Anda di halaman 1dari 36

KEBIJAKAN UMUM

PERMENDAGRI 19 TAHUN 2016 TENTANG


PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

DR HARI NUR CAHYA MURNI, MSi


DIREKTUR BUMD, BLUD DAN BARANG MILIK DAERAH

DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DAERAH


KEMENTERIAN DALAM NEGERI
DASAR HUKUM PENYUSUNAN
PERMENDAGRI 19/2016

AMANAT 1

Pasal 59
Ayat (3) Pasal 90 Pasal 98
Menteri Dalam Negeri
Usul untuk memperoleh Ayat (3) melakukan pembinaan Ayat (5) Ketentuan mengenai tata cara
persetujuan Dewan pengelolaan Barang Milik Penggunaan, Pemindahtanganan,
Perwakilan Rakyat Daerah Daerah dan menetapkan Penghapusan, Penatausahaan, pen
diajukan oleh kebijakan sesuai dengan dan pengendalian Barang Milik Da
Gubernur/Bupati/Walikota kebijakan umum BMN/D berupa Rumah Negara diatur deng
sesuai dengan pedoman dan/atau Kebijakan Teknis Peraturan Menteri Dalam Negeri
yang ditetapkan oleh BMN
Menteri Dalam Negeri

AMANAT 2

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara


Pasal 27 penjualan BMD berupa Kendaraa n
Ayat (2) Peroarangan Dinas kepada Pegawai ASN
tanpa melalui lelang diatur dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri
LINGKUP PENGELOLAAN BMD
Perencanaan kebutuhan dan penganggaran;
3

PEMANFAATAN

• Sewa Tertib Strategic


Tertib
• Pinjam Pakai Penge- Asset Hukum
lolaan
• Kerjasama Pemanfaatan Management
• Bangun Guna Serah/Bangun Serah Guna
• Kerjasama Penyediaan Insfrastruktur
PENGAMANAN DAN PEMELIHARAAN

PEMINDAHTANGANAN

• Penjualan
• Tukar Menukar
• Hibah BERDASARKAN ASAS FUNGSIONAL,
• Penyertaan Modal Pemerintah
KEPASTIAN HUKUM, TRANSPARANSI,
PEMUSNAHAN DAN PENGHAPUSAN
EFISIENSI, AKUNTABILITAS, DAN KEPASTIAN
NILAI
Pengawasan/ pengendalian. Pasal 3 PP 27/2014
DAFTAR ISI
PERMENDAGRI 19 TAHUN 2016

BATANG TUBUH LAMPIRAN


• Lampiran A (Struktur Pejabat
• 20 Bab Pengelola Barang Milik
• 515 Pasal Daerah)
• Lampiran B (Format Rencana
Kebutuhan Barang Milik
Daerah : 32 format)
• Lampiran C (Format
Penetapan Status
Penggunaan : 11 format)
• Lampiran D (Format Hasil
Penelitian Pemeliharaan)
• Lampiran E (Format SK
Penghapusan : 2 format)
• Lampiran F (Format
Persetujuan : 1 format)
RUANG LINGKUP

• pejabat pengelola barang milik daerah;


• perencanaan kebutuhan dan penganggaran;
• pengadaan;
• penggunaan;
• pemanfaatan;
• pengamanan dan pemeliharaan;
• penilaian;
• pemindahtanganan;
• pemusnahan;
• penghapusan;
• penatausahaan;
• pembinaan, pengawasan dan pengendalian;
• pengelolaan barang milik daerah pada SKPD yang menggunakan pola
pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah:
• barang milik daerah berupa rumah negara; dan
• ganti rugi dan sanksi.
BARANG MILIK
1. Dibeli/ DAERAH..? 2. Perolehan
diperoleh lainnya yang
APBD sah.

Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak antara lain berasal
dari:
a. kontrak karya;
b. kontrak bagi hasil;
c. kontrak kerjasama;
d. perjanjian dengan negara lain/lembaga internasional; dan
e. kerja sama pemerintah daerah dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur.

 BMD yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD, dilengkapi dokumen pengadaan
 BMD yang berasal dari perolehan lainnya yang sah dilengkapi dokumen perolehana
 BMD bersifat berwujud maupun tidak berwujud.

