kepada pasien dengan tepat. Dalam pelayanan rumah
sakit adalah penilaian pasien terhadap kemampuan tenaga
kesehatan
Tabel 2.20
Evaluasi Kepuasan Pasien Terhadap Penilaian Mutu Asuhan
Keperawatan Di Ruang Melati Barat RSUD Dr Soehadi
Prijonegoro Sragen Tanggal 7 — 9 Mei 2019.
Ya Tidak
NO KRITERIA (n=10)
(1) (0)
1 Apakah dokter mengunjungi anda setiap hari? 9 1
2 Apakah dokter yang memeriksa anda selalu ramah? 10 0
87
3 Apakah perawat selalu menanyakan bagaimana
8 2
nafsu makan anda.
4 Apakah dokter meluangkan waktu untuk
9 1
konsultasi.
5 Apakah perawat memperkenalkan diri kepada
9 1
pasien dan keluarga?
6 Apakah perawat yang merawat anda bersikap
9 1
ramah.
7 Apakah perawat memperhatikan dan menanggapi
10 0
keluhan anda.
8 Apakah anda atau keluarga merasa dibimbing oleh
perawatat untuk merawat diri anda. Contoh: sibin, 7 3
menggunakan pispot dll.
9 Menurut anda apakah perawat sudah bekerja
9 1
dengan terampil.
10 Bila anda membutuhkan pertolongan apakah
8 2
dilayani dengan cepat.
11 Apakah perawat menjelaskan dimana tempat —
tempat penting untuk kelancaran perawat. Misal: 9 1
kamar mandi, ruang tata usaha.dll
12 Apakah anda mendapatkan pelayanan administrasi
9 1
dengan baik dan cepat?
13 Apakah anda dijelaskan tentang biaya? 5 5
14 Apakah ruangan selalu dalam kondisi bersih? 8 2
15 Apakah sprei, selimut, dan sarung bantal dalam
1 1
kondisi baik selalu bersih dan diganti setiap kotor?
16 Apakah kamar mandi selalu dibersihkan tidak
8 2
berbau dan tidak licin?
17 Apakah makanan disajikan tepat waktu. 9 1
18 Apakah makanan yang diberikan bervariasi dan
9 1
cukup enak?
19 Apakah petugas penyaji makanan bersikap ramah? 9 1
Jumlah
Total 336/380x100%= 88,4%
Sumber: Data Primer observasi di Ruang Melati Barat RSUD Dr.
Soehadi Prijonegoro Sragen

