Anda di halaman 1dari 17

Laporan Kasus

HIDROKEL

Arandz Ruttu, Budiman Siri, Syakri Syahrir


Sub Bagian Bedah Urologi, Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas
Hassanuddin, Makassar

ABSTRAK
Hidrokel adalah penimbunan cairan dalam selaput yang membungkus testis,
yang menyebabkan pembengkakan lunak pada salah satu testis. Cairan peritoneum
mengalir melalui saluran yang terbuka dan terperangkap di dalam skrotum sehingga
skrotum membengkak. Di USA, insidensi hidrokel adalah sekitar 10-20 per 1000
kelahiran hidup dan lebih sering terjadi pada bayi prematur. Lokasi tersering adalah
di sebelah kanan, dan hanya 10% yang terjadi secara bilateral.
Dilaporkan kasus hidrokel dextra pada laki-laki usia 37 dengan keluhan utama
benjolan pada skrotum yang dialami sejak 3 tahun sebelum masuk rumah sakit.
Benjolan makin lama makin membesar dan terasa nyeri sejak 4 hari sebelum masuk
rumah sakit. Riwayat CAPD selama 8 tahun terakhir dan dilepas karena luka infeksi.
Riwayat hipertensi sejak 10 tahun yang lalu dan rutin mengonsumsi obat hipertensi.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan pada regio skrotum, tampak benjolan pada
skrotum dextra, konsistensi kistik, dan didapatkan hasil positif pada pemeriksaan
transiluminasi. Pada regio abdomen kesan berisi cairan / ascites, tampak luka kering
bekas CAPD, tidak ada pus, dan tidak ada darah. Dari hasil pemeriksaan laboratorium
ditemukan anemi (Hb = 7.9 g/dL), leukositosis (WBC = 14.080/uL), dan
trombositosis (PLT = 595.000/uL). Pada pemeriksaan USG testis, tampak echo cairan
bebas berseptasi di dalam rongga skrotum dengan kesan gambaran hydrocele dextra.
Dilakukan terapi dengan tindakan hidrokelektomi dextra. Tindakan untuk mengatasi
cairan hidrokel adalah dengan aspirasi dan operasi. Jika dibiarkan, hidrokel yang
cukup besar mudah mengalami trauma dan bisa menekan pembuluh darah yang
menuju ke testis sehingga menimbulkan atrofi testis.
Kata kunci : hidrokel, skrotum,transiluminasi

PENDAHULUAN

Hidrokel adalah penimbunan cairan dalam selaput yang membungkus testis,


yang menyebabkan pembengkakan lunak pada salah satu testis. Penyebabnya karena
gangguan dalam pembentukan alat genitalia eksternal, yaitu kegagalan penutupan

1
saluran tempat turunnya testis dari rongga perut ke dalam skrotum. Cairan
peritoneum mengalir melalui saluran yang terbuka tersebut dan terperangkap di
dalam skrotum sehingga skrotum membengkak.

Tunika vaginalis di skrotum sekitar testis normalnya tidak teraba, kecuali bila
mengandung cairan membentuk hidrokel, yang jelas bersifat diafan (tembus cahaya)
pada transiluminasi. Jika tidak dapat ditemukan karena besarnya hidrokel, testis harus
dicari di sebelah dorsal karena testis terletak di ventral epididimis sehingga tunika
vaginalis berada di sebelah depan. Bila ada hidrokel, testis dengan epididimis
terdorong ke dorsal oleh ruang tunika vaginalis yang membesar. Hidrokel testis dapat
berukuran kecil maupun berukuran sangat besar.

LAPORAN KASUS

Seorang laki-laki usia 37 tahun datang dikonsul dari Bagian Penyakit Dalam
dengan keluhan utama benjolan pada skrotum yang dialami sejak 3 tahun sebelum
masuk rumah sakit. Benjolan makin lama makin membesar dan terasa nyeri sejak 4
hari sebelum masuk rumah sakit. Riwayat CAPD selama 8 tahun terakhir dan dilepas
karena luka infeksi. Riwayat hipertensi sejak 10 tahun yang lalu dan rutin
mengonsumsi obat hipertensi.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan pada regio skrotum, tampak benjolan pada
skrotum dextra, konsistensi kistik, dan didapatkan hasil positif pada pemeriksaan
transiluminasi. Pada region abdomen kesan berisi cairan / ascites, tampak luka kering
bekas CAPD, tidak ada pus, dan tidak ada darah.