 Dilarang digadaikan/dijaminkan untuk mendapatkan pinjaman atau diserahkan kepada pihak lain
sebagai pembayaran atas tagihan kepada pemerintah daerah
 Tidak dapat disita sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
PEJABAT PENGELOLA
BARANG MILIK DAERAH;
STRUKTUR PEJABAT PENGELOLA
BARANG MILIK DAERAH
 Gubernur/Bupati/Walikota Selaku Pemegang Kekuasaan BMD
 Sekda Selaku Pengelola Barang
 PPKD selaku Pejabat Penatausahaan Barang
 Pengurus Barang Pengelola (hanya menambah fungsi)
 Kepala SKPD Selaku Pengguna Barang (Hanya menambah fungsi)
 Pejabat Penatausahaan Pengguna Barang (Hanya menambah
fungsi)
 Pengurus Barang Pengguna (Fungsi Menyimpan/Mengurus Barang)
 Kepala Unit Kerja Selaku Kuasa Pengguna Barang (hanya menambah fungsi)
 Pengurus Barang Pembantu KPB (Fungsi Menyimpan/Mengurus
Barang
STRUKTUR PEJABAT PENGELOLA
BARANG MILIK DAERAH

STRUKTUR PEJABAT PENGELOLA BARANG MILIK DAERAH

Gubernur/Bupati/Walikotra
Pemegang Kekuasaan Pengelolaan BMD

Sekretaris Daerah
Pengelola Barang

Kepala SKPD Kepala SKPD Kepala SKPD Kepala SKPD Kepala PPKD (Pejabat Pengelola Keuangan Daerah)
Pejabat Penatausahaan Barang
Pengguna Barang Pengguna Barang Pengguna Barang Pengguna Barang

Pejabat Penatausahaan Pejabat Penatausahaan Pejabat Penatausahaan Pejabat Penatausahaan


Pengguna Barang Pengguna Barang Pengguna Barang Pengguna Barang

Pengurus Barang Pengguna Pengurus Barang Pengguna Pengurus Barang Pengguna Pengurus Barang Pengguna Pengurus Barang Pengelola

Kuasa Pengguna Barang Pembantu Pengurus Barang Kuasa Pengguna Barang Pembantu Pengurus Barang

Pembantu Pengurus Barang


Pengurus Barang Pembantu Pengurus Barang Pembantu

Ket :

dibentuk berdasarkan pertimbangan jumlah barang yang dikelola, beban kerja, lokasi, kompetensi dan/atau rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya.
PRINSIP UMUM
PERMENDAGRI 19/2016
Perencanaan Kebutuhan
 Perencanaan Kebutuhan adalah kegiatan merumuskan rincian kebutuhan barang
milik daerah untuk menghubungkan pengadaan barang yang telah lalu dengan keadaan
yang sedang berjalan sebagai dasar dalam melakukan tindakan yang akan datang

Rencana Kebutuhan Barang Milik Daerah, yang selanjutnya disingkat RKBMD, adalah
dokumen perencanaan kebutuhan barang milik daerah untuk periode 1 (satu) tahun

 Ruang Lingkup RKBMD Pengadaan, Pemeliharaan, Penghapusan, Pemanfaatan dan


Pemindahtanganan
 Jadwal minggu ke II bulan Mei s/d minggu ke IV bulan Juni
 Pengguna Barang menelaah Usulan RKBMD Kuasa Pengguna Barang
 Pengelola Barang menelaah Usulan RKBMD Pengguna Barang
STATUS PENGGUNAAN

Penggunaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Pengguna


Barang dalam mengelola dan menatausahakan barang
milik daerah yang sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD
yang bersangkutan
Pasal 1 angka 31 Permendagri 19/2016

 Bentuk Penetapan Status Penggunaan:


a. Penetapan Status Penggunaan BMD
b. Pengalihan Status Penggunaan BMD
c. Penggunaan Sementara BMD BMD
d. Penggunaan BMD untuk dioperasionalkan Pihak Lain.
PEMANFAATAN

Pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik daerah yang tidak digunakan


untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi SKPD dan/atau optimalisasi barang
milik daerah dengan tidak mengubah status kepemilikan.

