4192 3632 1 PB PDF
4192 3632 1 PB PDF
Kata kunci: nanopartikel insulin; sambungsilang; insulin oral; gom xantan; gom akasia
ABSTRACT
The insulin nanoparticles has been developed as an alternative to oral insulin delivery. Nanoparticle
drug delivery system could be prepared by a cross-linked polymer, which was composed of xanthan
gum and acacia gum, and cross-linked by sodium trimetaphosphate. The aim of the present study
was to produce insulin nanoparticles using the cross-linked polymer of xanthan gum and acacia
gum for oral delivery. In this study, insulin nanoparticles was prepared by mixing xanthan gum and
acacia gum colloid with the ratio 1:1 and using sodium trimetaphosphate as a cross-linking agent
in bases condition. Afterwards, insulin solution in HCl was added into the colloid, and then dried
to produce the insulin nanoparticles. Insulin nanoparticle powders were characterized in terms of
degree of substitution (DS), entrapment efficiency, Dv90, swelling ability, in vitro release study, and
stability test. The results showed that the substitution degree of the insulin nanoparticles was 0.08
– 0.10 and the entrapment efficiency was 26.11% - 48.73%. Moreover, the insulin nanoparticles
had Dv90 value 547 nm - 726 nm and swelling index of 1.1 - 2.9 in HCl pH 1.2 and 2.5 - 3.4 in
phosphate buffer pH 6.8, respectively. According to the dissolution study, the insulin nanoparticles
provided the insulin release of 78.42% - 85.67% within 3 hours. Furthermore, stability testing
showed insulin content after 9 weeks incubation at 4oC was 74.46% - 85.09%. Therefore, this work
demonstrated that a cross-linked polymer of xanthan gum and acasia gum nanoparticle could be
potential for could be potential for oral insulin delivery system.
*Corresponding author
Email : silvia@farmasi.ui.ac.id Keywords: insulin nanoparticles; crosslinked; oral insulin; xanthan gom; gom acacia
ISSN 2407-2354
160 Pharm Sci Res, Vol 5 No 3, 2018 Rachmawati, et al.
ISSN 2407-2354
Formulasi dan Karakterisasi Nanopartikel Pharm Sci Res, Vol 5 No 3, 2018 161
dan gom akasia menggunakan gom xantan dan gom Fourier Transformation Infra Red (FTIR) pada bilangan
akasia dengan konsentrasi masing-masing 0,1%, 0,2% gelombang 400 sampai 4000 cm-1.
dan 0,3% (b/v) didispersikan dalam aquadest dengan
sambil diaduk menggunakan pengaduk magnetik Derajat Substitusi
1200 rpm. Buat larutan natrium trimetafosfat (STMP) Derajat substitusi fosfat dari natrium trimetafosfat
dalam aquadest untuk mendapatkan konsentrasi ± sebagai agen sambungsilang ditetapkan dengan metode
112,5 mg/ml (Tao et al., 2016). Perbandingan natrium kolorimetri (Marthur, 2003). Pereaksi yang akan
trimetafosfat : konsentrasi gom xantan an gom akasia digunakan merupakan pereaksi campuran dari pereaksi
1,2:1 (w/w). Larutan natrium trimetafosfat ditambahkan A dan pereaksi B dengan perbandingan 1:6. Pereaksi A
ke dalam dispersi dengan pengadukan terus menerus merupakan larutan asam askorbat 10% dalam aquadest.
menggunakan pengaduk magnetik dengan kecepatan Pereaksi B merupakan larutan ammonium molibdat
1200 rpm. Teteskan larutan NaOH 10 N sedikit demi tetrahidrat 0,42% dalam H2SO4 1N. Derajat substitusi
sedikit ke dalam massa untuk menjaga pH selama reaksi ditentukan dengan menggunakan rumus berikut, di
pada pH 11 – 12. Reaksi dilanjutkan selama 1 - 4 jam mana P merupakan % fosfor (%P) dari xantan gum yang
(dihentikan ketika sudah tidak terjadi penurunan pH), terfosforilasi. Angka 162 merupakan berat molekul dari
kemudian suspensi dinetralkan (pH 6) dengan larutan satu unit glukosa, angka 3100 merupakan berat molekul
HCl 7 N (Wati, 2017). Insulin sejumlah 3 mg dilarutkan fosfor (P) dikalikan 100. Angka 102 merupakan berat
dalam 5 tetes HCl 0,1 N lalu tambahkan 5 ml aquadest. molekul fosfat yang tertaut dihitung sebagai gugus –
Larutan insulin ini kemudian dimasukkan kedalam PO3Na.
koloid matriks sambungsilang, lalu diaduk menggunakan
pengaduk magnetik 1200 rpm selama 15 menit. Koloid
dikeringkan menggunakan metode kering beku (freeze
dried) pada suhu -110 oC dan tekanan 70 mmHg sampai Daya Mengembang di Media HCl pH 1,2 dan Dapar
kering. Formula nanopartikel insulin sambungsilang Fosfat pH 6,8
gom xantan dan gom akasia dapat dilihat pada Tabel 1. Sejumlah serbuk nanopartikel insulin tersambungsilang
gom xantan-gom akasia dikempa menjadi tablet (W1),
Karakterisasi Nanopartikel Insulin Sambungsilang kemudian dimasukkan kedalam gelas beaker berisi 20
Gom Xantan-Gom Akasia ml medium HCl pH 1,2 suhu 37⁰C. Tablet ditimbang
pada menit ke-15, 30, 45, 60, 90, 120, 180, 240, 360,
Ukuran Diameter Partikel dan 480 (W2). Prosedur yang sama dilakukan dengan
Ukuran diameter partikel diukur menggunakan medium dapar fosfat pH 6,8. Kemampuan mengembang
metode light scattering (pemendaran cahaya) dengan dihitung dengan rumus berikut:
menggunakan alat particle size analyzer (PSA) pada
suhu 25 °C. Pengukuran ukuran partikel mengunakan
serbuk nanopartikel insulin tersambungsilang gom
xantan-gom akasia didispersikan dalam dapar fosfat pH
6,8. Kemudian diambil ± 1 ml dan dimasukkan dalam Morfologi Permukaan
kuvet lalu diukur. Morfologi dapat dilihat dengan menggunakan
Transmission Electron Microscope (TEM). Tahapan
Analisa Gugus Fungsi pengerjaan TEM adalah dengan preparasi sampel
Dilakukan untuk mengetahui adanya perubahan gugus pada suhu ruang menggunakan pewarnaan 1% asam
fungsi akibat hasil reaksi sambungsilang gom xantan- fosfotungstat (pH 6,0). Setelah itu sampel diteteskan
gom akasia. Sejumlah serbuk digerus bersama kalium pada carbon coated cooper grid sebanyak satu tetes lalu
bromida (KBr). Setelah homogen letakan dalam wadah dikeringkan pada suhu ruang, setelah kering dianalisa
sampel. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan dengan TEM.
Tabel 1. Formula Nanopartikel Insulin Sambungsilang Gom Xantan dan Gom Akasia
ISSN 2407-2354
162 Pharm Sci Res, Vol 5 No 3, 2018 Rachmawati, et al.
Penjerapan Zat Aktif 2012). Gom akasia (Gom arab) merupakan kompleks
Timbang seksama serbuk nanopartikel insulin polisakarida yang bersifat hidrofilik yang berasal
tersambungsilang gom xantan-gom akasia, masukkan berasal dari batang dan ranting tanaman Akasia senegal
dalam labu ukur 10 ml. Tambahkan 5 tetes HCl 0,1 N dan (Desplanques et al., 2012; Rowe & Quinn, 2009). Koloid
cukupkan volumenya sampai 10,0 ml dengan dapar fosfat gum akasia memiliki viskositas dan daya mengembang
pH 6,8, lalu dianalisis dengan metode Kromatografi Cair yang lebih kecil dibanding gom xantan.
Kinerja Tinggi (KCKT). Insulin dianalisa menggunakan
2,0 ml larutan metil parahidroskibenzoat 10 ppm sebagai Kemampuan gom xantan dan gom akasia sebagai
baku dalam. Kolom C18 (panjang 150 mm x 4,6 mm) pembawa nanopartikel insulin oral dapat ditingkatkan
digunakan sebagai kolom dan fase gerak digunakan melalui modifikasi secara kimia yaitu reaksi
campuran asetonitril dengan 0,1 % larutan trifluoroasetat sambungsilang. Reaksi sambungsilang adalah proses
perbandingan 31:69, kecepatan alir fase gerak 1,5 ml/ penstabilan pada polimer secara kimiawi karena
menit serta volume inject 20 µl. Detektor yang digunkaan adanya perpanjangan multidimensi rantai polimer yang
merupakan detektor ultraviolet pada panjang gelombang membentuk struktur jaringan (Sarika et al., 2014 dan
280 nm (Surini et al., 2003). Kadar insulin dihitung Shah et al., 2016). Pada suasana basa gom xantan dan
dengan menggunakan persamaan regresi yang diperoleh gom akasia akan terionisasi sehingga dapat bereaksi
dari kurva kalibrasi. dengan natrium tripolifosfat membentuk campuran
mono dan fosfat diester. Campuran ini akan bereaksi
Uji Pelepasan In Vitro di Media Dapar Fosfat pH 6,8 dengan gugus hidroksil dari gom xantan dam gom akasia
Sejumlah serbuk nanopartikel insulin tersambungsilang sehingga terjadi reaksi sambung silang. Selama terjadi
gom xantan-gom akasia diinkubasi dalam 20 ml dapar reaksi sambung silang akan terjadi penurunan pH 0,2-
fosfat pH 6,8 dengan kecepatan pengadukan 50 rpm 0,5. Penurunan pH ini dikarenakan adanya hasil samping
selama 180 menit pada suhu 37o ± 1 oC. Sampel 1 ml reaksi yaitu berupa fosfat inorganik yang bersifat asam.
diambil setiap interval waktu yang ditentukan dan diganti Untuk itu pH perlu dijaga dengan penambahan beberapa
dengan medium fresh dalam jumlah yang sama. 1 ml tetes NaOH 10 N (Bejenariu et al., 2009). Reaksi
sampel kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 5,0 ml sambungsilang telah selesai jika sudah tidak terjadi
ditambahkan 2,0 ml larutan metil parahidroskibenzoat penurunan pH. Setelah tidak terjadi penurunan pH maka
10 ppm sebagai baku dalam Sampel kemudian dianalisa koloid dikeringkan dengan menggunakan freeze dryer.
menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Pemanfaatan gom xantan dalam pembuatan matriks
nanopartikel untuk penghantaran insulin oral dilakukan
Uji Stabilitas oleh penelitian sebelumnya (Reddy, et al., 2012) dengan
Uji stabilitas dilakukan pada 3 variasi suhu penyimpanan konsentrasi 0,05 – 0,20 % dengan cara pembuatan
yaitu 4 oC, 25 oC dan 40 oC. Pengujian dilakukan dengan kompleks polielektrolit antara kitosan (polianion) dengan
rentang waktu 0, 1, 2, 3, 6, 9 dan 12 minggu dengan natrium tripolifosfat (STP) sebagai polikation. Penelitian
parameter pengujian pengamatan fisik dan kadar insulin. lain yang dilakukan Coelho et al (2011) menggunakan
konsentrasi gom akasia : kitosan dengan perbandingan
HASIL DAN PEMBAHASAN 0,6 – 3. Pada penelitian ini gom xantan dan gom akasia
hanya sebagai bahan tambahan. Bahan pembawa utama
Pembuatan Nanopartikel Insulin Sambungsilang insulin adalah kitosan. Pada penelitian kali ini tidak
Gom Xantan-Gom Akasia menggunakan kitosan, polimer utama yang digunakan
Penggunaan gom xantan dan gom akasia didasarkan adalah gom xantan dan gom akasia.
pada sifatnya yang biodegradable karena merupakan
polimer alami (Guo et al, 2014), aman dan sudah luas Insulin dijerap didalam matriks pada tahap akhir, yaitu
digunakan untuk bahan tambahan rute oral (Ogaji & setelah reaksi sambungsilang selesai dan pH matriks
Audu, 2012). Gom xantan merupakan heteropolisakarida kembali diturunkan sampai pH 6. Penambahan insulin
yang memiliki berat molekul tinggi yang dihasilkan dari pada tahap akhir untuk mencegah terjadinya degradasi
fermentasi murni kultur aerobik dari karbohidrat dengan insulin. Insulin tidak ditambahkan saat reaksi sambung
bakteri Xanthomonas campestri (Guo et al., 2014; silang dikarenakan reaksi sambung silang membutuhkan
Rowe & Quinn, 2009). Gom xantan memiliki tingkat kondisi basa yaitu 10-11 sedangkan insulin akan rusak
pengembangan (sweeling) dan kekuatan gel yang baik, dalam suasana basa Penambahan beberapa tetes HCl 0,1
bersifat non toksik dan tidak mengiritasi (Bejenariu et N adalah untuk melarutkan insulin, karena insulin larut
al., 2009). Larutan gom xantan stabil pada pH luas yaitu dalam asam. Penambahan insulin kedalam matriks dalam
pada pH 3-12 dan stabil dengan adanya enzim, garam, bentuk larutan bukan dalam bentuk serbuk insulin adalah
asam dan basa (Rowe & Quinn, 2009). Gom xantan untuk meningkatkan homogenitas insulin dalam matriks
merupakan polimer yang memiliki efek hipoglikemik (Sweetman, 2009). Pengadukan insulin lebih dari 30
sehingga bekerja sinergis dengan insulin (Reddy et al., menit dapat membuat insulin terdegradasi (Reddy et al.,
2012).
ISSN 2407-2354
Formulasi dan Karakterisasi Nanopartikel Pharm Sci Res, Vol 5 No 3, 2018 163
ISSN 2407-2354
164 Pharm Sci Res, Vol 5 No 3, 2018 Rachmawati, et al.
Daya Mengembang
Daya mengembang formula 1,2 dan 3 pada media HCl
pH 1,2 maupun media dapar fosfat pH 6,8 lebih besar
dibanding dengan serbuk hasil gabungan fisik gom
akasia xantan-gom akasia (kontrol). Peningkatan daya
mengembang matriks sambungsilang berbanding lurus
dengan peningkatan konsentrasi gom xantan dan gom
akasia. Semakin tinggi konsentrasi gom xantan dan gom
akasia maka daya mengembang semakin tinggi. kontrol
maupun matriks sambungsilang mampu mengembang
selama 4 jam, namun pada kontrol sedikit mengalami
erosi pada proses pengembangannya. Reaksi sambung
silang membentuk matriks dengan struktur yang kuat
sehingga tidak terjadi erosi saat pengembangannya.
ISSN 2407-2354
Formulasi dan Karakterisasi Nanopartikel Pharm Sci Res, Vol 5 No 3, 2018 165
ISSN 2407-2354
166 Pharm Sci Res, Vol 5 No 3, 2018 Rachmawati, et al.
UCAPAN TERIMAKASIH
Tabel 2. Kadar Insulin Formula 1,2 dan 3 pada Penyimpanan Suhu 4 oC, 25 oC dan 40 oC selama 9 minggu
ISSN 2407-2354
Formulasi dan Karakterisasi Nanopartikel Pharm Sci Res, Vol 5 No 3, 2018 167
Avadi MR, Sadeghi AMM, Dounighi NM, Dinarvand Guo J, Ge L, Li X, Mu C, & Li D. (2014). Periodate
R, Atyabi F, & Tehrani MR. (2011). Ex vivo evaluation oxidation of xanthan gum and its crosslinking effects
of insulin nanoparticles using chitosan and arabic gum. on gelatin-based edible films. Food Hydrocolloids, 39,
ISRN Pharmaceutics. 243–250.
Bejenariu A, Popa M, Dulong V, Picton L, & Le Cerf D. Istiyani Khoirul. (2008). Mikroenkapsulasi insulin
(2009). Trisodium trimetaphosphate crosslinked xanthan untuk sediaan oral menggunakan metode emulsifikasi
networks: Synthesis, swelling, loading and releasing dengan penyalut natrium alginat dan kitosan. Fakultas
behaviour. Polymer Bulletin, 62(4), 525–538. Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam program
magister farmasi depok. Universitas Indonesia.
Bhardwaj V, Hariharan S, Bala L, Lamprecht A,
Kumar N, Pachagnula R Ravi, & Kumar MNV. (2006). Liu J, Wang B, Lin L, Zhang J, Liu W, Xie J, & Ding
Pharmaceutical aspect of polymeric nanoparticles for oral Y. (2014). Functional, physicochemical properties and
drug delivery. Journal of Biomedical Nanotechnology, structure of cross-linked oxidized maize starch. Food
1(3), 234-258. Hydrocolloids, 36, 45–52.
Calceti P, Salmaso S, Walker G, & Bernkop-Schnurch Maitra J & Shukla VK. (2014). Cross-linking in
A. (2004). Development and in vitro evaluation of an hydrogels- A review, American Journal of Polymer doi:
oral insulin-PEG delivery system. European Journal of 10.5923/j.ajps.20140402.01.
Pharmaceutical Science, 22, 315-323.
Mardliyati E, Mutaqqien SE, & Setyawati DR. (2012).
Chopra Sunandini. (2017). Development of nanoparticles Preparasi dan aplikasi nanopartikel kitosan sebagai
for oral delivery of insulin. Massachusetts Institute of sistem penghantaran insulin secara oral. Pusat teknologi
Technology. farmasi dan medika BPPT.
Coelho S, Flores SM, Herrera JL, Coelho MAN, Pereira Marthur A. (2003). Studies on Phosphorylation of
AC, & Rocha S. (2011). Nanostructure of polysaccharide Starch in Potato Tubers (Solanum tuberosum L,).
complexes. Journal of colloid and interface science. Patala: Dissertation. Departement of Biotechnology and
363(2), 450-5. Environmental sciences thapar Institute of Engineering
and Technology Patiala.
Date AA, Hanes J, Ensign LM. (2016). Nanoparticles
for oral delivery: design, evaluation and state-of the art. Mohanraj VJ & Chen Y. (2006). Nanoparticles – A
Journal Control Release, 240, 505-526. review. Trop. J. Of pharmaceuiticals, 561-573.
Daud Nur Saadah. (2015). Formulasi dan karakterisasi Mutalijeva B, Grigoriev D, Madybekova G, Sharipova
nanopartikel insulin menggunakan polimer kitosan bobot A, Aidarova S, Saparbekova A & Miller R. (2017).
molekul rendah dan pektin dengan metode gelasi ionik. Microencapsulation of insulin and its release using
Magister Ilmu Farmasi Universitas Gadjah Mada Jogja. w/o/w double emulsion method. Colloids and Surface A
: Physicochemical and Engineering Aspects, 521, 147-
Delie F, & Blanco-Prieto MJ. (2005). Polymeric 152.
particulate to improve oral bioavaibility of peptide drugs.
Moleculs, 65-80. Ogaji IJ, Nep EI, & Audu-Peter JD. (2012). Advances
in Natural Polymers as Pharmaceutical Excipients.
Desplanques S, Renou F, Grisel M, & Malhiac C. (2012). Pharmaceutica Analytica Acta, 3(1), 1–16.
ISSN 2407-2354
168 Pharm Sci Res, Vol 5 No 3, 2018 Rachmawati, et al.
Patravale VB, Date AA, Kulkarni RM. (2004). Surini S, Akiyama H, Morishita M, Nagai T, & Takayama
Nanosuspensions: A promising drug delivery strategy. J K. (2003). Release phenomena of insulin from an
Pharm Pharmacol, 567, 827-840. implantable device composed of a polyion complex of
chitosan and sodium hyaluronate. Journal of controlled
Reddy MM, V Shanmugam, & Kaza R. (2012). Release, 90, 291-301.
Design and characterization of insulin nanoparticles
for oral delivery. International Journal of Innovative Sweetman SC. (2009). Martindale : The complete drug
Pharmaceutical Research, 3(3), 238-243. Reference. Edisi 36. London : Pharmaceutical press,
443-453, 1548-1550.
Renunkuntla J, Vadlapudi AD, Patel A, Boddu SHS,
& Mitra AK. (2013). Approaches for enhancing oral TaoY, Zhang R, Xu W, Bai Z, Zhou Y, Zhao S, Xu Y,
bioavailabilty of peptides and proteins. International Yu D. (2016). Rheological behavior and microsructure
Journal of Pharmaceutics 447, 75-93. of rellease-controlled hydrogels based on xanthan
gum crosslinked with sodium trimetaphosphate. Food
Rowe RC, Sheskey PJ, & Quinn ME. (2009). Hand Hydrocolloids, 52,923-933.
Book Of Pharmaceutical Excipient (6th ed.). London:
Pharmaceutical Press. Tiyabonchai W. (2003). Chitosan nanoparticles; A
promosing system for drug delivery. Nares. Uni Journals,
Sarika PR, Cinthya K, Jayakrishnan A, Anilkumar PR, 11(3), 51-66.
& James NR. (2014). Modified gum arabic cross-linked
gelatin scaffold for biomedical applications. Materials Wati DR. (2017). Preparasi dan karakterisasi eksipien
Science and Engineering. sambung silang dari koproses xantan gum-gum akasia
sebagai matriks pada sediaan tablet lepas lambat.
Shabir GA. (2003). Validation of high-performance Fakultas Farmasi program sarjana farmasi depok.
liquid chromatography methods for pharmaceuticals Universitas Indonesia.
analysis. Journal of Chromatography A, 987, 57-66.
Woitiski CB, Carvalho RA, Ribeiro AJ, Neufeld RJ, &
Shah N, K Rajubhai, & mehta T. (201s6). Crosslinking Veiga F. (2012). Strategies toward the improved oral
of starch and its effect on viscosity behaviour. Chemical delivery of insulin nanoparticles via gastrointestinal
Engineering, 32(2), 265-270. uptake and translocation. Biodrugs, 22, 223-237.
ISSN 2407-2354