Syeikh Abdul Shamad Al Palimbani
Syeikh Abdul Shamad Al Palimbani
Oleh:
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan karunia dan
rahmat – Nya untuk kita, sehingga kita dapat menjalankan aktivitas dengan baik.
Sholawat serta salam, tak lupa kita sampaikan kehadirat Nabi kita, Nabi Agung yaitu Nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman kegelapan, menuju zaman terang
benderang ini.
1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan keberkahan kepada penulis,
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.
2. Orang tua yang telah mendukung kami, serta mendoakan dalam kelancaran dalam
pembuatan makalah ini dengan sebaik-baiknya.
3. Bapak dan ibu guru yang selalu memberikan informasi dan dukungan kepada
penulis sehingga makalah ini dapat selesai dengan baik dan maksimal.
4. Teman-teman yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis
dalam menyelesaikan makalah ilmiah ini.
Akhir kata, penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca dan berguna bagi para pembaca. Masukan, saran dan kritik dari pembaca sangat
berguna guna untuk menyempurnakan penulisan karya tulis ilmiah di masa yang akan
datang.
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Semakin berkembangnya peradaban islam di nusantara membuat para pedagang
muslim yang berasal dari berbagai di Timur Tengah (Arab dan Persia) semakin tertarik
untuk menyebarkan ajaran agama islam di tanah nusantara, terutama di daerah Sumatra.
Banyak dari mereka yang menetap dan berdagang di sekitar pesisir pantai sambil
menyebarkan ajaran agama islam kepada para pedagang penduduk pribumi dengan
berbagai macam metode, seperti melalui metode pendidikan, metode perkawinan, metode
kesenian, dan lain-lain.
Menurut Zoelhariini, 2011 perkembangan islam di Nusantara, terutama di daerah
Sumatra Selatan, Palembang yang ditandai dengan munculnya para pedagang muslim
yang berasal dari Timur Tengah terutama Arab dan Persia pada abad ke-10 M di sekitar
Kerajaan Sriwijaya. Ketika itu, para penguasa Sriwijaya banyak memanfaatkan mereka
(para pedagang muslim) dalam rangka misi diplomatik ke luar negeri. Namun, usaha
yang dilakukan oleh para penguasa Kerajaan Sriwijaya kurang membawa keberhasilan
bagi pihak kerajaan karena kuatnya niat dan perjuangan dalam menyebarkan ajaran
agama islam bagi para pedagang muslim di wilayah Palembang, khususnya pada
Kerajaan Sriwijaya tersebut. 1
Islam dapat menyebar dengan pesatnya di wilayah Palembang dan Kerajaan
Sriwijaya ketika menjelang runtuhnya Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-14. (Moh.
Dahlan Mansoer, 1979:132), mengatakan bahwa salah satu faktor runtuhnya Kerajaan
Sriwijaya adalah ditandai dengan munculnya agama islam yang dapat menyebarkan
ajaran agama islam kepada penduduk sekitranya.2
Di daerah Palembang sendiri, muncul seorang pemikir agama islam yang sangat
berpengaruh, yaitu Abdussamad al-Palembani. Untuk mengetahui lebih mendalam lagi
mengenai tokoh muslim tersebut patutlah kita kaji secara lebih mendalan tentangnya, baik
tentang latar belakang asal usul beliau, pendidikan yang pernah dijalaninya, karya-
karyanya, dan hal-hal yang lain yang menyangkut tentang Abdussamad al- Palembani.
Abdussamad al-Palembani dikenal sebagai pemikir ke Islaman abad 17.
1. 2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Siapakah dan biografi dari Abdussamad al-Palembani ?
2. Bagaimana latar belakang kemunculan dan kemashuran dari tokoh Abdussamad al-
Palembani ?
3. Apa saja karya-karya al-Palembani ?
1
Zoelhariini. 2011. JARINGAN DAN PENGARUH PEMIKIRAN SYEKH ‘ABD AL-SHAMAD AL-PALIMBANI.
Karawang: UIN Sunan Gunung Djati.
2
Mansoer, Mohammad Dahlan. 1979. Pengantar sejarah Nusantara awal. Malaysia: Dewan Bahasa dan
Pustaka.
3
4. Apa saja pemikiran al-Palembani tentang ketuhanan ?
1. 3. Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Agar para pembaca mengetahui dari biografi Abdussamad al-Palembani.
