Anda di halaman 1dari 9

JMPK Vol. 08/No.

03/September/2005 Memahami Kemiskinan secara Multidimensional

MEMAHAMI KEMISKINAN SECARA MULTIDIMENSIONAL


UNDERSTANDING MULTIDIMENSION OF POVERTY

Chriswardani Suryawati
Fakultas Kesehatan Masyarakat dan
Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro,
Semarang, Jawa Tengah

ABSTRACT

Poverty is a human development problem in developing countries. Million peoples in the


world live under poverty line. They are hungry, homeless, jobless, powerless, dependent, isolated
and marginalized not only because of internal factors, but also external factors, like economy,
socio cultural, socio politics, geography, health and education system. Human poverty should
be understood in multidimension. To empower poor community from poverty trap, many policies
from all dimensions should be implemented simultaneously. But most policy makers do not
understood the multidimensions of poverty. The understanding of multidimensional poverty
would lead to better pro poor policies arrangement and subsequently the poverty trap will be
broken. This paper aimed to explain what is poverty, poverty data, the causes of poverty and
economies, health, socio cultural, socio politics and education dimensions.

Keywords: poverty, empowerment, development, health status

PENGANTAR Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang


Pada dekade terakhir ini, kemiskinan menjadi berkembang dan secara konsisten telah melakukan
topik yang dibahas dan diperdebatkan di berbagai pembangunan nasional mulai zaman Orde Baru
forum nasional maupun internasional, walaupun (tahun 1966 sampai dengan 1998) dan dilanjutkan
kemiskinan itu sendiri telah muncul ratusan tahun dengan Orde Reformasi (1998 sampai sekarang)
yang lalu. Fakta menunjukkan pembangunan yang tidak lepas dari permasalahan kemiskinan. Jumlah
telah dilakukan belum mampu meredam penduduk miskin di tahun 1970 berjumlah 70 juta
meningkatnya jumlah penduduk miskin di dunia, jiwa (60%) turun menjadi 22 juta jiwa (11%) pada
khususnya negara-negara berkembang. tahun 1997, tetapi meningkat pesat menjadi 80 juta
Diperkirakan ada yang kurang tepat dalam jiwa (naik sekitar 400%) pada tahun 1998 ketika
perumusan dan implementasi kebijakan untuk krisis ekonomi melanda Indonesia (Tabel 1).1
memberantas kemiskinan dan memberdayakan
penduduk miskin. Selama ini kemiskinan lebih Tabel 1. Perkembangan Penduduk Miskin
sering dikaitkan dengan dimensi ekonomi karena di Indonesia Tahun 1970 – 2004
dimensi inilah yang paling mudah diamati, diukur, Jumlah
Tahun Persentase
dan diperbandingkan. Padahal kemiskinan (juta jiwa)
berkaitan juga dengan berbagai dimensi antara lain 1970 70,0 60,0
dimensi sosial, budaya, sosial politik, lingkungan 1976 54,2 40,4
(alam dan geografis), kesehatan, pendidikan, 1980 43,2 28,6
1984 35 21,6
agama, dan budi pekerti. Menelaah kemiskinan 1987 30 17,4
secara multidimensional sangat diperlukan untuk 1990 27,2 15,1
perumuskan kebijakan pengentasan kemiskinan. 1993 25,9 13,7
1996 22,5 11,3
1996 (revisi 34,5 17,5
SELINTAS DATA SITUASI KEMISKINAN metode)
Setiap hari, setiap bulan, dan setiap tahun ada 1998 80 42,1
1999 47,9 23,4
kemiskinan di sekitar kita. Disadari atau tidak, 2002 38,4 18,4
kemiskinan dan kemakmuran seringkali 2003 37,4 17,4
berdampingan di suatu wilayah bahkan di dalam 2004 36,1 16,7
suatu negara yang makmur (kaya) sekalipun.
Sumber: Kompas 9 April 20051

