Anda di halaman 1dari 4

Tugas Agama Buddha

Mengenai Puja dan budaya agama buddha

Nama:Siulin Moktasiani
Kelas : XI AK1
Puja dan budaya agama buddha
“Agama Buddha dapat berkembang di Thailand, Myanmar, Srilanka, dan negara-negara Buddhis
lainnya karena adanya pendekatan budaya. Budaya di setiap daerah berbeda-beda, pembinaannya
pun harus demikian. Kita bisa mengkaitkan dan mengarahkannya sesuai ajaran Buddha.”, papar
bhante.Bhante pun mencontohkan umat Buddha di suatu daerah yang mayoritas bekerja sebagai
petani dan peternak untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Jika tidak ada mereka, maka kita
tidak bisa makan hasil pertanian, telur, daging, dan lain sejenisnya.“Mindset-nya harus diubah,
bukan memperdagangkan makhluk hidup. Mereka memelihara dan merawat, kemudian kita
mengganti jasanya dengan sejumlah uang.”, tutur bhante.Pattidana atau pelimpahan jasa juga
merupakan salah satu budaya yang baik untuk dilakukan secara berkesinambungan. Selain itu,
penyampaian Dhamma menggunakan bahasa daerah adalah salah satu pendekatan yang baik,
khususnya bagi umat Buddha setempat yang kental menggunakan bahasa lokal.“Pendekatannyabisa
dimulai dari penggunaan bahasa daerah. Kami mau mulai coba terjemahkan paritta dan sutta ke
dalam bahasa Jawa, Bali, Lombok, Kalimantan, dan lain sebagainya. Ini salah satu cara agar Dhamma
lebih mudah untuk dipahami.”, tambah bhante.

Puja dan budaya di Thailand


Sebagaimana di Indonesia, di Thailand tentu juga punya budaya dan kebiasaan yang harus di
hormati. Di negara Thailand banyak sekali terdapat budaya yang sangat unik yang dapat kita lihat.
Banyak nya budaya yang ada di Thailand adalah akibat dari banyak nya etnis yang berkembang di
Thailand dan faktor agama juga berkaitan dengan pembentukan budaya di Thailand ini.

Budaya Thailand banyak dipengaruhi oleh agama Buddha karena mayoritas masyarakat Thailand
beragama Buddha. Dan masyarakat Thailand sangat menghormati Rajanya. Sehingga saat Raja
Bhumibhol wafat tahun lalu, langsung ditetapkan masa berkabung selama 1.000 hari di Thailand.
Dan wisatawan diharapkan dapat menghormati dan menghargai hal tersebut. Dan juga, masyarakat
Thailand sangat menghormati para Bikkhu dan Bikkhuni.

Salah satu contoh perayaan kebudayaan di Thailand yaitu Sarta, perayaan ini dilakukan untuk
memberi persembahan makanan kepada nenek moyang yang telah meninggal dunia. Awal mulanya,
Buddha memberitahu bahwa para hantu yang kelaparan akan mengganggu ketentraman Raja
Bimbisara. Oleh sebab itu, sang Raja memberi makan para biksu Buddha. Biksu Buddha pun
membalas dengan membacakan ayat suci untuk memberi rahmat dan semangat kepada si hantu.
Selama melakukan Sarta, orang-orang menyembah makanan yang sudah bercampur dengan madu
lalu diberikan kepada biksu.

Komentar :bahwa perkembangan agama buddha di thailand sangat berpengaruh karna tidak
menghilangakn budaya yang ada di negara thailand
Puja dan budaya di China(Tiongkok)
Ajaran agama Buddha mempunyai pengaruh yang kuat dalam kebudayaan China.
Ajaran Mahāyāna membawa pengaruh terhadap seni patung dan seni lukis di negeri ini.
Agama Buddha juga menambah perbendaharaan bahasa China serta menambah wawasan
pandangan dan pemikiran bangsa China. Keberadaan ajaran Kong Hu Chu dan Tao yang ada tidak
cukup kuat untuk menahan para cendekiawan pergi ke India mempelajari pandangan-pandangan
baru. Menjelang akhir abad ke-8, kebudayaan China berkembang ke arah yang sebaliknya.
Ketimpangan kehidupan biara dan kerajaan telah dijadikan alasan bagi penguasa untuk
mengesampingkan agamaBuddha dan mengembalikan pandangan asli yang berdasarkan ajaran
Kong Hu Chu dan Tao. Beberapa waktu kemudian kedua ajaran asli China mengalami zaman
kebangkitan kembali pada abad ke 10.