2
Gambar 1.Gambaran klinis pasien

Dari hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan anemi (Hb = 7.9 g/dL),


leukositosis (WBC = 14.080/uL), dan trombositosis (PLT = 595.000/uL). Tidak
ditemukan kelainan pada pemeriksaan foto thorax. Pada pemeriksaan USG testis,
tampak echo cairan bebas berseptasi di dalam rongga skrotum dengan kesan
gambaran hydrocele dextra. Dilakukan penatalaksanaan dengan tindakan
hidrokelektomi dextra.

3
Gambar 2. USG Testis

Gambar 3. Hidrokelektomi

4
DISKUSI

EPIDEMIOLOGI

Di USA, insidensi hidrokel adalah sekitar 10-20 per 1000 kelahiran hidup dan
lebih sering terjadi pada bayi prematur. Lokasi tersering adalah di sebelah kanan, dan
hanya 10% yang terjadi secara bilateral.

ETIOLOGI
Hidrokel disebabkan oleh kelainan kongenital (bawaan sejak lahir) ataupun
ketidaksempurnaan dari prosesus vaginalis yang menyebabkan tidak menutupnya
rongga peritoneum dengan prosessus vaginalis. Sehingga terbentuklah rongga antara
tunika vaginalis dengan cavum peritoneal dan menyebabkan terakumulasinya cairan
yang berasal dari sistem limfatik di sekitarnya. Prosesus vaginalis terobliterasi di atas
testis sehingga tetap terdapat hubungan dengan peritoneum, dan prosesus vaginalis
tetap terbuka sejauh batas atas skrotum. Area seperti kantung di dalam kanalis
inguinalis terisi dengan cairan. Cairan tersebut tidak masuk ke dalam skrotum.
Cairan yang seharusnya merupakan keseimbangan antara produksi dan
reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya. Tetapi pada penyakit ini, sistem sekresi
atau reabsorbsi cairan limfa telah terganggu. Kemudian, terjadi penimbunan di tunika
vaginalis tersebut. Akibat dari tekanan yang terus-menerus, mengakibatkan obstruksi
aliran limfe atau vena di dalam funikulus spermatikus. Kemudian, terjadi atrofi testis
akibat dari tekanan pembuluh darah yang ada di daerah sekitar testis.
Selama perkembangan janin, testis terletak di sebelah bawah ginjal, di dalam
rongga peritoneal. Ketika testis turun melalui kanalis inguinalis ke dalam skrotum,
testis diikuti dengan ekstensi peritoneum dengan bentuk seperti kantung, yang
dikenal sebagai prosesus vaginalis. Setelah testis turun, prosesus vaginalis akan
terobliterasi dan menjadi fibrous cord tanpa lumen. Ujung distal dari prosesus
vaginalis menetap sebagai tunika yang melapisi testis, yang dikenal sebagai tunika

