Anda di halaman 1dari 12

Genetika

TRANSLASI

HERI SAPUTRA

143112620120058

Program Studi S1 Biologi


Jurusan Biologi Medik
Universitas Nasional
2014
A. Pendahuluan
Istilah ekspresi genetik dapat juga diartikan sebagai sintesis
protein, karena proses tahapan dan hasil akhirnya adalah sama. Adapun
tahapan ekspresi genetik atau sintesis protein secara garis besar adalah
transkripsi dan translasi. Di dalam makalah ini akan lebih lanjut dibahas
mengenai translasi.
Translasi adalah proses penerjemahan urutan nukleotida yang ada
pada molekul mRNA menjadi rangkaian asam-asam amino yang
menyusun suatu polipeptida atau protein (wikipedia.org). Menurut
Saefudin (2007), translasi adalah sintesis polipeptida yang sesungguhnya,
yang terjadi berdasarkan arahan mRNA. Selama tahapan ini terdapat
perubahan bahasa, yaitu sel menterjemahkan (mentranslasi) urutan basa
molekul mRNA ke dalam urutan asam amino polipeptida. Translasi hanya
terjadi pada molekul mRNA, sedangkan rRNA dan tRNA tidak ditranslasi.
Molekul mRNA yang merupakan salinan urutan DNA menyusun suatu
gen dalam bentuk kerangka baca terbuka.
Translasi berlangsung di dalam ribosom, yaitu suatu struktur
organel sel yang banyak terdapat di dalam sitoplasma. Ribosom terdiri atas
dua subunit, yaitu subunit besar dan subunit kecil yang akan menyatu
selama inisiasi translasi dan terpisah ketika translasi telah selesai. Tiap
ribosom mempunyai 3 tempak pengikatan tRNA, yang masing-masing
dinamakan tapak aminoasil (tapak A/site A), tapak peptidil (tapak P/site
P), dan tapak E (site E). Molekul aminoasil-tRNA yang baru memasuki
ribosom akan terikat di tapak A, sedangkan tRNA yang membawa rantai
polipeptida yang sedang diperpanjang terikat di tapak P, dan pelepasan
tRNA yang sudah tidak memiliki asam amino karena telah diikatkan pada
polipeptida yang sedang diperpanjang, selanjutnya keluar dari ribosom
melalui tapak E.
Ukuran ribosom dinyatakan atas dasar laju pengendapannya
selama sentrifugasi sebagai satuan yang disebut satuan Svedberg (S). Pada
kebanyakan prokariot ribosom mempunyai ukuran 70S, sedangkan pada
eukariot biasanya sekitar 80S. Pada bakteri subunit kecil penyusun
ribosom disebut dengan 30S. Subunit kecil ribosom bakteri mengandung
16S rRNA dan 21 macam protein dengan berbagai macam tingkat
kelarutan. Sedangkan unit besarnya (50S) mengandung 23S rRNA dan 5S
rRNA serta 31 protein. Pada eukariot terdapat 18S rRNA dan 28S rRNA
serta tipe protein yang lebih banyak.
Gambar 1. RNA ribosom pada organisme prokariot dan eukariot