2. Agar para pembaca mengetahui latar belakang Kemunculan dan kemashuran.
3. Agar para pembaca mengetahui karya-karya al-Palembani.
4. Agar para pembaca mengetahui pemikiran al-Palembani tentang ketuhanan.
1. 4. Manfaat penulisan
Manfaat yang dapat diambil dari hasil penulisan makalah ini secara teoritis adalah
menambah ilmu dan pengetahuan yang dapat diaplikasikan dalam kegiatan belajar
mengajar. Juga dengan bertambahnya ilmu, maka bertambah pula wawasan seseorang
akan suatu bidang keilmuan, khususnya dalam bidang Sejarah Kebudayaan Islam (SKI).
4
BAB II
PEMBAHASAN
3
Quzwain, M.Chatib. 1985. Mengenal Allah; Suatu Studi Mengena Ajaran Tasawuf Syaikh Abdussamad
Al-Palembani. Jakarta : Bulan Bintang. Halaman 9
4
Azyumardi Azra. 2005. jaringan ulama timur tengahdan kepulauan nusantara abad XVII dan XVIII,
melacak akar-akar pembaharu pemikiran islam di Indonesia. Bandung : Mizan. Hal 245.
5
Tarikh Salasilah Negri Kedah adalah satu-satunya sumber yang memberikan angka tahun kelahiran dan
kematian Al-Palimbani.
5
ke Palembang. Dengan rasa ikhlas akjhirnya ia kembali dan menetap di Palembang
selama lebih dari tiga tahun.
islam. Kemudian ayahnya mengirim al-Palimbani untuk belajar di Timur Tengah. Semasa
hidup, Syekh Abdus Shomad tidak hanya aktif dalam berdakwah ke berbagai daerah di
Timur Tengah, tetapi juga menjadi seorang penulis yang produktif.7
Syeikh Abdul Samad al-Palembani wafat pada tahun 1200 H/1785 M di Pattani,
Thailand. Dalam Tarikh Salasilah Negri Kedah,8 diriwayatkan dia terbunuh dalam perang
melawan Kerajaan Thai pada 1244 H./1828 M. Menurut Azyumardi Azra, 2005
penjelasan ini sulit diterima karena tidak ada bukti dari sumber-sumber lain yang
menunjukkan Al-Palimbani pernah kembali ke Nusantara. Selain itu, waktu itu mestinya
umurnya sudah 124 tahun, usia yang terlalu tua untuk ikut terjun ke medan perang.
2.2 Latar belakang kemunculan dan kemashuran dari tokoh Abdussamad al-
Palembani
Kesultanan Palembang telah muncul beberapa tokoh ulama Arab yang memiliki
peran penting dalam pertumbuhan tradisi keilmuan Islam di wilayah ini. Lebih dari itu,
para ulama Arab tersebut banyak memberikan kontribusi terhadap munculnya istana
Palembang sebagai pusat pengetahuan diwilayah tersebut.
Sejak kecil, ia sudah sangat tertarik dengan dunia tasawuf. Hal ini tidak bisa
dilepaskan dari pengaruhnya lingkungan spritual masyarakat wilayah Palembang yang
sangat tertarik dengan pengamalan sufistik. Ditambah lagi dengan adanya perdebaran,
polemik , serta kompetisi pemikirin yang terus menerus memanas antara penganut
Hamzah al-Fansuri dengan para pengikut ar-Raniri seingga ikut mewarnai dan menjadi
faktor dalam pertumbuhan intelektual Abdussamad al-Palembani.
Dengan adanya hubungan sosial dan politik di lingkungan wilayah Palembang,
mucul sejumlah ulama penting yang menonkol serta sangat berpengaruh dalam
mengembangkan ajaran islam di tanah Palembang. Salah satunya tokoh yang terkanal
adalah Abdussamad al-Palembani. Ia merupakan tokoh sufi penulis kitab-kitab tentang
sufi yang berasalan dari Palembang, Sumatra Selatan.