5
vaginalis. Normalnya, regio inguinal dan skrotum tidak saling berhubungan dengan
abdomen. Organ viscera intraabdominal maupun cairan peritonel seharusnya tidak
dapat masuk ke dalam scrotum ataupun canalis inguinalis. Bila prosesus vaginalis
tidak tertutup, dikenal sebagai Persistent Patent Processus Vaginalis Peritonei
(PPPVP).
Bila PPPVP berdiameter kecil dan hanya dapat dilalui oleh cairan, dinamakan
sebagai hidrokel komunikan. Bila PPPVP berdiameter besar dan dapat dilalui oleh
usus, omentum, atau organ viscera abdomen lainnya, dinamakan sebagai hernia.
Banyak teori yang membahas tentang kegagalan penutupan prosesus vaginalis. Otot
polos telah diidentifikasi terdapat pada jaringan PPPVP, dan tidak terdapat pada
peritoneum normal. Jumlah otot polos yang ada mungkin berhubungan dengan
tingkat patensi prosesus vaginalis. Sebagai contoh, jumlah otot polos yang lebih besar
terdapat pada kantung hernia dibandingkan dengan PPPVP dari hidrokel. Penelitian
terus berlanjut untuk menentukan peranan otot polos pada patogenesis ini.
Mekanisme terjadinya PPPVP juga berhubungan dengan adanya peningkatan
tekanan intraabdominal. Keadaan apapun yang menyebabkan terjadinya peningkatan
tekanan intraabdominal dapat menghambat atau menunda proses penutupan prosesus
vaginalis. Keadaan tersebut antara lain batuk kronis, keadaan yang membuat sering
mengedan, dan tumor intraabdomen. Keadaan tersebut di atas menyebabkan
peningkatan risiko terjadinya PPPVP yang dapat berakibat sebagai hidrokel maupun
hernia.
Pada usia dewasa, hidrokel dapat terjadi secara primer dan sekunder. Namun
hidrokel yang terjadi pada dewasa umumnya disebabkan kerana penyebab sekunder.
Penyebab sekunder dapat terjadi karena didapatkan kelainan pada testis atau
epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi maupun reabsorpsi cairan
di kantong hidrokel. Kelainan pada testis disebabkan oleh :
1. Tumor pada testis/ epididimis (germ cell tumor dari adneksa testis). Sel-
sel ganas dapat merangsang tunika vaginalis sehingga sekresi menjadi
berlebihan.

6
2. Infeksi (seperti orchitis, epididimitis, tuberkulosis, dan filariasis) pada
testis / epididimis.
Karena adanya infeksi tunika vaginalis sehingga terjadi sekresi yang
berlebihan melebihi reabsorpsinya. Parasit juga dapat menimbulkan
limfangitis (radang pada saluran limfe) funikulus spermatikus yang
menyebabkan bendungan limfe yang menyebabkan absorpsi berkurang.
3. Trauma.
Trauma di daerah skrotum dapat menyebabkan perdarahan dalam rongga
tunika vaginalis. Selanjutnya darah direabsorpsi sehingga menjadi cairan
hidrokel.
4. Torsio testis dapat menyebabkan hidrokel reaktif (sekunder) sebesar 20%.
Banyak yang keliru dengan memusatkan perhatian pada hidrokel yang
kemudian menunda diagnosis dari torsio.
5. Sumbatan pada sistem vena dan limfe, misalnya pada fibrosis funikulus
spermatikus atau tumor pada pelvis juga dapat menyebabkan penurunan
reabsorpsi.
Penyebab primer maupun sekunder ini dapat menyebabkan produksi cairan
yang berlebihan oleh testis, maupun obstruksi aliran limfe atau vena di dalam
funikulus spermatikus.
Secara ringkasnya hidrokel dapat terjadi melalui empat cara yaitu dengan
produksi berlebihan dari cairan dalam kantung testis (hidrokel sekunder), kelainan
absorpsi dari cairan dalam kantung testis itu sendiri dimana ini merupakan penyebab
tersering pada hidrokel primer walaupun alasan yang tepat kenapa cairan ini tidak
diabsorpsi masih belum jelas, gangguan drainase limfatik pada struktur skrotum dan
adanya hubungan dengan kavum peritoneum melalui prosesus vaginalis yang paten
(kongenital).