121
Memahami Kemiskinan secara Multidimensional

Pada rentang tahun 1981 sampai dengan b. Kemiskinan relatif: kondisi miskin karena
2001 jumlah penduduk miskin di dunia turun dari pengaruh kebijakan pembangunan yang
1,5 milyar orang (40%) menjadi 1,1 milyar orang belum menjangkau seluruh masyarakat,
(21%). Angka ini merupakan statistik Bank Dunia sehingga menyebabkan ketimpangan pada
yang mengukur garis kemiskinan berdasarkan pendapatan.
pendapatan seseorang kurang dari US$1 per hari c. Kemiskinan kultural: mengacu pada persoalan
(setara Rp8.500,00 per hari).2 sikap seseorang atau masyarakat yang
disebabkan oleh faktor budaya, seperti tidak
PENGERTIAN KEMISKINAN mau berusaha memperbaiki tingkat
Dalam arti proper kemiskinan dipahami kehidupan, malas, pemboros, tidak kreatif
sebagai keadaan kekurangan uang dan barang meskipun ada bantuan dari pihak luar.
untuk menjamin kelangsungan hidup. Dalam arti d. Kemiskinan struktural: situasi miskin yang
luas, kemiskinan merupakan suatu fenomena multi disebabkan karena rendahnya akses terhadap
face atau multidimensional.3 sumber daya yang terjadi dalam suatu sistem
Chambers (dalam Nasikun) 3 mengatakan sosial budaya dan sosial politik yang tidak
bahwa kemiskinan adalah suatu integrated concept mendukung pembebasan kemiskinan, tetapi
yang memiliki lima dimensi, yaitu: 1) kemiskinan seringkali menyebabkan suburnya kemiskinan.
(proper ), 2) ketidakberdayaan ( powerless), 3)
kerentanan menghadapi situasi darurat (state of Perkembangan terakhir, menurut Jarnasy4
emergency), 4) ketergantungan (dependence), dan kemiskinan struktural lebih banyak menjadi sorotan
5) keterasingan (isolation) baik secara geografis sebagai penyebab tumbuh dan berkembangnya
maupun sosiologis. ketiga kemiskinan yang lain.
Hidup dalam kemiskinan bukan hanya hidup Kemiskinan juga dapat dibedakan menjadi
dalam kekurangan uang dan tingkat pendapatan dua jenis yaitu kemiskinan alamiah dan kemiskinan
rendah, tetapi juga banyak hal lain, seperti: tingkat buatan (artificial).5
kesehatan, pendidikan rendah, perlakuan tidak adil a. Kemiskinan alamiah berkaitan dengan
dalam hukum, kerentanan terhadap ancaman kelangkaan sumber daya alam dan prasarana
tindak kriminal, ketidakberdayaan menghadapi umum, serta keadaan tanah yang tandus.
kekuasaan, dan ketidakberdayaan dalam b. Kemiskinan buatan lebih banyak diakibatkan
menentukan jalan hidupnya sendiri.3 Kemiskinan oleh sistem modernisasi atau pembangunan
dapat dibagi dalam empat bentuk, yaitu:3 yang membuat masyarakat tidak dapat
a. Kemiskinan absolut: bila pendapatannya di menguasai sumber daya, sarana, dan fasilitas
bawah garis kemiskinan atau tidak cukup untuk ekonomi yang ada secara merata.
memenuhi pangan, sandang, kesehatan,
perumahan, dan pendidikan yang diperlukan
untuk bisa hidup dan bekerja.

Daya beli barang dan • Pangan


Penduduk miskin jasa umum serta • Kesehatan
(Sosial ekonomi (termasuk gizi dan • Perumahan
rendah) à pendapatan pelayanan kesehatan) (Lingkungan)
rendah rendah • Pendidikan
(rendah / tidak
layak)
Produktivitas masyarakat dan
negara (rendah)
• Hasil (output)
Status kesehatan
• Prestasi sekolah
dan status gizi
rendah

• Partisipasi (rendah)
• Absensi (meningkat)
Morbiditas
• Kecerdasan dan
keterampilan (rendah) Mortalitas
(tinggi)

Skema 1. Perangkap Kemiskinan (Poverty Trap) 5

122
Memahami Kemiskinan secara Multidimensional

Ciri-ciri kelompok (penduduk) miskin yaitu: 1) sehingga akses dan penghargaan hasil kerja
rata-rata tidak mempunyai faktor produksi sendiri yang diberikan lebih rendah dari laki-laki.
seperti tanah, modal, peralatan kerja, dan g. Cultural and ethnic factors: bekerjanya faktor
keterampilan, 2) mempunyai tingkat pendidikan budaya dan etnik yang memelihara
yang rendah, 3) kebanyakan bekerja atau berusaha kemiskinan. Misalnya, pola hidup konsumtif
sendiri dan bersifat usaha kecil (sektor informal), pada petani dan nelayan ketika panen raya,
setengah menganggur atau menganggur (tidak serta adat istiadat yang konsumtif saat upacara
bekerja), 4) kebanyakan berada di pedesaan atau adat atau keagamaan.
daerah tertentu perkotaan (slum area), dan 5) h. Explotative intermediation : keberadaan
kurangnya kesempatan untuk memperoleh (dalam penolong yang menjadi penodong, seperti
jumlah yang cukup): bahan kebutuhan pokok, rentenir (lintah darat).
pakaian, perumahan, fasilitas kesehatan, air i. Internal political fragmentation and civil stratfe:
minum, pendidikan, angkutan, fasilitas komunikasi, suatu kebijakan yang diterapkan pada suatu
dan kesejahteraan sosial lainnya.6 daerah yang fragmentasi politiknya kuat, dapat
Strategi untuk mengatasi kemiskinan tidak menjadi penyebab kemiskinan.
lepas dari strategi pembangunan yang dianut suatu j. International processes: bekerjanya sistem-
negara. Program-program yang telah dilakukan sistem internasional (kolonialisme dan
untuk memerangi kemiskinan seringkali tidak kapitalisme) membuat banyak negara menjadi
memberikan hasil yang menggembirakan karena semakin miskin.
adanya perangkap kemiskinan (poverty trap) yang
tidak berujung pangkal, seperti tercantum pada Selain beberapa faktor di atas, penyebab
Skema 1 (modifikasi).6 kemiskinan di masyarakat khususnya di pedesaan
disebabkan oleh keterbatasan aset yang dimiliki,
PENYEBAB KEMISKINAN yaitu: 2
Nasikun2 menyoroti beberapa sumber dan a. Natural assets: seperti tanah dan air, karena
proses penyebab terjadinya kemiskinan, yaitu: sebagian besar masyarakat desa hanya
a. Policy induces processes: proses pemiskinan menguasai lahan yang kurang memadai untuk
yang dilestarikan, direproduksi melalui mata pencahariannya.
pelaksanaan suatu kebijakan (induced of b. Human assets: menyangkut kualitas sumber
policy ) diantaranya adalah kebijakan daya manusia yang relatif masih rendah
antikemiskinan, tetapi realitanya justru dibandingkan masyarakat perkotaan (tingkat
melestarikan. pendidikan, pengetahuan, keterampilan
b. Socio-economic dualism: negara ekskoloni maupun tingkat kesehatan dan penguasaan
mengalami kemiskinan karena pola produksi teknologi).
kolonial, yaitu petani menjadi marjinal karena c. Physical assets: minimnya akses ke
tanah yang paling subur dikuasai petani skala infrastruktur dan fasilitas umum seperti
besar dan berorientasi ekspor. jaringan jalan, listrik, dan komunikasi di
c. Population growth: perspektif yang didasari pedesaan.
pada teori Malthus bahwa pertambahan d. Financial assets: berupa tabungan (saving),
penduduk seperti deret ukur sedang serta akses untuk memperoleh modal usaha.
pertambahan pangan seperti deret hitung. e. Social assets: berupa jaringan, kontak dan
d. Recources management and the environment: pengaruh politik, dalam hal ini kekuatan
adanya unsur mismanagement sumber daya bargaining position dalam pengambilan
alam dan lingkungan, seperti manajemen keputusan-keputusan politik.
pertanian yang asal tebang akan menurunkan
produktivitas. KEMISKINAN DALAM DIMENSI EKONOMI
e. Natural cycles and processes: kemiskinan Dimensi ekonomi dari kemiskinan diartikan
terjadi karena siklus alam. Misalnya tinggal di sebagai kekurangan sumber daya yang dapat
lahan kritis, di mana lahan ini jika turun hujan digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan
akan terjadi banjir tetapi jika musim kemarau sekelompok orang, baik secara finansial maupun
akan kekurangan air, sehingga tidak semua jenis kekayaan yang dapat meningkatkan
memungkinkan produktivitas yang maksimal kesejahteraan masyarakat. Dikategorikan miskin
dan terus-menerus. bilamana seseorang atau keluarga tidak dapat
f. The marginalization of woman: peminggiran memenuhi kebutuhan pokok minimnya, seperti:
kaum perempuan karena perempuan masih sandang, pangan, papan, kesehatan, dan
dianggap sebagai golongan kelas kedua, pendidikan. Dimensi ekonomi dapat diukur dengan