Komentar :ajaran agama buddha di china(tiongkok) sangat berpengaruh dari kebudayaan atau
bahasa china

Puja dan Budaya di indonesia(Manado)


Sofyan Jimmy Yosadi SH (Yang ChuanXian) tokoh Tionghoa Sulut seperti pernah ditulis sebelumnya
pada 19 Februari 2017, mengatakan Cap Go Meh adalah dialek Hokkien untuk menyebut 十五暝
Shiwuwei (pinyin) yang melambangkan hari ke-15 di bulan pertama dan merupakan hari terakhir
perayaan Tahun Baru Imlek bagi umat Khonghucu serta masyarakat Tionghoa yang turut
merayakannya di seluruh dunia. Cap artinya Sepuluh, Go artinya Lima, sedangkan Meh artinya
Malam. Sedangkan lafal dialek Hakka adalah Cang Njiat Pan, artinya pertengahan bulan satu.

"Di daratan Tiongkok dinamakan 元宵节 Yuan Xiao Jie, Bulan Pertama ZhenYue 正月 dalam
penanggalan Imlek disebut juga dengan istilah Yuan Yue 元月. Jadi Yuan Xiao artinya adalah Malam
dengan Bulan Purnama pertama dalam Tahun yang baru," tulisnya.

Perayaan Yuan Xiao katanya disebut juga dengan Perayaan Shang Yuan 上元节. Sembahyang Shang
Yuan adalah ritual khas agama Khonghucu& Tao.

"Hal ini setidaknya berdasarkan Khonghucu dan Tao berakar sama dalam tradisi agama dari Tiongkok
hanya 'dibedakan' pada pendekatan dan orientasi penjabarannya," katanya.

Jelang Cap Go Meh Manado, Panitia Siapkan Kolaborasi Tarian Kabasaran dan Musik Bambu (TRIBUN
MANADO/THEODORON PONGANTUNG)

Shang Yuan adalah makna religiusitas dalam pengertian sembahyang dimulainya siklus kehidupan
tahunan dalam kerja untuk mengolah bumi dan mendapatkan hasil bumi. Sembahyang besar
ShangYuan erat kaitannya dengan persembahyangan kepada San Guan Da Di yang disebut penguasa
tiga alam dimana ketiga Shen Ming (Sien Beng dalam dialek Hokkian) yang secara harafiah diartikan
roh suci dan erat kaitannya dengan Nabi Purba Ru Jiao (agama Khonghucu) dan merupakan
pemimpin pra dinasti di Tiongkok yakni Yao, Shun dan Yu.

"Persembahyangan Shang Yuan merupakan perintah sembahyang wajib sebagaimana tersurat pada
kitab suci agama Khonghucu yakni Si Shu (Empat Kitab) dan WuJing (Lima Kitab yang mendasari).
Demikian pula Shang Yuan merupakan ritual wajib bagi penganut Tao. Sembahyang Shang Yuan tidak
ada hubungan dengan agama Buddha demikian pula hal yang berkaitan dengan Perayaan
Capgomeh," katanya.

Namun, sejarah mencatat katanya betapa saat diskriminasi rezim orde baru, ada upaya menafsirkan
perayaan Capgomeh&Goan Siau dengan perayaan agama Buddha yakni Magha Puja yang sangat
jauh sekali perbedaannya. Pengertian Magha Puja tentang berkumpulnya 1250 ehiBhikku tidak ada
kaitannya sama sekali dengan ritual Shang Yuan, Yuan Xiao dan ShiWuWei (Capgomeh).

Khusus di Manado, sejak dahulu masyarakat umum menyebut perayaan Capgomeh dengan istilah
"PasiarTapikong". Pasiar dalam dialek Manado artinya jalan-jalan.

Tapikong adalah sebutan merujuk kepada pengertian Toapekong (dialek Hokkian) sedangkan dialek
Hakka menyebutnya Taipakkung, Pinyin : Dabogong yang artinya merujuk pada pengertian sosok
Shen Ming (Sien Beng) Roh Suci dan secara harafiah artinya leluhur.

Bagi masyarakat Manado menyebut PasiarTapikong adalah menjelaskan bahwa saat Capgomeh para
Shen Ming akan keluar dari Klenteng arca atau Kimsin diletakkan di Kio (tandu miniatur Klenteng)
yang akan diarak untuk memberi berkat & perlindungan bagi umat manusia dengan simbol keliling
atau jalan mengelilingi beberapa jalan raya (pasiar).

Istilah lain yang berhubungan dengan Capgomeh adalah XunJing 巡境 secara harafiah memiliki arti
Merondai Lingkungan atau berkeliling. Istilah lain dalam dialek Hokkian (Fujian) adalah Jut Bio atau
Keluar Klenteng dan Jiao Keng atau Mengelilingi Lingkungan. I

Komentar:Bahwa agama buddha tidak menghilangkan puja budaya di suatu daerah seperti perayaan
imlek di Manado dengan syarat puja dan budaya itu tidak melanggar pancasila buddhis itu sendiri

Anda mungkin juga menyukai