Anda di halaman 1dari 7

PROPOSAL PENELITIAN

STRATEGI BERTAHAN HIDUP BURUH TANI DI DAS GEMBONG


KABUPATEN KARANGANAYAR
TAHUN 2019

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kerja Lapangan II


Dosen Pembimbing: Rita Noviani., S.Si., M.Sc.

Disusun Oleh :
Edi Setiawan (K5416015)
Foebe Wahyu Christamara (K5416024)
Lilian Nenti Anggraeni (K5416030)
Nur Liyan Widyaningrum (K5416050)
Safitri Putri Mukibin (K5416056)
Shalahudin Jundi Robbani (K5416030)
Wahid Syahidin (K5416066)

UNIVERSITAS SEBELAS MARET


SURAKARTA
April, 2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Indonesia merupakan negara agraris dengan lahan pertanian yang subur sehingga
sebagian besar penduduk Indonesia berprofesi sebagai petani. Kumesan (2015)
mengungkapkan, profesi sebagai petani terkesan sebagai profesi inferior. Kesan ini tidak
sepenuhnya salah karena fakta yang ada saat ini kesejahteraan petani masih cukup
rendah. Di masyaraka,t profesi sebagai petani biasanya digunakan sebagai perlindungan
dari status pengangguran, sehingga banyak petani yang dikategorikan sebagai petani
miskin. Meski demikian, sektor pertanian masih menjadi sektor unggulan dan basis bagi
masyarakat di Indonesia khusunya di pedesaan. Hal ini dikarenakan pekerjaan di sektor
pertanian merupakan pekerjaan yang tidak memerlukan banyak syarat dan dapat
dilakukan oleh siapa saja. Wulandari (2018) mengungkapkan bahwa sektor pertanian
berperan dalam menyerap tenaga kerja, menciptakan lapangan pekerjaan, mengurangi
pengangguran serta menyediakan pangan.. Pertanian sebagai sektor yang banyak
menyerap angkatan kerja, proporsi penyerapan tenaga kerja di bidang pertanian relatif
tidak berubah secara signifikan dari tahun ke tahun, dibuktikan dengan masih banyaknya
rumah tangga usaha pertanian yang ada di Indonesia. Laporan Hasil Sensus Pertanian
tahun 2013 menyatakan bahwa jumlah rumah tangga usaha pertanian di Indonesia
tercatat 26,14 juta rumah tangga, menurun 16,31% dari hasil sensus pertanian tahun
2003 (ST 2003) yang tercatat 31,23 juta rumah tangga.
Pertanian sebagai sektor yang banyak menyerap angkatan kerja menghadapi
beberapa kendala yaitu adanya fragmentasi lahan pertanian dan alih fungsi lahan dari
sektor pertanian menjadi non pertanian. Alih fungsi lahan yang terjadi dari tahun ke
tahun mengakibatkan luas lahan pertanian berkurang. Fragmentasi lahan pertanian dan
alih fungsi lahan dari sektor pertanian menjadi non pertanian mengakibatkan jumlah
rumah tangga petani di Indonesia semakin meningkat dari waktu ke waktu.
Surung dan Dahlan (2012) menyatakan, lahan pertanian lebih banyak dikuasai
oleh orang kota dan pemodal untuk tujuan pembangunan non pertanian sedangkan
rumah tangga petani hanya bekerja sebagai petani penggarap dan buruh tani, serta hidup
miskin di tengah lahan pertanian yang bukan miliknya. Ciri rumah tangga petani lapisan
bawah menurut Nurmalinda (2002) adalah banyak anggota rumah tangga dengan
pendidikan rendah, hidup sederhana, seringkali kesulitan dalam memenuhi kebutuhan
makan sehari-hari, serta memiliki kondisi rumah semi permanen dengan lantai tanah dan
atap genteng berkualitas rendah.
Scott (1989) dalam Sugihardjo (2012) mengemukakan bahwa dengan kebutuhan
hidup yang besar memacu petani untuk berperilaku sebagai petani survival demi
memenuhi kebutuhannya. Scott mengatakan bahwa petani lebih suka meminimumkan
terjadinya bencana dari pada memaksimumkan penghasilan rata-ratanya, hal ini yang
oleh Scott disebut risk averse (menolak resiko). Petani berperilaku sebagai petani
survival agar segala tuntutan kebutuhan untuk kelangsungan hidup keluarganya dapat
terpenuhi. Petani yang sangat identik dengan petani survival adalah buruh tani.
Buruh tani dalam kehidupan bermasyarakat merupakan kelompok masyarakat