123
Memahami Kemiskinan secara Multidimensional

nilai rupiah meskipun harganya selalu berubah- berdasarkan kriteria Keluarga Pra Sejahtera
ubah setiap tahunnya tergantung pada tingkat (Pra KS) dan Keluarga Sejahterara I (KS 1).
inflasi rupiah.7 Kemelaratan dan batas ini ditentukan Kriteria Keluarga Pra KS yaitu keluarga yang
oleh kebutuhan hidup yang minimal perlu dipenuhi tidak mempunyai kemampuan untuk
bagi kehidupan yang sederhana. menjalankan perintah agama dengan baik,
Kemiskinan dalam dimensi ekonomi paling minimum makan dua kali sehari, membeli lebih
mudah untuk diamati, diukur, dan diperbandingkan. dari satu stel pakaian per orang per tahun, lantai
Ada beberapa metode pengukuran tingkat rumah bersemen lebih dari 80%, dan berobat
kemiskinan yang dikembangkan di Indonesia, yaitu: ke Puskesmas bila sakit. Kriteria Keluarga
a. Biro Pusat Statistik (BPS)6: tingkat kemiskinan Sejahtera 1 (KS 1) yaitu keluarga yang tidak
didasarkan pada jumlah rupiah konsumsi berkemampuan untuk melaksanakan perintah
berupa makanan yaitu kurang dari 2100 kalori agama dengan baik, minimal satu kali per
per orang per hari (dari 52 jenis komoditi yang minggu makan daging/telor/ikan, membeli
dianggap mewakili pola konsumsi penduduk pakaian satu stel per tahun, rata-rata luas
yang berada di lapisan bawah), dan konsumsi lantai rumah 8 m2 per anggota keluarga, tidak
nonmakanan (dari 45 jenis komoditi makanan ada anggota keluarga umur 10 sampai 60
sesuai kesepakatan nasional dan tidak tahun yang buta huruf, semua anak berumur
dibedakan antara wilayah pedesaan dan antara 5 sampai 15 tahun bersekolah, satu dari
perkotaan). Patokan kecukupan 2100 kalori ini anggota keluarga mempunyai penghasilan
berlaku untuk susunan umur, jenis kelamin, rutin atau tetap, dan tidak ada yang sakit
dan perkiraan tingkat kegiatan fisik, berat selama tiga bulan.
badan, serta perkiraan status fisiologis Penetapan pengukuran dan kriteria
penduduk. kemiskinan secara nasional sangat sulit. Masih
b. Sayogyo 6: tingkat kemiskinan didasarkan diperlukan kajian yang dapat mengakomodasi-
jumlah rupiah pengeluaran rumah tangga yang kan permasalahan kemiskinan yang kompleks
disetarakan dengan jumlah kilogram konsumsi baik dari segi ekonomi, budaya, sosial,
beras per orang per tahun dan dibagi wilayah psikologik, dan geografik yang sangat
pedesaan dan perkotaan. bervariasi di Indonesia. Hampir semua
Daerah pedesaan: pendekatan dalam mengkaji kemiskinan masih
a. Miskin: bila pengeluaran keluarga lebih berporos pada paradigma modernisasi
kecil daripada 320 kg nilai tukar beras per (modernisation paradigm) yang dimotori oleh
orang per tahun. Bank Dunia. Paradigma ini bersandar pada
b. Miskin sekali: bila pengeluaran keluarga teori-teori pertumbuhan ekonomi neo klasik
lebih kecil daripada 240 kg nilai tukar (orthodox neoclassical economics) dan model
beras per orang per tahun. yang berpusat pada produksi ( production-
c. Paling miskin: bila pengeluaran keluarga centred model). Sejak pendapatan nasional
lebih kecil daripada 180 kg nilai tukar (GNP) mulai dijadikan indikator pembangunan
beras per orang per tahun. tahun 1950-an, para ilmuwan sosial selalu
merujuk pada pendekatan tersebut manakala
Daerah perkotaan: berbicara masalah kemiskinan satu negara.
a. Miskin: bila pengeluaran keluarga lebih Pengukuran kemiskinan kemudian sangat
kecil daripada 480 kg nilai tukar beras per dipengaruhi oleh perspektif income poverty
orang per tahun. yang menggunakan pendapatan sebagai satu-
b. Miskin sekali: bila pengeluaran keluarga satunya indikator garis kemiskinan.9
lebih kecil daripada 380 kg nilai tukar Di bawah kepemimpinan ekonom asal
beras per orang per tahun. Pakistan, Mahbub Ul Haq, pada tahun 1990-
c. Paling miskin: bila pengeluaran keluarga an UNDP memperkenalkan pendekatan
lebih kecil daripada 270 kg nilai tukar Human Development yang diformulasikan
beras per orang per tahun. dalam bentuk Indeks Pembangunan Manusia
( Human Development Index ) dan Indeks
c. Bank Dunia 2: Bank Dunia mengukur garis Kemiskinan Manusia (Human Poverty Index).
kemiskinan berdasarkan pada pendapatan Dibandingkan dengan pendekatan yang
seseorang kurang dari US$1 per hari (setara dipakai Bank Dunia, pendekatan UNDP relatif
Rp8.500,00 per hari) lebih komprehensif karena bukan hanya
d. Badan Koordinasi Keluarga Berencana mencakup dimensi ekonomi (pendapatan),
Nasional (BKKBN)8: mengukur kemiskinan melainkan juga pendidikan (angka melek