7
Gambar 4. Hidrokel

KLASIFIKASI
Ada 3 tipe hidrokel, yaitu :
1. Hidrokel kongenital, akibat prosesus vaginalis yang tidak terobliterasi secara
sempurna, diperkirakan kurang lebih 6% dari semua kelahiran normal laki-
laki. Bila ada hubungan dengan rongga abdomen, dinamakan hidrokel
komunikans yang dapat membesar dan kempis bila tidur atau cairan mengalir
kembali ke rongga perut.
2. Hidrokel idiopatik atau hidrokel primer, penyebabnya belum jelas tapi diduga
adanya rangsangan pada lamina viseralis yang menyebabkan sekresi cairan
berlebihan. Biasanya tanpa gejala tapi merupakan hidrokel yang paling sering
dan berlangsung kronis.
3. Hidrokel simptomatik atau hidrokel sekunder, disebabkan oleh kelainan testis
atau epididimis. Keadaan ini dapat disebabkan karena radang atau karena
suatu proses neoplastik. Radang lapisan mesotel dan tunika vaginalis
menyebabkan terjadinya produksi cairan berlebihan yang tidak dapat dibuang
keluar dalam jumlah yang cukup oleh saluran limfe pada lapisan luar tunika.

8
Berdasarkan lokalisasinya, hidrokel dibagi menjadi :
1. Hidrokel testikularis / non-komunikans. Kantong hidrokel seolah-olah
mengelilingi testis sehingga testis tidak dapat diraba. Pada anamnesis,
besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang hari.
2. Hidrokel funikularis. Ada defek pada penutupan tunika vaginalis. Ujung distal
dari prosesus vaginalis menutup dengan baik, tetapi pada bagian tengah dari
prosesus tetap paten. Ujung proksimal prosesus vaginalis mungkin terbuka
atau tertutup pada hidrokel jenis ini. Kantong hidrokel berada di funikulus
yaitu terletak disebelah kranial dari testis, sehingga pada palpasi, testis dapat
diraba dan berada diluar kantong hidrokel. Pada anamnesis kantong hidrokel
besarnya tetap sepanjang hari.
3. Hidrokel komunikans. Terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan
rongga peritoneum sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum.
Pada anamnesis kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu
bertambah pada saat pasien (anak-anak) menangis. Pada palpasi, kantong
hidrokel terpisah dari testis dan dapat dimasukkan kedalam rongga abdomen.

Gambar 5. Jenis-jenis hidrokel

GEJALA KLINIS
Pada anamnesis keluhan utama pasien adalah benjolan di kantong skrotum
yang tidak nyeri. Biasanya pasien mengeluh benjolan yang berat dan besar di daerah

9
skrotum. Pasien kadang-kadang mengeluh rasa tidak nyaman yang menjalar
sepanjang daerah inguinal sampai bagian tengah dari punggung. Benjolan atau massa
kistik yang lunak dan kecil pada pagi hari dan membesar serta tegang pada malam
hari. Tergantung pada jenis dari hidrokel biasanya benjolan tersebut berubah ukuran
atau volume sesuai waktu tertentu.
Pada hidrokel testikularis dan hidrokel funikularis, besarnya kantong hidrokel
tidak berubah sepanjang hari. Pada hidrokel komunikan, kantong hidrokel besarnya
dapat berubah-ubah dan bertambah besar saat pasien (anak-anak) menangis. Ukuran
hidrokel dapat berkurang dengan berbaring atau bertambah pada posisi berdiri tegak.
Pada riwayat penyakit terdahulu, hidrokel biasanya disebabkan oleh penyakit seperti
infeksi, riwayat trauma pada testis, penyakit genitourinarius, penyakit seksual atau
penyakit sistemik.
Hidrokel biasanya tidak menimbulkan rasa sakit. Rasa sakit dapat timbul
akibat adanya epididimitis akut. Gejala sistemik seperti demam, menggigil, mual atau
muntah, juga gejala genitourinarius tidak ada pada hidrokel tanpa komplikasi.
Hidrokel sering dihubungkan dengan hernia, terutama pada sisi kanan tubuh.