Analisa Data:
Berdasarkan data diatas diketahui bahwa nilai dari data primer
angket kepuasan pasien yang diberikan kepada pasien yang minimal
dirawat selama 3 hari didapatkan nilai 88,4% (n = 10) yang berarti
masuk dalam kategori puas.
88
Dari hasil instrumen yang telah diisi oleh pasien dan atau keluarga di
Ruang Melati Barat RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen
didapatkan hasil bahwa perawat kurang memperhatikan dan
menanggapi keluhan klien, perawat kurang memperhatikan tentang
personal hygiene klien. Jika mutu pelayanan perawat baik maka
akan terjadi peningkatan kepuasan keluarga dalam tindakan
keperawatan yang diberikan.
4. Kecemasan
Kecemasan merupakan reaksi yang pertama muncul atau
dirasakan oleh pasien dan keluarganya di saat pasien harus dirawat
mendadak atau tanpa terencana begitu mulai masuk rumah sakit.
Kecemasan akan terus menyertai pasien dan keluarganya dalam
setiap tindakan perawatan terhadap penyakit yang diderita pasien.
Cemas adalah emosi dan merupakan pengalaman subyektif
individual, mempunyai kekuatan tersendiri dan sulit untuk
diobsevasi secara langsung.Perawat dapat mengidentifikasi cemas
lewat perubahan tingkah laku pasien. Cemas adalah emosi tanpa
objek yang spesifik, penyebabnya tidak diketahui dan didahului oleh
penglaman baru.Takut mempunyai sumber yang jelas dan obyeknya
dapat didefinisikan.Takut merupakan penilaian intelektual terhadap
stimulus yang mengancam dan cemas merupakan respon emosi
terhadap penilaian tersebut. Kecemasan adalah suatu kondisi yang
menandakan suatu keadaan yang mengancam keutuhan serta
keberadaan dirinya dan dimanifestasikan dalam bentuk perilaku
seperti rasa tidak berdaya, rasa tidak mampu, rasa takut, dan fobia
tertentu. Kecemasan muncul bila ada ancaman ketidakberdayaan,
kehilangan kendali, perasaan kehilangan fungsi-fungsi dan harga
diri, kegagalan pertahanan, perasaan terisolasi (Nursalam, 2014).
Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS) adalah
penilaian kecemasan pada pasien dewasa yang dirancang oleh
William W. K. Zung, dikembangkan berdasarkan gejala kecemasan
dalam Diagostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM-
89
II). Terdapat 20 pertanyaan, dimana setiap pertanyaan dinilai 1-4 (1:
tidak pernah, 2: kadang-kadang, 3: sebagian waktu, 4: hampir setiap
waktu). Terdapat 15 pertanyaan ke arah peningkatan kecemasan dan
5 pertanyaan ke arah penurunan kecemasan (Zung Self-Rating
Anxiety Scale). Skala peringkat kecemasan digambarkan pada tabel
di bawah ini:
Tabel 2.21
Evaluasi Kecemasan Di Ruang Melati Barat RSUD Dr Soehadi
Prijonegoro Sragen Tanggal 7 — 9 Mei 2019 (n = 20)
Hampir Kadang- Sebagian Tidak
No Pertanyaan
setiap waktu kadang waktu pernah
Saya merasa lebih gugup dan
1. 5 2 3 10
cemas dari biasanya.
Saya merasa takut tanpa alasan
2. 5 2 3 10
sama sekali.
Saya mudah marah atau merasa
3. 5 2 3 10
panic.
Saya merasa seperti jatuh
4. terpisah dan akan hancur 5 3 2 10
berkeping-keping.
Saya merasa bahwa semuanya
5. baik-baik saja dan tidak ada hal 5 3 2 10
buruk yang akan terjadi.
6. Lengan dan kaki saya gemetar. 5 2 3 10
Saya terganggu oleh nyeri kepala
7. 5 2 3 10
leher dan nyeri punggung.
Saya merasa lemah dan mudah
8. 5 2 3 10
lelah.
Saya merasa tenang dan dapat
9. 10 2 3 5
duduk diam dengan mudah.
Saya merasakan jantung saya
10. 5 2 3 10
berdebar-debar.
Saya merasa pusing tujuh
11. 5 2 3 10
keliling.
Saya telah pingsan atau merasa
12. 5 2 3 10
seperti itu.
Saya dapat bernapas dengan
13. 1 3 2 14
mudah.
Saya merasa jari-jari tangan dan
14. 5 2 3 10
kaki mati rasa dan kesemutan.

90
Saya merasa terganggu oleh nyeri
15. lambung atau gangguan 5 3 2 10
pencernaan.
16 Saya sering buang air kecil. 14 2 3 1
Tangan saya biasanya kering dan
17. 5 3 2 10
hangat.
Wajah saya terasa panas dan
18. 1 2 3 14
merah merona.
Saya mudah tertidur dan istirahat
19. 10 3 2 5
malam dengan baik.
20.Saya mimpi buruk. 14 2 3 1
Jumlah 185
Rentang penilaian 20-80, dengan pengelompokan antara lain:
1. Skor 20-44 : normal/tidak cemas
2. Skor 45-59 : kecemasan ringan
3. Skor 60-74 : kecemasan sedang
4. Skor 75-80 : kecemasan berat
Hasil = 185/400 = 46,25%
Analisa Data:
Berdasarkan data diatas diketahui bahwa nilai dari data primer
angket kecemasan pasien yang diberikan kepada pasien didapatkan
nilai 46,25% (n = 20) yang berarti masuk dalam kategori kecemasan
ringan.
Kecemasan ringan yang terjadi pada pasien yang di rawat di ruang
Melati Barat RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen disebabkan
oleh banyak sekali faktor diantaranya kurangnya pengetahuan pasien
tentang kondisi penyakit yang dialaminya.
5. Kenyamanan
Fenomena nyeri timbul karena adanya kemampuan system
saraf untuk mengubah berbagai stimulus mekanis, kimia, termal,
elektris menjadi potensial aksi yang dijalarkan ke sistem saraf pusat.
Nyeri merupakan suatu mekanisme protektif bagi tubuh yang akan
muncul bila jaringan tubuh rusak, sehingga individu akan bereaksi
atau berespons untuk menghilangkan mengurangi rangsang nyeri.
Nyeri adalah sensasi subjektif, rasa yang tidak nyaman biasanya