124
Memahami Kemiskinan secara Multidimensional

huruf), dan kesehatan (angka harapan hidup). rendahnya absensi kerja dan sekolah. Hal tersebut
Pendekatan kemiskinan versi UNDP berporos menyebabkan peningkatan kemampuan,
pada paradigma pembangunan populis atau keterampilan, dan kecerdasan, sehingga
kerakyatan (popular development paradigm) pendapatan individu, masyarakat, dan negara
yang memadukan konsep pemenuhan meningkat. Pendapatan ini menjadi salah satu
kebutuhan dasar dari Paul Streeten dan teori sumber daya pembangunan kesehatan dan gizi.
kapabilitas yang dikembangkan peraih Nobel Tentu saja sebaliknya, hal tersebut tidak akan
ekonomi 1998, Amartya Sen.9 terjadi jika pembangunan kesehatan dan gizi tidak
berhasil.10
KEMISKINAN DALAM DIMENSI KESEHATAN Dalam hal kesehatan, ketika berhadapan
Banyak data dan hasil penelitian yang dengan kemiskinan seperti yang terjadi pada masa
membuktikan bahwa kemiskinan sangat krisis ekonomi, reaksi masyarakat bermacam-
berhubungan dengan tingginya angka kesakitan macam, seperti: orang miskin cenderung
dan kematian. Tingkat pendapatan di bawah garis menghindari fasilitas rawat jalan, menunda
kemiskinan dan rendahnya kesempatan pelayanan RS, menghindari penggunaan jasa
memperoleh berbagai fasilitas kesejahteraan sosial spesialis yang mahal, cenderung memperpendek
akan mempersulit terpenuhinya berbagai keperluan rawat inap, membeli separo atau bahkan sepertiga
pangan bergizi atau kemampuan untuk menangkis obat yang diresepkan sehingga tidak menjalani
penyakit, sehingga tidak mengherankan apabila di pengobatan total, mencari pengobatan lokal yang
lingkungan mereka tingkat kematian bayi tinggi. kadang-kadang dapat menimbulkan efek
Berbagai macam penyakit mengancam mereka, berbahaya, para ibu cenderung melahirkan di
seperti: malaria, tuberkulosis, penyakit mata, rumah dengan bantuan dukun yang memperbesar
kwasioskor, dan lainnya sebagai akibat lemahnya risiko persalinan, penyakit menjadi kronis karena
daya resistensi. Hal ini menyebabkan usia harapan menghindari pengobatan yang mahal. Pasien gagal
hidup mereka pendek dan tingkat kematian mereka ginjal cenderung menunda, membatalkan atau
tinggi.6 dibatalkan dari pengobatan, pasien cenderung
Dari Skema 2 dapat diketahui bahwa apabila mengobati sendiri yang berakibat terjadi komplikasi,
pembangunan kesehatan dan gizi berhasil, maka tingkat pengguguran kandungan meningkat karena
status kesehatan dan status gizi akan meningkat biaya dan implikasi sosial ekonomi, pasien menolak
yang kemudian berakibat pada peningkatan kondisi atau menunda prosedur operasi karena ketiadaan
fisik, mental, dan kecerdasan, sehingga output dan biaya.11
partisipasi lebih baik yang ditunjukkan dengan