DIAGNOSIS
Untuk menegakkan diagnosis hidrokel, pertama-tama harus dilakukan
anamnesis dan menggali riwayat perkembangan dari pembengkakan skrotum. Setelah
itu dilakukan pemeriksaan fisik. Lakukan pemeriksaan pada posisi berbaring dan
berdiri. Jika pada posisi berdiri tonjolan tampak jelas, baringkan pasien pada posisi
supine. Bila terdapat resolusi pada tonjolan (dapat mengecil), harus dipikirkan
kemungkinan hidrokel komunikans.
Pada pasien anak atau bayi, bila tonjolan tidak terlihat, lakukan valsava
maneuver untuk meningkatkan tekanan intraabdominal. Pada anak yang lebih besar,
dapat dilakukan dengan menyuruh pasien meniup balon atau batuk. Pada bayi, dapat
dilakukan dengan memberikan tekanan pada abdomen (palpasi dalam) atau dengan
menahan kedua tangan bayi diatas kepalanya sehingga bayi akan memberontak

10
sehingga akan menimbulkan tonjolan. Pemeriksaan transiluminasi pada skrotum
menunjukkan cairan dalam tunika vaginalis mengarah pada hidrokel. Untuk
pemeriksaan penunjang lebih lanjut, dilakukan pemeriksaan USG testis.
Ultrasonografi dapat mengirimkan gelombang suara melewati skrotum dan
membantu melihat adanya hernia, kumpulan cairan (hidrokel atau spermatokel), vena
abnormal (varikokel), dan kemungkinan adanya tumor.

Gambar 6. Tes Transiluminasi

Diferensial diagnosis dari hidrokel antara lain :


1. Torsio Testis adalah keadaan dimana testis dapat terputar dalam kantong
skrotum atau torsio akibat perkembangan abnormal dari tunika vaginalis atau
funikulus spermatikus dalam masa perkembangan janin. Insersi abnormal
yang tinggi dari tunika vaginalis pada struktur funikulus akan mengakibatkan
testis dapat bergerak, sehingga testis kurang melekat pada tunika vaginalis
viseralis. Gejala klinis ditemukan nyeri skrotum, nyeri abdomen bagian
bawah, mual muntah. Pada pemeriksaan fisik ditemukan edema skrotalis,
eritema, nyeri tekan, demam, hidrokel, dan hilangnya refleks muskulus
cremasterica.
2. Epididimitis adalah respons peradangan epididimis akibat infeksi atau trauma.
Infeksi menyebar dari uretritis atau prostatitis yang sudah ada dan dapat
terjadi secara unilateral maupun bilateral. Gejala klinis, terdapat nyeri dan
pembengkakan skrotum yang disertai eritema ; dapat terbentuk hidrokel.

11
3. Hernia inguinalis adalah keadaan dimana bagian dari usus menonjol ke area
lemah dari dinding otot abdomen yang masuk ke dalam kanalis inguinalis.
Kadang-kadang sulit membedakan hidrokel murni dengan hernia inguinalis
total. Gejala klinis pembengkakan skrotum yang bervariasi selama satu hari,
membesar ketika pasien (anak-anak) menangis atau mengejan. Hernia
ingunalis dapat menghilang atau mengecil selama relaksasi.

PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan berdasarkan tipe hidrokel, yaitu:
1. Hidrokel kongenital biasanya terabsorbsi sendiri. Bila dalam satu tahun tidak
hilang atau semakin membesar, maka merupakan indikasi dilakukan operasi.
2. Hidrokel idiopatik harus dilakukan operasi, kecuali pada orangtua dengan
keadaan umum yang jelek. Pada kondisi itu, dilakukan aspirasi untuk
mengurangi ketegangan dan dilakukan berulang-ulang sampai keadaan
memungkinkan untuk dioperasi.
3. Penatalaksanaan untuk hidrokel simptomatik yaitu ditujukan terutama pada
penyakit utamanya yang menyebabkan hidrokel.
Teknik operasi hidrokelektomi dilakukan pendekatan dengan insisi kulit
skrotum di atas benjolan. Tunika vaginalis dibebaskan dari jaringan atau lapisan yang
membungkusnya, hingga tampak lamina parietalis prosesus vaginalis. Hidrokel
funikularis dapat dikeluarkan secara in toto. Sementara prinsip untuk hidrokel
testikularis yaitu membuka prossesus vaginalis hingga permukaan dalam yang
memproduksi cairan dapat dibuka dan dikurangi agar cairan dapat diabsorbsi.