Sebagai tahapan kedua pada proses ekspresi genetik/sintesis


protein, bahan utama yang diperlukan untuk melangsungkan proses
translasi ini adalah mRNA yang merupakan hasil akhir dari proses
transkripsi (tahapan pertama pada proses ekspresi genetik/sintesis protein).
Pada umumnya, mRNA pada prokariot memiliki struktur yang sangat
tidak stabil, sedangkan struktur mRNA eukariot bersifat stabil. Perbedaan
stabilitas struktur mRNA pada prokariot dan eukariot ini disebabkan
adanya struktur modifikasi yang terdapat pada mRNA eukariot, dimana
ujung 5’ mengandung gugus “CAP” yang merupakan modifikasi terhadap
basa purin (baik A atau G) melalui pengikatan gugus metil dan beberapa
senyawa posfat. Sementara itu di ujung 3’-nya terjadi pengikatan residu
poliadenil (A+) yang panjangnya dapat mencapai 200 buah residu adenil.
Keberadaan modifikasi ujung 5’ dan 3’ ini menjadikan mRNA pada
eukariot tidak mudah dicerna baik oleh enzim endonuklease maupun
eksonuklease sehingga keberadaannya sangat stabil (Jamsari, 2007).
Adapun perbedaan lain antara mRNA eukariot dan mRNA
prokariot lebih jauh dijelaskan oleh Jamsari (2007), sebagai berikut:
1. Sekuens mRNA yang dihasilkan selama proses transkripsi pada
organisme prokariot adalah sama dengan sekuens DNA yang
merupakan template selama proses transkripsi. Hal ini
dikarenakan pada DNA prokariot tidak didapati sekuens intron
yang merupakan sekuens struktural DNA. Pada DNA prokariot
hanya terdapat sekuens-sekuens ekson (sekuens fungsional
DNA) yang ditranskripsikan langsung menjadi mRNA.
Berbeda pada eukariot, panjang mRNA yang dihasilkan setelah
proses transkripsi lebih pendek dibandingkan dengan sekuens
DNA-nya. Hal ini dikarenakan sekuens DNA pada eukariot
terdapat sekuens intron dan ekson, dimana hanya sekuens
ekson yang diterjemahkan untuk menjadi mRNA. Penjelasan
lebih detailnya yaitu selama proses pembentukan mRNA
matang, terjadi proses mRNA splicing, dimana meskipun pada
awalnya sekuens intron ditranskripsikan menjadi mRNA tetapi
masih bersifat intermediat, sehingga pada tahap splicing,
mRNA intermediat akan dibuang dan ujung masing-masing
sekuens mRNA yang berasal dari sekuens ekson akan
dipersatukan untuk membentuk mRNA yang matang (mature
RNA).
2. Lokalisasi mRNA pada organisme prokariot cenderung bersifat
tidak berpindah-pindah, sedangkan pada organisme eukariot
terjadi transportasi mRNA matang dari nukleus ke sitoplasma.
3. Translasi protein dari mRNA pada prokariot terjadi secara
simultan (serempak) mengiringi proses transkripsi mRNA.
Meskipun proses pembentukan mRNA belum sepenuhnya
selesai, akan tetapi 0,5 menit sejak dimulainya proses
transkripsi, ribosom sudah mulai berikatan dengan ujung 5’
mRNA yang sedang dibentuk pada tempat yang sama dimana
terjadinya transkripsi mRNA tersebut. Sedangkan pada
eukariot, awal proses translasi baru akan dimulai setelah proses
transkripsi mRNA benar-benar telah selesai disintesis. Untuk
memulai proses translasi, mRNA pada nukleus harus
ditransportasikan lebih dahulu ke sitoplasma, oleh karena itu
pada eukariot, proses translasi mRNA menjadi protein, baru
akan terjadi sekitar 4 jam sejak dimulainya transkripsi mRNA.

B. Proses Translasi
Proses translasi secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga
tahapan (sama seperti pada transkripsi), yaitu inisiasi, elongasi, dan
terminasi. Semua tahapan ini memerlukan faktor-faktor protein yang
membantu mRNA, tRNA, dan ribosom selama proses translasi. Inisiasi
dan elongasi rantai polipeptida juga membutuhkan sejumlah energi. Energi
ini disediakan oleh GTP (guanosin triphosphat), suatu molekul yang mirip
dengan ATP (Aryulina et al., 2004).
Gambaran penting sintesis protein atau translasi adalah proses ini
berlangsung dengan arah tertentu sebagai berikut:
1. Molekul mRNA ditranslasi dengan arah 5’3’, tetapi tidak dari ujung 5’
hingga ujung 3’.
2. Polipeptida disintesis dari ujung amino ke ujung karboksil dengan
menambahkan asam-asam amino satu demi satu ke ujung karboksil.

Adapun penjelasan lengkap mengenai ketiga tahapan proses


translasi adalah sebagai berikut:
1. Inisiasi
Pada dasarnya, tahapan ini terjadi ketika sebuah molekul mRNA
dari hasil transkripsi keluar dari nukleus ke sitoplasma dan terikat pada
permukaan ribosom yang kedua subunitnya telah bergabung. Pengikatan
ini terjadi karena pada mRNA prokariot terdapat urutan basa tertentu yang
disebut sebagai tempat pengikatan ribosom (ribosom binding site) atau
urutan Shine-Dalgarno. Sementara itu, pada eukariot pengikatan ribosom
dilakukan oleh ujung 5’ mRNA. Dimana pada ujung 5’ mRNA tersebut
telah terjadi modifikasi terhadap basa purinnya melalui pengikatan gugus
metil dan beberapa senyawa posfat sehingga ujung 5’ mRNA tersebut
mengandung “CAP” (capping). Subunit ribosom kecil melekat pada
bagian CAP di ujung 5’ mRNA tersebut, dimana di dekat daerah CAP
terdapat kodon inisiasi AUG (start kodon), yang akan memberikan sinyal
dimulainya proses translasi. Selanjutnya, berbagai aminoasil-tRNA akan
berdatangan satu demi satu ke kompleks ribosom-mRNA ini dengan
urutan sesuai dengan antikodon dan asam amino yang dibawanya. Urutan
ini ditentukan oleh urutan triplet kodon pada mRNA.

