Perkembangan Arsitektur Modern
Perkembangan Arsitektur Modern
Revolusi industri telah membawa perubahan radikal terhadap perkembangan kota, teknologi
struktur dan material bangunan. Pada saat yang sama gaya arsitektur hanya berputar pada poros yang sama
(revivalisme) begitu pula banyak hal yang menarik untuk kita simak bagaimana perkembangan Arstektur
modern, Dimulai pada masa Pencerahan, penekanan pada aspek humaniora dan individualitas menjadi lebih
penting daripada agama, dan menjadi awal yang baru dalam arsitektur. Pembangunan ditugaskan kepada
arsitek - arsitek individual (sekaligus general) - Michaelangelo , Brunelleschi , Leonardo da Vinci - dan kultus
individu pun dimulai berikut penjelasan mengenai perkembangan Arsitektur modern mudah-mudahan bisa
memberikan sedikit pencerahan bagi Anda yang membutuhkannya.
Mulai tahun 1890-an sampai dengan 1930-an, terjadi sejumlah pertentangan dalam dunia Arsitektur
yang ditunjukkan melalui munculnya berbagai eksperimen yang dilakukan oleh perorangan maupun
kelompok, Eksperimen tersebut, diungkapkan sebagai sebuah pertentangan yang mana dibutuhkan 40 tahun
untuk mengubah Arsitektur menjadi sekarang apa yang dikenal sebagai Arsitektur Modern. Hal yang menjadi
Pertentangan tersebut antara lain : Arsitektur sebagai art vs Arsitektur sebagai science, Arsitektur sebagai
form vs Arsitektur sebagai space, Arsitektur sebagai craft vs Arsitektur sebagai assembly dan Arsitektur
sebagai karya manual vs Arsitektur sebagai karya machinal.
Arsitektur modern Mulai menonjol setelah PD I (1917) bersamaan dangan hancurnya sarana,
prasarana dan ekonomi. Konsep ruang arsitektur sebelumnya dititik beratkan hanya pada kegiatan, emosi &
kemulyaan, maka pada masa ini faktor terbentuknya ruang juga ditunjang faktor komposisi, rasio, dimensi
manusia. Mulai berkembang konsep “free plan”, atau “universal plan”, yaitu ruang yang ada dapat
dipergunakan unt berbagai macam aktifitas, ruang dapat diatur fleksibel dan dapat digunakan fungsi apa saja.
“Typical Concept” mulai berkembang yaitu ruang- ruang dibuat standar dan berlaku universal.
Penggunaan konsep ekonomis mulai ditrapkan. Efisiensi dalam penggunaan bahan mulai Nampak
yaitu terlihat dengan munculnya bentuk bentuk kubus, terutama pada bangunan bertingkat tinggi antara
(arsitektur “kotak korek” dengan menggunakan struktur beton dan baja). Konsep “Open Space” Nampak
dengan menggunakan jendela kaca yang lebar dan menerus.
1. Pemakaian bahan terutama “baja, beton dan kaca” dengan bentuk polos. Ornamen dianggap sebagai suatu
kejahatan. Arsitektur modern berarti putusnya hubungan dengan sejarah dan daerah. Selalu ingin universal
(karena industri, ilmu pengetahuan dan teknologi yang juga bersifat universal) dan juga manusianya. (gaya
universal sebagai international style). Pada bulan September 1930 telah diadakan suatu konggres oleh CIAM
(Congres Internationaux d’Architecture Moderne) yang hasilnya adalah : Arsitektur modern adalah
pernyataan jiwa dari suatu masa, dapat menyesuaikan diri dengan perubahan sosial dan ekonomi yg
ditimbulkan zaman mesin. Yaitu dg dengan menjari keharmonisan dari elemen-elemen modern serta
mengembalikan arsitektur pada bidangnya (ekonomi, sosiologi, dan kemasyarakatan) yg secara keseluruhan
siap melayani umat manusia. Konsep baru dan sangat mendasar dari arsitektur modern antara lain adalah
FORM FOLLOWS FUNCTION yang dikembangkan oleh Louis Sullivan (Chicago), dengan beberapa ciri sebagai
berikut:
2. Ruang yang dirancang harus sesuai dengan fungsinya. struktur hadir secara jujur dan tidak perlu dibungkus
dengan bentukan masa lampau (tanpa ornamen).
3. Bangunan tidak harus terdiri dari bagian kepala, badan dan kaki.
4. Fungsi sejalan/menyertai dengan wujud. Tokoh pada periode I ini antara lain adalah:
Louis Sullivan.
Frank Lloyd Wright
Le Corbusier
Walter Gropius
Ludwig Mies van de Rohe
2. PERIODE II (1930-1939).
Pada periode II perkembangan arsitektur modern sudah sampai di seluruh Eropa, Amerika dan Jepang,
yg mana masing-masing daerah mempunyai perbedaan iklim, keadaan tanah, corak tradisi, yang bisa
mempengaruhi apresiasi bentuknya. Perkembangan metode hubungan ruang, bentuk, bahan dan struktur
tidak lagi bersifat universal, akan tetapi mempunyai hubungan yang sangat erat dengan tempat dimana
bangunan itu didirikan, mempunyai hubungan erat dengan spesivikasi kedaerahan dan
keregionalan.Karakteristik bentuk dan tampilan dengan gaya International Style atau Universal Style dari
arsitektur modern pada peride ini diwarnai oleh tipe-tipe tampilan baru, yaitu tampilan dengan –
memperhatikan penggunaan bahan-bahan local / setempat.
Hal ini adalah merupakan keberanian untuk menyalahi zamannya. Hanya dengan perencanaan yang
obyektif dan ketelitian dalam penampilan bahan-bahan asli, maka bahaya gagalnya perancangan dapat
dihindari, namun demikian karya seperti ini masih banyak dikritik dan disalah artikan.
Alvar Aalto
Arne Jacobsen
Oscar Niemeyer.
Tokoh-tokoh pada Periode I juga berkarya dengan tetap atau terpengaruh oleh pemikiran Periode II,
demikian juga pada periode selanjutnya.
Perang Dunia II (1941 – 1945) menimbulkan kerusakan pada gedung-gedung dan rumah tinggal,
menyebabkan faktor-faktor kebutuhan manusia akan rumah tinggal dan gedung-gedung menjadi latar
belakang pada periode ini. karena kerusakan akibat perang tersebut perlu dibangun kembali , maka usaha
untuk mempercepat pembangunan antara lain dengan fabrikasi komponen bangunan yang lebih ekonomis dan
rasional sesuai dengan tujuan Revolusi Industri . Konsekuensi dari pandangan tersebut antara lain ornamen
dianggap sebagai suatu kejahatan dan klassisme baru yang pernah diapakai oleh kaum fasis dan nazi menjadi
simbol negatif dan perlu ditolak.
Dalam sejarah Arsitektur, berakhirnya Perang Dunia II membawa perjalanan Arsitektur dapat dibaca
dari dua sisi yang saling berlawanan yakni:
a. Bagi mereka yang berpihak pada Teknologi dan Industrialisasi, tahun 1950-an dikatakan sebagai
titik puncak kejayaan Arsitektur Modern. Dimana tahun 50-an di sebut mass production (produksi
bahan bangunan oleh pabrik). Dalam hal ini mereka menerapkan kecepatan dalam membangun
(pabrikasi komponen bangunan), efisien, ekonomis, dan rasional. Penekanannya pada rasionalitas.
Bangunan yang demikian ini dianggap mencerminkan fungsinya dan gejala ini melintasi batas
Negara dan budaya, sehingga dapat dianggap bersifat Internasional.
b. Bagi mereka yang menempatkan Arsitektur sebagai karya yang estetik dan artistik, tahun 1950-an
dilihat sebagai titik awal kemerosotan Arsitektur Moderen dengan alasan antara lain:
1. Karena Arsitektur telah kehilangan identitas/ ciri individual perancangnya. Tahun-tahun itu,
nama yang dikenal orang adalah nama biro-biro Arsitektur, bukan arsiteknya.
2. Walaupun Arsitektur menjadi sangat demokratis, dalam masyarakat tidak bisa dihilangkan
adanya hirarki atau kelas-kelas. Maka kata-kata demokratis itu sama saja bohong/ omong
kosong.
3. Dengan maraknya produksi massal, pabrik-pabrik dapat menghasilkan bahan-bahan
bangunan yang sejenis atau mirip, tapi dengan kualitas berbeda.
4. Karena penekanan perancangan pada space, maka desain menjadi polos, simpel, bidang-
bidang kaca lebar. Ciri ini juga disebut nihilism yang berarti tidak ada apa-apanya kecuali
geometri dan bahan. (Dengan demikian, siapa pun bisa menjadi arsitek. Tidak ada bedanya
arsitek atau bukan. Kalau sudah begini, apa gunanya sekolah arsitek?)
5. Keseragaman bentuk yang geometris menyebabkan pemandangan yang disharmoni, tidak
menyatu dengan lingkungan. Terutama di Eropa, di mana bentukan yang geometrik dianggap
merusak dan memperburuk wajah lingkungan yang masih kental dengan wajah-wajah
neoklasik/pramodern.
6. Dengan hilangnya batas dunia, mengakibatkan hilangnya privacy. Contoh: diterapkannya
open plan, yang berarti anti privacy.
Pada masa ini timbul aliran yang disebut Eklektisisme, aliran yang berpedoman mengambil yang
paling baik diantara yang sudah ada, untuk digunakan sebagai bagian dari sesuatu yang baru. Prinsip-prinsip
perancangannya didasari pada kebutuhan, fungsi yang dipadu dengan hasil penemuan teknik serta keindahan
mesin, menginginkan satu kesatuan antara manusia dengan lingkungannya. Ekspresi bentuk massa bangunan
serta materi yang dominan pada periode ini dapat dibagi atas:
Bentuk curvelinier geometris yang plastis dengan penggunaan bahan dan struktur utama
pada umumnya beton serta struktur atap baja.
Bentuk geometri (kubus, prisma), umumnya menggunakan baja sebagai struktur utama
dengan dinding kaca sebagai penutup.
Arsitektur Landscape mulai dikembangkan, dengan menggunakan bahan, fungsi, sistem
pencahayaan, bentuk masa, dipengaruhi oleh keadaan iklim, topografi dan sifat
kenasionalan.
1. Karena tahun 50-an, segenap filosofi dan prinsip Arsitektur sebagai ilmu telah dapat diformulasikan
dengan sempurna dari ide sampai dengan realisasinya: bangunan kotak dan geometris murni, Platonic
solid, menjadi ekspresi yang pas bagi Arsitektur sebagai ilmu, karena dalam ilmu, yang disebut bentuk
jikalau memenuhi aturan-aturan geometri, misalnya : lingkaran, bujursangkar, segitiga ( 2
matra/Dimensi ) dan bola, piramid, kubus ( 3 matra/Dimensi ).
2. Karya-karya Arsitektur mampu dan sangat sempurna untuk mengekspresikan space/ruang (ciri
utama ruang adalah: ada tapi tidak dapat dilihat ) yang diwakili oleh kaca lebar dan bidang-bidang
polos (Kaca adalah elemen ruang yang sangat tepat untuk mewakili ruang, karena kaca juga memiliki
ciri `ada tapi tak terlihat’. Bidang polos pun dianggap sebagai pengekspresi ruang).
1. Aliran “penyederhanaan bentuk” (minimalism), di dalam kesederhanaan berusaha mencapai efek yang
kaya. Bentuknya lurus-lurus hampir sama untuk berbagai jenis bangunan. ( tokohnya : Mies-van de
Rohe).
2. Aliran “bentuk sesuai dengan fungsi dan bahan”, bila ada bagian yang perlu ditonjolkan akan dibuat
menonjol, sehingga ada variasi pada bentuk masanya. Aliran ini bentuknya lebih plastis dibandingkan
aliran di atas. (tokohnya: Alvar Aalto).
3. Aliran “pernyataan bentuk melalui struktur” (experimental structure), bentuk terlahir dari permainan
gaya-gaya struktural, sehingga tercipta bangunan yang istimewa bentuknya dan berskala
besar.(tokohnya: Eero Saarinen).
4. Aliran “organik” (organic architecture), berusaha menghubungkan alam dan lingkungan ke dalam
pemecahan masalah arsitektural (tokohnya: Frank Lloyd Wright).
5. Aliran “perubahan sikap terhadap zaman yang lampau”, menggunakan kembali langgam- langgam dari
masa lalu yang sudah dipermodern dan disederhanakan.
Bangunan bersifat fungsional, artinya sebuah bangunan dapat mencapai tujuan semaksimal
mungkin, bila sesuai dengan fungsinya.
Bentuk bangunan sederhana dan bersih yang berasal dari seni kubisme dan abstrak yang
terdiri dari bentuk-bentuk aneh, tetapi intinya adalah bentuk segi empat.
Konstruksi diperlihatkan.
Pemakaian bahan pabrik yang diperlihatkan secara jujur, tidak diberi ornamen atau ditempel
- tempel.
Interior dan eksterior bangunan terdiri dari garis-garis vertikal dan horisontal.
Konsep open plan, yaitu membagi dalam elemen-elemen struktur primer dan sekunder,
dengan tujuan untuk mendapatkan fleksibelitas dan variasi di dalam bangunan.
Bangunan mencapai kegunaan semaksimal mungkin, menjadi syarat utama dari bangunan.
Material dan sistem bangunan yang digunakan ditempatkan sesudah syarat di atas.
Keindahan tercapai dari hubungan langsung antara bangunan dan kegunaannya, ketepatan
penggunaan material dan keindahan sistem konstruksi.
Esteika dari arsitektur baru tidak mengenal perbedaan antara depan dengan belakang, facde
dengan rencana lantai, jalan dengan halaman dalam; tidak ada detail yang berdiri sendiri,
tetapi merupakan bagian yang diperlukan bagi keseluruhan.
Pengulangan tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang harus dihindarkan, tetapi merupakan
alat yang penting dalam ekspresi artistik.
Ciri -ciri umum Arsitektur postmodern: Untuk lebih memperjelas pengertian arsitekturpost modern,
Charles Jencks memberikan daftar ciri–ciri sebagai berikut:
1. Ideological adalah Suatu konsep bersistem yang menjadi asas pendapat untuk memberikan
arah dan tujuan. Jadi dalam pembahasan Arsitektur post modern, ideological adalah konsep
yang memberikan arah agar pemahaman arsitektur post modern bisa lebih terarah dan
sistematis.
a. Double coding of StyleBangunan post modern adalah suatu paduan dari dua
gaya atau style, yaitu :
Arsitektur modern dengan arsitektur lainnya.
b. Popular and pluralistIde atau gagasan yang umum serta tidak terikat
terhadap kaidah tertentu, tetapi memiliki fleksibilitas yang beragam. Hal ini
lebih baik dari pada gagasan tunggal.
c. Semiotic formPenampilan bangunan mudah dipahami, Karena bentuk–
bentuk yang tercipta menyiratkan makna atau tujuan atau maksud.
d. Tradition and choiceMerupakan hal–hal tradisi dan penerapannya secara
terpilih atau disesuaikan dengan maksud atau tujuan perancang.
e. Artist or client Mengandung dua hal pokok yaitu: Bersifat seni (intern) dan
Bersifat umum (extern)
Yang menjadi tuntutan perancangan sehingga mudah dipahami secara
umum
f. Elitist and participative Lebih menonjolkan suatu kebersamaan serta
mengurangi sikap borjuis seperti dalam arsitektur modern.
g. Piecemal
Penerapan unsur–unsur dasar, secara sub–sub saja atau tidak menyeluruh.
Unsur–unsur dasar seperti: sejarah, arsitektur vernakular, lokasi, dan lain–
lain.
2. Architect, as representative and activist
Arsitek berlaku sebagai wakil penerjemah, perancangan dan secara aktif berperan serta
dalam perancangan.
Stylitic (ragam) adalah Gaya adalah suatu ragam (cara, rupa, bentuk, dan sebagainya) yang
khusus. Pengertian gaya – gaya dalam arsitektur post modern adalah suatu pemahaman
bentuk, cara, rupa dan sebagainya yang khusus mengenai arsitektur post modern:
a. Hybrid Expression adalah Penampilan hasil gabungan unsur–unsur modern
dengan: Vernacular, Local, Metaphorical, Revivalist, Commercial, dan
contextual.
b. Complexity adalah Hasil pengembangan ideology–ideology dan ciri–ciri
post modern yang mempengaruhi perancangan dasar sehingga
menampilkan perancangan yang bersifat kompleks. Pengamat diajak
menikmati, mengamati, dan mendalami secara lebih seksama
c. Variable Space with surprise adalah Perubahan ruang–ruang yang tercipta
akibat kejutan, misalnya: warna, detail elemen arsitektur, suasana interior
dan lain–lain.
d. Conventional and Abstract Form adalah menampilkan bentuk konvensional
dan bentuk-bentuk yang rumit (popular), sehingga mudah ditangkap
artiinya.
e. Eclectic adalah Campuran langgam–langgam yang saling berintegrasi secara
kontinu untuk menciptakan unity.
f. Semiotic adalah Arti yang hendak di tampilkan secara fungsi.
g. Varible Mixed Aesthetic Depending On Context Expression on content and
semaic appropriateness toward function. Gabungan unsur estetis dan
fungsi yang tidak mengacaukan fungsi.
h. Pro Or Organic Applied Ornament adalah Mencerminkan kedinamisan
sesuatu yang hidup dan kaya ornamen.
i. Pro Or Representation adalah Menampilkan ciri–ciri yang gamblang
sehingga dapat memperjelas arti dan fungsi.
j. Pro-metaphor adalah Hasil pengisian bentuk–bentuk tertentu yang
diterapkan pada desain bangunan sehingga orang lebih menangkap arti dan
fungsi bangunan.
k. Pro-Historical reference adalah Menampilkan nilai-nilai histori pada setiap
rancangan yang menegaskan ciri-ciri bangunan.
l. Pro-Humor ialah Mengandung nilai humoris, sehingga pengamat diajak
untuk lebih menikmatinya.
m. Pro-simbolic adalah Menyiratkan simbol-simbol yang mempermudah arti
dan yang dikehendaki perancang.
3. Design Ideas adalah suatu gagasan perancangan. Pengertian ide-ide desain dalam Arsitektur
Post Modern yaitu suatu gagasan perancangan yang mendasari Arsitektur Post Modern.
a) Contextual Urbanism and Rehabilitation ialah Kebutuhan akan suatu
fasilitas yang berkaitan dengan suatu lingkungan urban.
b) Functional Mixing ialah Gabungan beberapa fungsi yang menjadi tuntutan
dalam perancangan.
c) Mannerist and Baroque ialah Kecenderungan untuk menonjolkan diri.
d) All Phetorical Means ialah Bentuk rancangan yang berarti.
e) Skew Space and Extensions adalah Pengembangan rancangan yang
asimetris-dinamis.
f) Street Building.
g) Ambiquity adalah Menampilkan ciri-ciri yang mendua atau berbeda tetapi
masih unity dalam fungsi.
h) Trends to Asymetrical Symetry adalah Menampilkan bentuk-bentuk yang
berkesan keasimetrisan yang seimbang.