91
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual dan potensial
(Nursalam, 2014).
1) Instrumen Intensitas Nyeri :
a) Indikasi : dewasa dan anak (berusia lebih dari sembilan
tahun) atau pasien pada semua area perawatan yang
mengerti tentang penggunaan angka untuk menentukan
tingkat dari intensitras rasa nyeri yang dirasakan
b) Instruksi :
(1) Menanyakan kepada pasien tentang berapa angka
yang diberikan untuk menggambarkan rasa nyeri
yang saat ini dirasakan
(2) Berikan penjelasan tentang skala nyeri yang
diberikan
0 = Tidak nyeri.
1-3 = Nyeri ringan, mengomel, sedikit mengganggu
ADL.
4-6 = Nyeri sedang, cukup mengganggu ADL.
7-10 = Nyeri berat dan tidak mampu melakukan ADL
(3) Angka tata laksana nyeri :
a. Persentse pasien nyeri yang terdokumentasi dalam
askep:
Jumlah total askep nyeri x 100 %
Jumlah pasien per periode waktu tertentu
10 x 100 % = 43,47%
23
b. Persentse tata laksana nyeri.
Jumlah total tindakan per respon nyeri x 100 %
Jumlah pasien terdokumentasi skala nyeri > 4 per
periode
5 x 100 % = 83,33%
6
c. Angka kenyamanan pasien.
Jumlah pasien nyeri terkontrol x 100 %
Jumlah pasien yang terdokumentasi per periode
tertentu
92
3 x 100 % = 60%
5
Analisa Data:
Berdasarkan data diatas diketahui bahwa nilai persentase pasien
nyeri yang terdokumentasi 43,47%, persentase tata laksana nyeri
83,33% dan angka kenyamanan pasien 60%, sehingga perlu adanya
intervensi pengkajian nyeri, agar angka kenyamanan nyeri menjadi
meningkat.
6. Pengetahuan
Menurut Notoadmodjo (2012) Pengetahuan merupakan
hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap suatu objek tertentu. Jadi pengetahuan ini diperoleh dari
aktivitas pancaindra yaitu penglihatan, penciuman, peraba dan indra
perasa, sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan
telinga (Nursalam, 2014).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang. Penelitian Rogers
(1974) dalam buku pendidikan dan perilaku kesehatan
(Notoatmodjo, 2003 dan Nursalam, 2007) mengungkapkan bahwa
sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang
tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu :
a. Awareness (kesadaran) ketika seseorang menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)
b. Interst (tertarik), ketika seseorang mulai tertarik pada stimulus
c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya
stimulus tersebut baginya
d. Trial (mencoba), ketika seseorang telah mencoba perilaku baru
e. Adoption (adaptasi), ketika seseorang telah berprilaku baru
yang sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya
terhadap stimulus.
Namun, berdasarkan penelitian selanjutnya, Rogers
menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati

93
tahapan di atas. Jika penerima perilaku baru atau adopsi perilaku
melalui proses seperti ini yaitu dengan didasari oleh pengetahuan,
kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku itu akan bersifat
langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak
didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, perilaku itu tidak akan
berlangsung lama (Nursalam, 2014).
Berdasarkan wawancara dengan 10 orang pasien di ruang
Melati Barat RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen, 6 orang pasien
belum begitu jelas mengetahui penyakit yang meliputi pengertian,
etiologi, tanda gejala dan diet , sedang 4 orang sudah mengetahui
penyakit.
Analisa Data:
Berdasarkan data diatas diketahui bahwa pengetahuan
tentang penyakit di ruang Melati Barat RSUD Dr. Soehadi
Prijonegoro Sragen, berdasarkan wawancara dengan 10 orang
penderita penyakit, sebagian besar belum mengetahui secara jelas
penyakit, sehingga perlu dilakukan intervensi pendidikan kesehatan
pada penderita penyakit di ruang Melati Barat RSUD Dr. Soehadi
Prijonegoro Sragen.

94

Anda mungkin juga menyukai