Pasal 1 angka 32 Permendagri 19/2016


Bentuk Pemanfaatan

KSPI

BGS/BSG

KSP

Pinjam
Pakai
Sewa
Prinsip Umum Pemanfaatan

 Pemanfaatan BMD dilaksanakan berdasarkan


pertimbangan teknis dengan memperhatikan
kepentingan daerah dan kepentingan umum.
 Pemanfaatan BMD dapat dilakukan sepanjang tidak
mengganggu pelaksanaan tugas dan fungsi
penyelenggaraan pemerintahan daerah.
 Pemanfaatan BMD dilakukan tanpa memerlukan
persetujuan DPRD.
 Biaya pemeliharaan dan pengamanan barang milik
daerah serta biaya pelaksanaan yang menjadi objek
pemanfaatan dibebankan pada mitra pemanfaatan.
 Biaya persiapan pemanfaataan barang milik daerah
sampai dengan penunjukkan mitra Pemanfaatan
dibebankan pada APBD.
 Pendapatan daerah dari pemanfaatan BMD merupakan
penerimaan daerah yang wajib disetorkan seluruhnya ke
rekening Kas Umum Daerah.
 Pendapatan daerah dari pemanfaatan barang milik
daerah dalam rangka selain penyelenggaraan tugas dan
fungsi BLUD merupakan penerimaan daerah yang
disetorkan seluruhnya ke rekening Kas Umum Daerah
 BMD yang menjadi objek Pemanfaatan dilarang
dijaminkan atau digadaikan.
 BMD yang merupakan objek retribusi daerah tidak dapat
dikenakan sebagai objek pemanfaatan BMD
Sewa
 Sewa adalah pemanfaatan barang milik daerah oleh pihak lain
dalam jangka waktu tertentu dan menerima imbalan uang tunai
 Jangka waktu 5 (lima) Tahun dan dapat diperpanjang dan > 5 Tahun
untuk Kerjasama Infrastruktur, karakteristik tertentu dan ditentukan
oleh Undang-undang.
 Persetujuan : BMD pada Pengelola Barang Persetujuan
Gubernur/Bupati/Walikora, dan BMD di Pengguna Barang
Persetujuan Pengelola Barang.
 Pembayaran sewa: Sekaligus secara tunai paling lambat 2 (dua) hari
kerja sebelum ditandatangi perjanjian sewa Kecuali penyetoran
uang sewa BMD untuk KSPI.
Pinjam Pakai