Gambar 2. Proses inisiasi


Sedikit menyimpang dari pembahasan mengenai inisiasi pada
proses translasi, penulis ingin menginformasikan sedikit mengenai apa itu
tRNA. Jamsari (2007) menjelaskan tRNA adalah molekul adapter yang
menghubungkan antara mRNA dengan asam amino yang akan membentuk
molekul protein melalui ikatan polipeptida sesamanya. Setiap satu tRNA
mewakili satu jenis asam amino spesifik yang berikatan secara kovalen
pada ujung 3’. Ikatan spesifik antara mRNA dan tRNA ditentukan oleh
sekuens trinukleotid yang berkomplementer dengan kodon pada mRNA
yang akan diterjemahkan menjadi asam amino. Struktur sekunder tRNA
membentuk struktur “cloverleaf” yang terdiri dari struktur batang yang
mengandung loops pita tunggal. Struktur loops pita tunggal tersebut akan
membentuk struktur lengan tRNA yang bersifat khusus. Ada empat
macam lengan tRNA secara umum, yaitu:
1. Lengan penerima yang mengandung batang pasangan basa
yang berakhir pada ujung 3’ yang tidak berpasangan dimana
gugus hidroksil 2’ dan 3’ dapat berikatan dengan asam amino
yang akan diikatnya.
2. Lengan T𝜑C yang ditandai dengan adanya sekuens triplet T𝜑C
(𝜑 = pseudouridine, suatu basa termodifikasi).
3. Lengan antikodon, selalu mengandung sekuens triplet
antikodon pada pusat struktur loop.
4. Lengan D, ditandai dengan adanya sekuens basa
dihidrouridine, yakni basa nitrogen termodifikasi pada tRNA.

Gambar 3. Struktur sekunder tRNA

Secara umum struktur tRNA bersifat konstant sehingga penomoran


dapat dilakukan dari ujung 5’ ke ujung 3’. Kebanyakan tRNA disusun oleh
76 ikatan basa nitrogen, dengan kisaran antara 74-95 basa. Adanya variasi
struktur tRNA disebabkan oleh keberadaan lengan ekstra yang terletak
antara T𝜑C dan lengan antikodon.

Berdasarkan jenis lengan ekstra penyusunnya, maka tRNA


diklasifikasikan ke dalam 2 kelas, yaitu:

1. tRNA kelas 1, dimana lengan ekstranya mengandung 3-5 basa.


Kelas tRNA ini mengandung 75% dari total tRNA yang ada.
2. tRNA kelas 2, dimana lengan ekstranya mengandung 13-21
basa, ditambah dengan 5 basa pada batang utamanya.

Penomoran basa tambahan pada lengan ekstra diberi nomor relatif


terhadap struktur umumnya, seperti 17:1 yang berarti terletak antara
nukleotid nomor 20 dan 21.

Apabila tRNA “dimuati” dengan asam amino yang berkorelasi


dengan antikodonnya, maka struktur tRNA tersebut dinamakan
“aminoasetil-tRNA. Asam amino akan berikatan dengan tRNA pada ujung
basa 3’ yang selalu mengandung basa nitrogen A (adenin), membentuk
ikatan ester pada gugus karboksil ke-2 atau gugus hidroksil ke-3. Untuk
setiap jenis asam amino paling tidak ada satu jenis tRNA. Sedangkan
penamaan tRNA sesuai dengan jenis asam aminonya yang ditulis dengan
huruf “superscript”, contoh: tRNAala, tRNA yang berikatan dengan asam
amino alanin. Jika ada dua macam atau lebih tRNA yang mengandung satu
jenis asam amino, maka diberi nomor berurut yang ditulis dengan huruf
“subscript”, contoh: tRNA1ala, tRNA2ala. Pengikatan asam amino pada
masing-masing tRNA-nya dikatalisis oleh enzim aminoasetil-tRNA
sintetase.