yang identik dengan kemiskinan, namun pada kenyataannya masih banyak buruh tani
yang dapat menyelamatkan diri (survive) dalam menjalani kehidupan sehari-hari dari
waktu ke waktu. Buruh tani akan melakukan berbagai kegiatan untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya, baik dengan menjadi buruh tani maupun dengan melakukan
pekerjaan di luar sektor pertanian (non farm). Bannet dalam Arini (2006)
mengemukakan teori household survivallife (kelangsungan hidup rumah tangga) yaitu
pola-pola yang dibentuk oleh berbagai usaha yang digunakan manusia untuk memenuhi
syarat minimal yang dibutuhkannya dan untuk memecahkan masalah yang mereka
hadapi.
Daerah Aliran Sungai merupakan suatu wilayah daratan yang menerima air
hujan, menampung dan mengalirkannya melalui satu sungai utama ke laut dan atau ke
danau. Satu DAS, biasanya dipisahkan dari wilayah lain di sekitarnya (DAS-DAS lain)
oleh pemisah alam topografi (seperti punggung bukit dan gunung). Asdak (2002) dalam
Arini (2005) menyatakan pengertian DAS sebagai suatu wilayah daratan yang secara
topografik dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung dan menyimpan
air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai utama.Suatu DAS
terbagi lagi ke dalam sub DAS yang merupakan bagian DAS yang menerima air hujan
dan mengalirkannya melalui anak sungai ke sungai utamanya (Dirjen Reboisasi &
Rehabilitasi Lahan, 1998).
Daerah Aliran Sungai Gembong (DAS Gembong) merupakan daerah aliran
sungai yang berada di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. DAS tersebut mencakup
empat kecamatan yaitu Kecamatan Tawangmangu, Kecamatan Jatiyoso, Kecamatan
Jumantono, dan Kecamatan Matesih serta di dalamnya terdapat 13 desa antara lain Desa
Blumbang, Desa Kalisoro, Desa Tawangmangu, Desa Ngeblak, Desa Sepanjang, Desa
Karanglo, Desa Bandar Dawung, Desa Wukirsawit, Desa Beruk , Desa Tunggulrejo ,
Desa Dawung, Desa Karangbangun, Desa Koripan. DAS Gembong memiliki posisi
yang strategis dalam tata air karena memiliki sejumlah sumber mata air yang
dipergunakan untuk berbagai keperluan, seperti bahan baku air minum, irigasi untuk
pertanian, industri dan pariwisata. Peran DAS dalam menopang ketahanan pangan juga
sangat besar karena didukung banyaknya sumber air sehingga menjadikan DAS
Gembong sebagai daerah pertanian yang potensial.
Wijayanti (2016) menyatakan DAS bagian atas memiliki akses air permukaan
maupun air tanah yang sulit. Hal ini berbeda dengan DAS bagian tengah dan bawah
yang merupakan pertanian lahan basah dengan irigasi sepanjang tahun. Namun, seiring
berjalannya waktu, para petani di bawah seringkali menghadapi permasalahan
kekurangan air di beberapa tempat dan pada periode tertentu, berakibat pada penurunan
produksi pertanian. Hal ini terjadi akibat kondisi yang dipicu kecenderungan
ketersediaan sumber daya air yang makin terbatas, pertambahan jumlah pemakai,
penggunaan air untuk peruntukan baru, dan kondisi saluran yang makin buruk.
DAS bagian atas memiliki fungsi sebagai daerah resapan air ( recharg e area ),
penggunaan lahan didominasi kebun campur dengan mengandalkan air hujan sebagai
sumber pengairannya. DAS bagian tengah dan bawah merupakan kawasan budidaya
pertanian lahan basah. Perbedaan kedua bagian DAS ini adalah DAS bagian tengah
tercukupi oleh irigasi teknis sepanjang tahun, sedangkan DAS bagian bawah
menggunakan irigasi campuran.
Guna memperjuangkan kehidupan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari pada
rumah tangga buruh tani maka mereka melakukan strategi untuk bertahan hidup.
Keterbatasan yang ada dapat memaksa atau memacu rumah tangga buruh tani untuk
melakukan kegiatan-kegiatan strategi bertahan hidup sehingga kebutuhannya dapat
terpenuhi dari waktu ke waktu dan tetap survive dalam menjalani kehidupannya. Kondisi
