OLEH :
TRANSFER B 2022
ASISTEN :
IDHAR IKSAN
MAKASSAR
2023
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Sediaan farmasi merupakan bentuk sediaan yang dibuat
berdasarkan dosis dan sifat bahan berkhasiat, tujuan pengobatan
mekanisme dan usia konsumen serta rute pemberiannya. Berdasarkan
rute pemberian dan kecepatan efek yang dikehendaki, sediaan farmasi
dibagi menjadi sediaan steril dan sediaan non steril. Secara umum
sediaaan farmasi terdiri dari bahan aktif dan bahan pembantu yang
ditambahkan dalm suatu formula sesuai dengan pengembangan bentuk
sediaan yang dikehendaki (Widayanti, 2019).
Dalam kehidupan sehari- hari, istilah larutan sudah sering didengar.
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen yaitu campuran yang
memiliki komposisi serba sama di seluruh bagian volumenya. Suatu
larutan terdiri dari satu atau beberapa macam zat terlarut dan satu
pelarut. Secara umum zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya
sedikit sedangkan pelarut adalah komponen yang terdapat dalam jumlah
banyak. Larutan yang mengandung dua komponen yaitu zat terlarut dan
pelarut disebut sebagai larutan biner (Yusuf, 2019).
Bentuk sediaan obat merupakan sediaan farmasi dalam bentuk
tertentu sesuai dengan kebutuhan, mengandung satu zat aktif atau lebih
dalam pembawa yang digunakan sebagai obat dalam ataupun obat luar.
Ada berbagai bentuk sediaan obat di bidang farmasi, yang dapat
diklasifikasikan menurut wujud zat dan rute pemberian sediaan.
Berdasarkan wujud zat, bentuk sediaan obat dapat dibedakan
menjadi tiga, yaitu sediaan bentuk cair (larutan sejati, suspensi, dan
emulsi), bentuk sediaan semipadat (krim, lotion, salep, gel, supositoria),
dan bentuk sediaan solida/padat (tablet, kapsul, pil, granul, dan serbuk).
(Hadisoewignyo dan Fudholi, 2015).
Keuntungan sediaan larutan diantaranya lebih mudah ditelan
sehingga dapat dikonsumsi untuk pasien yang sulit menelan, sudah
berada dalam bentuk larutan sehingga lebih cepat diabsorpsi, obat
secara homogen terdistribusi ke seluruh bagian sediaan mengurangi
risiko iritasilambung oleh zat-zat iritan (Ansel, 2014).
I. 2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaa
Adapun maksud dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui dan
memahami bagaimana cara memformulasi, membuat dan mengevaluasi
sediaan larutan yang baik dan benar sesuai dengan zat aktif yang
digunakan.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui dan
memahami bagaimana cara memformulasi, membuat dan mengevaluasi
sediaan larutan yang baik dan benar sesuai dengan zat aktif yang
digunakan.
I. 3 Prinsip Percobaan
Adapun prinsip percobaan ini yaitu dibuat sediaan larutan sesuai
dengan formulasi yang telah disetujui dan dilakukan evaluasi sediaan
sesuai dengan persyaratan.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Adapun yang dapat disimpulkan dari tujuan percobaan ini adalah
pembuatan larutan dengan formulasi zat aktif Asam Valproat. Dimana
pada percobaan ini dilakukan evaluasi volume terpindahkan dari semua
kelompok hasil yang diperoleh bahwa telah sesuai dengan range volume
terpindahkan yaitu 95%-110% yang tertera pada etiketi (FI Edisi V, 2014),
pada evaluasi PH yang diperoleh dari tiap kelompok sudah sesuai dengan
range pH sediaan larutan yaitu range pH sediaan larutan atau sirup yang
baik adalah 4-7 (FI Edisi IV, 1995), serta pada uji organoleptik hasil yang
di dapat telah sesui persyaratan. Akan tetapi pada uji bobot jenis tiap
kelompok hasil yang diperoleh tidak ada yang sesuai dengan literatur
yang dimana BJ larutan atau sirup yang baik adalah lebih dari 1,2 g/mL
(Depkes RI, 1979).
V.2 Saran
V.2.1 Saran Untuk Dosen
Diharapkan untuk tetap hadir pada saat praktikum berlangsung untuk
membimbing praktikan dalam melakukan percobaan dan mengawasi
asisten.
V.2.2 Saran Untuk Asisten
Diharapkan kepada seluruh asisten agar dapat membimbing saat
praktikum dengan maksimal dan komunikasi dengan praktikan tetap
terjaga.
V.2.3 Saran Untuk Laboratorium
Diharapkan sarana dan prasarana dalam laboratorium dilengkapi,
diperbaiki dan dirawat lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M., 1993. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, Gajah Mada
University Press: Yogyakarta.
Hendra TS., Ahmad S., Dwi IA. 2019. Prevalensi dan Gambaran
Epidemiologi Akne Vulgaris di Provinsi Lampung. JK Unila.
Volume 3. Nomor 2. Desember 2019.
Latuasan, I. R., Sugianto, P., Kasih, E., & Octavia, E. (2018). Studi
penggunaan natrium valproat kurang dari tiga bulan terhadap
magnesium serum dan jumlah kejang pasien epilepsi di RSUD Dr.
Soetomo. Jurnal Farmasi Sains dan Terapan, 5(1), 6-10.
Ary widayanti, 2019. Modul Praktikum Teknologi Sediaan Semi Solid Dan
Liquid. Universitas Muhammadiyah Prof.Dr.Hamka. Jakarta.
Gambar Keterangan
Dilakukan uji pH
Lampiran 2. Perhitungan
A. Perhitungan Bahan
1. Asam Valproat = 250 mg/ 5 ml x 60 ml
= 3000 mg
2. Sorbitol = 30/100 x 60 ml
= 18 ml
3. Natrium Benzoat = 0,1/100 x 60 ml
= 0,06 mg
4. Propilen glikol = 15/100 x 60 ml
= 9 ml
5. Essense Jeruk = qs
6. Sunset Yellow = qs
7. Aquadest = ad 100 ml
B. Perhitungan Batch
1. Asam Valproat = 3000 mg x 5
= 15000 mg
2. Sorbitol = 18 ml x 5
= 90 ml
3. Natrium Benzoat = 0,06 mg x 5
= 0,3 mg
4. Propilen glikol = 9 ml x 5
= 45 ml
5. Essense Jeruk = qs
6. Sunset Yellow = qs
7. Aquadest = ad 100 ml
C. Perhitungan Volume Terpindahkan
Rumus Volume Terpindahkan = Volume Akhir / Volume Awal x 100%
Kelompok 1 = 58 ml/60 ml x 100% = 98%
Kelompok 2 = 59 ml/60 ml x 100% = 99%
Kelompok 3 = 58 ml/60 ml x 100% = 98%
Kelompok 4 = 58 ml/60 ml x 100% = 98%
D. Perhitungan Bobot Jenis
Rumus Bobot Jenis = Bobot Sampel Dalam Pikno/Volume Pikno
Kelompok 1 = 26,6 g / 25 ml = 1,06 g/ml
Kelompok 2 = 27,6 g / 25 ml = 1,1 g/ml
Kelompok 3 = 28,1 g / 25 ml = 1,12 g/ml
Kelompok 4 = 27,9 g / 25 ml = 1,11 g/ml
Lampiran 3. Skema Kerja
Dikalibrasi botol