 Pinjam pakai adalah penyerahan penggunaan Barang antara pemerintah pusat


dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah dalam jangka waktu
tertentu tanpa menerima imbalan dan setelah jangka waktu tersebut berakhir
diserahkan kembali kepada Gubernur/Bupati/Walikota.
 Objek : sebagian/se;uruh tanah dan/atau bangunan dan selain tanah dan/atau
bangunan
 Pinjam Pakai Barang Milik Daerah dilaksanakan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah atau antar Pemerintah Daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan
 Jangka waktu 5 (lima) Tahun dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali
dengan Persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota
KSP
 Kerja Sama Pemanfaatan yang selanjutnya disingkat KSP adalah pendayagunaan
barang milik daerah oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalam rangka
peningkatan pendapatan daerah atau sumber pembiayaan lainnya.
 Dilaksanakan dalam rangka:
 mengoptimalkan daya guna dan hasil guna barang milik daerah; dan/atau
 meningkatkan penerimaan pendapatan daerah.
 Objek : Tanah dan/Bangunan dan Selain Tanah dan/ Bangunan.
 dilaksanakan apabila tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dana dalam APBD
untuk memenuhi biaya operasional, pemeliharaan, dan/atau perbaikan yang
diperlukan terhadap barang milik daerah yang dikerjasamakan
 Persetujuan : BMD pada Pengelola Barang Persetujuan Gubernur/Bupati/
Walikota, dan BMD di Pengguna Barang Persetujuan Pengelola Barang setelah
mendapat pertimbangan Gubernur/Bupati/Walikota.
 Pemilihan Mitra dapat dilakukan penunjukan langsung untuk yang bersifat
khusus.
 Jangka Waktu 30 (tiga puluh) tahun sejak perjanjian dan dapat
diperpanjang serta KSP untuk penyediaan infrastruktur paling lama 50 (lima
puluh) tahun dan dapat diperpanjang Mitra KSP wajib menyetorkan
kontribusi tetap selama jangka waktu pengoperasian dan pembagian
keuntungan KSP
BGS/BSG
 Bangun Guna Serah yang selanjutnya disingkat BGS adalah pemanfaatan barang
milik daerah berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan
dan/atau sarana berikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh pihak lain
tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati, untuk selanjutnya
diserahkan kembali tanah beserta bangunan dan/atau sarana berikut
fasilitasnya setelah berakhirnya jangka waktu.
 Bangun Serah Guna yang selanjutnya disingkat BSG adalah pemanfaatan barang
milik daerah berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan
dan/atau sarana berikut fasilitasnya, dan setelah selesai pembangunannya
diserahkan untuk didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu
tertentu yang disepakati.
 BGS/BSG barang milik daerah dilaksanakan dengan pertimbangan .
a. Pengguna Barang memerlukan bangunan dan fasilitas bagi penyelenggaraan
pemerintahan daerah untuk kepentingan pelayanan umum dalam rangka
penyelenggaraan tugas dan fungsi; dan
b. tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dana dalam APBD untuk penyediaan
bangunan dan fasilitas tersebut.
 Objek berupaTanah pada Pengelola Barang/Pengguna Barang
 Pihak yang dapat melakukan BGS/BSG adalah Pengelola Barang setelah
persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota
 Mitra BGS atau mitra BSG selama jangka waktu pengoperasian wajib
membayar kontribusi ke rekening Kas Umum Daerah setiap tahun sesuai
besaran yang telah ditetapkan .
 Jangka waktu BGS/BSG paling lama 30 (tiga puluh) tahun sejak perjanjian
ditandatangani dan hanya berlaku untuk 1 (satu) kali perjanjian dan tidak dapat
dilakukan perpanjangan.
KSPI
 Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur yang selanjutnya disingkat KSPI adalah
kerjasama antara pemerintah dan badan usaha untuk kegiatan penyediaan
infrastruktur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
 KSPI atas barang milik daerah dilakukan dengan pertimbangan.
a. dalam rangka kepentingan umum dan/atau penyediaan infrastruktur guna
mendukung tugas dan fungsi pemerintahan;
b. tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dana dalam APBD untuk penyediaan
infrastruktur; dan
c. termasuk dalam daftar prioritas program penyediaan infrastruktur yang
ditetapkan oleh pemerintah.
 Mitra KSPI selama jangka waktu KSPI c. dapat dibebankan pembagian kelebihan
keuntungan sepanjang terdapat kelebihan keuntungan yang diperoleh dari yang
ditentukan pada saat perjanjian dimulai (clawback).
 Jangka waktu KSPI paling lama 50 (lima puluh) tahun sejak perjanjian
ditandatangani dan dapat diperpanjang. Perpanjangan hanya dapat dilakukan
apabila terjadi government force majeure, seperti dampak kebijakan pemerintah
yang disebabkan oleh terjadinya krisis ekonomi, politik, sosial, dan keamanan.
Pengamanan dan Pemeliharaan
 Pengamanan meliputi :
a. Pengamanan fisik;
b. pengamanan administrasi; dan
c. pengamanan hukum

 Objek Pengamanan:
a. Pengamanan Tanah;
b. Pengamanan Gedung dan/atau Bangunan;
c. Pengamanan Kendaraan Dinas;
d. Pengamanan Rumah Negara;
e. Pengamanan Barang Persediaan;
f. Pengamanan Barang Milik Daerah Selain Tanah, Gedung Dan/Atau Bangunan, Rumah Negara, Dan Barang
Persediaan Yang Mempunyai Dokumen Berita Acara Serah Terima;
g. Pengamanan Aset Tak Berwujud
 Pengelola Barang, pengguna dan/atau kuasa pengguna bertanggungjawa atas pemeliharaan BMD
yang ada dibawah penguasaanya (Pasal 321 ayat 2 Permendagri 19/2016).
 Pengguna Barang atau pejabat yang ditunjuk meneliti laporan dan menyusun daftar hasil
pemeliharaan barang yang dilakukan dalam 1 (satu) Tahun Anggaran (Pasal 323 ayat 3
Permendagri 19/2016).
Penilaian
 Penilaian adalah proses kegiatan untuk memberikan suatu opini nilai atas
suatu objek penilaian berupa barang milik daerah pada saat tertentu.
 Penilai Pemerintah adalah Penilai Pemerintah Pusat dan Penilai Pemerintah
Daerah
 Penilaian BMD dalam rangka pemanfaatan dan pemindahtanganan:
a. Penilaian untuk Tanah dan/atau Bangunan dilakukan oleh Penilai Pemerintah
atau Penilai Publik yang ditetapkan oleh Gubernur/Bupati/Walikota
b. Penilaian untuk Selain Tanah dan/atau Bangunan oleh Tim yang dibentuk
oleh Gubernur/Bupati/Walikota dapat melibatkan penilai yang ditetapkan
oleh Gubernur/Bupati/Walikota.
 Penilaian dilakukan untuk penyusunan neraca, pemindahtanganan dan
pemanfaatan, kecuali untuk pinjam pakai dan hibah.
Pemindahtanganan