kehidupan buruh tani dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya tersebut merupakan
kajian yang menarik untuk diteliti.
Hal tersebut diatas yang mendasari penelitian mengenai strategi bertahan hidup
buruh tani dilakukan dengan harapan untuk dapat mengetahui bentuk-bentuk strategi
bertahan hidup yang diterapkan.
Uraian yang telah dipaparkan diatas mendasari penulis untuk melakukan
penelitian berjudul “STRATEGI BERTAHAN HIDUP BURUH TANI DI DAS
GEMBONG KABUPATEN KARANGANYAR”.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari beberapa uraian yang dikemukakan pada latar belakang, maka dapat
diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut :
1.2.1 Menyempitnya lahan pertanian karena adanya alih fungsi lahan dari sektor
pertanian menjadi non pertanian.
1.2.2 Buruh tani identik dengan kemiskinan dan lebih suka meminimumkan terjadinya
bencana dari pada memaksimumkan penghasilan rata-ratanya
1.2.3 Kebutuhan hidup yang besar memacu buruh tani untuk berperilaku sebagai
survival demi memenuhi kebutuhannya
1.2.4 Bentuk-bentuk usaha yang dilakukan buruh tani kebanyakan masih belum mampu
menutupi kebutuhan hidupnya.
1.2.5 Banyak buruh tani yang bekerja pada sektor non farm pada waktu-waktu tertentu
1.3 Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dibuat untuk menghindari ruang lingkup masalah yang
diteliti terlalu luas. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1.3.1 Penelitian ini akan meneliti karakteristik buruh petani di DAS Gembong
Kabupaten Karanganyar
1.3.2 Penelitian ini akan meneliti bentuk-bentuk strategi bertahan hidup yang dilakukan
buruh tani di DAS Gembong Kabupaten Karanganyar.
1.3.3 Penelitian ini akan menganalisis hubungan spasial karakteristik buruh petani
dengan strategi bertahan hidup yang dilakukan.
1.4 Rumusan Masalah
Dari beberapa uraian yang penulis kemukakan pada bagian latar belakang
tersebut, penulis dapat merumuskan permasalahannya sebagai berikut :
1.4.1 Bagaimana karakteristik rumah tangga buruh tani di DAS Gembong Kabupaten
Karanganyar?
1.4.2 Bagaimana bentuk-bentuk strategi bertahan hidup yang dilakukan rumah tangga
buruh tani di DAS Gembong Kabupaten Karanganyar?
1.4.3 Bagaimana hubungan spasial antara karakteristik rumah tangga buruh tani dengan
strategi bertahan hidup?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka dapat diketahui tujuan penelitian
adalah sebagai berikut:
1.5.1 Mengetahui karakteristik rumah tangga buruh tani di DAS Gembong Kabupaten
Karanganyar.
1.5.2 Mengetahui bentuk-bentuk strategi bertahan hidup rumah tangga buruh tani di
DAS Gembong Kabupaten Karanganyar.
1.5.3 Menganalisis hubungan spasial antara karakteristik rumah tangga buruh tani
dengan strategi bertahan hidupnya.
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.6.1 Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan menjadi informasi untuk memperoleh pengetahuan dan
memperdalam pemahaman dibidang penelitian sosial khususnya tentang strategi
bertahan hidup buruh tani. Penelitian ini juga sebagai sarana peneliti untuk
menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh selama di bangku kuliah dalam
kehidupan di lapangan.
1.6.2 Bagi Perguruan Tinggi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan referensi dan
kepustakaan serta sabagai sarana menjalin hubungan antar perguruan tinggi
dengan masyarakat.
1.6.3 Bagi Pembuat kebijakan (khususnya pemerintah daerah)
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan
dalam usaha penanggulangan kemiskinan petani, sehingga program-program atau
proyek-proyek yang ditawarkan bagi masyarakat buruh tani benar-benar efektif
untuk meningkatkan kesejahteraan.
1.6.4 Sebagai salah satu sumber acuan penelitian selanjutnya khususnya penelitian
tentang strategi bertahan hidup buruh tani.

Anda mungkin juga menyukai