Pengisian tRNA dengan asam amino dikatalisis oleh satu jenis


enzim aminoasetil-tRNA sintetase. Ada dua tahap dalam proses tersebut:

1. Asam amino akan bereaksi dengan ATP untuk membentuk


aminoasetil-adenilat, dan melepaskan firofosfat. Energi reaksi
disediakan melalui pemecahan ATP.
2. Asam amino yang telah teraktivasi ditransfer ke tRNA dan
melepaskan AMP.

Aminoasetil-tRNA sintetase mensortir tRNA yang cocok dengan


jenis asam aminonya. Jenis tRNA yang mewakili asam amino yang sama
disebut dengan “isoaccepting tRNAs”, dan kesemuanya dikatalisis oleh
enzim sintetase yang sama.
Kembali lagi membahas tentang tahap inisiasi pada proses
translasi. Lebih rinci, inisiasi sintesis protein ini dilakukan oleh aminoasil-
tRNA khusus, yaitu tRNA yang membawa metionin (dilambangkan
sebagai metionil-tRNAiMet). Hal ini berarti bahwa sintesis semua
polipeptida selalu dimulai dengan metionin (start kodon). Khusus pada
prokariot akan terjadi formilasi gugus amino pada metionil-tRNAiMet
(dilambangkan sebagai metionil-tRNAfMet) yang mencegah terbentuknya
ikatan peptida antara gugus amin tersebut dengan gugus karboksil asam
amino pada ujung polipeptida yang sedang diperpanjang sehingga asam
amino awal pada polipeptida prokariot selalu berupa f-metionin. Pada
eukariot metionil-tRNAiMet tidak mengalami formilasi gugus amin, tetapi
molekul ini akan bereaksi dengan protein-protein tertentu yang berfungsi
sebagai faktor inisiasi (IF-1, IF-2, IF-3). Selain itu, baik pada prokariot
maupun eukariot, terdapat pula metionil-tRNA yang metioninnya bukan
merupakan asam amino awal (dilambangkan sebagai metionil-tRNAMet)
(biomol.edublogs.org).
Kompleks inisiasi pada prokariot terbentuk antara mRNA,
metionil-tRNAfMet, dan subunit kecil ribosom (30S) dengan bantuan
protein IF-1, IF-2, IF-3, serta sebuah molekul GTP. Pembentukan
kompleks inisiasi ini diduga difasilitasi oleh perpasangan basa antara suatu
urutan di dekat ujung 3’ rRNA berukuran 16S dan sebagian urutan
pengarah (leader sequence) pada mRNA. Selanjutnya, kompleks inisiasi
bergabung dengan subunit besar ribosom (50S), dan metionil-tRNAfMet
terikat pada tapak P. Berpasangannya triplet kodon inisiasi pada mRNA
dengan antikodon pada metionil-tRNAfMet di tapak P menentukan urutan
triplet kodon dan aminoasil-tRNAfMet berikutnya yang akan masuk ke
tapak A. Pengikatan aminoasil-tRNAfMet berikutnya, misalnya alanil-
tRNAala, ke tapak A memerlukan protein-protein elongasi EF-Ts dan EF-
Tu (biomol.edublogs.org).

Gambar 4. Perbedaan inisiasi pada proses translasi prokariot dan


eukariot
2. Elongasi
Pada tahap ini, asam amino - asam amino berikutnya ditambahkan
satu per satu pada asam amino pertama (metionin). Pembentukan ikatan
peptida antara gugus karboksil pada metionil-tRNAfMet di tapak A
dikatalisis oleh enzim peptidil transferase, suatu enzim yang terikat pada
subunit ribosom 50S (berfungsi mengkatalisis pembentukan ikatan peptida
yang menggabungkan polipeptida yang memanjang ke asam amino yang
baru tiba). Reaksi ini menghasilkan dipeptida yang terdiri atas f-metionin
dan alanin yang terikat pada tRNAala di tapak A (peptida awal
memisahkan diri dari tRNA tempat pelekatannya semula, dan asam amino
pada ujung karboksilnya berikatan dengan asam amino yang dibawa oleh
tRNA yang baru masuk) (biomol.edublogs.org).
Langkah berikutnya adalah translokasi, yang melibatkan (1)
perpindahan f-met-ala-tRNAala dari tapak A ke tapak P dan (2) pergeseran
posisi mRNA pada ribosom sepanjang tiga basa sehingga triplet kodon
yang semula berada di tapak A masuk ke tapak P, dan yang dari tapak P
akan bergeser ke tapak E (tapak pelepasan tRNA yang sudah tidak
memiliki peptida). Dalam contoh ini triplet kodon yang bergeser dari tapak
A ke tapak P tersebut adalah triplet kodon untuk alanin. Triplet kodon
berikutnya, misalnya penyandi serin, akan masuk ke tapak A dan proses
seperti di atas hingga translokasi akan terulang kembali. Translokasi
memerlukan aktivitas faktor elongasi berupa enzim yang biasa
dilambangkan dengan EF-G (biomol.edublogs.org).