Pembangunan Status gizi Kondisi fisik, Output


gizi (meningkat) mental dan partisipasi
(berhasil) kecerdasan (meningkat)
(lebih baik) Absensi kerja dan
sekolah
(turun)

Pembangunan Morbiditas, Status


kesehatan mortalitas kesehatan
(berhasil) (turun) (meningkat)
Kemampuan,
keterampilan
kecerdasan,
SDM.
(meningkat)
Pembangunan Kemampuan
nasional masyarakat dan
semua bidang pemerintah
(meningkat) (pendapatan, SDM)
(meningkat)

Skema 2. Keterkaitan antara Pembangunan Kesehatan dan Ekonomi10

125
Memahami Kemiskinan secara Multidimensional

Krisis ekonomi yang telah melanda Indonesia Kemiskinan yang ditandai dengan
pada tahun 1997 sampai dengan tahun 2000 pengangguran mempunyai banyak dimensi yang
memberikan dampak yang tidak kecil pada status akan berkaitan dengan masalah kesehatan.
gizi. Di beberapa daerah kejadian ini diperburuk Review terhadap beberapa hasil penelitian yang
dengan adanya bencana kekeringan (El Nino) dan dilakukan oleh Bartley 16 menyimpulkan bahwa
kebakaran hutan, sehingga berkurangnya untuk memahami keterkaitan sosial, psikologi, dan
persediaan bahan pangan. Kesemuanya biologi antara pengangguran dengan kesakitan dan
mengakibatkan seluruh harga bahan makanan kematian perlu ditelaah dengan empat mekanisme
termasuk bahan makanan pokok naik. Hasil yaitu peran dari kemiskinan relatif, isolasi sosial,
penelitian di beberapa wilayah di Indonesia hilangnya rasa percaya diri, serta perilaku yang
memperlihatkan penurunan daya beli dan berhubungan dengan kesehatan.
ketersediaan bahan makanan di tingkat keluarga, Studi case control pada 293 keluarga dari
terutama mereka yang tinggal di daerah kelompok miskin yang tidak mempunyai rumah
perkotaan. 12 Masalah gizi utama yang telah tinggal (kelompok pertama) dan 334 orang dengan
menurun dalam tahun-tahun terakhir Repelita IV, pendapatan rendah tetapi mempunyai rumah
mulai meningkat kembali. Survei nasional tahun tinggal (kelompok kedua), keduanya mempunyai
1995 telah memperlihatkan prevalensi KEP total anak usia 3 bulan sampai dengan 17 tahun dan
(<80% BB/U) yang turun dari 47,8% pada tahun ibunya di Worchester negara bagian
1989 menjadi 35% pada tahun 1995.12 Pada kasus Massachussets Amerika Serikat menunjukkan
yang sama di salah satu provinsi yaitu Sulawesi bahwa kelompok pertama mempunyai jumlah
Selatan, berdasarkan hasil pemantauan status gizi gejala penyakit akut yang lebih tinggi termasuk
anak balita di Posyandu, prevalensi KEP nyata demam, infeksi telinga, diare, dan asma, sehingga
(<70% BB/U) sebesar 5,3% pada tahun 1997 kelompok ini memakai pelayanan gawat darurat
menjadi 14,7% pada tahun 1998.12 Hasil penelitian dan pelayanan rawat jalan lebih tinggi dibandingkan
senada juga ditemukan oleh Thaha, dkk.,12 di kelompok kedua. Kelompok pertama mempunyai
provinsi yang sama, persentase anak balita yang status kesehatan lebih buruk 2,83 kali dibandingkan
menderita malnutrisi akut (berdasarkan berat kelompok kedua dan mempunyai 1,71 kali lebih
badan per tinggi badan) sebesar 9,9% pada tahun banyak mempergunakan pelayanan rawat jalan,
1997 menjadi 14,4% pada tahun 1999. Hasil serta mempunyai 1,21 kali lebih banyak dalam
penelitian Helen Keller International (HKI), Depkes, memanfaatkan pelayanan gawat darurat. Stres
dan Universitas Diponegoro di Provinsi Jawa emosi pada ibu berhubungan dengan gejala sakit
Tengah tahun 1998 untuk masalah micronutrien yang akut, serta frekuensi penggunaan pelayanan
seperti defisiensi zat besi dan vitamin A setelah rawat jalan dan gawat darurat. Pentingnya
krisis ekonomi terjadi (Juni-Agustus 1998) intervensi untuk meningkatkan akses ke pelayanan
menunjukkan kenaikan yang berarti di berbagai primer bagi anak-anak dari keluarga miskin yang
daerah penelitian di Jawa Tengah dibandingkan tidak bertempat tinggal.17
sebelum krisis (Juni–Agustus 1996).13,14 Keterkaitan kemiskinan dengan status gizi
Berikut ini beberapa hasil penelitian tentang yang rendah dibuktikan oleh Gelberg 18 yang
keterkaitan kesehatan dengan kemiskinan di meneliti 457 orang dewasa dari kelompok miskin
negara maju. Hubungan antara beberapa outcome yang tidak bertempat tinggal dan menunjukkan
kesehatan dengan pemerataan distribusi hasil sebanyak 33,3% mempunyai status gizi
pendapatan di antara 50 negara bagian di Amerika rendah (diukur dari berat, lingkar bahu atas, dan
Serikat pada data tahun 1980 dan 1990 triceps skinfold). Status gizi rendah berkaitan
menunjukkan bahwa pendapatan di negara bagian dengan penggunaan obat yang lebih besar,
semakin tidak merata. Hal ini menyebabkan tingkat tingginya subsidi pangan (gratis), pendapatan yang
kematian per kelompok umur, jumlah bayi Berat rendah, dan berjenis kelamin pria.
Bayi Lahir Rendah (BBLR), angka bunuh diri, angka Dari penelitian ini direkomendasikan
kriminalitas, ketidakmampuan bekerja, jumlah pentingnya peningkatan program bantuan pangan
pengeluaran untuk pelayanan medis dan secara gratis, program perawatan kecanduan obat,
perlindungan keamanan oleh polisi, serta angka dan peningkatan pendapatan bagi kelompok ini.
merokok semakin besar. Tingkat pengangguran,
jumlah orang terhukum (narapidana), penerima
KEMISKINAN DALAM DIMENSI SOSIAL DAN
bantuan pendapatan dan pangan gratis, angka
BUDAYA
penduduk yang tidak terasuransi kesehatannya,
Dimensi sosial dari kemiskinan diartikan
serta outcome pendidikan lebih tinggi seiring
sebagai kekurangan jaringan sosial dan struktur
meningkatnya angka ketimpangan distribusi
yang mendukung untuk mendapatkan kesempatan
pendapatan.15

126
Memahami Kemiskinan secara Multidimensional

agar produktivitas seseorang meningkat. konsumtif juga banyak mewarnai masyarakat


Kekurangan jaringan tersebut disebabkan oleh dua pedesaan seperti berbagai pesta rakyat atau
faktor penghambat yaitu dari diri seseorang atau upacara perkawinan, kelahiran, dan bahkan
kelompok (misalnya karena tingkat pendidikan atau kematian yang dibiayai di luar kemampuan karena
hambatan budaya), dan hambatan dari luar prestise dan keharusan budaya. Hal ini seringkali
kemampuan seseorang (misalnya karena birokrasi mengakibatkan suatu keluarga terlibat rentenir atau
atau peraturan resmi yang dapat mencegah menjual harta bendanya untuk mendapatkan dana
mereka memanfaatkan kesempatan yang ada).7 penyelenggaraan pesta.
Pada masyarakat di negara maju, proses
peralihan dari masyarakat tradisional menuju KEMISKINAN DALAM DIMENSI SOSIAL POLITIK
masyarakat modern berhasil dilakukan. Tetapi pada Dimensi sosial politik dari kemiskinan lebih
masyarakat di negara sedang berkembang (dunia menekankan pada derajat akses terhadap
ketiga), ketika menuju modernitas mereka kekuatan yang mencakup tatanan sistem sosial
menghadapi hambatan sosial budaya berupa nilai- politik yang dapat menentukan alokasi sumber
nilai tradisional yang sangat kuat dalam segala daya untuk kepentingan sekelompok orang atau
aspek kehidupan. Hal tersebut menyebabkan tatanan sistem sosial yang menentukan alokasi
mereka hidup dalam keterbelakangan, tidak maju, penggunaan sumber daya. Kemiskinan politik
dan miskin.19 Kuatnya nilai-nilai budaya tradisional merupakan gejala yang secara tidak langsung
menyebabkan kondisi kehidupan masyarakat berpengaruh pada pengembangan kreativitas
menjadi statis, belum mengalami deferensiasi manusia dan masyarakat, yang pada gilirannya
struktural sehingga perkembangan politik, sosial, berpengaruh pada kualitas manusia.7
ekonomi, dan budaya tidak mengalami kemajuan Kebijakan pemerintah dalam kerangka sosial
yang berarti.19 Pada masyarakat tradisional ditandai politik disengaja atau tidak, sebagian di antaranya
dengan struktur keluarga yang rumit dan tidak justru menyebabkan kemiskinan. Hal ini sesuai
teratur, terdiri dari berbagai generasi, dan jumlah dengan pendapat para teoritisi bahwa masyarakat
anggota keluarga sangat banyak. Keluarga atau negara miskin itu bukan karena mereka miskin
bertanggung jawab pada kelangsungan keturunan, (a country is a poor because it is poor), tetapi karena
ekonomi rumah tangga, pendidikan, dan kebijakan pemerintah yang salah (a country is poor
kesejahteraan. because of poor policies). Beberapa kebijakan
Pada keluarga modern biasanya dicirikan ekonomi yang memberi andil menciptakan
dengan anggota keluarga sedikit dan lebih produktif kemiskinan di Indonesia, antara lain: kebijakan
karena lembaga masyarakat yang ada telah penetapan harga dasar gabah yang rendah,
berperan pada penyelenggaraan fungsi-fungsi pemberian subsidi impor beras dan bahan
dalam keluarga, seperti pendidikan, pelayanan makanan lain, mengakibatkan gairah petani untuk
kesehatan, ekonomi, dan keagamaan. menanam padi menjadi turun. Strategi
Mc. Cleland20 dalam studinya menyimpulkan industrialisasi yang tidak terarah dengan
bahwa nilai-nilai budaya tradisional turut mengabaikan sektor pertanian atau kebijakan
membentuk sikap mental masyarakat di negara ekonomi yang tidak memperhatikan keterkaitan
sedang berkembang. Nilai budaya tradisonal antara pertumbuhan sektor pertanian dan industri,
tersebut adalah mentalitas masyarakat yang belum pembangunan lebih berkonsentrasi pada
siap membangun (tidak memiliki sikap mental need perkotaan, subsidi modal untuk sektor modern dan
for achievement) dalam segala aspek. pengusaha papan atas padahal sektor ini bukan
Kemiskinan muncul sebagai akibat nilai tempat usaha orang miskin, dan lain-lain.3,4
budaya yang dianut kaum miskin itu sendiri, yang Di sisi lain, banyak negara sedang
berakar dari kondisi lingkungan yang serba miskin berkembang menggunakan isu kemiskinan dan
dan diturunkan dari generasi ke generasi (cultural pengentasan kemiskinan sebagai kartu
of poverty).21 Kaum miskin telah memasyarakatkan kemenangan pemilihan umum (pemilu), walaupun
nilai dan perilaku kemiskinan secara turun-temurun. pada kenyataannya setelah menang, isu tersebut
Akibatnya, perilaku tersebut melanggengkan belum tentu diwujudkan dalam program kerjanya.
kemiskinan mereka, sehingga masyarakat yang
hidup dalam kebudayaan kemiskinannya sulit untuk KEMISKINAN DALAM DIMENSI PENDIDIKAN,
membebaskan diri dari kemiskinan. AGAMA, DAN BUDI PEKERTI
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa aspek Keterkaitan kemiskinan dengan pendidikan
budaya dan etnik juga berpengaruh memelihara sangat besar karena pendidikan memberikan
kemiskinan.4 Pola hidup konsumtif pada petani dan kemampuan untuk berkembang lewat penguasaan
nelayan ketika panen raya, adat istiadat yang ilmu dan keterampilan. Pendidikan juga

127
Memahami Kemiskinan secara Multidimensional

menanamkan kesadaran akan pentingnya kemiskinan dan kelaparan (eradicate poverty and
martabat manusia. Mendidik dan memberikan hunger ), 2) mencapai pendidikan dasar bagi
pengetahuan berarti menggapai masa depan. Hal seluruh dunia ( achieve universal primary
tersebut seharusnya menjadi semangat untuk terus education), 3) meningkatkan kesetaraan gender
melakukan upaya mencerdaskan bangsa. Tidak dan memberdayakan perempuan (promote gender
terkecuali, keadilan dalam memperoleh pendidikan equality and empower women), 4) menurunkan
harus diperjuangkan dan seharusnya pemerintah angka kematian anak (reduce child mortality), 5)
berada di garda terdepan untuk mewujudkannya. meningkatkan kesehatan ibu (improve maternal
Penduduk miskin dalam konteks pendidikan health), 6) memerangi HIV/AIDS, malaria, dan
sosial mempunyai kaitan terhadap upaya penyakit-penyakit lainnya ( combat HIV/AIDS,
pemberdayaan, partisipasi, demokratisasi, dan malaria and other diseases ), 7) mewujudkan
kepercayaan diri, maupun kemandirian. Pendidikan lingkungan yang berkelanjutan ( ensure
nonformal perlu mendapatkan prioritas utama environmental sustainability), 8) mengembangkan
dalam mengatasi kebodohan, keterbelakangan, kemitraan dunia untuk pembangunan (develop a
dan ketertinggalan sosial ekonominya. Pendidikan global partnership for development).23
informal dalam rangka pendidikan sosial dengan Pada bulan Maret 2002 Deklarasi
sasaran orang miskin selaku kepala keluarga Johannesburg untuk pembangunan berkelanjutan
(individu) dan anggota masyarakat tidak lepas dari dan Deklarasi Johannesburg untuk rencana
konsep learning society adult education experience implementasi berhasil menyusun kerangka kerja
learning yang berupa pendidikan luar sekolah, untuk meningkatkan kemitraaan antara negara-
kursus keterampilan, penyuluhan, pendidikan dan negara kaya dan miskin. Memerangi kemiskinan
latihan, penataran atau bimbingan, dan latihan.22 seharusnya tidak bertentangan dengan upaya
Pendidikan agama dan budi pekerti sangat untuk mewujudkan perdamaian dunia walaupun
penting untuk penanaman nilai-nilai agamawi dan ancaman perang dan konflik, serta terorisme
budi pekerti terutama bagi anak-anak dan pemuda. sedang berlangsung di berbagai kawasan dunia.
Strategi pengentasan kemiskinan seharusnya tidak Sebaliknya memerangi kemiskinan akan
terpaku pada aspek ekonomi dan fisik saja, tetapi menyumbang terwujudnya perdamaian dunia.7
aspek nonfisik (rohaniah) juga perlu mendapatkan Direktur Millennium Project Jeffrey D. Sachs
porsi yang cukup dalam kebijakan ini. menyatakan dalam paparannya kepada peserta
pertemuan regional tingkat menteri se-Asia Pasifik
KEMISKINAN DALAM DIMENSI PERDAMAIAN di Jakarta tanggal 4 Agustus 2005 yang membahas
DUNIA Millennium Development Goals (MDGs) bahwa
Millenium Development Goals on Development perdamaian dunia tidak akan tercapai tanpa
and Eradication of Poverty in 2015 telah dibarengi pembangunan ekonomi. Oleh karena itu,
dideklarasikan oleh para pemimpin negara-negara harus ada gerakan internasional untuk memerangi
di dunia pada tahun 2000. Para pemimpin dunia kemiskinan dalam rangka menciptakan
berjanji bekerja sama untuk mencapai target dalam perdamaian dunia. “Tanpa global development, kita
pembangunan dan mengurangi kemiskinan di tahun tidak mungkin mencapai global security, karena
2015. Komitmen global tersebut mengamanatkan tidak ada perang terhadap teroris tanpa memerangi
semua negara anggota PBB agar berusaha lebih kemiskinan”.24
keras untuk meningkatkan pendapatan yang selama
ini tidak layak, kelaparan, ketimpangan jender, PENUTUP
kerusakan lingkungan, hambatan untuk Kemiskinan akan menjadi topik dalam
mendapatkan pendidikan, pelayanan kesehatan, berbagai diskusi dan perdebatan di masa datang
dan air bersih. Termasuk di dalam kesepakatan karena secara global telah ada kesepakatan untuk
global tersebut adalah mengurangi beban hutang, membangun dunia dengan memerangi kemiskinan
meningkatkan bantuan, perdagangan, dan transfer guna menciptakan perdamaian dunia. Masih
teknologi kepada negara-negara miskin.23 diperlukan kebijakan yang komprehensif dan terus-
Delapan tujuan dan 18 target telah menerus (konsisten) untuk memerangi kemiskinan
dicanangkan dalam Kesepakatan Global Untuk dalam berbagai dimensi, termasuk dimensi
Pembangunan dan Memerangi Kemiskinan. kesehatan dengan kebijakan jaminan
Delapan tujuan tersebut yaitu: 1) memerangi pemeliharaan kesehatan bagi orang miskin.

128
Memahami Kemiskinan secara Multidimensional

KEPUSTAKAAN 14. Hellen Keller International (HKI). Alarming Rise


1. Kompas. Ironi Kemiskinan di Negeri Kaya. 9 of Iron Deficiency Anemia may Herald “Lost
April 2005. Generation”. Crisis Bulletin. 1998;1 (3/
2. Surat Kabar Suara Pembaharuan. 24 April October).
2004. 15. Kaplan, G.A., Pamuk, E.R., Lynch, J.W.,
3. Nasikun. Diktat Mata Kuliah. Isu dan Kebijakan Coden, R.D., Balfour, J.L., Inequity in Income
Penanggulangan Kemiskinan. Magister and Mortality in the United States: Analysis of
Administrasi Publik. Universitas Gadjah Mada, Mortality and Potential Pathways. British
Yogyakarta. 2001. Medical Journal. 1996;312(7041):1253.
4. Jarnasy, Owin. Keadilan, Pemberdayaan dan 16. Bartley. M, Unemployment and Ill Health:
Penanggulangan Kemiskinan. Belantika. Understanding the Relationship. Journal of
Jakarta. 2004. Epidemiology and Community Health.1994; 48
5. Mas’oed, M. Politik, Birokrasi dan (4):333–37.
Pembangunan. Pustaka Pelajar Offset. 17. Weinreb, L., Goldberg, R., Bassuk, E., Perloff,
Yogyakarta.1997. L, Determinants of Health and Services Use
6. Salim, E. Pembangunan Ekonomi dan Patterns in Homeless and Low Income Housed
Pemerataan. Idayu. Jakarta.1980. Children. Journal of Pediatrics.1998;102(3):
7. Ellies, S. The Dimension of Poverty. Kumarian 554–62.
Press. 1994. 18. Gelberg, L., Stein, J.A., Neumann, C.G.
8. Departemen Kesehatan RI, Pedoman Determinants of Undernutrition Among
Pelaksanaan Program Jaring Perlindungan Homeless Adults. Public Health Report.
Sosial Bidang Kesehatan (JPSBK). 1999. 1995;110(4):448–54.
9. Suharto, E. Paradigma Baru Studi Kemiskinan, 19. Smelser, Neil. Toward Theory of Modernization
diakses dari CVDEDEMnew.htm dalam Amitai Etzioni dan Eva Etzioni (Ed),
10. Karjadi, D. Makalah pada Lokakarya Ekonomi Social Change. Basic Books. New
Kesehatan, Perumusan dan Aplikasi Ilmu York.1964:268–84.
Ekonomi Kesehatan di Indonesia. Cimacan 9 20. Mc. Clelland, The Achieving Society. Van
– 11 Oktober 1989. Nostrandt Reinhald Co. New York. 1961.
11. Soendoro, T. Jaring Pengaman Sosial Bidang 21. Lewis, Oscar. Kebudayaan Kemiskinan dalam
Kesehatan: Tindakan Strategis untuk Parsudi Suparlan. Kemiskinan di Perkotaan.
Mengurangi Dampak Krisis di Sektor Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. 1996:7-11.
Kesehatan. Medika. Edisi Khusus September 22. Supriatna, Tjahya. Birokrasi Pemberdayaan
1999. dan Pengentasan Kemiskinan. Humaniora
12. Hadju, V., Razak Thaha,A., Djunaidi, M., Utama Press. Bandung.1997.
Dahlan, dan Ramli. Status Gizi Anak Balita 23. United Nations Declaration. Millenium
pada Keluarga Miskin di Provinsi Sulawesi Development Goals: a Compact among
Selatan, Majalah Medika. Edisi Khusus Nations to End Human Poverty in 2015. 2000.
September 1999. 24. Tempo. Jeffrey Sachs: Perangi Kemiskinan
13. Hellen Keller International (HKI), Reemerging untuk Perdamaian Dunia. 4 Agustus 2005.
of the Threat of Vitamin A Deficiency. Crisis
Bulletin. 1998;1(2/October).

129

Anda mungkin juga menyukai