12
Gambar 7. Teknik hidrokelektomi
Ada beberapa teknik operasi hidrokel, yaitu :
1. Berkmann – Winkelmann (BW). Setelah prosesus vaginalis dibebaskan,
kemudian dibelah secara vertikal, lalu cairan dikeluarkan. Kemudian
epididimis dibalik ke belakang dan dijahit hingga lamina viseralis yang
membungkus testis berada di luar.

Gambar 8. Teknik Berkmann-Winkelmann


2. Jaboulay. Teknik hampir sama dengan BW, tapi bila terlalu besar, sebagian
dieksisi kemudian dibalik dan dijahit. Tunika vaginalis parietalis
dimarsupialisasi dan bila diperlukan, diplikasi dengan benang chromic cat gut.

13
Gambar 9. Teknik Jaboulay
3. Lord. Setelah dibelah dan sebagian dieksisi, dinding dijahit keliling membuat
lipatan-lipatan (plicated). Tunika vaginalis parietalis dieksisi dan tepinya
diplikasi dengan benang chromic cat gut.

Gambar 10. Teknik Lord

PROGNOSIS
Prognosis untuk hidrokel umumnya baik. Prognosis dari hidrokel sekarang
tergantung pada penyebab hidrokel itu. Hidrokel yang muncul pada saat dewasa
biasanya dihubungkan dengan keganasan yang mendasarinya. Jika dibiarkan,

14
hidrokel yang cukup besar mudah mengalami trauma dan hidrokel permagna bisa
menekan pembuluh darah yang menuju ke testis sehingga menimbulkan atrofi testis.

15
KESIMPULAN

Hidrokel adalah penumpukan cairan berbatas tegas yang berlebihan di antara


lapisan parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal, cairan yang
berada di dalam rongga itu memang ada dan berada dalam keseimbangan antara
produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya.

Gambaran klinis yaitu pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum


yang tidak nyeri. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya benjolan di kantong
skrotum dengan konsistensi kistik dan pada pemeriksaan penerawangan /
transiluminasi menunjukkan adanya cairan. Pada hidrokel yang terinfeksi atau kulit
skrotum yang sangat tebal kadang-kadang sulit melakukan pemeriksaan ini, sehingga
harus dibantu dengan pemeriksaan ultrasonografi.

Tindakan untuk mengatasi cairan hidrokel adalah dengan aspirasi dan operasi.
Aspirasi cairan hidrokel tidak dianjurkan sebagai satu-satunya tindakan karena selain
angka kekambuhannya tinggi, kadang kala dapat menimbulkan penyulit berupa
infeksi. Jika dibiarkan, hidrokel yang cukup besar mudah mengalami trauma dan bisa
menekan pembuluh darah yang menuju ke testis sehingga menimbulkan atrofi testis.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Benson CD, Mustard WT. Pediatric Surgery. Volume 1. 1962. Year Book
Medical Publishers, Inc. USA. p. 580-582
2. Sjamsuhidajat R. dan Jong W.D., Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 4, Jakarta, EGC,
1997
3. James M Becker. Essentials of Surgery. Edisi 1. Saunders Elsevier.
Philadelphia. p 118-129
4. Achmad M. Palinrungi. Ilmu Bedah II Urologi (Penyakit-Penyakit & Kelainan-
Kelainan Dalam Rongga Skrotum). 2002.
5. Gerard M Doherty. Current Surgical Diagnosis and Treatment. Edisi 12.
McGraw-Hill Companies. New York. p 245-259
6. Brunicardi FC et al. Schwartz’s principles of surgery. 8th edition. United States
America : McGraw Hill, 2005.826-42.
7. Basuki B. Purnomo. Pedoman Diagnosis & Terapi SMF Urologi Laboratorium
Ilmu Bedah RSU Dr. Saiful Anwar/Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
2010.
8. Mark H.S. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Edisi 1, Jakarta, EGC,1995.page:274-
276

17

Anda mungkin juga menyukai