Anda di halaman 1dari 22

Tugas Proposal

ILMU, KEUTAMAAN, PENDIDIKAN DAN KARAKTER DALAM AKHLAK

Proposal ini diajukan sebagai syarat dalam memenuhi tugas Mata Kuliah
Penulisan Karya Ilmiah

Dosen Pengampuh:

ABD.RAHMAN.S.Pd.,M.Pd.
OlehKelompok 5:

SitiMaisarah : 191020046

Moh. Rahul : 191020036

AnisaFitriTanriale : 191020045

Faiza : 191020058

Zainuddin : 191020049

Wulandari : 191020043

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PALU
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
proposal mata KARYA TULIS ILMIAH
Berkat rahmat dan karunianya, serta di dorong kemauan yang keras
disertai kemampuan yang ada, akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas proposal
ini yang membahas tentang dalam mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
Proposal berisi tentang ILMU, KEUTAMAAN, PENDIDIKAN DAN
KARAKTER DALAM AKHLAK

Manusia yang hidup dalam bimbingan akhlak akan melahirkan suatu


kesadaran untuk berprilaku yang sesuai dengan tuntutan dan tuntunan Allah dan
Rasulnya, serta akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
penulis menyadari bahwa tugas proposal ini masih jauh dari sempurna. Karena
keterbatasan ilmu dan pengetahuan penulis, maka kritik dan saran yang
membangun, sangat kami harapkan demi kebaikan dimasa mendatang dan semoga
bermanfaat bagi pembaca yang budiman dan khususnya pembaca.

Palu ,24 November 2019


DAFTAR ISI

Halaman Judul....................................................................................................................i

Kata Pengantar..................................................................................................................ii

Daftar Isi ...........................................................................................................................iii

BAB1.

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................1

C. Tujuan Masalah....................................................................................2

BAB II. PEMBAHASAN.......................................................................................3

A. PENGERTIAN,ILMU AKHLAK……………………………….…………6

B. KEUTAMAAAN AKHLAK……………………..……………………….7

C.PENDIDIKAN AKHLAK ……………………………..……...................9

D. KARAKTERISTIK AKHLAK ISLAM…..........................................9

BAB III. HASIL PENELITIAN…………………………………………………….10

BAB III PENUTUP.........................................................................................11

A KESIMPULAN.............................................................................11

B SARAN.........................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Akhlak mempunyai posisi yang penting dalam Islam, karena kesempurnaan

Islam seseorang sangat tergantung kepada kebaikan dan kemuliyaan akhlaknya.

Manusia yang dikehendaki Islam adalah manusia yang memiliki akhlak yang mulia,

manusia yang memiliki akhlak mulialah yang akan mendapatkan kebaikan di dunia

dan akhirat. Jadi pembinaan akhlak sangat penting diimplementasikan dalam

kehidupan sehari-hari (Azmi, 2004: 54).

Islam menginginkan suatu masyarakat yang berakhlak mulia. Akhlak yang

mulia sangat ditekankan, karena di samping akan membawa kebahagiaan bagi

individu, juga sekaligus membawa kebahagiaan bagi masyarakat pada umumnya.

Dalam artian bahwa akhlak utama yang ditampilkan seseorang, tujuanya untuk

mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Fakta sosial membuktikan, orang

yang berakhlak mulia akan disukai masyarakat, kesulitan dan penderitaannya akan

disukai masyarakat untuk dibantu dipecahkan, walau mereka tidak mengharapkannya

(Azmi, 2006: 60).

Akhlak sebagai pondasi manusia untuk menjalankan kehidupan, kita sering

mendengar berita-berita tentang kerusakan moral, mulai dari kalangan pelajar sampai

orang tua. Di lingkungan pelajar dan mahasiswa


misalnya, sering kita dengar tawuran antar pelajar, siswa-siswi yang tidak berakhlak,

dan pergaulan bebas.

Usaha yang dilakukan oleh Pondok Alhairaat kota palu dalam membentuk Akhlak
dengan melakukan tugas proposal dengan ILMU, KEUTAMAAN, PENDIDIKAN
DAN KARAKTER DALAM AKHLAK
Berangkat dari latar belakang yang telah dikemukakan tersebut, maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian yang bertujuan untuk mencari tahu apakah memang ada

pengaruh terhadap akhlak dan bagaimana mekanisme akhlak yang dilakukan siswa

siswi di Pondok Alhairaat kota palu. Berdasarkan latar belakang itulah penulis

mengadakan penelitian tentang: ILMU, KEUTAMAAN, PENDIDIKAN DAN

KARAKTER DALAM AKHLAK.


BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN, DASAR, DAN TUJUAN ILMU AKHLAK

1. PENERTIAN ILMU AKHLAK

Ilmu akhlak adalah ilmu yang membahas seputar akhlak baik dan buruk serta

sifat terpuji dan tercela, berikut sifat-sifat yang harus diperkuat atau

dihilangkan.Ilmu akhlak berbicara tentang sifat-sifat, semisal kedermawanan atau

kekikiran, keberanian atau kepengecutan, yang muncul dan hilang berdasarkan

ikhtiar kita atau yang dapat dikendalikan manusia. Secara lebih singkat lagi ilmu

akhlak didefinisikan sebagai pengenalan terhadap kemuliaan akhlak dan

ketercelaannya.

Ilmu Akhlak menuntun manusia untuk berbuat baik dan bagaimana

melakukannya, selain itu juga agar manusia dapat menghindari sifat-sifat

buruk.Dapat diketahui di sini bahwa sasaran atau objek pembahasan ilmu akhlak

adalah menilai baik dan buruk, benar dan salah, pantas dan tidak pantas, serta

mana yang harus dan mana yang tidak boleh dari segala sifat atau tindakan

manusia yang dilakukan dalam keadaan sadar.

Dengan demikian, Ilmu Akhlak memuat dua pesan penting bagi manusia guna

mencapai kebahagian lahir dan batin.Ilmu Akhlak adalah ilmu yang menentukan

batas antara baik dan buruk, antara yang terpuji dan yang tercela, tentang

perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin.


Ilmu Akhlak adalah ilmu pengetahuan yang memberikan pengertian baik dan

buruk, ilmu yang mengajarkan manusia dan menyatakan tujuan mereka yang

terakhir dari seluruh usaha dan pekerjaan mereka.

2. Dasar-dasar Ilmu Akhlak

Menolong orang lain, suka memberi, adil, dermawan, mengapa beberapa

perbauatan tersebut dinilai sebagai kebaikan? Dan mengapa juga kebohongaan,

kezaliman, kekerasan dinilai sebagai keburukan?Untuk menjawab pertanyaan

yang muncul tersebut harus dijawab dengan argumen yang kuat dan mempunyai

dasar.

Perbuatan-perbuatan yang mempunyai nilai baik dan buruk, mempunyai dasar-

dasar yang jelas.Pada pembahasan sebelumnya sudah disebutkan bahwa ada ilmu

yang membahas dan meberikan klarifikasi pada persoalan baik dan buruk, itulah

Ilmu Akhlak.Tentunya ilmu tersebut mempunyai dasar. Adapun dasar-dasar Ilmu

Akhlak adalah sebagai berikut:

a. Al-Qur’an

Al-Qur’an sebagai dasar (rujukan) Ilmu Akhlak yang pertama, hal ini dinilai

karena keontetikannya yang lebih tinggi, dibandingkan dengan dasar-dasar yang

lain. Mengingat al-Qur’an merupakan firman Tuhan, sehingga tidak ada keraguan

baginya untuk dijadikan sebagai dasar atau asas.Walau nantinya ada beberapa

perangkat yang diperlukan untuk mendukungnya. Dan tidak akan dibahas di sini,

karena ada ilmu khsusus yang membahasnya.


Nilai-nilai yang ditawarkan oleh al-Qur’an sendiri sifatnya

komprehensif.Perbuatan baik dan buruk sudah dijelaskan di dalamnya.Hanya saja,

ada yang perlu diperhatikan.Mengingat ada banyak ayat-ayat al-Qur’an yang

membutuhkan penafsiran. Sehingga untuk mememudahkan, orang-orang akan

merujuk kepada al-Hadits ( sebagai Asbabun Nuzul suatu ayat) dan al-

Aqlu (penalaran akal). Sejauh manakah campur tangan kedua dasar tersebut pada

persoalan Ilmu Akhlak. Pastinya al-Hadits dan al-Aqlu tidak akan merubah pesan

yang ingin disimpaikan oleh al-Qur’an.

b. Al-Hadits

Asbabul Wurud suatu hadits berbeda-beda.Ada hadits yang dikeluarkan oleh

Nabi karena seorang sahabat bertanya kepadanya, karena Nabi menegur seorang

sahabat, karena peringatan dan penjelasan Nabi terhadap al-Qur’an.

