Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM BIOKIMIA

SEMESTER 2
SISTEM IMUNOLOGI

Kelompok 2

Alya Khairunnisa (2019730116)


Alya Nazila Rani Nasution (2019730117)
Fajar Siddiq Khatami (2019730126)
Fathia Rumaisa (2019730127)
Fauziah Zafira (2019730128)
Lirisia Eka Nareswari (2019730135)
M. Khairul Ramadhan H (2019730136)
Oktarisa Bachtiar Putri (2019730145)
Pinkan Dwi Permatasari (2019730146)
Rahdan Nur Sabbihis Aly (2019730148)
Siti Zahra Sania (2019730155)

Dosen Pembimbing : Dr. Nur Asikin, PhD

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia yang
diberikan, sehingga Laporan Praktikum Biokimia pada system Imunologi ini bisa terselesaikan
dengan baik. Adapun laporan ini kami susun sebagai bagian dari tugas mata kuliah Biokimia.
Dalam penyusunan laporan ini, kami mengucapkan terimaksih sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu terselesaikannya laporan ini. Adapun pihak-pihak tersebut
antara lain:
1. Dr. Nur Asikin, PhD
2. Seluruh petugas laboratorium Fakultas Kedokteran UMJ.
3. Orang tua, sahabat, kerabat, dan pihak-pihak lainnya yang tidak bisa penyusun sebutkan
satu persatu.
Kami selaku penyusun menyadari bahwa laporan praktikum ini belumlah dikatakan
sempurna. Untuk itu, kami dengan sangat terbuka menerima kritik dan saran dari pembaca
sekalian. Semoga laporan praktikum ini bermanfaat untuk kita semua.
 

Jakarta, 1 Agustus 2020


 

Kelompok 2
BAB I
PENDAHULUAN

A) Tujuan
Untuk:
 Memperlihatkan Pemisahan (Fraksinasi) Protein berdasarkan Kelarutan
 Memperlihatkan bahwa suatu reaksi presipitasi dapat dibuat menjadi reaksi
aglutinasi dengan cara mengikatkan salah satu reaktan ke suatu partikel.
B) Manfaat
Dapat mengetahui pemisahan immunoglobulin serum dan reaksi aglutinasi.
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
1. PEMISAHAN (FRAKSINASI) PROTEIN BERDASARKAN KELARUTAN
A. Alat dan Bahan
 Darah / serum
 Amonium sulfat
 Larutan amonia encer (NH4OH 10%)
 garam faal (NaCl 0.9%)
 pH meter
 alat sentrifus

B. Prosedur Kerja
1. Larutkan 100g AS dalam 100 mL air (aquades) dan diamkan semalam pada suhu
kamar. Tambahkan larutan amonia encer sehingga pH 7.2. Ini larutan AS jenuh.
2. Emcerkan 1 bagian serum dengan 2 bagian garam faal, lalu tambahkan sejumlah
(volum) sama larutan AS jenuh.
3. Aduk selama 30 menit pada suhu kamar.
4. Sentrifus endapan (1000xg, 15 menit, 4o C)
5. Endapan globulin dapat dilarutkan dalam garam faal untuk karakterisasi selanjutnya
(pemurnian lebih lanjut, kandungan protein, dll).

2. PERCOBAAN REAKSI AGLUTINASI


Reaksi aglutinasi pasif terbalik/ Reaksi aglutinasi lateks langsung (Direct Latex
Agglutination)
Tujuan
Memperlihatkan bahwa suatu reaksi presipitasi dapat dibuat menjadi reaksi aglutinasi
dengan cara mengikatkan salah satu reaktan ke suatu partikel. Reaksi aglutinasi pasif terbalik
ini digunakan antara lain dalam cara menentukan kehamilan.

Dasar
hCG (human Chorionic Gonadotropin) adalah hormon yang dikeluarkan oleh plasenta
sejak usia kehamilan yang sangat dini. Hormon ini dieksresikan dalam urin dan
keberadaannya dapat digunakan untuk mendiagnosis kehamilan.
Hormon hCG adalah suatu glikoprotein yang mudah larut. hCG sebagai antigen, bila
direaksikan dengan antibodi spesifik anti-hCG, akan membentuk endapan dari komplek
antigen-antibodi, Ag-Ab). Reaksi presipitasi ini dapat terlihat dengan menggunakan hCG
dan antibodi dalam jumlah yang cukup banyak. Dengan demikian pelacakan hCG dengan
reaksi presipitasi menjadi tidak praktis untuk digunakan dalam diagnosis dini kehamilan.
Bila salah satu reaktan diikatkan pada suatu partikel, reaksi imun yang terjadi adalah
reaksi aglutinasi dan disebut reaksi aglutinasi pasif atau tidak langsung. Dikatakan demikian,
sebab partikel ikut teraglutinasi karena ia terikat pada antigen atau antibodi, yang pada
mulanya bukan bagian integral dari partikel tersebut. hCG atau anti-hCG dapat diikatkan
pada suatu partikel seperti lateks polistiren. Bila anti-hCG yang diikatkan pada partikel,
reaksi yang akan terjadi disebut reaksi aglutinasi pasif terbalik. Ini dikarenakan pada reaksi
aglutinasi alamiah antibodi berada dalam serum dalam keadaan terlarut yang akan mengenali
serta mengikat molekul antigen yang ada di permukaan sel (misalnya antigen pada sel
bakteri).
Perubahan ini sangat meningkatkan kepekaan dan kecepatan reaksi. Reaksi
berlangsung dalam waktu singkat dan hanya memerlukan jumlah sedikit contoh uji dengan
konsentrasi hCG dan antibodi yang rendah. Dengan demikian diagnosis dini kehamilan dapat
dilakukan dengan mudah dan cepat. Reaksi aglutinasi pasif terbalik dapat dilihat pada reaksi
ini.

A. Alat dan Bahan


 Pereaksi Lateks berupa suspensi yang mengandung antibodi monoklonal anti-hCG
dengan Na-azida sebagai pengawet.
 Kontrol urin positif
 Kontrol urin negatif
 Plat kaca
 Pipet plastik, dengan tangkainya sebagai tanduk

B.Prosedur Kerja
1. Dengan pipet plastik, teteskan 1 tetes urin di tengah lingkaran di atas plat kaca;
2. Pipetkan pula 1 tetes kontrol urin positif dan 1 tetes kontrol urin negatif di tengah dua
lingkaran lain;
3. Kocok botol pereaksi lateks dan segera teteskan dari botol 1 tetes pereaksi ini
langsung pada urin uji, kontrol urin positif dan kontrol urin negatif, dalam lingkaran.
4. Aduk dengan tangkai pipet plastik, sehingga memenuhi lingkaran;
5. Goyangkan plat kaca perlahan-lahan dengan hati-hati selama 2 menit, segera catat
hasil yang didapat.
 Pada uji positif, aglutinasi terjadi dalam 2 menit
 Pada uji negatif, tidak terjadi aglutinasi dalam 2 menit
BAB III
PEMBAHASAN

Pertanyaan
1. Berapa kadar albumin, globulin dan fibrinogen dalam serum seorang dewasa normal?
2. Bagaimana cara menyatakan kadar sesuatu zat dalam larutan?
3. Sebutkan satu cara mendeteksi adanya protein, dan mengukur kadarnya dalam
larutan!
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan reaksi presipitasi dan aglutinasi!
5. Bagaimana cara membuat zat antibodi hCG manusia?
6. Berapa lama setelah pembuahan hCG dalam urin wanita hamil dapat dideteksi?

Jawaban
1. Berapa kadar albumin, globulin dan fibrinogen dalam serum seorang dewasa
normal?

Albumin : 3,4 – 5,4 g/dl


Globulin : 2,0 – 3,5 g/dl
Fibrinogen : 200 – 400 mg/dl (2,0 – 4,0 g/dl)

2. Bagaimana cara menyatakan kadar sesuatu zat dalam larutan?

Suatu campuran disusun oleh zat terlarut dan zat pelarut. Zat terlarut
jumlahnya lebih sedikit dari zat pelarut. Kadar zat dalam campuran menyatakan
banyaknya zat terlarut dalam campuran tersebut. Kadar suatu zat dalam campuran
dapat dinyatakan dalam persen massa (% massa) atau persen volume (% volume) atau
persejuta (bpj atau ppm = part per milion).

 Persen Massa (% m/m)


Persen massa menyatakan jumlah gram suatu zat dalam 100 gram
campuran. Misalnya: kadar emas 75%, berarti dalam campuran tersebut
mengandung 75 gram emas dalam setiap 100 gram campuran. Rumus persen
massa adalah sebagai berikut.

% massa = Massa zat × 100%

Massa campuran

 Persen Volume (% V/V)


Persen volum menyatakan jumlah mL suatu zat dalam 100 ml campuran.
Misalnya: volume cuka dalam air 60%. Berarti dalam 100mL larutan terdapat 60
mL cuka. Rumus persen volume adalah sebagai berikut.
% = Volume zat × 100%
volume
Volume larutan

 Bagian per Sejuta (bpj)/ppm


Bagian persejuta (bpj) atau part per milion (ppm) menyatakan jumlah
bagian suatu zat dalam sejuta bagian campuran. Misalnya: kadar polutan dalam
sampel udara di jakarta 22 bpj, berarti dalam 1 juta liter udara di jakarta terdapat
22 liter gas polutan. Rumus bagian persejuta adalah sebagai berikut.

Kadar zat = Jumlah zat × 106 ppm

Jumlah campuran

1% = 10.000 ppm

3. Sebutkan satu cara mendeteksi adanya protein, dan mengukur kadarnya dalam
larutan! (Larutan Asam Amino dan Protein)

- Pecahkan sebutir telur, ambil bagian putihnya dan masukkan ke dalam gelas beaker
500 ml. Tambahkan aquades 300 ml aduk sebentar. Saringlah larutan ini melalui
sehelai kain putih yang bersih.
- Bandingkan wujud larutan putih telur dengan 20 ml larutan gelatin 1 %, 10 ml alanin
1 %, dan 10 ml larutan asam glutamat 1 %.
- Amati wujud dispersi protein dan larutan asam amino tersebut.

4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan reaksi presipitasi dan reaksi aglutinasi?

Reaksi Presipitasi adalah keadaan dimana antigen larut yang ada di larutan di
reaksikan dengan antibodi spesifik, akan terbentuk kompleks antigen-antibodi yang
besar sehingga kompleks mengendap dan terjadi presipitasi. Presipitin adalah antibodi
yang menimbulkan presipitasi ( pengendapan ) dengan antigen berbentuk larutan.
Presipitasi kurang sensitif
Reaksi Aglutinasi adalah reaksi antara antibodi dengan antigen multivalen
( partikulat ) sehingga menghasilkan ikatan silang pada variasi partikel antigen oleh
antibodi. Bila antigen / antibodi yang sudah terisolasi terlebih dahulu terikat pada
suatu partikel, seperti partikel lateks, kuman, eritrosit, maupun partikel lain maka
interaksi antigen-antibodi tersebut menyebabkan terjadinya gumpalan atau aglutinasi.
Titer adalah pengenceran serum tertinggi yang menyebabkan aglutinasi. Pro Zone
Effect adalah serum dengan konsentrasi antibodi tinggi dimana tidak terjadi aglutinasi
( antibodi ekses = kelebihan antibodi ). Post Zone Effect adalah suatu keadaan dimana
terjadi kelebihan antigen sehingga tidak terjadi aglutinasi ( Antigen Ekses ). Zona
Equivalence adalah suatu daerah dimana terjadi keseimbangan antara antigen-antibodi
sehingga terjadi aglutinasi.
5. Bagaimana cara membuat zat antibodi hCG manusia?

Dalam urin yang normal komposisinya terdiri dari bahan seperti air, urea, dan
natrium klorida (Rose, 2006). Kadar HCG yang lebih tinggi terjadi pada ibu kembar
dan kasus hamil anggur (mola). Sebagian besar merk test pack yang beredar di
pasaran sudah dapat mendeteksi HCG dengan kadar 25 IU/L-50 IU/L, sehingga cukup
akurat untuk menentukan ada atau tidaknya kehamilan pada hari pertama
keterlambatan menstruasi (Rose, 2006). Reaksi pembentukan kompleks antigen
antibodi antara HCG sebagai antigen dan anti HCG sebagai antibodi bersifat spesifik.
Antibodi akan mengenali antigen pada lokasi tertentu yang disebut epitop. Antibodi
poliklonal adalah antibodi yang mengenali suatu antigen melalui ikatan dengan epitop
yang bervariasi karena berasal dari sel B yang berbedabeda. Sedangkan antibodi
monoclonal lebih spesifik mengenali antigen pada satu epitop tertentu karena berasal
dari satu sel B yang dibiakan (Dijar,2012). Pada strip yang berfungsi sebagai kontrol
akan tetap berwarna merah pada kondisi positif atau negatif, sehingga kontrol menjadi
tanda acuan ketepatan hasil tes. Hal ini menunjukkan bila kedua garis di strip tersebut
menunjukkan perubahan warna pada kontrol dan tes, maka sampel yang ujikan
tersebut mengandung HCG dan wanita akan positif hamil. Sedangkan apabila hanya
kontrolnya saja yang berubah warna, maka urin sampel tidak mengandung HCG dan
wanita tersebut tidak hamil. Jika pada tes didapatkan kedua garis kontrol dan tes
sama-sama tidak mengalami perubahan warna, maka dapat dipastikan bahwa alat
tersebut sudah rusak (Rose, 2006). Sedangkan pada pemeriksaan urin dengan
menggunakan metode latex menunjukkan gambaran yang positif yaitu adanya
gumpalan atau aglutinasi pada lingkaran setelah diberikan reagen.Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pemeriksaan HCG : Urin yang digunakan harus urin pertama pagi
hari, umur kehamilan tidak lebih dari 7 bulan, adanya proteinuria dapat menyebabkan
perubahan ketepatan hasil, penyakit imunologi, penyimpanan reagen dan
penghomogenan reagen yang mempengaruhi keakuratan hasil.

6. Berapa lama setelah pembuahan hCG dalam urin wanita hamil dapat dideteksi?

Demikian pula belum terdapat kesepakatan kapan pemeriksaan itu dilakukan


setelah senggama. Menurut kepustakaan, ada yang melakukannya setelah 90 detik
sampai setelah 8 hari. Kehamilan akan ditandai dengan meningkatnya kadar HCG
dalam urin pada trimester I, HCG disekresikan 7 hari setelah ovulasi sebagaimana
pada siklus ovarium pada fase folikulogenesis hari ke 9-14 terjadi kenaikan yang
progresif dalam produksi estrogen (terutama estradiol) oleh sel granulosa dari sel
folikel yang berkembang yang artinya HCG juga terbentuk guna untuk mencegah
perpecahan dari corpus luteum pada ovarium dan juga mempertahankan produksi
progesteron yang penting pada kehamilan. Karena kadar estrogen juga meningkat,
maka terjadi umpan balik negative untuk menekan produksi LH dan FSH untuk
mencegah hiperstimulasi dari ovarium dan pematangan banyak folikel.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil praktikum biokimia sistem Imunologi kami menemukan bahwa Protein yang
terdapat di dalam plasma darah adalah fibrinogen, albumin dan globulin. Protein fibrinogen
berperan dalam proses pembentukan darah, sedangkan protein albumin dan globulin
berfungsi sebagai penentu besarnya tekanan osmosis.
Apabila hasil praktikum ditemukan penggumpalan pada sample urin itu menandakan
bahwa hasilnya positif, sedangkan jika pada sample urin tidak ditemukan gumpalan itu
manandakan hasilnya negatif . Hasil positif pada urin menunjukkan bahwa urin mengandung
HCG, Hasil positif menunjukan terjadinya reaksi presipitasi menjadi reaksi aglutinasai yang
mengikatkan salah satu reaktan ke suatu partikel.
Daftar Pustaka

Penuntun Praktikum Biokimia Sistem Imunologi FK UMJ 2019

PPT Praktikum Biokimia Sistem Imunologi FK UMJ 2019

Bahan Ajar Teknologi Laboratorium Medik Imunoserologi - Badan PPSDM Kesehatan


Kementerian Kesehatan RI Edisi Tahun 2018
Membuat antibody hCG manusia

Buku Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Edisi ke-2 Jakarta

Langman’s Medical Embriology 12’th edition by T.W. Sadler

Anda mungkin juga menyukai