Semenjak dikirimkannya Abdussamad al-Palembani ke Timur Tengah ( Mekah
dan Madinah ) oleh ayahnya, Abdussamad al-Palembani lebih memilih untuk menetap
dan menghabiskan waktunya di kedua kota suci tersebut. Tetapi ia tetap sangat peduli dan
penuh perhatian kepada kaum muslimin yang ada di Indonesia, khususnya tempat ia
6
Daerah Patani sekarang adalah masuk ke dalam wilayah Negara Thailand bagian selatan.
7
Khalil, Muhammad. 2016. Sejarah Kebudayan Islam Kelas XII. Jakarta: Direktorat Pendidikan Madrasah
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia. Halaman : 77.
8
Tarikh Salasilah Negri Kedah adalah satu-satunya sumber yang memberikan angka tahun kelahiran dan
kematian Al-Palimbani.
6
dibesarkan. Ketika ia sedang mencari ilmu di Haramain, dai tetap terlibat aktif dalam
komunitas Jawa dan memiliki teman pelajar yang berasal dari Indonesia, seperti
Muhammad Arsyad al-Banjari, Abdul Wahan Bugis, Abdurrahman al-Batawi, dan
Dawud al-Fatani. Keterlibatannya dalam komunitas inilah yang membuat ia tetap aktif
dan berkiprah terhadap perkembangan sosial dan politih di nusantara.
9
Wirid adalah Wirid merupakan bentuk segala macam bentuk ibadah, baik itu dalam perbuatan sehari-
hari maupun dalam bentuk ketentuan-ketentuan sesuai aturan agama.
10
Ratib adalah Kumpulan lafadz ayat Quran, dzikir dan doa yang disusun sedemikian rupa dan dibaca
secara rutin dan teratur. Boleh dibilang bahwa rati itu artinya adalah kumpulan doa dan dzikir yang
dibaca rutin
7
adalah kumpulan notasi kuliah al-Palimbani bersama gurunya Al-mun’im al-
Damanhuri.11
6. Hidayat al-saliki fi suluk maslak al-muttaqiin
Kitab ini ditulis dalam bahasa melayu pada tahun 1192/1778, adalah salah
satu mahakarya terhadap karya al-ghazali, bidaayat al-hidaayat. Kitab tersebut
telah dicetak di berbagai kota pada benua yang berbeda, seprti, mekkah
(1287/1870), mesir (1340/1922), bombay (1311/1895), singapura (t.t), dan
surabaya (1352/1933). Ini sebagai indikasi bahwa kitab termaksud telah masyhur
dan banyak dibaca orang.
Kitab ini terdiri dari muqaddimah yang mengulas ilmu yang bermanfaat
serta keutamaan orang yang menuntut ilmu. Dilengkapi dengan tujuh bab
pembahasan dengan isi bahasa yang berbeda. Dalam bab satu menguraikan
tentang aqidah ahl al-sunnah wa al-jama’ah. Bab kedua menyatakan perbuatan
taat dan ibadah zahir. Bab ketiga menyatakan upaya menjauhi ibaah zahir, seperti
mengumpat, jadal (berbantahan), juga dijelaskan halal dan haram.
Bab keempat mengulas upaya menjauhi maksiat batin seperti banyak
makan, banyak perkataan, marah, dengki, bakhil dan sebagainya. Bab kelima
menyatakan segala taat yang batin seperti taubat, tawakkal, sabar, syukur dan
sebagainya. Bab keenam menyatakan keutamaan zilir, adab dan tatacaranya. Bab
ketujuh menyatakan bersuhbah, dan mu’asyarah yaitu berkasih kasih terhadap
sesama makhluk. Ditambah juga pembahasan tentang adab orang yang lain, adab
orangbelajar, anak-anak serta bapaknya dan adap orang yang menjalin
persahabatan.
7. Sayr al-saalikiin ila’ibadat rabb al-alamin
Kitab ini adalah mahakarya al-Palimbani sebagai penjelasan lebih lanjut
dari ajaran-ajaran yang terdapat dalam hidayat al-salikin. Karya ini merupakan
terjemahan dari lubabihya’ ‘ulum al-di; suatu versi ringkasan ihya’ ‘ulum al-din,
yang ditulis saudar laki-laki al-Gahzali, Ahmad bin Muhammad. Gagasan
penulisan terjemahan itu lahir di mekkah pada tahun 1139/1799 dan berhasil
dituntaskan di kota Thaif pada tanggal 20 Ramadhan 1203/1788.
11
Al-mun’im al-Damanhuri seorang ulam mesir yang mengunjungi makkah pada musim hujan 1763 yang
kemudian menjadi mahaguru di Universitas al-Azhar, Kairo.
8
wujud yang dikenalnya atau sebaliknya, tuhan bertempa didalam diri manusia, sehingga
keluar ucapan yang mengambarkan bahwa dia tuhan.
Pemikiran al-Palembani tentang Allah tidak terlepas dari konsepsi ketuhanan
yang berkembang pada masanya. Dalam kaitan ini al-palembani lebih bersifat adaptif
terhadap visi al-Ghazali tentang Allah, beliau cenderung berdasarkan kepada interprestasi
terhadap karya Al-Ghazali yang kemudian melahirkan sebuah karya al-Palembani. Al-
Palembani sependapat dengan konseb bahwa Allah Itu memiliki beberapa sifat, bahwa
Allah tidak dapat di persamakan dengan selain-Nya (umat-Nya). Dengan demikian Allah
tidak menyerupai dan tidak diserupai oleh sesuatu apapun. Sehingga faktanya tidak ada
satupun yang dapat menyerupai dengan Allah SWT.
Mengingat dengan pendidikan yang dilakukan oleh al-Palembani denga para guru
atau ulama yang sangat terkenal dan cerdas, ia pasti sudah mempelajari ilmu-ilmu islam
secara mendalam, seperti hadits, fiqih, syari’at, tafsir, kalam dan tasawuf. Al-Palimbani
tampaknya punya kecendrungan kuat terhadap mistisme, dan jelas dia mempelajari
tasawuf terutama dengan Al-Sammani, yang darinya juga mengambil Tarekat
Khalwatiyah dan Sammaniyah (Azyumardi Azra, 2005 : 312).
Tarekat Khalwatiyah yang dipelajari Al-Palimbani dari Al-Sammani tentu saja
berbeda dengan Tarekat Khalwatiyah yang Syekh Yusuf Al-Maqassari. Tarekat
Khalwatiyah Yusuf disandarkan kepada Syekh Yusuf Al-Maqassari dan tarekat
Khalwatiyah Samman diambil dari seorang Sufi Madinah abad ke-18, Muhammad Al-
Samman. Kedua cabang tarekat Khalwatiyah ini sama sekali berbeda satu sama lainnya,
tidak terdapat banyak kesamaan selain kesamaan namanya saja.
Al-Palimbani menentang pandangan spekulatif yang tak terkontrol dalam
mistisisme12; dia mencela doktrin-doktrin yang dikatakan wujuiyyah mulhid (secara
harfiah berarti kesatuan wujud ateistik) serta praktik-praktik keagamaan pra-Islam,
seperti persembahan religius untuk ruh para leluhur.
Adapun pandangan Al-Palimbani mengenai nafsu, dia tida puas dengan ajaran Al-
Ghazali tentang adnaya tiga tingkatan jiwa dalam diri manusia (ammarah, lawwamah dan
muthma’innah). Yang berakhir dengan ketentraman dan kemantapan menerima segala
keadaan yang dihadapi dalam hidup di dunia ini. Ia memilih tujuh tingkatan jiwa
(ammarah, lawwamah, mulhammah, muthma’innah, radhiyah, mardhiyah dan kamilah)
yang berakhir dengan kemampuan untuk menjalani kehidupan dunia yang penuh dengan
kesesatan untuk melaksanakan misi sucinya, yaitu membawa manusia ke jalan Allah.
Dari keterangan ini, jelaslah bahwa walaupun sebagian karyanya banyak yang mengutip
dari karya-karya Al-Ghazali, namun dalam pandangannya terhadap tingkatan jiwa yang
dimiliki manusia Al-Palimbani mempunyai perbedaan pandangan.
Adapun pandangan Al-Palimbani mengenai Syari’at, dia percaya bahwa Allah
hanya dapat didekatkan melalui keyakinan yang benar dan ikhlas kepada Keesaan Tuhan
yang mutlak dan kepatuhan pada ajaran-ajaran syarii’at-Nya. Meskipun al-Palimbani
menerima pendapat-pendapat tertentu dari Ibn ‘Arabi atau Al-Jilli, terutama menyangkut
12
Mistisisme merupakan ajaran yang menyatakan bahwa ada hal-hal yang tidak terjangkau oleh akal
manusia
9
doktrin Insan Kamil, Al-Palimbani menafsirkan mereka dipandang dari sudut ajaran-
ajaran Al-Ghazali. Dia memberikan pemikiran dalam ilmu tasawufnya pada penyucian
pikiran dan perilaku moral daripada pencarian mistisisme spekulatif dan filosofis. Ini
berarti bahwa tasawufnya lebih merupakan tasawuf akhlaqi atau tasawuf ‘amali yang
bernuansa Sunni ketimbang tasawuf falsafati.
Tentang ma’rifat, ia mengakui ajaran Al-Ghazali yang memandang bahwa tingkat
ma’rifat tertinggi yang harus dicapai seorang sufi adalah memandang Allah secara
langsung, dengan mata hati yang telah bebas dan bersih dari segala noda dan godaan
keduniaan. Akan tetapi, kesempurnaan seorang sufi, menurutnya belum tercapai dengan
mengasingkan diri dari segala kesibukan hidup kemasyarakatan, melainkan juga dalam
keterlibatan aktif dalam arus kehidupan nyata seperti ini dalam memancarkan Asma’
Allah yang Mulia melalui amal perbuatan nyata, sehingga keesaan Allah yang mutlak
dalam kehidupan ini dapat dipandang dalam keesaan yang mutlak (musyahadah al-
wahdah fi al-katsrah dan musyahadah al-katsrah fi wahdah).
Dalam beberapa sumber dijelaskan bahwa Al-Palimbani tidak pernah kembali ke
Nusantara. Melainkan ia menghabiskan waktunya di Haramayn untuk menulis dan
mengajar kepada muridnya disana. Al-Baythar meriwayatkan, pada 1201H./1787 M., Al-
Palimbani mengadakan perjalanan ke Zabid, di sini dia mengajar murid-murid terutama
dari keluarga Ahdal dan Al-Mizjaji.13 Riwayat ini sesuai dengan penjelasan Abdullah
mengenai perjalanan Al-Palimbani ke Zabid dan pertemuannya dengan para Ulama dan
murid setempat. Salah seorang muridnya di Zabid adalah Wajih Al-Din ‘Abd Al-Rahman
bin Sulayman bin Yahya bin Umar Al-Ahdal (1179-1265 H./1765-1839 M.), Muhaddis
yang di kemudian hari menduduki jabatan sebagai Mufti Zabid. Wajih Al-Din Al-Ahdal
menganggap Al-Palimbani sebagai gurunya yang paling penting, sebab dia memasukkan
riwayat hidupnya ke dalam kamus biografinya yang berjudul Al-Nafs Al-Yamani wa Al-
Ruh Al-Rahyani. Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa pengaruh pemikiran Al-
Palimbani bukan hanya di Nusantara tetapi juga di Arabia karena di sana banyak murid-
murid yang pernah belajar kepadanya.
Mengenai hubungan dan koneksi ilmiahnya, Al-Palimbani tak pelak lagi adalah
Ulama Melayu-Indonesia paling menonjol dalam jaringan Ulama abad ke-18. Namun,
peranan pentingnya dipandang dari sudut perkembangan Islam di Nusantara tidak hanya
karena keterlibatannya dalam jaringan Ulama, melainkan labih penting lagi karena
tulisan-tulisannya, yang dibaca secara luas di wilayah Melayu-Indonesia. Dalam karya-
karyanya, Al-Palimbani menyebarkan bukan hanya ajaran-ajaran para tokoh neo-Sufi,
tetapi juga menghimbau Kaum Muslimin untuk melancarkan jihad melawan orang-orang
Eropa, terutama Belanda yang terus menggiatkan usaha-usaha mereka menundukkan
entitas-entitas politi Muslim di Nusantara. Bahkan, Hikayat Perang Sabil yang ditulis
oleh Teungku Cik Di Tiro juga dikabarkan mengutip dari salah satu karya Al-Palimbani,
yaitu Nasihah al-Muslimin wa Tazkirah al-Mu’min fi Fadha’il Jihad fi Sabilillah.
13
Asrina & Sucipto Hery, 2010, “Mengenal Syekh Abdush Shamad Al-Palimbani” www. Infokito.htm.
10
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Syeikh Abdul Samad al-Palembani dilahirkan pada 1116 H/1704 M, di Palembang
dan wafat pada tahun 1200 H/1785 M di Pattani, Thailand. Nama lengkapnya ialah Abdul
Samad bin Abdullah al-Jawi al-Falimbani. Ia merupakan seorang Mufti di Kesultanan
Kedah yang berasal dari keturunan Yaman.
Faktor utama yang menjadi latar belakang kemunculan dan kemasyhuran al-
Palembani di wilayah Palembang adalah karena wilayah palembang pada saat itu sebagai
pusat keilmuan Islam yang dibangun oleh kerajaan-kerajaan palembang, sehingga
memungkinkan bahwa Syeikh Abdul Samad al-Palembani dapat memajukan serta
mengembangkan ilmu-ilmu keislaman di daerah tersebut.
Syeikh Abdul Samad al-Palembani sangata aktif dalam menulis dan
menerjemahkan kitab-kitab keagamaan. Salah satu karya yang terkenal dan masih
digunaakan sampai saat ini yang dibuat oleh Abdul Samad al-Palembani adalah
Hidayatus Salikin dan Sairus Salikin. Pemikiran al-Palembani tentang tuhan adalah
pertama” Kepercayaan terhadap allah dalam zat yang wajib al-wujud”. Kedua “ Allah
sebagai Wajib Al-Wujud” dan yang Ketiga “ Allah Bersifa Maha Esa (wahidun La
syarikalah), kadim, Abadi.
Dengan pendidikan yang dilakukan oleh al-Palembani dengan para guru atau ulama
yang sangat terkenal dan cerdas, sehingga dapat diketahui bahwa Syeikh Abdul Samad
al-Palembani sangat berpengaruh dalam perkembangan ilmu keagamaan bagi
masyarakat. Serta banyak karya-karya yang dijadikan sebagai rujukan suatu persoalaan.
3.2 Saran
1. Untuk penyempunaan makalah ini, penulis berharap ada masukan dan kritik dari para
pembaca demi menyempurnakan makalah ini dengan sebaik – baiknya.
2. Menurut penulis, masih banyak artikel atau ulasan mengenai tokoh tersebut, namun
penulis memiliki kekurangan dalam mencari sumber-sumber yang lebih akurat dan
detail mengenai tokoh tersebut. Oleh sebab itu, penulis berharap dalam penulisan
selanjutnya dapat mencari sumber-sumber yang lebih detail dan lebih akurat.
3. Dalam penulisan ini, penulis berharap makalah ini dapa dijadikan salah satu sumber
infomasi mengenai tokoh yang dibahas.
11
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir. 2008. Karomah Para Kiai. Yogyakarta: Pustaka Pesantren.
Khalil, Muhammad. 2016. Sejarah Kebudayan Islam Kelas XII. Jakarta: Direktorat Pendidikan
Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia.
Quzwain, M.Chatib. 1985. Mengenal Allah; Suatu Studi Mengena Ajaran Tasawuf Syaikh
Abdussamad Al-Palembani. Jakarta: Bulan Bintang.
Azyumardi Azra. 2005. jaringan ulama timur tengahdan kepulauan nusantara abad XVII dan
XVIII, melacak akar-akar pembaharu pemikiran islam di Indonesia. Bandung: Mizan.
Zoelhariini. 2011. JARINGAN DAN PENGARUH PEMIKIRAN SYEKH ‘ABD AL-
SHAMAD AL-PALIMBANI. Karawang: UIN Sunan Gunung Djati.
Mansoer, Mohammad Dahlan. 1979. Pengantar sejarah Nusantara awal. Malaysia: Dewan
Bahasa dan Pustaka.
(http://www.fauzulmustaqim.com/2015/11/makalah-kemunculan-dan-kemashuran-al.html),
diakses pada hari Sabtu, 14 Oktober. Pukul 21.20 WIB
(http://zoelhariini.blogspot.co.id/2011/06/syekh-abd-al-shamad-al-palimbani.html ), diakses
pada Hari Sabtu, 14 Oktober. Pukul 21.41 WIB
(https://wadahsufiyah.blogspot.co.id/2013/11/pengertian-wirid.html), diakses pada Hari
Minggu, 15 Oktober 2017. Pukul 13.11 WIB
12