Dalam riwayat Aisyah pernah ditanya oleh seseorang tentang akhlak

Nabi.Aisyah menjawab akhlak Nabi adalah al-Qur’an.Dengan demikian, Nabi

merupakan interpretasi yang hidup terhadap al-Qur’an.Karena segala ucapan

(Qauliyah), perbuatan (Fi’liyah), dan penetapan (Taqririyah) merupakan sebuah

wahyu dari Allah, dan apa-apa yang datang dari Nabi senantiasa terjaga. Dapat

disimpulkan bahwa al-Qur’an dan al-Hadits berasal dari sumber yang sama, yaitu

Allah SWT.

Di dalam al-Qur’an terlah dijelaskan bahwa Nabi itu peribadi yang

agung.Karena memang pada dirinya terdapat sebuah suri tauladan yang baik.

Keistimewaan tersebut, tidak hanya diakui oleh umat Islam saja, akan tetapi non-

muslimpun mengakui hal tersebut. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh
Machael H. Hart tentang 100 tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah, dia

menyatakan bahwa Nabi Muhammad menduduki posisi pertama. Jelaslah bahwa

tidak ada kecacatan dalam peribadi Nabi, karena memang tugas diutusnya beliau

adalah untuk menyempurnakan akhlak.

c. Al-Aqlu (Akal)

Salah satu angerah Tuhan kepada manusia yang menjadi esensi dari dirinya

adalah akal.Dengannya manusia dapat berfikir secara rasional, membedakan

antara yang hak dengan yang bathil.

Jika manusia dimuliakan oleh Allah karena mempergunakan akalnya dengan

baik, maka Allah akan memberikan ganjaran atas perebuatan baik yang telah

dilakukan. Kedudukan manusia di mata Allah akan melebihi Malaikat apabilah

mereka dapat menggunakan potensi yang telah diberikan dengan baik. Dan begitu

pun sebaliknya, orang yang tidak menggunakan potensinya dengan baik, maka

derajatnya lebih rendah dibandingkan dengan binatang.

Mereka yang dapat selamat dari kesesatan adalah orang-orang yang senantiasa

mempergunakan akalnya dengan baik. Kita lihat orang-orang yang tercerahkan

sebelum datangnya al-Qur’an, apa yang mereka jadikan dasar, tidak lain adalah

akal mereka. Apakah Phytagoras, Anaximenes, Aristoteles, Plato, Socrates,

Plotinus, dan beberapa filsuf lainnya berpegang teguh dan senantiasa

mengamalkan al-Qur’an, tentu tidak, Islam saja belum ada di zaman mereka. Tapi

mereka terkenal sebagai orang-orang yang bijak.

3. Tujuan Ilmu Akhlak


Setelah mengetahui defenisi dan dasar Ilmu Akhlak, maka akan dibahas tujuan

dari pada Ilmu Akhlak ini sendiri, guna memberikan kejelasan lanjutan. Dalam hal

ini, ada dua tujuan utama Ilmu Akhlak, yaitu:

a. Tujuan IIlmu Akhlak adalah untuk menyempurnakan prilaku manusia dengan

menyodorkan kebaikan.

Dalam pembahasan Ilmu Akhlak dipaparkan tentang hal-hal yang baik dan

buruk, guna memahamkan kita dalam bertingkah laku agar tidak salah mengambil

langkah yang akan merugikan diri sendiri, maupun orang lain dalam lingkungan

bermasyarakat.

Pada dasarnya ada dua persoalan yang dibicarakan, yaitu pemaparan tentang

kebaikan dan keburukan.Namun terdapat perbedaan, mepelajari kebaikan untuk

mengerjakannya namun mempelajari keburukan untuk meninggalkannya, serta

memberikan kecenderungan untuk berperilaku baik.

b. Tujuan Ilmu Akhlak adalah untuk mencapai tujuan hidup yang ideal.

Setelah kita memahami tentang apa saja yang baik dan yang buruk, maka

secara naluri kita akan berusaha untuk meninggalkan keburukan dan berusaha

menuju kepada kebaikan. Karena apa yang ditawarkan oleh Ilmu Akhlak adalah

sebuah peta perjalanan dalam menjalani kehidupan sehari-hari kita.

Mungkin ada sebuah jalan yang bisa ditempuh dan mengantarkan kita kepada

tujuan akhir kita, yaitu untuk mencapai kebahagian.[14] Namun tidak ideal untuk

dijadikan sebagai petunjuk dan pedoman. Dengan adanya Ilmu Akhlak maka
jalan yang seharusnya ditempuh dengan begitu rumit dan menjelemet, akan terasa

nyaman dan penuh dengan kedamaian, karena konsep ideal dari Ilmu Akhlak.

[1] Mujtaba Mishbah. Daur Ulang Jiwa. (Jakarta, Al-Huda: Cet.1, 2008). Hal.20

[2] M. T. Misbah Yazdi, Meniru Tuhan. (Jakarta, Al-Huda: Cet. 1, 2006). Hal. 5

[3] Mujtaba Misbah. Op.Cit. Hal.21

[4]Zahruddin AR dan Hasanuddin Sinaga. Pengantar Studi Akhlak. (Jakarta, PT

RajaGrafindo Persada: Cet.1, 2004), Hal. 41-42

[5]Athoullah Ahmad. Antara Ilmu Akhlak Dan Tasawuf. (Banten, Sengpho:

Cet.1, 2005). Hal.32

[6]HR. Ahmad dan Muslim

[7]QS. An-Najm: 3-4

[8]QS. As-Syu’ara: 137

[9]QS. Al-Ahzab: 21

[10]Machael H. Hart. Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh Dalam

Sejarah.chm. Pustaka Online Media ISNET: mediaisnet.org

[11]HR. Ahmad

[12]QS. Al-‘Araf:179

[13] M.T. Misbah Yazdi. Op.Cit. Hal. 6

[14]Athoullah Ahmad. Op.Cit. Hal.63


B. KEUTAMAAAN AKHLAK

Keutamaan Akhlaq Mulia Oleh webadmin - 4494 0 Abu Umar Al Bankawy

Di dalam hadits yang diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,

Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam bersabda: (‫صا ِل َح‬


َ :ٍ‫(و فِي ِر َوايَة‬ ِ ‫إِنَّ َما بُ ِعثْتُ ِألُت َِم َم َمك‬
َ ‫َار َم‬

‫“ اْألَََ ْخ ََل ْق‬Hanya saja aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia

(dalam riwayat yang lain: menyempurnakan kebagusan akhlaq(.” (HR. Al Bukhari

dalam Adabul Mufrad, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Ash

Shahihah no. 45) Syariat sebelum Islam telah menyeru manusia untuk memiliki

akhlaq mulia. Kemudian diutuslah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan

membawa kesempurnaan akhlaq. Akhlaq yang mulia memiliki banyak keutamaan,

di antaranya: 1. Orang yang memiliki akhlaq yang bagus adalah sebaik-baiknya

manusia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‫اسنُ ُك ْم أ َ ْخَلَقا‬


ِ ‫ار ُك ْم أ َ َح‬
ِ َ‫إِ َّن ِم ْن ِخي‬

“Sesungguhnya sebaik-baik kalian adalah yang paling bagus akhlaqnya”.

ِ ُ‫“ اَ ْل ِب ُّر ُح ْسنُ ال ُخل‬Kebaikan adalah


(Muttafaqun ‘alaihi(. Beliau juga bersabda, ‫ق‬

bagusnya akhlaq”. (HR. Muslim(. 2. Orang yang memiliki akhlaq yang mulia

menjadi orang yang paling dicintai oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‫سنُ ُك ْم أ َ ْخَلَقا‬


َ ْ‫ي أَح‬
َّ َ‫ِإ َّن ِم ْن أ َ َح ِب ُك ْم اِل‬

“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai di antara kalian adalah yang paling

bagus akhlaqnya”. (HR. Al-Bukhari(. 3. Akhlaq yang mulia merupakan tanda

kesempurnaan iman. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: َ‫أ َ ْك َم ُل ْال ُمؤْ ِمنِيْن‬

َ ِ‫ار ُك ْم ِلن‬
‫سا ِئ ِه ْم‬ ُ َ‫ َو ِخي‬، ‫ أَحْ َسنُ ُه ْم ُخلُقا‬، ‫“ إِ ْي َمانا‬Yang paling sempurna keimanan seseorang
ُ َ‫ار ُك ْم ِخي‬

mu’min adalah yang paling bagus akhlaqnya dan sebaik-baik kalian adalah yang

paling baik terhadap istri-istrinya”. (HR. At-Tirmidzi dan beliau berkata hasan
shahih(. 4. Akhlaq mulia merupakan bagian penting dalam agama Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‫ َو ِإ َّن ُخلُقَ اْ ِإل ْسَلَ ِم ْال َح َيا ُء‬، ‫ِإ َّن ِل ُك ِل ِدي ٍْن ُخلُقا‬

“Sesungguhnya bagi setiap dien memiliki akhlaq, dan akhlaq Islam adalah malu.”

(HR. Ibnu Majah, hasan). 5. Akhlaq yang mulia akan mengantarkan ke derajat

orang yang senantiasa mengerjakan puasa dan shalat malam. Dari ‘Aisyah

radiyallahu ‘anha, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam

bersabda: ‫صائِ ِم ْالقَائِ ِم‬


َّ ‫“ إِ َّن ْال ُمؤْ ِمنَ لَيُد ِْركُ بِ ُحس ِْن ُخلُ ِق ِه دَ َر َجةَ ال‬Sesungguhnya dengan akhlaq

mulia seorang mukmin akan sampai ke derajat orang yang mengerjakan puasa dan

shalat malam.”’ (HR. Abu Daud dan Ibnu Hibban, dishahihkan oleh Syaikh Al

Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib 2643) 6. Akhlaq mulia berat

timbangannya di akhirat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah menjelaskan

betapa beratnya nilai timbangan akhlaq mulia di akhirat kelak jika dibandingkan

ِ َ‫ض ُع ِفي ْال ِميز‬


dengan seluruh amalan. Beliau bersabda: ‫ان أَثْقَ ُل ِم ْن ُحس ِْن‬ َ ‫َما ِم ْن َش ْيءٍ يُو‬

ِ‫صَلَة‬
َّ ‫ص ْو ِم َوال‬
َّ ‫ب ال‬
ِ ‫اح‬
ِ ‫ص‬ ِ ُ‫ب ُحس ِْن ْال ُخل‬
َ َ‫ق لَ َي ْبلُ ُغ ِب ِه دَ َر َجة‬ َ ‫اح‬
ِ ‫ص‬ ِ ُ‫“ ْال ُخل‬Tidak ada sesuatu pun
َ ‫ق َو ِإ َّن‬

yang lebih berat timbangannya dari akhlaq mulia ketika diletakkan di atas mizan

(timbangan amal) dan sungguh pemilik akhlaq mulia akan mencapai derajat orang

yang mengerjakan puasa dan shalat.” (HR. Abu Dawud dan At Tirmidzi,

dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam As Silsilah Ash Shahihah No.

876( 7. Orang yang memiliki akhlaq yang mulia mendapatkan jaminan surga

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: َ‫ْض ْال َجنَّ ِة ِل َم ْن ت ََرك‬ ٍ ‫أَنَا زَ ِع ْي ُم بَ ْي‬
ِ ‫ت فِ ْي َرب‬

‫ت فِي أَ ْعلَى ْال َجنَّ ِة‬ َ ‫ْط ْال َجنَّ ِة ِل َم ْن ت ََركَ ْال َكذ‬
ِ ‫ِب َو ِإ ْن َكانَ َم‬
ٍ ‫ َو َب ْي‬، ‫ازحا‬ ٍ ‫ َو َب ْي‬، ‫ْال ِم َرا َء َو ِإ ْن َكانَ ُم ِحقًّا‬
ِ ‫ت ِفي َوس‬

ُ‫“ ِل َم ْن َحسُنَ ُخلُقَه‬Aku penjamin suatu rumah di surga yang paling bawah bagi orang

yang meninggalkan perdebatan walaupun dia benar. Dan aku penjamin suatu
rumah di surga bagian tengah bagi orang yang meninggalkan berdusta walaupun

bercanda. Dan aku penjamin sebuah rumah di surga yang paling tinggi bagi orang

yang bagus akhlaqnya”. (HR. Abu Dawud dan dihasankan oleh Al-Albani.)

C. PENDIDIKAN AKHLAK

Sebelum membahas tentang pengertian pendidikan akhlak terlebih dahulu

akan dijelaskan mengenai pengertian pendidikan. a. Menurut Soegarda

Poerbakawatja dalam ensiklopedi pendidikan: Pendidikan dalam arti yang luas

meliputi semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan

pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya serta ketrampilannya (orang

menamakan ini juga “mengalihkan” kebudayaan( kepada generasi muda sebagai

usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah

maupun rohaniah” b. Menurut Ahmad D. Marimba: “Pendidikan adalah

bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan

jasmani dan rohani siterdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Dari

beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut di atas, maka dapat

diambil kesimpulan bahwa pendidikan adalah usaha secara sadar untuk

mengarahkan dan membimbing anak dalam mengembangkan potensi yang ada

dalam dirinya baik jasmani maupun rohani sehingga mencapai kedewasaan yang

akan menimbulkan perilaku utama dan kepribadian yang baik. Adapun pengertian

akhlak dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata akhlak diartikan sebagai budi

pekerti atau kelakuan. Kata akhlak walaupun diambil dari bahasa Arab (yang

biasa diartikan tabiat, perangai, kebiasaan,) namun kata seperti itu tidak

diketemukan dalam Al-Qur'an, yang ditemukan hanyalah bentuk tunggal kata


tersebut yaitu khuluq yang tercantum dalam Al-Qur'an surat Al-Qalam ayat 4

sebagai konsideran pengangkatan Nabi Muhammad Saw sebagai Rasul. Artinya:

Sesungguhnya engkau (Muhammad) berbudi pekerti yang agung. (QS. Al-Qalam

: 4)

a. Tujuan pendidikan akhlak

tujuan utama dari pendidikan Islam ialah pembentukan akhlak dan budi

pekerti yang sanggup menghasilkan orang-orang yang bermoral bukan hanya

sekedar memenuhi otak murid-murid dengan ilmu pengetahuan tetapi tujuannya

ialah mendidik akhlak dengan memperhatikan segi-segi kesehatan, pendidikan

fisik dan mental, perasaan dan praktek serta mempersiapkan anak-anak menjadi

anggota masyarakat. Adapun tujuan pendidikan akhlak secara umum yang

dikemukakan oleh para pakar pendidikan Islam adalah sebagai berikut: a. Tujuan

pendidikan akhlak menurut Omar Muhammad Al Thoumy Al- Syaibani “Tujuan

tertinggi agama dan akhlak ialah menciptakan kebahagiaan dua kampung (dunia

dan akherat), kesempurnaan jiwa bagi individu, dan menciptakan kebahagiaan,

kemajuan, kekuatan dan keteguhan bagi masyarakat. Pada dasarnya apa yang akan

dicapai dalam pendidikan akhlak tidak berbeda dengan tujuan pendidikan Islam

itu sendiri. b. Tujuan pendidikan akhlak menurut M. Athiyah al Abrasyi “Tujuan

pendidikan budi pekerti adalah membentuk manusia yang berakhlak (baik laki-

laki maupun wanita) agar mempunyai kehendak yang kuat, perbuatan-perbuatan

yang baik, meresapkan fadhilah (kedalam jiwanya) dengan meresapkan cinta

kepada fadhilah (kedalam jiwanya) dengan perasaan cinta kepada fadhilah dan
menjauhi kekejian (dengan keyakinan bahwa perbuatan itu benar-benar keji). c.

Tujuan pendidikan akhlak menurut Mahmud Yunus “Tujuan pendidikan akhlak

adalah membentuk putra-putri yang berakhlak mulia, berbudi luhur, bercita-cita

tinggi, berkemauan keras, beradab, sopan santun, baik tingkah lakunya, manis

tutur bahasanya, jujur dalam segala perbuatannya, suci murni hatinya. Tujuan di

atas selaras dengan tujuan pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-

undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20/Th. 2003, bab II, Pasal 3 dinyatakan

bahwa: “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdasakan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Undang-undang

No. 20 Tahun 2003 tersebut mengisyaratkan bahwa fungsi dan tujuan pendidikan

adalah sebagai usaha mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu

pendidikan dan martabat manusia baik secara jasmaniah maupun rohaniah.

D. KARAKTERISTIK AKHLAK ISLAM

Kriteria-kriteria yang telah ditetapkan oleh al-Qur’an dan sunnah,

mengandung muatan universalistik dan partikularistik. Muatan universalistik

merupakan “ Common platform “ ( titik persamaan ( nilai-nilai moral lain yang

ada didunia, sedangkan muatan partikularistik menunujukkan ciri khas dan

karakter akhlak islam


Yang berbeda dengan yang lainya. Ciri khas dan karakteristik akhlak islam itu

meliputi :

a. Akhlak Rabbaniyah

Akhlak Rabbaniyyah memiliki pengertian bahwasanya wahyu Illahi

merupakan “ referencesource “ ( sumber rujukan ( ajaran akhlak. Hal ini tidak

berarti mengandung kontradiksi dengan pendapat akal sehat, karena kebaikan

yang diajarkan oleh wahyu adalah kebaikan menurut akal dan yang diajarkan

sebagai keburukan menurut wahyu adalah keburukan menurut akal.

b. Akhlak Insaniyah

Akhlak Insaniyyah mengandung pengertian bahwa tuntunan fitrah dan eksistensi

manusia sebagai makhluk yang bermartabat, sesuai dan ditetapkan oleh ajaran

akhlak. Kecenderungan manusia kepada hal-hal yang positif dan ketetapan akal

tentang kebaikan, secara langsung akan terpenuhi da bertemu dengan kebaikan

ajaran akhlak. Orientasi akhlak insaniyah ini, tidak terbatas pada perikemanusiaan

yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan secara umum, tetapi juga mencakup

kepada perikemakhlukan, dalam pengertian menanamkan rasa cinta terhadap

semua makhluk Allah.

c. Akhlak Jam’iyah

Akhlak Jam’iyah mempunyai arti bahwa kebaikan yang terkandung di dalammya

sesuai dengan kemanusiaan yang universal, kebaikanya untuk seluruh umat

manusia di segala zaman dan di semua tempat, mencakup semua aspek kehidupan

baik yang berdimensi vertikal maupun yang berdimensi horizontal.

d. Akhlak Wasithiyah
Akhlak wasithiyah berarti bahwasanya ajaran akhlak itu menitikberatkan

keseimbangan antara rohani dan jasmani, keseimbangan antara dunia dan akhirat,

dan seterusnya. Allah SWT. dalam firman-Nya mengilustrasikan tentang dua

kelompok manusia yang memiliki sifat saling berlawanan. Kelompok pertama

hanya meprioritaskan kehidupan dunianya, dengan sekuat tenaga berusaha

memenuhi tuntutan-tuntutan hedonistiknya dan membunuh kesdaranya akan

kehidupan akhirat. Sedangkan kelompok kedua berusaha menyeimbangkan

kepentingan hidupnya di dunia dan di akhirat serta merasa takut akan siksa

neraka. Kelompok prtama akan mendapatkakeduniawinya, namun di akhirat tidak

akan mendapatkan apa-apa, sedangkan kelompok yang kedua benar-benar akan

mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

e. Akhlak Waqi’iyah

Akhlak waqi’iyah mengandung pengertian bahwasanya ajaran akhlak

memperhatikan kenyataan ( realitas ) hidup manusia didasari oleh suat kenyataan,

bahwasanya manusia itu disamping memiliki kualitas-kualitas unggul, juga

memiliki sejumlah kelemahan. Firman Allah berikut memperjelas kondisi objektif

manusia paling mendasar : “ Dan jiwa serta penyempurnaanya

( ciptaannya ),maka Allah mengilhamkan.

HUBUNGAN AKHLAK DENGAN ILMU LAINYA

a. Hubungan Akhlak dengan ilmu tasawuf

Sebagaimana diketahui bahwa dalam tasawuf masalah ibadah amat menonjol,

karena bertasawuf itu pada hakekatnya melakukan serangkaian perintah Allah dan

juga melakukan serangkaian ibadah, seperti shalat, zikir dan lain sebagainya, yang
semuanya itu dilakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Ibadah

yang dilakukan dalam rangka bertasawuf itu ternyata erat hubungannya dengan

akhlak. Dalm hubungan ini harun Nasution lebih lanjut mengatakan, bahwa

ibadah dalam islam erat sekali hubungannya dengan pendidikan akhlak. Ibadah

dalam alqur’andikaitka dengan taqwa, dan takwa berarti melaksanakan perintah

tuhan dan menjauhi larangan-nya, yaitu orang yang berbuat baik. Inilah yang

dimaksud dengan ajaran amar ma’rufnahi mungkar, mengajak orang pada

kebaikan dan mencegah orang dari hal-hal yang tidak baik. Tegasnya orang yang

bertakwa adalah orang yang berakhlak mulia. Harun Nasution lebih lanjut

mengatakan, kaum sufilah, terutama yang pelaksanaan ibadahnya membawa

kepada pembinaan akhlak mulia dalam diri mereka. Hal itu, dalam istilah sufi

disebut dengan al-takhalluqbiakhlaqillah, yaitu berbudi pekerti dengan budi

pekerti Allah, atau al-attishafbishifatillah, yaitu mensifati diri dengan sifat-sifat

yang dimiliki Allah.

b. Hubungan Akhlak dengan Ilmu Tauhid

Hubungan akhlak dengan ilmu tauhid ini sekurang-kurangnya dapat dilihat

melalui dua analisis sebagai berikut : pertama, dilihat dari segi objek

pembahasanya, ilmu tauhid membahas masalah Tuhan baik dari segi objek zat,

sifat, dan perbuatan-Nya. Kepercayaan yang mantap kepada tuhan yang demikian

itu, akan menjadi landasan untuk mengarahkan amal perbuatan yang dilakukan

manusia, sehingga perbuatan yang dilakukan manusia itu akan tertuju semata-

mata karena ALLAH SWT. Dengan demikian, ilmu tauhid akan mengarahkan

perbuatan manusia menjadi ikhlas, dan keikhlasan itu merupakan salah satu
akhlak yang mulia. Kedua, dilihat dari segi fungsinya, ilmu tauhid agar

menghendaki seseorang yang bertauhid tidak hanya cukup menghafal rukun-

rukun yang enam hanya dengan dalil-dalinya saja, tetapi yang terpenting adalah

agar orang yang bertauhid itu meniru dan mencontoh terhadap subyek yang

terdapat dalam rukun iman itu. Jika kita percaya bahwa Allah memiliki sifat-sifat

yang mulia, maka sebaiknya manusia yang bertauhid meniru sifat-sifat tuhan itu.

Allah SWT. misalnya bersifat al-rahman dan al-rahim, ( maha pengasih dan maha

penyayang ), maka sebaiknya manusia meniru sifat tersebut dengan

mengembangkan sikap kasih sayang di muka bumi. Dari uraian ini dapat dilihat

dengan jelas adanya hubungan yang erat anatra keimanan yang dibahas dalam

ilmu tauhid dengan perbuatan baik yang dibahas dalam ilmu akhlak. Ilmu tauhid

tampil dalam landasan ilmu akhlak, dan ilmu akhlak tampil dalam memberikan

penjabaran dan pengamalan dari tauhid. Tauhid tanpa akhlak mulia tidak ada

artinya, dan akhlak yang mulia tanpa tauhid tidak akan kokoh. Selain itu tauhid

memberikan arah terhadap akhlak, dam akhlak memberi isi terhadap arahan

tersebut. Disinilah letaknya hubung yang erat dan dekat antara tauhid dan akhlak.

c. Hubungan akhlak dengan ilmu jiwa

Dilihat dari segi bidang garapanya, ilmu jiwa membahas tentang gejala-

gejal kejiwaan yang tampak dalam tingkah laku. Melalui ilmu jiwa dapat

diketahui sifat-sifat psikologis yang dimiliki seseorang. Jiwa yang bersih dari dosa

dan maksiat serta dejat dengan tuha misalnya, akan melahirkan perbuatan dan

sikap yang baik pula, sebaliknya jiwa yang kotor, banyak berbuat kesalahn dan

jauh dari tuhan akan melahirkan perbuatan yang jahat, sesat, dan menyesatkan
orang lain. Dari uraian tersebut menggambarkan adanya hubungan yang erat

antara potensi psikologis manusia dengan ilmu akhlak. Dengan kata lain melalui

bantuan informasi yang diberikan ilmu jiwa, atau potensi kejiwaan yang diberikan

al-qur’an, maka secara teoritis ilmu akhlak dapat digunakan sebagai alat atau

sarana untuk mengembangkan akhlak pada diri seseorang.

d. Hubungan akhlak dengan ilmu pendidikan

Ilmu pendidikan ilmu yang berbicara mengenai berbagai aspek yang ada

hubunganya dengan tercapainya tujuan pendidikan. Dalam ilmu ini anatara lain

dibahas tentang rumusan tujuan pedidikan, materi pelajaran ( kurikulum ), guru,

metode, sarana,dan prasarana, lingkungan, bimbingan, proses belajar-mengajar

dan lain sebagainya. Semua aspek pendidikan tersebut ditujuka pada tercapainya

tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan ini dalam pandangan islam banyak

brhubungan dengan kualitas manusia yang berakhlak.


BAB III
HASIL

A. Hasil Penelitian

Anda mungkin juga menyukai