 Pemindahtanganan adalah pengalihan kepemilikan barang milik


daera
 Barang milik daerah yang tidak diperlukan bagi penyelenggaraan
tugas pemerintahan daerah dapat dipindahtangankan .
 Bentuk pemindahtanganan barang milik daerah meliputi :
a. penjualan;
b. tukar menukar;
c. hibah; atau
d. penyertaan modal pemerintah
Persetujuan Pemindahtanganan
 Pemindahtanganan barang milik daerah yang dilakukan setelah mendapat
persetujuan DPRD untuk:
 tanah dan/atau bangunan; atau
 selain tanah dan/atau bangunan yang bernilai lebih dari
Rp5.000.000.000,- (lima miliar rupiah).
 Pemindahtanganan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a tidak memerlukan persetujuan DPRD,
apabila:
 sudah tidak sesuai dengan tata ruang wilayah atau penataan kota;
 harus dihapuskan karena anggaran untuk bangunan pengganti sudah disediakan
dalam dokumen penganggaran;
 diperuntukkan bagi pegawai negeri sipil pemerintah daerah yang bersangkutan;
 diperuntukkan bagi kepentingan umum; atau
 dikuasai pemerintah daerah berdasarkan keputusan pengadilan yang telah memiliki
kekuatan hukum tetap dan/atau berdasarkan ketentuan perundang-undangan, yang
jika status kepemilikannya dipertahankan tidak layak secara ekonomis.
Penjualan
 Penjualan adalah pengalihan kepemilikan barang milik daerah kepada pihak lain
dengan menerima penggantian dalam bentuk uang
 Penjualan barang milik daerah dilaksanakan dengan pertimbangan:
a. untuk optimalisasi barang milik daerah yang berlebih atau tidak
digunakan/dimanfaatkan;
b. secara ekonomis lebih menguntungkan bagi daerah apabila dijual; dan/atau
c. sebagai pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Penjualan barang milik daerah dilakukan secara lelang, kecuali dalam hal
tertentu.
 Barang milik daerah yang bersifat khusus (tanpa Lelang)
a. Rumah negara golongan III yang dijual kepada penghuninya yang sah.
b. Kendaraan perorangan dinas yang dijual kepada:
 Gubernur/Bupati/Walikota;
 Wakil Gubernur/Wakil Bupati/Wakil Walikota;
 mantan Gubernur/mantan Bupati/mantan Walikota;
 mantan Wakil Gubernur/mantan Wakil Bupati/mantan Wakil Walikota;
dan
 Sekretaris Daerah Provinsi.
 Barang milik daerah lainnya (tanpa Lelang) : ( Pasal 339 ayat 6 Permendagri
19/2016) :
a. tanah dan/atau bangunan yang akan digunakan untuk kepentingan
umum;
b. tanah kavling yang menurut perencanaan awal pengadaannya digunakan
untuk pembangunan perumahan pegawai negeri sipil pemerintah daerah
yang bersangkutan, sebagaimana tercantum dalam Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA);
c. selain tanah dan/atau bangunan sebagai akibat dari keadaan kahar (force
majeure);
d. bangunan yang berdiri di atas tanah pihak lain yang dijual kepada pihak
lain pemilik tanah tersebut;
e. hasil bongkaran bangunan atau bangunan yang akan dibangun kembali;
atau
f. selain tanah dan/atau bangunan yang tidak memiliki bukti kepemilikan
dengan nilai wajar paling tinggi Rp1.000.000 (satu juta rupiah) per unit
Tukar Menukar
 Tukar Menukar adalah pengalihan kepemilikan barang milik daerah yang
dilakukan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, antar
pemerintah daerah, atau antara pemerintah daerah dengan pihak lain, dengan
menerima penggantian utama dalam bentuk barang, paling sedikit dengan nilai
seimbang
 Tukar menukar barang milik daerah dilaksanakan dengan pertimbangan :
a. untuk memenuhi kebutuhan operasional penyelenggaraan pemerintahan;
b. untuk optimalisasi barang milik daerah; dan
c. tidak tersedia dana dalam APBD;
 Tukar Menukar Dilaksanakan dengan Pihak:
a. Pemerintah Pusat;
b. Pemerintah Daerah lainnya;
c. Badan Usaha Milik Negara/Daerah atau badan hukum milik pemerintah
lainnya yang dimiliki negara;
d. Pemerintah Desa; atau
e. Swasta;
 Nilai barang pengganti atas tukar menukar paling sedikit seimbang dengan nilai
wajar barang milik daerah yang dilepas.
Hibah
 Hibah adalah pengalihan kepemilikan barang dari pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah, antar pemerintah daerah, atau dari pemerintah daerah kepada pihak lain, tanpa
memperoleh penggantian
 Hibah barang milik daerah dilakukan dengan pertimbangan untuk kepentingan:
a. sosial;
b. budaya;
c. keagamaan;
d. kemanusiaan;
e. pendidikan yang bersifat non komersial;
f. penyelenggaraan pemerintahan pusat/pemerintahan daerah.
 Pihak yang dapat menerima hibah adalah :
a. lembaga sosial, lembaga budaya, lembaga keagamaan, lembaga kemanusiaan, atau lembaga
pendidikan yang bersifat non komersial berdasarkan akta pendirian, anggaran dasar/rumah
tangga, atau pernyataan tertulis dari instansi teknis yang kompeten bahwa lembaga yang
bersangkutan adalah sebagai lembaga dimaksud;
b. pemerintah pusat;
c. pemerintah daerah lainnya;
d. pemerintah desa;
e. perorangan atau masyarakat yang terkena bencana alam dengan kriteria masyarakat
berpenghasilan rendah (MBR) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; atau
f. pihak lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penyertaan Modal
 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah adalah pengalihan kepemilikan barang milik daerah yang
semula merupakan kekayaan yang tidak dipisahkan menjadi kekayaan yang dipisahkan untuk
diperhitungkan sebagai modal/saham daerah pada badan usaha milik negara, badan usaha milik
daerah, atau badan hukum lainnya yang dimiliki negara.
 Penyertaan modal pemerintah daerah atas barang milik daerah dilakukan dalam rangka
pendirian, pengembangan, dan peningkatan kinerja Badan Usaha Milik Negara/Daerah atau
badan hukum lainnya yang dimiliki Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
 Barang milik daerah yang telah disertakan dalam penyertaan modal pemerintah daerah kepada
Badan Usaha Milik Negara/Daerah atau badan hukum lainnya yang dimiliki Negara menjadi
kekayaan yang dipisahkan mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Tanah dan/atau bangunan yang berada pada Pengguna Barang antara lain tanah dan/atau
bangunan yang sejak awal pengadaannya direncanakan untuk disertakan sebagai modal
pemerintah daerah sesuai yang tercantum dalam dokumen penganggaran, yaitu Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA).
 Penyertaan modal pemerintah daerah dilaksanakan berdasarkan analisa kelayakan investasi
mengenai penyertaan modal sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penghapusan
 Penghapusan adalah tindakan menghapus barang milik daerah dari daftar
barang dengan menerbitkan keputusan dari pejabat yang berwenang untuk
membebaskan Pengelola Barang, Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna
Barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas barang yang berada
dalam penguasaannya.

 Penghapusan meliputi
a. penghapusan dari Daftar Barang Pengguna dan/atau Daftar Barang Kuasa
Pengguna;
b. penghapusan dari Daftar Barang Pengelola; dan
c. penghapusan dari Daftar Barang Milik Daerah
Pemusnahan
 Pemusnahan adalah tindakan memusnahkan fisik dan/atau kegunaan barang milik
daerah
 Pemusnahan barang milik daerah dilakukan apabila :
a. tidak dapat digunakan, tidak dapat dimanfaatkan, dan/atau tidak dapat
dipindahtangankan; atau
b. terdapat alasan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
 Pemusnahan dilaksanakan oleh Pengguna Barang/Pengelola Barang setelah
mendapat persetujuan Gubernur/Bupati/ Walikota
Penatausahaan
 Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan,
inventarisasi, dan pelaporan barang milik daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
 Pengelola Barang/Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang harus
melakukan pendaftaran dan pencatatan barang milik daerah yang berada di
bawah penguasaannya ke dalam Daftar Barang Pengelola/Pengguna
Barang/Kuasa Pengguna Barang menurut penggolongan dan kodefikasi
barang.
 Pengguna Barang melakukan inventarisasi barang milik daerah paling sedikit
1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun

Pembinaan, Pengedalian dan Pengawasan


 Pegawasan dan pengendalian pengelolaan barang milik daerah dilakukan
oleh
a. Pengguna Barang melalui pemantauan dan penertiban; dan/atau
b. Pengelola Barang melalui pemantauan dan investigasi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai