Anda di halaman 1dari 22

MARKETING FARMASI

“MAKALAH MANAJEMEN PEMASARAN APOTEK”

OLEH:

WISNI DAMAYANTI O1A1 16 093

WANDA HAMIDAH O1A1 16 105

SUCI AINUN MAHARANI O1A1 16 109

ANDI NUR HAERATI O1A1 16 119

GITA HANDAYANI O1A1 16 123

FATIMARDIYACH RAHMI O1A1 16 128

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “MANAJEMEN PEMASARAN APOTEK”.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas semester. Secara
khusus, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dosen pengampuh dan juga
semua pihak yang telah membantu dalam proses penulisan makalah ini.
Dalam makalah ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karea
itu,kami mengharapkan masukan, kritik dan saran demi perbaikan makalah ini.
Terima kasih kami ucapkan dan semoga makalah ini bisa memberikan
pembelajaran yang positif bagi kita semua.

Penulis, 14 Desember 2019


DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................................
Daftar Isi.................................................................................................................
BAB I.
PENDAHULUAN....................................................................................................
a. Latar Belakang ..............................................................................................
b. Rumusan Masalah .........................................................................................
c. Tujuan Penelitian...........................................................................................
BAB II.
PEMBAHASAN.......................................................................................................
a. Pengertian Pemasaran....................................................................................
b. Konsep Pemasaran.........................................................................................
c. Strategi Pemasaran…….................................................................................
d. Rencana-Rencana Pemasaran.........................................................................
e. .........................................................................................
f. .............................................................................
g. ....................................................................................
h. ……………………….
i. ……………………
j.
BAB III. PENUTUP
a. Kesimpulan...................................................................................................
b. Saran..............................................................................................................
Daftar Pustaka..........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pekerjaan kefarmasian pada zamannya akan selalu berkembang
mengikuti tuntutan masyarakat. Sehingga terbentuk lah paradigma baru yaitu
paradigma Asuhan Kefarmasian atau dikenal dengan Pharmaceutical
Care yang merupakan tanggung jawab seorang apoteker yang harus
dipertimbangkan untuk penerapannya pada Pekerjaan Kefarmasian.
Pharmaceutical Care adalah Patient Centered Practice yang mana
merupakan praktisi yang bertanggung jawab terhadap kebutuhan terapi obat
pasien dan memegang tanggung jawab terhadap komintmen.
Salah satu manajemen farmasi yang diterapkan di apotek adalah
manajemen pemasaran. Manajemen pemasaran berkaitan dengan pengelolaan
dan teknik pemasaran untuk meraih pelanggan sebanyak-banyaknya.
Manajemen pemasaran ini tampak pada apotek modern, tetapi jarang
diterapkan pada apotek-apotek konvensional.
Pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan oleh
perusahaan baik itu perusahaan barang atau jasa dalam upaya untuk
mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. Hal tersebut disebabkan
karena pemasaran merupakan salah satu kegiatan perusahaan, dimana secara
langsung berhubungan dengan konsumen. Maka kegiatan pemasaran dapat
diartikan sebagai kegiatan manusia yang berlangsung dalam kaitannya dengan
pasar. Dalam era persaingan usaha yang semakin kompetitif sekarang ini,
setiap pelaku bisnis yang ingin memenangkan kompetisi dalam persaingan
pasar akan memberikan perhatian penuh pada strategi pemasaran yang
dijalankannya . Produk – produk yang dipasarkan dibuat melalui suatu proses
yang berkualitas akan memiliki sejumlah keistimewaan yang mampu
meningkatkan kepuasan konsumen atas penggunaan produk tersebut. Dengan
demikian pelanggan mau dan rela untuk kembali menikmati apa yang
ditawarkan oleh perusahaan dan menjadi pelanggan yang setia bagi
perusahaan. Sedangkan untuk dapat mendistribusikan kualitas dibidang jasa
merupakan hal yang tidak mudah. Oleh karena itu, dalam proses
pendistribusian barang kepada konsumen harus ada perhatian penuh dari
manajemen pemasaran paling atas hingga karyawan level bawah.
Salah satu masalah pokok yang menjadi kendala dalam pemasaran
adalah banyaknya saingan didalam pasar itu sendiri baik dari produk sejenis
maupun dari produk lain. Hal tersebut merupakan tanggung jawab besar yang
harus dimenangkan oleh suatu perusahaan jika ingin tetap eksis didalam
persaingan bisnis. Persaingan yang semakin tajam dan perubahan-perubahan
yang terus terjadi harus dapat dijadikan pelajaran oleh manajemen pemasaran
agar dapat secara proaktif mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi
baik untuk masa sekarang dan akan datang.

Saat ini, apotek memang bisa dijadikan sebagai lahan bisnis yang sangat
menggiurkan, mengingat kesehatan merupakan salah satu kebutuhan masyarakat,
sehingga permintaan obat dari tahun ke tahun semakin meningkat. Dalam satu
daerah saja, sudah banyak berdiri apotek dengan fasilitas lengkap, termasuk
dokter jaga dan ruang praktik.
Secara umum, apotek mempunyai dua fungsi, yaitu memberikan layanan
kesehatan, sekaligus tempat usaha yang menerapkan prinsip laba. Kedua fungsi
tersebut dijalankan secara beriringan tanpa meninggalkan satu sama lain. Namun,
untuk bisa menjalankan bisnis apotek, perlu adanya pengelolaan manajemen yang
baik. Sebab, persaingan untuk mendapatkan konsumen semakin kompetitif.
Selain memiliki fungsi sosial, sebagai tempat pengabdian dan pengembangan jasa
pelayanan pendistribusian dan informasi obat dan perbekalan farmasi, apotek juga
memiliki fungsi ekonomi yang mengharuskan suatu apotek memperoleh laba
untuk meningkatkan mutu pelayanan dan menjaga kelangsungan usahanya. Oleh
karena itu apoteker sebagai salah satu tenaga profesional kesehatan dalam
mengelola apotek tidak hanya dituntut dari segi teknis kefarmasian saja tapi juga
dari segi manajemen.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini yaitu:
a. Apa yang dimaksud dengan pemasaran?
b. Bagaimana konsep Pemasaran?
c. Apa yang dimaksud dengan strategi pemasaran?
d. Bagaimana rencana-rencana pemasaran?
e. Apa pengertian dari Apotek ?
f. Apa dan bagaimana manajemen apotek yang baik beserta ruang lingkupnya ?
g.
h. ?
i.
C. Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu:
a. Untuk mengetahui definisi.
b. Untuk mengetahui konsep pemasaran
c. Untuk mengetahui strategi pemasaran.
d. Untuk mengetahui rencana-rencana pemasaran.
e. Untuk mengetahui pengertian yang berhubungan dengan apotek
f. Untuk mengetahui dan bagaimana manajemen apotek yang baik beserta ruang
lingkupnya
g. Untuk mengetahui
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Pemasaran
Pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan oleh
perusahaan baik itu perusahaan barang atau jasa dalam upaya untuk
mempertahankan kelangsungan hidup usahanya, untuk mendapatkan laba dan
untuk berkembang. Hal tersebut disebabkan karena pemasaran merupakan
salah satu kegiatan perusahaan, dimana secara langsung berhubungan dengan
konsumen. Maka kegiatan pemasaran dapat diartikan sebagai kegiatan
manusia yang berlangsung dalam kaitannya dengan pasar.
Selain itu ada pula tiga pendapat tentang pemasaran (marketing)
yaitu:
1. Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan
bisnis yang diajukan untuk merencanakan, menentukan harga,
mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang
memuaskan kebutuhan, baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli
potensial. (William j.Stanton, 1978 ).
2. Pemasaran adalah pelaksanaan kegiatan dunia usaha yang
mengakibatkan aliran barang dan jasa dari para produsen ke para
konsumen. ( The Amirican Marketing Association ).
3. Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu
dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan
menciptakan, menawarkan, dan bertukar sesuatu yang bernilai satu
sama lain. ( Philip Kotler, 1995 ).
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut berarti pemasaran terdiri
dari tindakan-tindakan yang menyebabkan berpindahnya hak milik atas
barang serta jasa dan yang menimbulkan distribusi fisik mereka. Proses
pemasaran meliputi aspek fisik dan non fisik. Aspek fisik menyangkut
perpindahan barang-barang ketempat dimana mereka dibutuhkan. Sedangkan
aspek nonfisik dalam arti bahwa para penjual harus mengetahui apa yang
diinginkan oleh para pembeli dan pembeli harus pula mengetahui apa yang
dijual.

B. Konsep Pemasaran
Adapun beberapa pengertian dari beberapa tokoh tentang konsep pemasaran :
Menurut Swastha (1979:17) “Konsep pemasaran adalah sebuah
falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen
merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan”.
Sedangkan definisi lain menyatakan bahwa konsep pemasaran adalah
menjadi lebih efektif dari pada para pesaing dalam memadukan kegiatan
pemasaran guna menetapkan dan memuaskan kebutuhan dan keinginan pasar
sasaran (Kotler,1997:17).
Ada lima konsep pemasaran yang mendasari cara perusahaan
melakukan kegiatan pemasarannya yaitu:
1. Konsep berwawasan Produksi
Konsep ini berpendapat bahwa konsumen akan memilih produk yang
mudah didapat dan murah harganya sehingga fokus utamanya adalah
meningkatkan efisiensi produksi dan memperluas cakupan distribusi.
2. Konsep berwawasan Produk
Konsep ini berpendapat bahwa konsumen akan memilih produk yang
menawarkan mutu, kinerja terbaik dan hal-hal inovative lainnya sehingga
fokus utamanya adalah membuat produk yang lebih baik dan berusaha
terus menerus untuk menyempurnakannya.
3. Konsep berwawasan Penjualan
Konsep ini berpendapat bahwa kalau konsumen dibiarkan saja maka
konsumen tidak akan membeli produk perusahaan dalam jumlah
cukup.oleh karena itu, perusahaan harus melakukan usaha penjualan dan
promosi yang agresif.
4. Konsep berwawasan Pemasaran
Konsep ini berpendapat bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasi
terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran serta
memberikan kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan efisien dari
pada persaingannya. Konsep ini didasarkan pada empat sendi utama, yaitu
pasar sasaran, kebutuhan pelanggan, pemasaran yang terkoordinasi, serta
keuntungan.
5. Konsep berwawasan Pemasaran bermasyarakat
Konsep ini berpendapat bahwa tugas perusahaan adalah menentukan
kebutuhan dan keinginan serta kepentingan pasar sasaran dan
memenuhinya dengan lebih efektif dan efisiensi dari pada saingannya
dengan cara mempertahankan atau meningkatkan kesejahteraan konsumen
dan masyarakat.

C. Strategi Pemasaran
Perencanaan sangat diperlukan untuk mengikuti perkembangan dan
menghadapi persaingan yang semakin ketat dimasa yang akan datang. Tanpa
perencanaan sebuah organisasi mungkin akan melakukan cara-cara ekstrem
untuk menghindari kerugian atau mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Perencanaan dapat mencakup suatu periode waktu yang panjang atau pendek.
Perencanaan jangka panjang ( multi tahun : 3, 5, 10, atau bahkan 25 tahun )
biasanya melibatkan peranan dari manajemen puncak dan atau staf
perencanaan khusus. Masalah yang dihadapi sangat kompleks dan memiliki
cakupan yang luas, seperti masalah perluasan pabrik, pasar, atau produk.
Perencanaan jangka pendek (sampai dengan 1 tahun) biasanya
dilakukan oleh manajemen menengah atau bawah (middle or bottom
management) masalah yang dapat dimasukkan dalam perencanaan jangka
pendek ini, antara lain kampanye periklanan untuk periode yang akan datang,
pembelian pada musim yang akan datang, atau menyangkut daerah operasi
dari tenaga pemasaran.
Dalam hal ini, kita harus mengetahui dan membedakan ketiga konsep
perencanaan, yaitu sebagai berikut :
1. Perencanaan perusahaan secara keseluruhan.
Hal ini mencakup penentuan tujuan umum perusahaan dalam jangka
panjang dan pengembangan strategi jangka panjang untuk mencai tujuan
tersebut. Tujuan dan straregi jangka panjang ini kemudian menjadi suatu
kerangka dasar untuk mengembangkan rencana yang tercakup didalamnya.
Masalah utama yang ada dalam perencanaan perusahaan ini adalah masalah
keuangan, produksi, kebutuhan tenaga kerja, penelitian, dan pengembangan (
research and development ),serta penentuan sasaran pasar dan program
pemasarannya. Pertimbangan pemasaran ini cenderung mempengaruhi
kebijakan dalam perusahaan, baik jangka pendek maupun jangka panjang .
oleh karena itu perencanaan perusahaan dan perencanaan pemasaran sering
dijadikan satu.
2. Perencanaan pemasaran
Hal ini mencakup pengembangan program jangka panjang untuk
masalah-masalah yang luas dalam bauran pemasaran ( Marketing mix ), yaitu
produk ( product), harga ( price), tempat ( place) dan promosi ( promotion).
Perencanaan pada masing-masing variabel tersebut harus dikoordinasikan dan
ditangani dengn baik, sebab setiap variabel bauran pemasaran selalu saling
berinteraksi dengan variabel lainnya.
3. Rencana Pemasaran Tahunan
Rencana ini mencerminkan proses perencanaan yang berjalan untuk
satu periode waktu. Dalam hal ini, manajemen akan mengembangkan suatu
rencana induk yang mencakup kegiatan pemasaran setiap tahunnya. Contoh :
perencanaan pemasaran jangka panjang menentukantujuan untuk
memperkenalkan produk baru. Rencana pemasaran tahun berikutnya,
bagaimana pun harus dapat membuat keseimbangan dalam persediaan dengan
cara mempromosikan jenis produk yang sedang mengalami tahap penurunan
dalam daur kehidupan produk ( product life cycle ). Hal ini dimaksudkan
untuk meningkatkan penjualan produk tersebut sehingga persediaan
berkurang.

D. Rencana-Rencana Pemasaran
 DEFINISI PERENCANAAN
Perencanaan adalah proses menentukan bagaimana suatu
organisasi dapat mencapai tujuannya melalui serangkaian aktivitas yang
ditujukan pada proses analisa, evaluasi, seleksi diantara kesempatan-
kesempatan yang diprediksi terlebih dahulu. Proses awal perencanaan
dimulai dari penetapan tujuan kemudian merinci berbagai cara, teknik dan
prosedur guna mencapai tujuan tersebut. Perencanaan dikatakan efektif
jika tujuan yang telah dirumuskan dapat dicapaise penuhnya.

 DEFINISI RENCANA PEMASARAN


Dalam kondisi lingkungan bisnis yang senantiasa berubah dan
tingkat persaingan dalam merebut pangsa pasar semakin ketat. Upaya
pemasaran produk merupakan salah satu kunci keberhasilan suatu
organisasi bisnis, termasuk agribisnis. Kegiatan pemasaran dapat menjadi
sumber kegagalan perusahaan dan atau menjadi tempat pemborosan jika
tidak direncanakan dengan baik. Banyak pengusaha agribisnis, terutama
yang berskala menengah ke bawah sering kali mengalami kesulitan dalam
menyusun Program Pemasaran secara formal, sehingga produk yang
dihasilkan tidak mampu mencapai pasar sasarannya. Rencana pemasaran
adalah bagaimana sebuah organisasi bisnis dapat mencapai tujuan
pemasarannya melalui sistem pemasaran yang dibentuk oleh komponen
eksternal, internal, umpan balik dan wirausahawan (pelaku bisnis).

 ANALISA LINGKUNGAN
Lingkungan Eksternal adalah lingkungan yang tidak dapat
dikendalikan oleh wirausahawan yang melipu tifaktor: Kondisi
perekonomian negara dan didunia, kebudayaan, teknologi, permintaan
produk, permasalahan hukum, persaingan bisnis, pasokan bahan baku dan
lain-lain
Lingkungan Internal adalah lingkungan yang dapat dikendalikan
oleh wirausahawan yang meliputi faktor:Sumber daya keuangan,
manajemen, pemasok/supplier, serta sasaran dan tujuan organisasi.
 BAURAN PEMASARAN

Interaksi dari keempat variabel utama dalam sistem pemasaran, yaitu :


produk dan jasa, Penetapan harga, saluran distribusi dan aktivitas promosi.
Keempat bauran pemasaran tersebut secara singkat dijelaskan sebagai
berikut:

a. Product (produk) adalah segala sesuatu yang ditawarkan kepada


masyarakat untuk dilihat, dipegang, dibeli atau dikonsumsi.
b. Price (harga), yaitu sejumlah uang yang konsumen bayar untuk membeli
produk atau mengganti hal milik produk.
c. Place (tempat), yaitu berbagai kegiatan perusahaan untuk membuat produk
yang dihasilkan/dijual terjangkau dan tersedia bagi pasar sasaran. Tempat
meliputi antara lain channels, coverage, assortments, locations, inventory,
and transport.
d. Promotion (promosi), yaitu berbagai kegiatan perusahaan untuk
mengkomunikasikan dan memperkenalkan produk pada pasar sasaran.

Variabel promosi atau yang lazim disebut bauran komunikasi pemasaran


(Koter, 1997:604):

a. Advertising, yaitu semua bentuk presentasi nonpersonal dan promosi ide,


barang, atau jasa oleh sponsor yang ditunjuk dengan mendapat bayaran.
b. Sales promotion, yaitu insentif jangka pendek untuk mendorong keinginan
mencoba atau pembelian produk dan jasa.
c. Public relations and publicity, yaitu berbagai program yang dirancang
untuk mempromosikan dan/atau melindungi citra perusahaan atau produk
individual yang dihasilkan.
d. Personal selling, yaitu interaksi langsung antara satu atau lebih calon
pembeli dengan tujuan melakukan penjualan.
e. Direct marketing, yaitu melakukan komunikasi pemasaran secara langsung
untuk mendapatkan respon dari pelanggan dan calon tertentu, yang dapat
dilakukan dengan menggunakan surat, telepon, dan alat penghubung
nonpersonal lain.

Evolusi Faktor Bauran Pemasaran (Marketing Mix)

Bauran pemasaran yang terdiri dari product, price, place, dan


promotion (4P) seiring perkembangan jaman dan tuntutan pasar yang
senantiasa mengalami perkembangan telah mengalami evolusi dan terus
berkembang searah dengan perkembangan perilaku konsumen dan
kecerdasan para ahli pemasaran. Lovelock dan Wright (2002:13-15)
mengembangkan bauran pemasaran (marketing mix) menjadi integrated
service management dengan menggunakan pendekatan 8Ps, yaitu: product
elements, place, cyberspace, and time, promotion and education, price and
other user outlays, process, productivity and quality, people, and physical
evidence.

a. Product elements adalah semua komponen dari kinerja layanan yang


menciptakan nilai bagi perusahaan.
b. Place, cyberspace, and time adalah keputusan manajemen mengenai
kapan, dimana, dan bagaimana menyajikan layanan yang baik kepada
pelanggan.
c. Promotion and education adalah semua aktivitas komunikasi dan
perancangan insentif untuk membangun persepsi pelanggan yang
dikehendaki perusahaan atas layanan spesifik yang perusahaan berikan.
d. Price and other user outlays adalah pengeluaran uang, waktu, dan usaha
yang pelanggan korbankan dalam membeli dan mengkonsumi produk dan
layanan yang perusahaan tawarkan atau sajikan.
e. Process adalah suatu metode pengoperasian atau serangkaian tindakan
yang diperlukan untuk menyajikan produk dan layanan yang baik kepada
pelanggan
f. Productivity and quality, produktivitas adalah sejauhmana efisiensi
masukan-masukan layanan ditransformasikan ke dalam hasil-hasil layanan
yang dapat menambah nilai bagi pelanggan, sedangkan kualitas adalah
derajat suatu layanan yang dapat memuaskan pelanggan karena dapat
memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan.
g. People adalah pelanggan dan karyawan yang terlibat dalam kegiatan
memproduksi produk dan layanan (service production).
h. Physical evidence adalah perangkat-perangkat yang diperlukan dalam
menyajikan secara nyata kualitas produk dan layanan.

 LANGKAH-LANGKAH PEMBUATAN RENCANA


a. Mendefinisikan situasi bisnis
b. Mendefinisikan segmen pasar (peluang dan ancaman)
c. Mendefinisikan kekuatan dan kelemahan
d. Penetapan tujuan dan pasar
e. Mendefinisikan strategi pemasaran dan usaha yang dilakukan
f. Perancangan tanggung jawab implementasi
g. Penganggaran strategi pemasaran
h. Monitor kemajuan usaha pemasaran
 Perencanaan Kontingensi
Perencanaan yang baik harus dapat mempertimbangkan sebanyak
mungkin alternatif dan memiliki fleksibilitas yang tinggi bila diperlukan
penyesuaian-penyesuaian. Penyebab kegagalan dalam perencanaan :

a. Minimnya rencana nyata


b. Minimnya analisa situasi yang memadai
c. Tujuan dan sasaran yang tidak realistis
d. Kurangnya antisipasi terhadap pesaing dan pasokan

E. Pengertian yang berkaitan dengan Apotek


Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
memberikan definisi apotek bahwa apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan
pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya
kepada masyarakat.
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah
mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan berhak
melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker. Sediaan farmasi
adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika.
Perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang
diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Alat kesehatan adalah bahan,
instrumen aparatus, mesin, implan yang tidak mengandung obat yang digunakan
untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat
orang sakit serta memulihankan kesehatan pada manusia dan atau untuk membentuk
struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan
kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai
peraturan perundangan yang berlaku.
Perlengkapan apotek adalah semua peralatan yang dipergunakan untuk
melaksanakan kegiatan pelayanan kefarmasian di apotek.
Pelayanan Kefarmasian (Pharmaceutical care) adalah bentuk pelayanan dan
tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien. Medication record adalah catatan pengobatan
setiap pasien.

F. Proses Manajemen Apotek


Membawa semua fungsi bisnis bersama-sama ke suatu kesatuan yang utuh,
dan mengintegrasikan mereka dengan kegiatan klinis apotek adalah proses yang
kompleks. Hal ini membutuhkan fokus, diselenggarakan upaya yang dapat
dipertahankan dalam jangka panjang. Inilah yang disebut dengan “mengelola” apotek
adalah semua tentang: menyatukan semua sumber daya yang tersedia dan
menyatukan mereka sedemikian rupa sehingga, secara kolektif, mereka mencapai
tujuan apotek dengan cara yang paling seefisien mungkin.
Setiap usaha dari yang paling kecil sekalipun termasuk apotek masyarakat
membutuhkan manajemen yang baik untuk memastikan proses produksi, distribusi,
dan penjualan berlangsung dengan baik. Sistem manajemen yang buruk akan
mengakibatkan adanya biaya yang tidak perlu seperti bahan baku yang terbuang,
pekerja yang tidak produktif karena pengawasan yang tidak efektif dan deskripsi
pekerjaan yang tidak jelas.
Manajer yang baik akan mempersiapkan rencana, mengatur sumber daya
yang dimilikinya sedemikian rupa untuk mempertemukan tenaga farmasi dengan
bakat yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, mengarahkan
kegiatan mereka, dan mengendalikan tindakan mereka. Sementara manajemen adalah
sebuah seni dari sebuah ilmu pengetahuan, banyak kesalahan yang potensial dapat
dihindari jika proses manajemen dilakukan dengan benar.
Seperti halnya pada kegiatan manajemen perusahaan/organisasi pada
umumnya, manajemen apotek adalah segala upaya kegiatan yang dilakukan oleh
seorang manajer atau apoteker pengelola apotek (bertindak sebagai manajer)
memenuhi tugas dan fungsi apotek meliputi perencanaan, pengorganisasian,
penyusunan pegawai, pengarahan dan pengawasan.
1. Perencanaan (Planning).
Unsur yang paling penting dalam proses manajemen adalah perencanaan. Tanpa
perencanaan usaha, kegiatan apotek tidak memiliki arah dan tujuan. Akibatnya, hampir
dibilang tidak mungkin memperoleh efisiensi dalam kegiatan sehari-hari.
mengembangkan rencana bisnis dapat memakan waktu yang lebih banyak dan proses
yang membosankan. Apa yang membuat proses perencanaan begitu sulit adalah
kenyataan bahwa perencanaan berfokus pada masa depan yang tidak diketahui atau masih
samar. Perencanaan untuk 1-3 tahun ke depan membutuhkan dugaan tentang sesuatu yang
mungkin atau tidak mungkin menjadi kenyataan. Meskipun begitu, perencanaan adalah
perihal membangun struktur dasar untuk memandu apotek. Rencana dapat diubah
menjadi kondisi memungkinkan, tetapi bagian dari tujuan perencanaan adalah untuk
mempengaruhi kondisi dan mengubahnya demi keuntungan apotek itu
Perencanaan mengharuskan seorang apoteker mawas diri pada kekuatan dan
kelemahan apotek saat ini. Perencanaan juga membutuhkan evaluasi lingkungan dimana
apotek beroperasi, kekuatan dan kelemahan pesaingnya. Berdasarkan semua ini dan
pertimbangan-pertimbangan yang lainnya, manajer atau pemilik harus menetapkan atau
mengatur serangkaian tujuan. Mempertimbangkan keadaan lingkungan internal dan
eksternal apotek, apa yang bisa dan harus dicapai? Keputusan ini harus dibuat baik untuk
dalam jangka pendek maupun jangka panjang, dengan pencapaian tujuan jangka pendek
apotek melangkah menuju tujuan jangka panjangnya.
Proses perencanaan sangat penting untuk apotek di semua tata laksana kerja.
Sebagai contoh, manajer farmasi rawat inap harus menilai apa sumber dayanya, dan apa
apotek yang bisa dilakukan dan apa yang tidak. Berapa banyak resep yang dapat
disiapkan per jamnya? Sejauh mana staf apoteker, dokter, dan perawat tersedia bagi
pasien untuk berkonsultasi? Apakah apotek memiliki peralatan yang memadai untuk
mempersiapkan obat yang kompleks untuk terapi obat yang baru? Berkaitan dengan
“kompetisi,” apa unit organisasi lainnya mau berlomba-lomba untuk mendanai fasilitas
kesehatan dan ruangan? Apa kekuatan dan kelemahan dari alasan mereka untuk
pendanaan atau ruang tambahan? Berdasarkan semua pertimbangan ini, apa yang harus
diusahakan apotek untuk mencapainya pada tahun berikutnya, dan untuk 3 tahun ke
depan?
Bagian yang paling berharga dari perencanaan bisnis adalah proses itu sendiri. Hal ini
memaksa manajer untuk memeriksa berbagai masalah yang cenderung tidak
dipertimbangkan pada sehari-hari. Hal ini juga mengharuskan manajer untuk
mengembangkan seperangkat strategi, dengan menggunakan fungsi bisnis dan kegiatan
klinis yang dapat diletakkan di tempat sesuai untuk mencapai tujuan yang mapan.

2. Pengorganisasian (Organizing).
Setelah tujuan ditetapkan, dan sumber daya apotek digambarkan dengan akurat,
keduanya harus disusun dengan cara tertentu. Biasanya, hal ini dilakukan dengan
mengidentifikasi semua tugas yang harus dilakukan dalam apotek, dan kemudian
mengelompokkan mereka dalam beberapa cara yang masuk akal. Tentu saja, ada banyak
cara dalam hal mempersiapkan sumberdaya finansial, manusia dan material apotek. Tidak
ada satupun struktur yang terbaik tentang keorganisasian bagi semua apotek. Hal ini lebih
tergantung pada apa yang akan dicapai dan bagaimana cara memenuhinya.
Bagaimanapun juga, kunci keberhasilan adalah memisahkan atau membagi tugas yang
dilaksanakan sejelas mungkin, menetapkan pegawai untuk mengelola dan melaksanakan
tugas-tugas tersebut, dan kemudian memberikan mereka beban tanggung jawab untuk
menyelesaikan tugas secara efisien. Proses ini adalah hal paling mendasar baik di apotek
dengan fasilitas kesehatan rawat inap maupun apotik masyarakat mandiri.
Kesalahan umum dilakukan oleh manajer pada apotek yang lebih kecil yang
menganggap bahwa, dikarenakan hanya ada sedikit pegawai, setiap orang memahami
tugas-tugas yang dia secara perseorangan mampu bertanggung jawab menanganinya.
Kalau apotek tidak terorganisir secara resmi, sebagian tugas selalu tidak akan mampu
ditugaskan kepada karyawan dan tidak akan selesai.
3. Penyusunan atau Pengkoordinasian pegawai (Staffing).
Salah satu proses manajemen yang sulit adalah penyusunan atau koordinasi
pegawai apotek. Penyusunan pegawai melibatkan penentuan sumber daya manusia yang
dibutuhkan bagi apotek, mengidentifikasi kemungkinan sumber daya karyawan, seleksi
pelamar, dan memilih satu atau lebih yang paling berkualitas. Banyak faktor yang
mempengaruhi seberapa baiknya manajer yang mampu menyesuaikan kebutuhan farmasi
dengan bakat potensial karyawan. Bahkan proses staffing yang paling lengkap pun dapat
mengakibatkan kesalahan.
Sebagai contoh, walaupun manajer secara kuantitatif (berdasarkan jumlahnya) dapat
mengukur kecepatan ketika seorang apoteker mengisi resep, ia bisa tidak tepat menilai
kadar rangkaian konseling untuk setiap jenis obat dan setiap jenis pasien. Selain itu,
penilaian pelamar pekerjaan selama wawancara tidak memberikan informasi yang
memadai tentang seberapa baiknya orang tersebut akan cocok dengan lingkungan kerja
secara keseluruhan. Akankah ia berhubungan baik dengan karyawan lain? Apakah ia
sanggup mengatasi tekanan pekerjaan, atau dengan pasien yang sulit atau para dokter?
Dalam banyak hal, staffing adalah proses yang sangat kualitatif (atas dasar mutu). Dengan
demikian, manajer harus memiliki masing-masing pengetahuan teknis baik itu pekerjaan
yang akan dilakukan maupun merasakan unsur “kemanusiaan” tentang bagaimana orang-
orang akan cocok ke dalam lingkungan kerja mereka.
4. Pengarahan (Directing).
Perencanaan dan pengorganisasian apotek, dan memperoleh tenaga kerja yang
baik sangat penting untuk proses manajemen. Tapi, tidak ada apotek akan berhasil jika
sumber daya tidak diarahkan dengan baik setiap saat. Directing melibatkan
mempertahankan personil atau pegawai dan sumber daya lainnya memusatkan perhatian
pada tujuan apotek dan memastikan bahwa mereka dimanfaatkan secara konsisten sesuai
kebijakan yang ditetapkan oleh pemilik.
Sementara perencanaan, pengorganisasian, dan kepegawaian adalah proses
manajemen yang dilakukan secara berkala, mengarahkan (directing) dilakukan secara
terus menerus. Akibatnya, sebagian besar manajer menghabiskan sebagian besar waktu
mereka untuk ikut terlibat dalam proses manajemen ini. Mengarahkan pegawai dan
sumber daya lainnya (misalnya cash) sangat sulit karena harus dilakukan dari kedua
perspektif jangka pendek dan jangka panjang. Misalnya, direktur farmasi dalam
pengaturan rawat inap rumah sakit dapat menjaga pegawai apoteker fokus pada apa yang
harus dilakukan untuk satu hari atau satu minggu melalui berbagai tindakan positif
(misalnya pujian) dan negatif (misalnya ancaman pemecatan).
Tapi, bagaimana hal ini dapat dicapai selama jangka waktu yang lama? Bagaimana
semangat dan produktivitas dipertahankan jika anggaran farmasi dibatasi dengan ketat
selama bertahun-tahun dan berturut-turut?
Sebuah tantangan untuk menemukan cara berbeda dalam mempertahankan
pegawai yang produktif dan termotivasi demi mencapai tujuan apotek. Dengan alasan ini,
mengarahkan (directing) adalah salah satu proses yang biasanya membedakan antara
manajer yang kompeten dengan yang kurang terampil.
5. Pengawasan dan pengendalian (Controlling).
Proses manajemen yang paling sering diabaikan adalah mengendalikan atau
mengawasi kegiatan klinis dan bisnis. Secara umum diasumsikan bahwa proses
mengarahkan (directing) sudah cukup untuk memastikan bahwa apotek beroperasi secara
efektif dan efisien. Namun, hal ini tidak terjadi. Terlibat dalam kegiatan apotek sehari-
hari, akan mudah kehilangan sudut pandang secara keseluruhan bahkan manajer paling
terampil sekalipun, apa tujuan yang sedang dicapai dan apakah strategi yang
dikembangkan selama proses perencanaan masih sesuai. Dengan demikian, proses
pengendalian (controlling) melibatkan penilaian berkala terhadap status apotek.
Tercapaikah tujuannya? Apakah strategi bisnis bekerja dengan baik? Akankah perubahan
dalam organisasi, staf, ataupun metode dalam mengarahkan (directing) memberikan hasil
usaha yang lebih baik? Ada berbagai cara di mana pengendalian dapat dipertahankan
selama kegiatan usaha. Sebagian didasarkan secara kuantitatif, seperti ulasan tentang
laporan keuangan untuk menentukan apakah pendapatan dan pengeluaran berada dalam
batas-batas yang dianggarkan. Cara lainnya yang lebih kualitatif, seperti mengevaluasi
tingkat kepuasan pasien dan kinerja karyawan.
Pertimbangan yang paling penting dalam proses kontrol untuk memantau kemajuan
apotek sebagaimana pergerakannya melalui tahun anggaran. Kurang masuk akal jika
menunggu sampai tahun ini berakhir untuk menentukan apakah tujuan apotek dapat
dicapai atau tidak. Hingga akhirnya semuanya terlambat.
Sebuah contoh umum dari proses pengendalian berhubungan dengan monitoring
pendapatan. Baik dalam tata kelola apotek di rumah sakit maupun di masyarakat,
sangatlah penting bahwa manajer secara berkala menentukan apakah pendapatan
mengalami kemajuan sesuai dengan cara yang direncanakan. Jika pendapatan mereka
berada di bawah harapan, apa tindakan yang dapat diambil untuk perbaikan strategi
pemasaran dalam meningkatkan pendapatannya? Dalam pengelolaan apotek di rumah
sakit, proses pengendalian akan menjadi penting untuk menentukan apakah penurunan
volume aktivitas resep sesuai dengan pencatatan atau pendaftaran jumlah pasien lebih
rendah, perubahan dalam campuran terapi obat yang tepat bagi pasien terdaftar,
pemanfaatan terapi obat yang lebih rendah mungkin meningkatkan hasil bagi pasien dan
mengurangi tinggal di rumah sakit, dan lain-lain.
Jika ditemukan bahwa pendapatan tidak dapat ditingkatkan, maka mungkin perlu
diambil langkah-langkah untuk mengurangi biaya sehingga keuntungan terjaga. Demikian
pula, jika pendapatan bagus dari perkiraan di atas, apa penyebabnya? Bisakah pendapatan
ditingkatkan bahkan lebih? Perubahan apa yang diperlukan dalam anggaran untuk
memastikan bahwa sumber daya yang tersedia cukup memadai (misalnya staf,
persediaan) untuk menjaga kualitas terhadap perawatan pasien? Ketika pengendalian atau
pengawasan ini digunakan dengan benar, mekanisme proses pengawasan “fail-safe”1
oleh manajer. Dalam tahap awal hal ini untuk mengetahui masalah dan peluang sehingga
memberikan waktu untuk mengambil tindakan yang tepat. Dengan cara ini, banyak
masalah dapat dihilangkan atau setidaknya diringankan, dan peluang dapat dimanfaatkan
ketika masih ada.

G.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Baso Swasta DH.SE.MBA, Ibnu Sukotco(1988) Pengantar bisnis modern; Liberty


Yogyakarta

Charles W Lambert,Carl Mc Daniel,Joseph W Hair jr(2001).Pemasaran.Jakarta:


Salemba empat

Meredith et.al, Geoffrey. (1996). Kewirausahaan (Teori dan Praktik) Seri


Manajemen No. 97. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo

Longenecker, J.G. et.al. (2001). Kewirausahaan (Manajemen Usaha Kecil)


Buku1. Jakarta: Salemba Empat.

Muhammad Firdaus. 2008,manajemen agribisnis. PT Bumi Aksara Jakarta

http://d-dan-20.blogspot.com/2010/12/rencana-rencana-pemasaran.html

http://www.wayankatel.com/2012/09/contoh-membuat-makalah-manajemen-
pemasaran-yang-baikbenar.html

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004


tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Tootellian D.H., et. al, 2012, A. Essentials of pharmacy management, 2nd edition,
Pharmaceutical Press, United Kingdom
Management Committee, Moving Forward: Pharmacy Human Resources for the Future.
Pharmacy Resources Challenges and Priorities: Research Report. Ottawa
(ON). Canadian Pharmacists Association; (2008)
Danie Verdiansah, 2012, Penerapan Customer Relationship Management (CRM) sebagai
Strategi Bisnis Pada Century Healthcare, Karya Ilmiah, Yogyakarta:
AMIKOM Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai