Terkait dengan masalah utama yang dihadapi standar, Edey membedakan persyaratan
standar kedalam 4 tipe:
Standar akuntansi merupakan masalah penting dalam profesi dan semua pemakai laporan
yang memiliki kepentingan terhadapnya. Standar akuntansi ini akan terus berubah dan
berkembang sesuai dengan perkembangan dan tuntutan masyarakat. Alasan pentingnya
merumuskan standar akuntansi yang relevan bagi lembaga-lembaga resmi akuntansi,
diantaranya sebagai berikut.
Standar akuntansi ini saat ini umumnya disusun oleh lembaga resmi yang diakui
pemerintah, profesi dan umum. Kalau di Indonesia yang berwenang menyusun ini adalah
Dewan Standar Akuntansi Keuangan yang berada dibawah naungan IAI (Ikatan Akuntan
Indonesia). Sementara itu, di Amerika lembaga yang berwenang mensahkan standar
akuntansi adalah Financial Accounting Standar Board (FASB) yang bebas dari pengaruh
profesi secara langsung.
Standar yang berdasarkan prinsip dan berdasarkan aturan (Principles-based
standards and rules-based)
Standar yang menggunakan principles based hanya mengatur hal-hal yang pokok
dalam standar, sedangkan prosedur dan kebijakan detail diserahkan kepada pemakai.
IFRS menggunakan prinsip ini. Standar mengatur prinsip pengakuan sebagai substansi
ekonomi, tidak didasarkan pada ketentuan detail dalam atribut kontrak perjanjian.
Sedangkan standar yang menggunakan Rule Based, memuat ketentuan akuntansi secara
detail. Keunggulan pendekatan ini akan menghindari dibuatnya perjanjian atau transaksi
mengikuti peraturan dalam konsep pengakuan. Penyusun laporan keuangan dapat
merancang suatu transaksi sehingga dapat diakui secara akuntansi dan bukan melihat dari
substansi ekonomi dari transaksi tersebut. Namun standar yang bersifat principles based
mengharuskan pemakainya untuk membuat penilaian (judgement) yang tepat atas suatu
transaksi untu menentukan substansi ekonominya dan menentukan standar yang tepat
untuk transaksi tersebut.
Keuntungan rules-based standards:
- Meningkatkan panduan saat ada prinsip yang kurang jelas atau sesuai
- Meningkatkan panduan saat standar tidak konsisten dengan kerangka konseptual dari
pengatur standar
- Meningkatkan keterbandingan antara beberapa laporan keuangan
- Mengurangi ketidaktepatan yang mengarah pada pilihan pelaporan yang agresif oleh
manajemen
- Meningkatkan verifikasi untuk auditor dan regulator
Sumber-sumber diatas, dapat dipandang sebagai suatu hirarki. Oleh karena itu, hirarki
tersebut dapat digambarkan sebagai sebuah rumah yang menampung semua opini yang
dikeluarkan oleh badan-badan akuntansi yang berwenang. Berikut ini merupakan
gambaran dari rumah GAAP:
Sedangkan di Indonesia, PABU di Indonesia ditampilkan sebagai berikut:
PABU dijadikan kriteria oleh auditor independen untuk memberikan pendapat atas
laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen. Sebagaimana yang diatur dalam
Standar Profesional Akuntan Publik (IAI, 2001), auditor harus menyatakan apakah
laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan “prinsip akuntansi berterima umum di
Indonesia” ini berarti laporan keuangan yang diaudit dibandingkan dengan PABU.
IAI menjelaskan frasa “prinsip akuntansi berterima umum” adalah suatu istilah teknis
akuntansi yang mencakup konvensi, aturan dan prosedur yang diperlukan untuk
merumuskan praktik akuntansi yang berterima umum pada saat tertentu. PABU
merupakan rajutan dari berbagai aturan dan konsep. Aturan dari konsep ini awalnya
dikembangkan dari praktik tetapi telah ditambah dan dikurang oleh badan yang punya
otoritas. PABU di Indonesia mengacu pada berbagai sumber sebagai berikut:
a. Prinsip akuntansi yang ditetapkan atau dinyatakan berlaku oleh badan pengatur
dari Ikatan Akuntansi Indonesia.
b. Pernyataan dari badan, yang terdiri dari pakar pelaporan keuangan yang
mempertimbangkan isu akuntansi dalam forum public dengan tujuan menetapkan
aturan suatu akuntansi atau menjelaskan praktik akuntansi yang ada dan berterima
umum, dengan syarat penerbitan prosesnya penerbitan tersebut terbuka untuk
dikomentari oleh public dan badan pengatur standar dari Ikatan Akuntan
Indonesia tidak menyatakan keberatan atas penerbitan pernyataan tersebut.
c. Pernyataan dari badan, yang terdiri dari pakar pelaporan keuangan, yang
mempertimbangkan isu akuntansi dalam forum public dengan tujuan
mengintepretasikan atau menetapkan prinsip akuntansi atau menjelaskan praktik
akuntansi yang ada dan berterima umum, atas pernyataan yang tersebut yang
penerbitannya tidak pernah dinyatakan keberatan dari badan pengatur standar dari
Ikatan Akuntan Indonesia tetapi belum pernah secara terbuka dikomentari oleh
public.
d. Praktik atau pernyataan resmi yang secara luas diakui sebagai berterima umum
karena mencerminkan praktik yang lazim dalam industry tertentu, atau penerapan
dalam keadaan khusus dari pernyataan yang diakui sebagai berterima umum, atau
penerapan standar akuntansi internasional atau standar akuntansi yang berterima
umum di wilayah lain yang menghasilkan penyajian subtansi transaksi secara
lebih baik.
Sehubungan dengan sumber acuan PABU ini ada tiga tingkatan yang dapat
digunakan untuk menentukan apakah praktik merupakan PABU. Tingkatan ini terdiri
dari:
a. Pernyataan Otoritatif
b. Publikasi resmi
c. Sumber-sumber lain
Tingkatan ini bersifat hirarki yang mengandung arti bahwa tingkatan pertama
harus digunakan terlebih dahulu. Tingkatan kedua dan ketiga dapat digunakan jika
tingkat pertama tidak mengatur. Pernyataan yang dikeluarkan AICPA sebelum
terbentuknya FASB berupa APB Opinion dan ARB dinyatakan berlaku sebagai
pernyataan otoritatif oleh FASB. Miller at al (1985) menyatakan bahwa GAAP
merupakan standar yang ditetapkan FASB serta APB opinion dan ARB yaitu termasuk
dalam tingkatan pertama. Tingkatan lainnya yang bukan GAAP tetapi dapat digunakan
sebagai pedoman dalam praktik. Urutan sumber-sumber prinsip akuntansi berterima
umum yaitu:
a. Pedoman akuntansi dan audit industry serta interpretasi akuntansi yang
dikeluarkan AICPA.
b. Publikasi FASB lainnya seperti bulletin teknis dan pernyataan akuntansi yang
dikeluarkan AICPA.
c. Publikasi-publikasi komisi pasar modal seperti Accounting Series Release.
d. Praktik-praktik yang diakui seperti yang ditunjukkan dalam publikasi AICPA
tahunan yang dinamakan Accounting Trends and Techniques.
e. Paper yang membahas isu tertentu yang dikeluarkan AICPA, pernataan
konsep FASB, textbook dan artikel lain.
Sebagian besar The Big 8 merupakan aliansi antara firma yang berasal dari
British dan US pada abad ke- 19 atau awal abad ke-20. Kompetisi diantara
akuntan semakin intensif dan The Big 8 menjadi The Big 6 pada Juni 1989 ketika
Ernst & Whinney dengan Arthur Young menjadi Ernst & Young serta Deloitte,
Haskins & Sells dengan Touche Ross menjadi Deloitte & Touche pada Agustus
1989. Selengkapnya The Big 6 mencakup:
Arthur Andersen
Coopers & Lybrand
Ernst & Young
Deloitte & Touche
Peat Marwick Mitchell
Price Waterhouse
Pada Juli 1998 The Big 6 menjadi The Big 5 ketika Price Waterhouse
merger dengan Coopers & Lybrand menjadi Pricewaterhouse Coopers.
Selengkapnya The Big 5 adalah:
Arthur Andersen
Ernst & Young
Deloitte & Touche
Peat Marwick Mitchell
Pricewaterhouse Coopers
FASB adalah badan atau lembaga non profit yang bertujuan untuk
menetapkan atau membuat suatu sistem prinsip akuntansi yang bisa diterima secara
umum. FASB sendiri terbentuk pada tahun 1973 yang menggantikan fungsi CAP dan
APBD pada AICPA. Fungsi dari FASB adalah untuk menetapkan standar akuntansi
keuangan yang mengatur penyusunan lappran keuangan oleh entitas non pemerintah
secara kredibel, akurat dan sesuai standar penyajian laporan keuangan. Misi FASB
adalah untuk membangun dan meningkatkan standar akuntansi dan pelaporan
keuangan yang mendorong pelaporan keuangan oleh badan non pemerintah mampu
menyediakan informasi bagi investor bagi pengguna lain laporan keuangan untuk
pengambilan keputusan. FASB merupakan bagian dari struktur independen atas
semua organisasi bisnis dan profesi. Stuktur tersebut terdiri dari Standards Advisory
Council (FASAC), Governmental Accounting Standard Board (GASB), dan
Governmental Accounting Standards Advisory Council (GASAC).
e. Organisasi/Badan Lain
Ada banyak organisasi atau badan lain yang mempunyai peran langsung atau
tidak langsung terhadap perumusan standar akuntansi. Berikut merupakan beberapa
organisasi yang mempunyai kontirbusi dalam standar akuntansi:
The Institute of Management Accountant I(IMA) merupakan organisasi
profesi yang menggabungkan pada akuntan manajemen di USA.
The Cost Accounting Standard Board (CASB)
The Financial Executive Institute (FEI)
International Accounting Standard Committee (IASC)
Badan-badan/organisasi luar negeri lainnya.
Tujuan pelaporan keuangan oleh perusahaan yang bertujuan mencari laba yang
diterbitkan November 1978.
Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi yang diterbitkan Mei 1980 kemudian
diterima dengan Statement No. 6, Desember 1980.
Tujuan pelaporan keuangan organisasi non profit diterbitkan Desember 1980
Pengakuan dan Pengukuran dalam Laporan Keuangan Perusahaan Bisnis diterbitkan
Desember 1984.
Elemen-elemen Laporan Keuangan yang diterbitkan pada Desember 1985.
FASB mempunyai tujuh anggota full time , yaitu 3 orang berasal dari praktisi
akuntansi professional (CPA), 2 orang dari industry dan masing-masing dari akademi dan
pemerintah. Anggota-anggota dewan harus memutuskan semua ikatan ekonomi dan
organisasi dengan tempat kerja atau kepemilikan sebelumnya.
Pada fase ini manajemen dianggap memiliki peran penting yang besar merumuskan
standar akuntansi. Peranan ini muncul akibat bertambahnya investor dan peranannya
yang besar dalam perkembangan perusahaan setelah tahun 1900. Pemisahan fungsi
antara pemilik dan manajemen menimbulkan kekuatan besar di tangan manajemen
dalam mengontrol perusahaan sekaligus menyajikan laporan keuangan sehingga
standar akuntansi yang muncul berasal dari manajemen. Jika situasi manajemen
mempengaruhi penyusunan standar akuntansi terjadi keadaaan sebagai berikut:
Pada fase ini perumusan standar akuntansi didominasi oleh profesi. Pada periode
organisasi tumbuh dan berkembang dengan pesat. Pada fase ini pulalah keluar dari
Securities Acts, yaitu peraturan tentang modal pada tahun 1933 dan 1934 yang
merupakan bentuk campur tangan pemerintah dalam akuntansi. AICPA pada tahun
1938-1959 menerbitkan Accounting Research Bulletins dan 1959-1973 diterbitkan
APB opinions, demikian juga AAA sebagai organisasi melakukan penelitian dan
penerbitan tentang kerangka teori akuntansi. Pada periode ini organisasi profesi
memiliki peranan yang dominan dan perumusan standar akuntansi. Dominasi profesi
ini juga memberikan dampak sebagai berikut:
Kelemahan yang terdapat pada fase peranan manajemen dan fase profesi
menimbulkan kecenderungan pada metode yang lebih condong deduktif dan politisasi
dalam penyusunan standar akuntansi. Pada fase inilah lahirnya FASB yang
merupakan unsur dari peleburan praktisi, bisnis, akademi dan lembaga formal. Di
Amerika sendiri masalah akuntansi sudah pernah menjadi agenda kongres yang
dikenal dengan Metcalf Report yang berjudul The Accounting Establishment. Laporan
ini menuduh kantor akuntan yang bergabung dalam The Big 8 melakukan monopoli
terhadap audit perusahaan-perusahaan besar dan proses penyusunan standar
akuntansi.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah organisasi profesi akuntan yang juga
merupakan badan yang menyusun standar akuntansi keuangan di Indonesia.
Pengembangan standar akuntansi keuangan sejak berdirinya IAI pada tahun 1957 hingga
kini pengembangan standar akuntansi ini dilakukan secara terus menerus, pada tahun
1973 terbentuk panitia Penghimpunan Bahan-bahan dan Struktur GAAP dan GAAS.
Kemudian 1974 dibentuk Komiter Prinsip Akuntansi Indonesia (Komite PAI) yang
bertugas menyusun standar keuangan. Komite PAI telah bertugas selama empat periode
kepengurusan IAI sejak tahun 1974 hingga 1994 dengan susunan personel yang
diperbaharui. Selanjutnya pada periode kepengurusan IAI tahun 1994 – 1998 Nama
Komite PAI diubah menjadi Komite Standar Akuntansi Keuangan (Komite SAK) yang
kemudian pada kongres VIII tanggal 23-24 September 1998 di Jakarta, Komite SAK
diubah menjadi Dewan Standar Akuntansi Keuangan untuk masa bakti 1998-2000 dan
diberikan otonomi untuk menyusun dan mengesahkan PSAK.
Sejak IAI berdiri telah dihasilkan tiga standar akuntansi sebagai berikut:
Pada tahun 1973 untuk pertama kali IAI menerbitkan suatu buku Prinsip
Akuntansi Indonesia (PAI) yang sebagian besar merupakan terjemahan buku
Paul Grady, Penerbitan ini dipicu oleh diaktifkannya pasar modal di
Indonesia tahun 1973.
Tahun 1984 buku Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 menggantikan PAI 1973
diterbitkan. Komite PAI melakukan revisi secara mendasar terhadap PAI
1973.
Pada tahun 1994, IAI kembali melakukan revisi total PAI 1984 dan sejak itu
mengeluarkan serial standar keuangan yang diberi nama Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) yang ditebritkan sejak 1 Oktober 1994.
Pendekatan pasar bebas dilandasi asumsi dasar bahwa informasi akuntansi merupakan
komoditi ekonomi serupa dengan barang atau jasa lain. Atas dasar asumsi tersebut,
jumlah informasi akuntansi yang disajikan akan dipengaruhi oleh kekuatan
permintaan dan penawaran. Permintaan muncul dari pemakai yang berkepentingan
dengan informasi, sedangkan penawaran dilakukan oleh perusahaan dalam bentuk
laporan keuangan. Melalui interaksi antara kekuatan pasar tersebut, akan dicapai
suatu keseimbangan dimana jumlah informasi yang optimal diungkapkan pada harga
yang optimal. Pada saat informasi tertentu diminta, pasar akan menghasilkan
infromasi tersebut apabila harga yang ditawarkan tepat. Konsekuensinya, pasar
dipandang sebagai mekanisme ideal untuk menentukan jenis informasi yang harus
diungkapkan dan kelompok penerima informasi. Dengan demikian standar akuntansi
akan menentukan informasi yang dihasilkan dan siapa yang akan menerima informasi
tersebut. Pendukung pendapat ini juga berpendapat bahwa standar “Mandatory”
merupakan suatu yang tidak diinginkan karena standar tersebut cenderung
menghasilkan informasi yang berlebihan, sementara biaya untuk menghasilkan
informasi tersebut tidak ditanggung oleh pemakai.
b. Pendekatan Regulasi
Pendukung pendekatan regulasi berpendapat bahwa kegagalan pasar atau asimetri
informasi, berkaitan dengan penyajian informasi keuangan bagi pihak berkepentingan
dapat menurunkan kepercayaan investor. Masalah ini kemungkinan dapat diatasi
melalui regulasi. Penelitian juga menunjukkan bahwa regulasi khususnya melalui
standar akuntansi, bermanfaat bagi penyaji, auditor dan agen regulasi. Hal ini
disebabkan regulasi memberika pedoman yang jelas tentang model pelaporan,
verifikasi dan evaluasi tujuan. Para pendukung regulasi beragumen bahwa kegagalan
pasar dapat terjadi karena berbagai faktor. Faktor tersebut antara lain:
Monopoli informasi
Hipotesis Investor Naif
Fiksasi Fungsional
Angka-angka yang Menyesatkan
Keragaman Prosedur
Kurangnya Obyektivitas
Martani, Dwi et al. (2012). Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK. Jakarta: Salemba Empat