Gambar 5. Proses translokasi pada proses translasi

Saat mRNA bertranslokasi (berpindah tempat) antikodonnya tetap


berikatan dengan kodon tRNA. mRNA bergerak bersama-sama dengan
antikodon ini dan bergeser ke kodon berikutnya yang akan ditranslasi.
Sementara itu, tRNA yang sudah tidak memiliki asam amino karena telah
berikatan dengan polipeptida yang sedang memanjang akan keluar dari
ribosom (melalui tapak E). Langkah ini membutuhkan energi yang
disediakan oleh hidrolisis GTP. mRNA bergerak melalui ribosom ke satu
arah saja, mulai dari ujung 5’. Hal ini sama dengan ribosom yang bergerak
5’  3’ pada mRNA. Hal yang terpenting adalah ribosom dan mRNA
bergerak relatif satu sama lain, dengan arah yang sama, kodon demi
kodon. Siklus elongasi menghabiskan waktu kurang dari 1/10 detik dan
terus berlangsung hingga rantai polipeptidanya lengkap (Aryulina et al.,
2004).

Gambar 6. Proses Elongasi pada translasi

3. Terminasi
Tahap akhir translasi adalah terminasi (perhentian perpanjangan
rantai polipeptida). Pemanjangan atau elongasi rantai polipeptida akan
terus berlangsung hingga suatu triplet kodon yang menyandi terminasi
memasuki tapak A. Sebelum suatu rantai polipeptida selesai disintesis
terlebih dahulu terjadi deformilisasi pada f-metionin menjadi metionin.
Terminasi ditandai oleh terlepasnya mRNA, tRNA di tapak P, dan rantai
polipeptida dari ribosom. Selain itu, kedua subunit ribosom pun memisah.
Pada terminasi diperlukan aktivitas dua protein yang berperan sebagai
faktor pelepas atau releasing factors, yaituu RF-1 dan RF-2
(biomol.edublogs.org).
Gambar 7. Proses Terminasi pada translasi

C. Pasca Translasi
Selama proses translasi dan sesudahnya, rantai polipeptida yang
terbentuk mulai menggulung dan melipat secara spontan membentuk
protein fungsional dengan konformasi yang spesifik. Konformasi ini
berupa suatu molekul tiga dimensi dengan struktur sekunder dan tersier.
Pelipatan protein dibantu oleh suatu protein chaperon. Langkah tambahan
yang dilakukan sebelum dikirim ke target adalah memberikan modifikasi
secara kimiawi. Pada asam amino terentu dilakukan penambahan gula,
lipid, gugus fosfat atau penambahan-penambahan lain (Sarmoko, 2011).

D. Kesimpulan
Dari penjelasan yang telah penulis jabarkan di atas mengenai
proses translasi pada ekspresi genetik atau sintesis protein, dapat penulis
tarik kesimpulan bahwa mRNA pada organisme eukariot jauh lebih stabil
dibandingkan pada organisme prokariot. Walaupun demikian, sebenarnya
keseluruhan mekanisme proses translasi yang terjadi pada organisme
eukariot secara gambaran umumnya adalah sama dengan mekanisme
proses translasi pada organisme prokariot. Hanya ada beberapa bagian
tertentu saja yang berbeda. Sehingga, keseluruhan proses translasi baik
pada organisme prokariot maupun di organisme eukariot hanya terdiri dari
3 tahapan, yaitu: inisiasi, elongasi, dan terminasi.
Daftar Pustaka

Anonim. Translasi (diakses dari laman


http://id.wikipedia.org/wiki/Translasi_(genetik).

Anonim. Translasi (diakses dari laman http://biomol.


edublogs.org/files/2010/02/BAB-VI-TRANSLASI.pdf

Aryulina et al. 2004. Biologi SMA. Esis : Jakarta.

Jamsari. 2007. Bioteknologi Pemula. Unri Press : Pekanbaru.

Saefudin. 2007. Genetika. FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia :


Bandung.

Sarmoko. 2011. From Gene to Protein. Departemen Farmasi, Universitas


Sudirman.

Anda mungkin juga menyukai