Anda di halaman 1dari 14

PENERAPAN TEORI BELAJAR HUMANISTIK

DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR


SERTA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN
MATEMATIS SISWA
Syarezza Dany Yusuf
Tadris Matematika
FTIK- IAIN Pekalongan
syarezaoutsder@gmail.com

Abstrak
Pembelajaran humanistik memandang siswa sebagai subjek yang bebas untuk
menentukan arah hidupnya, maka dari itu guru harus mengembangkan potensi
yang tertanam dalam diri siswa, sebagai upaya untuk menjadi manusia yang
sempurna. Di era modern ini pendidikan cenderung pragmatis. Akibatnya
proses pendidikan tidak lagi memperhatikan potensi siswa. Teori belajar
humanistik adalah teori yang fokus wacana berfokus pada perilaku manusia.
Dalam teori belajar ini peserta didik diharapkan bebas, berani, tidak terikat
oleh pendapat orang lain dan mengelola pendapatnya sendiri. Dalam
meningkatkan kemampuan matematis siswa, guru sebagai fasilitator harus
mengetahui bahwa aktivitas siswa terlihat dalam kondisi baik yang ditunjukkan
dengan: terlatihnya siswa sebagai penemu, siswa dapat belajar berbagai
macam cara dalam menyelesaikan masalah, (open ended), siswa dapat
mengembangkan ide-ide matematika yang terkait dengan sejarah dan budaya;
siswa memiliki kreativitas, percaya diri, mandiri, dan penasaran (curiosity),
dan siswa menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu
diharapkan siswa dapat meningkatkan motivasi belajar serta mampu
mengembangkan kemampuan matematisnya.
Kata Kunci: teori belajar humanistik, motivasi belajar, kemampuan matematis.
Abstrak
Humanistic learning sees students as subjects who are free to determine the
direction of their lives, therefore teachers must develop the potential that is
embedded in students, as an effort to become a perfect human being. In this
modern era education tends to be pragmatic. As a result the education process
no longer pays attention to the potential of students. Humanistic learning theory
is a theory that focuses discourse focusing on human behavior. In this learning
theory students are expected to be free, brave, not bound by the opinions of
others and manage their own opinions. In improving students' mathematical
abilities, the teacher as a facilitator must know that student activities are seen
in good condition as indicated by: trained students as inventors, students can
learn various ways of solving problems, (open ended), students can develop
mathematical ideas that are related to history and culture; students have
creativity, confident, independent, and curious (curiosity), and students use
mathematics in their daily lives. Therefore students are expected to be able to
increase their motivation to learn and be able to develop their mathematical
abilities.
Keywords: Humanistic Learning Theory, Learning motivation, mathematical
abilities.
Pendahuluan privat, bimbingan studi, dan sebagainya
Pendidikan dan pembelajaran bagi
(Dalyono, 2009).
setiap individu manusia merupakan “personal
Belajar merupakan proses yang
requirement” yang harus dipenuhi oleh setiap
kompleks yang terjadi pada setiap orang
manusia guna meningkatkan taraf hidupnya
sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi
dan mengangkat derajatnya, apakah itu di
karena adanya interaksi antara seseorang
lakukan di lingkungan keluarga sebagai
dengan lingkungannya (Baharun, 2016).
organisasi terkecil, sekolah ataupun di
Sebuah dimensi kajian differencial
lingkungan masyarakat (Baharun, 2016).
psychology memberikan ruang khusus tentang
Pembelajaran dapat dipahami sebagai segala
teori perbedaan individu manusia (Muali,
sesuatu yang dilakukan dengan maksud untuk
2017). Dalam perspektif psikologi, belajar
memfasilitasi belajar.
adalah merupakan proses dasar dari
Pembelajaran juga dapat dipahami
perkembangan hidup manusia. Dengan
sebagai upaya yang disengaja untuk
belajar, manusia melakukan perubahan-
mengelola kejadian atau peristiwa belajar
perubahan kualitatif individu sehingga tingkah
dalam memfasilitasi peserta didik sehingga
lakunya berkembang. Semua aktivitas dan
mampu memperoleh tujuan dari yang
prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil
dipelajari (Yaumi, 2013).
dari belajar. Belajar itu bukan sekedar
Belajar merupakan suatu kegiatan
pengalaman, belajar berlangsung secara aktif
yang cukup urgen dalam upaya pencapaian
dan integratif dengan berbagai bentuk
tujuan pendidikan. Tanpa belajar seseorang
perbuatan untuk mencapai suatu tujuan
tidak mungkin bisa menjadi orang yang
(Nidawati, 2013).
terdidik. Dengan kata lain orang yang terdidik
Ada 3 prinsip belajar yang utama
adalah orang yang selalu gemar belajar.
yakni: (1) Classical Conditioning, teori ini
Dalam kehidupannya selalu berusaha untuk
berkembang berdasarkan hasil eksperimen
belajar, sehingga tertanam suatu prinsip pada
yang dilakukan Ivan Pavlov (1849-1936).
dirinya “tiada hari tanpa belajar”. Setiap
Classical conditioning merupakan suatu
manusia dimana saja berada tentu melakukan
proses belajar melalui pembiasaan
kegiatan belajar. Seorang siswa yang ingin
(conditioning) terhadap suatu objek dengan
mencapai cita-citanya tentu harus belajar
menitikberatkan pada proses pemberian
dengan giat. Bukan hanya di sekolah saja,
stimulus guna mendapatkan suatu respon
tetapi juga harus belajar di rumah, dalam
tertentu (stimulus and response relationship),
masyarakat, lembaga-lembaga pendidikan
tanpa menggunakan penguat (reinforcement).
ekstra di luar sekolah berupa kursus, les
(2) Instrumental (Operant) Conditioning.
Penelitian conditioning operant dimulai profesional para siswa nantinya. Pembelajaran
dengan sejumlah eksperimen oleh Throndike. matematika masih berorientasi pada lulus
Beliau berpendapat bahwa dalam conditioning ujian nasional (UN). Padahal menurut Edna
operant, hukum efek menyeleksi, dari (2008), kurikulum matematika perlu
sejumlah respon acak, hanya respon yang memperhatikan kepada pembangunan sebuah
diikuti oleh konsekuensi positif. (3) Cognitive matematika disposisi untuk peserta didik agar
Learning, terminologi kognisi (cognitive) yakin dalam menggunakan matematika,
mengarah pada pemrosesan informasi fleksibel dalam menjelajahi gagasan
mengenai lingkungan, yang diterima melalui matematika, mampu bekerja sendiri dalam
panca indera. Sedangkan learning mengarah menyelesaikan tugas matematika, dan tertarik
pada perubahan perilaku yang relatif menciptakan ide-ide dalam belajar
permanen sebagai hasil dari latihan ataupun matematika, mencerminkan pemikiran
pengalaman. matematis, dan mampu menggunakan dan
Prinsip-prinsip belajar dapat menghargai peranannya dalam kehidupan.
digunakan untuk mengungkapkan batas- batas Guru perlu mengubah paradigma dalam
kemungkinan dalam pembelajaran, sehingga mengajar. Paradigma lama dimana guru
guru dapat melakukan tindakan yang tepat. membekali peserta didik hanya dengan
Selain itu dengan teori dan prinsip-prinsip memberikan ceramah dan menghafal perlu
pembelajaran, guru juga dapat memiliki dan diubah. Pemahaman matematika secara
mengembangkan sikap yang diperlukan untuk konseptual dapat dibangun melalui
menunjang peningkatan belajar peserta didik pemecahan masalah, penalaran dan
(Bahtiar, tt). argumentasi. Pemaknaan argumentasi dalam
Dalam perspektif pembelajaran hal ini melibatkan kemampuan berkomunikasi
matematika, perubahan paradigma baik lisan maupun tulisan.
pembelajaran matematika tidak cukup hanya Berdasarkan uraian yang telah
dengan mengganti kurikulum. Pembelajaran disajikan penulis tertarik mengkaji “penerapan
matematika dengan paradigma “lama” perlu teori belajar humanistik dalam meningkatkan
dikritisi. Pembelajaran matematika yang motivasi belajar serta kemampuan matematis
selama ini oleh sebagian guru masing siswa”. Pertanyaan utama penelitian ini adalah
menggunakan pendekatan konvensional, yang “Bagaimanakah pengimplementasian teori
mengakibatkan siswa hanya bekerja secara belajar humanistik untuk meningkatkan
prosedural dan memahami matematika tanpa motivasi belajar serta kemaampuan matematis
penalaran. Pembelajaran matematika yang siswa?” Dari pertanyaan utama tersebut,
lebih menekankan pada hafalan merupakan dirumuskan beberapa sub pertanyaan: (a)
penyiapan yang kurang baik untuk kerja bagaimanakah pengimplementsikan teori
belajar humanistik untuk meningkatkan Progresivisme menekankan kebe-
motivasi belajar siswa?” dan (b) basan aktualisasi diri supaya kreatif sehingga
bagaimanakan pengembangan pembelajaran menuntut lingkungan belajar yang demokratis
matematika humanistik terhadap kemampuan dalam menentukan kebijakannya. Kalangan
matematis siswa? progresivis berjuang untuk mewujudkan
pendidikan yang lebih bermakna bagi
Pembahasan;
kelompok sosial. Progresivisme menekankan
Teori Belajar Humanistik
Pada dasarnya kata “humanistik” terpenuhi kebutuhan dan kepentingan anak.
merupakan suatu istilah yang mempunyai Anak harus aktif membangun pengalaman
banyak makna sesuai dengan konteksnya. kehidupan. Belajar tidak hanya dari buku dan
Misalnya, humanistik dalam wacana guru, tetapi juga dari pengalaman kehidupan.
keagamaan berarti tidak percaya adanya unsur Pengaruh terakhir munculnya pendidikan
supranatural atau nilai transendental serta humanistik adalah eksistensialisme yang pilar
keyakinan manusia tentang kemajuan melalui utamanya adalah invidualisme. Kaum
ilmu dan penalaran. Di sisi lain humanistik eksistensialis memandang sistem pendidikan
berarti minat terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang ada itu dinilai membahayakan karena
yang tidak bersifat ketuhanan. Sedangkan tidak mengembangkan individualitas dan
humanistik dalam tataran akademik tertuju kreativitas anak. Sistem pendidikan tersebut
pada pengetahuan tentang budaya manusia, hanya mengantarkan mereka bersikap
Pendidikan humanistik sebagai konsumeristik, menjadi penggerak mesin
sebuah nama pemikiran atau teori pendidikan produksi, dan birokrat modern. Kebebasan
dimaksudkan sebagai pendidikan yang manusia merupakan tekanan para
menjadikan humanisme sebagai pendekatan. eksistensialis.
Dalam istilah/nama pendidikan humanistik, Pemikiran pendidikan ini
kata “humanistik” pada hakikatnya adalah mengantarkan pandangan bahwa anak adalah
kata sifat yang merupakan sebuah pendekatan individu yang memiliki rasa ingin tahu yang
dalam pendidikan (Mulkhan, 2002). tinggi sehingga muncul keinginan belajar. Hal
Teori pendidikan humanistik yang ini sesuai dengan pandangan bahwa
muncul pada tahun 1970-an bertolak dari tiga eksistensialisme adalah suatu humanisme
teori filsafat, yaitu: pragmatisme, (Scruton, 1984). Teori humanistik berasumsi
progresivisme dan eksistensisalisme. Ide bahwa teori belajar apapun baik dan dapat
utama pragmatisme dalam pendidikan adalah dimanfaatkan, asal tujuannya untuk
memelihara keberlangsungan pengetahuan memanusiakan manusia yaitu pemcapaian
dengan aktivitas yang dengan sengaja aktualisasi diri, pemahaman diri, serta
mengubah lingkungan (Dewey, 1966).
realisasi diri orang belajar secara optimal tekanan lingkungan, sehingga mereka akan
(Assegaf, 2011). merasa aman untuk belajar. Dengan merasa
Penuturan Knight tentang humanistic aman, akan lebih mudah dan bermakna proses
ialah “Central to the humanistic movement in belajar yang dilalui. Prinsip-prinsip belajar
education has been a desire to create learning yaitu: (1) Belajar dimulai dari suatu
environment where children would be free keseluruhan, kemudian baru menuju bagian-
from intense competition, harsh discipline, bagian. (2) Keseluruhan memberi makna pada
and the fear of filure”. Hal mendasar dalam bagian-bagian. (3) Belajar adalah penyesuaian
pendidikan humanistik adalah keinginan diri terhadap lingkungan. (4) Belajar akan
untuk mewujudkan lingkungan belajar yang berhasil apabila tercapai kematangan untuk
menjadikan peserta didik terbebas dari memperoleh pengertian. (5) Belajar akan
kompetisi yang hebat, kedisiplinan yang berhasil bila ada tujuan yang berarti individu.
tinggi, dan ketakutan gagal. Freire (6) Dalam proses belajar itu, individu
mengatakan; “Tidak ada dimensi humanistik merupakan organisme yang aktif, bukan
dalam penindasan, juga tidak ada proses bejana yang harus diisi oleh orang lain (Sobur,
humanisasi dalam liberalisme yang kaku” 2003).
(Freire, 2002). Pembelajaran humanistik memandang
Prinsip-prinsip pendidik humanistik: siswa sebagai subjek yang bebas untuk
(1) Siswa harus dapat memilih apa yang menentukan arah hidupnya. Siswa diarahkan
mereka ingin pelajari. Guru humanistik untuk dapat bertanggungjawab penuh atas
percaya bahwa siswa akan termotivasi untuk hidupnya sendiri dan juga atas hidup orang
mengkaji materi bahan ajar jika terkait dengan lain. Beberapa pendekatan yang layak
kebutuhan dan keinginannya. (2) Tujuan digunakan dalam metode ini adalah
pendidikan harus mendorong keinginan siswa pendekatan dialogis, reflektif, dan ekspresif.
untuk belajar dan mengajar mereka tentang Pendekatan dialogis mengajak siswa untuk
cara belajar. Siswa harus termotivasi dan berpikir bersama secara kritis dan kreatif.
merangsang diri pribadi untuk belajar sendiri. Guru tidak bertindak sebagai guru yang hanya
(3) Pendidik humanistik percaya bahwa nilai memberikan asupan materi yang dibutuhkan
tidak relevan dan hanya evaluasi belajar diri siswa secara keseluruhan, namun guru hanya
yang bermakna. (4) Pendidik humanistik berperan sebagai fasilitator dan partner dialog
percaya bahwa, baik perasaan maupun (Arbayah, 2013).
pengetahuan, sangat penting dalam sebuah Pembelajaran humanistik memandang
proses belajar dan tidak memisahkan domain manusia sebagai subyek yang bebas merdeka
kognitif dan afektif. (5) Pendidik humanistik untuk menentukan arah hidupnya. Manusia
menekankan pentingnya siswa terhindar dari bertanggungjawab penuh atas hidupnya
sendiri dan juga atas hidup orang lain. physiological needs (kebutuhan fisiologis),
Pendidikan yang humanistik menekankan safety and security needs (kebutuhan akan
bahwa pendidikan pertama-tama dan yang rasa aman), love and belonging needs
utama adalah bagaimana menjalin komunikasi (kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa
dan relasi personal antara pribadi- pribadi dan memiliki), esteem needs (kebutuhan akan
antar pribadi dan kelompok di dalam harga diri), dan self actualization (kebutuhan
komunitas sekolah. Relasi ini berkembang akan aktualisasi diri). Sehingga pendidikan
dengan pesat dan menghasilkan buah-buah humanistik haruslah pendidikan yang
pendidikan jika dilandasi oleh cinta kasih mencakup lima kebutuhan tersebut (Arbayah,
antar mereka. Pribadi-pribadi hanya 2013).
berkembang secara optimal dan relatif tanpa Carl Rogers adalah seorang psikolog
hambatan jika berada dalam suasana yang humanistik yang menekankan perlunya sikap
penuh cinta, hati yang penuh pengertian saling menghargai dan tanpa prasangka
(understanding heart) serta relasi pribadi yang (antara klien dan terapis) dalam membantu
efektif (personal relationship) (Arbayah, individu mengatasi masalah-masalah
2013). kehidupannya. Carl Rogers menyakini bahwa
Menurut Teori humanistik, tujuan berbagai masukan yang ada pada diri
belajar adalah untuk memanusiakan manusia. seseorang tentang dunianya sesuai dengan
Proses belajar dianggap berhasil jika si pengalaman pribadinya. Masukan-masukan
pelajar memahami lingkungannya dan dirinya ini mengarahkannya secara mutlak ke arah
sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dirinya
berusaha agar lambatlaun ia mampu mencapai (Arbayah, 2013).
aktualisasi diri dengan sebaik- baiknya. Teori Beberapa model pembelajaran
belajar ini berusaha memahami perilaku humanistik: (1) Humanizing of the classroom,
belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan model ini bertumpu pada tiga hal, yakni
dari sudut pandang pengamatnya (Arbayah, menyadari diri sebagai suatu proses
2013). pertumbuhan yang sedang dan akan terus
Abraham Maslow dikenal sebagai berubah, mengenali konsep dan identitas diri,
pelopor aliran psikologi humanistik. Maslow dan menyatupadukan kesadaran hati dan
percaya bahwa manusia tergerak untuk pikiran. (2) Active learning, merupakan
memahami dan menerima dirinya sebisa strategi pembelajaran yang lebih banyak
mungkin. Teorinya yang sangat terkenal melibatkan peserta didik dalam mengakses
sampai dengan hari ini adalah teori tentang berbagai informasi dan pengetahuan untuk
Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan). dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran
Manusia memiliki 5 macam kebutuhan yaitu di kelas, sehingga mereka mendapatkan
berbagai pengalaman yang dapat martabat kemanusiaan, menyiapkan manusia
meningkatkan kompetensinya. Selain itu, untuk hidup di dan bersama dunia, dan
belajar aktif juga memungkinkan peserta didik mengubah sistem sosial dengan berpihak
dapat mengembangkan kemampuan analisis kepada kaum marjinal (Nuryatno, 2008).
dan sintesis serta mampu merumuskan nilai-
Motivasi Belajar
nilai baru yang diambil dari hasil analisis
Konsep motivasi berawal dari konsep
mereka sendiri (Baharun, 2015). (3) Quantum
para ahli filsafat, bahwa tidak semua tingah
learning, merupakan cara pengubahan
laku manusia dikendalikan oleh akal, akan
bermacam-macam interaksi, hubungan dan
tetapi tidak banyak perbuatan yang telah
inspirasi yang ada di dalam dan di sekitar
dilakukan oleh manusia di luar kontrol
momen belajar. Dalam prakteknya, quantum
manusia, maka dari itu lahirlah sebuah
learning mengasumsikan bahwa jika siswa
pendapat, bahwa manusia disamping sebagai
mampu menggunakan potensi nalar dan
makhluk rasionalistik, manusia juga sebagai
emosinya secarabaik, maka mereka akan
makhluk mekanistik yaitu makhluk yang
mampu membuat loncatan prestasi yang tidak
digerakkan oleh sesuatu di luar nalar.
bisa terduga sebelumnya dengan hasil
Motivasi menurut Utsman Najati,
mendapatkan prestasi bagus. (4) The
motivasi yaitu kekuatan penggerak yang
accelerated learning, merupakan
membangkitkan aktivitas pada sesorang dan
pembelajaran yang berlangsung secara cepat,
menimbulkan tingkah laku serta mengarahkan
menyenangkan, dan memuaskan. Dalam
pada tujuan-tujuan tertentu, ada tiga
model ini, guru diharapkan mampu mengelola
komponen pokok dalam motivasi yaitu
kelas menggunakan pendekatan Somatic,
menggerakkan, dimana motivasi
Auditory, Visual, dan Intellectual (SAVI)
menimbulkan kekuatan pada seseorang untuk
(Arbayah, 2013).
bertindak sesuatu, yang kedua adalah
Konsep utama dari pemikiran
mengarahkan, motivasi mengarahkan tingkah
pendidikan humanistik menurut
laku seseorang terhadap sesuatu tujuannya,
Mangunwijaya adalah menghormati harkat
dan motivasi juga menopang, artinya motivasi
dan martabat manusia (Mangunwijaya, 2001).
menjaga dan menopang tingkah laku, dimana
Konsep ini senada dengan pandangan Mazhab
keadaan lingkungan sekitar individu juga
Kritis bahwa pendidikan dimaknai lebih dari
harus menguatkan dorangan dan kekuatan
sekedar persoalan penguasaan teknik-teknik
yang ada dalam individu. ( Sheleh & Wahab,
dasar yang diperlukan dalam masyarakat
2005). Dari pernyataan diatas yaitu motivasi
industri tetapi juga dioerientasikan untuk lebih
didefinisikan dengan segala sesuatu sebagai
menaruh perhatian pada isu-isu fundamental
pendorong tingkah laku seseorang untuk
dan esensial, seperti meningkatkan harkat dan
mencapai tujuan yang diinginkan.
Menurut Winkel, 2003 definisi Siswa yang memilki motivasi tinggi akan
motivasi belajar adalah segala usaha di dalam memiliki semangat dan banyak energi untuk
diri sendiri yang menimbulkan kegiatan melakukan kegiatan belajar sehari- harinya.
belajar, dan menjamin kelangsungan dari Sardiman, 2011 dalam Puspitasari, 2012.
kegiatan belajar serta memberi arah pada Motivasi dan belajar adalah dua hal
kegiatan kegiatan belajar sehingga tujuan yang saling berkaitan. Motivasi belajar
yang dikehendaki tercapai. Motivasi belajar merupakan hal yang pokok dalam melakukan
merupakan faktor psikis yang bersifat non kegiatan belajar, sehingga tanpa motivasi
intelektual dan berperan dalam hal seseorang tidak akan melakukan kegiatan
menumbuhkan semangat belajar untuk pembelajaran. Motivasi sebagai penggerak
individu. seseorang untuk melakukan suatu hal untuk
Motivasi belajar adalah dorongan dari tujuan yang dikehendaki oleh para siswa.
proses belajar dan tujuan dari belajar adalah Bermula dari motivasi belajar seseorang
mendapatkan manfaat dari proses belajar. memiliki semangat untuk menjadi lebih baik
Beberapa siswa mengalami masalah dalam dari kegiatan belajar tersebut.
belajar yang berakibat prestasi belajar tidak
Cara Guru Memotivasi Siswa Untuk
sesuai dengan ang diharapkan. Untuk
Belajar
mengatasi masalah yang dialami tersebut Disini ada dua cara guru memotivasi
perlu ditelusuri faktor yang mempengaruhi siswa untuk belajar yaitu motivasi intrinsik
hasil belajar di antaranya adalah motivasi dan motivasi ekstrinsik. Yang di maksud
belajar siswa, dimana motivasi belajar dengan Motivasi Intrinsik adalah motif-motif
merupakan syarat mutlak untuk belajar, serta yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak
sangat memberikan pengaruh besar dalam perlu diransang dari luar, karena dalam diri
memberikan gairah atau semangat dalam setiap individu suadah ada dorongan untuk
belajar (Puspitasari, 2012) melakukan sesuatu. Sebagai Contoh seseorang
Menurut Clayton Alderfer dalam yang senang membaca, tidak perlu ada yang
Hamdhu, 2011 Motivasi belajar adalah menyuruh atau mendorongnya, karena ia
kecenderungan siswa dalam melakukan segala sudah rajin mencari buku-buku untuk
kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat dibacanya.
untuk mencapai prestasi atau hasil belajar Perlu diketahui bahwa siswa yang
sebaik mungkin. memiliki motivasi intrinsik akan memiliki
Motivasi belajar merupakan peranan yang tujuan untuk menjadi orang yang terdidik,
khas adalah sebagai penumbuhan gairah berpengetahuan, ahli dalam bidang studi
dalam diri setiap individu, serta memunculkan tertentu. Satu-satunya jalan untuk menuju ke
perasaan penggerak semangat untuk belajar. tujuan yang ingin dicapai ialah dengan
belajar, tanpa belajar tidak mungkin mendapat bahan itu sendiri . pembahasan tentang
pengetahuan, tidak mungkin menjadi ahli. beberapa saran untuk melakukan hal-hal ini
Dorongan yang menggerakkan itu bersumber adalah : (a) Membangkitkan ketertarikan. (b)
pada suatu kebutuhan, kebutuhan yang Mempertahankan keingintahuan. (c)
berisikan keharusan untuk menjadi orang Mengguakan cara berbagai penyajian yang
yang terdidik dan berpengetahuan. Jadi menarik. (d) Membantu siswa menentukan
memang motivasi itu muncul dari kesadaran sasaran mereka sendiri.
diri sendiri dengan tujuan secara esensial, Cara guru meningkatkan motivasi
bukan sekedar simbol atau seremonial. ekstrinsik
Motivasi Ekstrinsik adalah motif-motif Guru harus selalu mencoba
yang aktif dan berfungsinya karena adanya meningkatkan motivasi intrinsik pada siswa
rangsangan dari luar. Sebagai Contoh namun pada saat yang sama guru juga harus
seseorang itu belajar karena tahu besok memberikan perhatian pada insentif ekstrinsik
paginya akan ada ujian dengan harapan akan untuk belajar yaitu dengan cara: (a)
mendapat nilai yang baik, sehingga ia akan Mengungkapkan garapan yang jelas. (b)
dipuji oleh pacarnya, atau temannya. Jadi Memberikan umpan balik yang jelas. (c)
yang penting bukan karena belajar ingin Memberikan umpan balik dengan segara dan
mengetahui sesuatu, tetapi ingin mendapatkan sering.
nilai yang baik, atau agar mendapat hadiah.
Kemampuan Matematis
Jadi kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan
Pembelajaran matematika perlu
yang dilakukannya, tidak secara langsung
dirancang sedemikianhingga mendorong
berhubungan dengan esensi apa yang
siswa memiliki kemahiran matematis.
dilakukannya itu. Oleh karena itu motivasi
Kemahiran matematis yang dimaksud adalah
ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk
kemampuan pemahaman, komunikasi,
motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar di
koneksi, penalaran dan pemecahan masalah
mulai dan di teruskan berdasarkan dorongan
matematis. Kemampuan tersebut menjadi
dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan
fokus dalam pembelajaran matematika.
dengan aktifitas belajar.
Kemahiran matematis tidak datang dengan
Cara guru meningkatkan motivasi
sendirinya tetapi harus dibelajarkan dan
intrinsic;
menjadi pengalaman belajar bagi siswa.
Guru harus mengupayakan siswa
Pembalajaran matematika perlu
mereka tertarik dengan bahan yang mereka
dirancang sedemikian hingga siswa tidak
sajikan dan kemudian menyajikannya dengan
hanya memiliki kemahiran matematis saja
memikat yang memuaskan maupun
tetapi juga mendorong siswa untuk memiliki
meningkatkan keingin tahuan siswa tetntang
(a) a conception of mathematics with a
‘human face’; (b) which mathematics is good (e) setiap siswa tanpa memandang ras, budaya
for people and why; dan (c) the way in which dan jenis kelamin mampu memahami dan
people are introduced to and learn mathe- mengerjakan matematika.
matics (Frade, 2007). Beberapa alasan yang Pembelajaran matematika humanistik
dikemukakan Frade terkait dengan pemaknaan harus berfokus pada pemecahan masalah.
di atas adalah (a) the first two aspects may Dalam NCTM Standart (2000) dituliskan
become reduced to empty discourses if bahwa problem solving means engaging in a
education does not take into account that task for which the solution method is not
what is good for people is strongly de- unknown in advance. Menurut Capraro, dkk.
pendent either on their culture or on the (2011), problem solving sangat penting dalam
affective relationship these people develop pembelajaran matematika. Dalam pemecahan
with mathema- tics, and (b) It does not make masalah urut-urutan pengetahuan dimulai dari
much sense when we educators claim to hal yang paling sederhana sampai yang paling
believe in the powerful nature of mathematics kompleks (Shadiq, 2007).
whilst learnershere I am including all those Aspek lain dari kemampuan
who learn some mathematics for some use matematis adalah penalaran dan koneksi
neither get to recognize this nor see any sign matematik. Penalaran merupakan suatu proses
of humanity in it. berpikir yang dilakukan sebagai cara untuk
Salah satu upaya dalam menarik kesimpulan. Penalaran dan koneksi
mengembangkan kemampuan matematik matematis penting untuk diketahui pada saat
adalah dengan mengembangkan pembelajaran siswa mengerjakan matematika. Kemampuan
matematika dengan pendekatan humanisme. untuk bernalar menjadikan siswa dapat
Pendekatan matematika humanistik memecahkan masalah dalam kehidupannya, di
mempunyai konsepsi: (a) siswa memiliki dalam dan di luar sekolah. Ativitas yang
seperangkat konsep alternatif tentang ide-ide tercakup di dalam kegiatan penalaran
matematika yang mempengaruhi belajarnya matematis meliputi: menarik kesimpulan
selanjutnya; (b) siswa memperoleh logis; menggunakan penjelasan dengan
pengetahuan baru dengan membentuk menggunakan model, fakta, sifat-sifat, dan
pengetahuan itu untuk dirinya sendiri; (c) hubungan; memperkirakan jawaban dan
pembentukan pengetahuan merupakan proses proses solusi; menggunakan pola dan
perubahan yang meliputi penambahan, kreasi, hubungan; untuk menganalisis situasi
modifikasi, penghalusan, penyusunan matematik, menarik analogi dan generalisasi;
kembali, dan penolakan; (d) pengetahuan baru menyusun dan menguji konjektur;
yang dibangun oleh siswa untuk dirinya memberikan lawan contoh (counter example);
berasal dari seperangkat ragam pengala- man; mengikuti aturan inferensi; memeriksa
validitas argument; menyusun argument yang panjang. Tingkah laku yang mengalami
valid; menyusun pembuktian langsung, tak perubahan karena belajar tersebut menyangkut
langsung dan menggunakan induksi berbagai aspek kepribadian baik fisik maupun
matematik. psikis, seperti perubahan dalam pengertian,
pemecahan suatu masalah/berfikir,
keterampilan, kecakapan ataupun sikap
Aplikasi teori belajar Humanistik dalam
(Sudarwan Darnim, 2011).
meningkatkan motivasi belajar serta
kemampuan matematis siswa Berdasarkan hal tersebut di atas
Hakikat pendidikan adalah
pendidikan diharapkan mampu menjadikan
mengembangkan harkat dan martabat manusia
anak didik sebagai pelaku pendidikan
(human dignity) atau memperlakukan manusia
sehingga mampu membentuk pribadi yang
sebagai humanizing human sehingga menjadi
unggul, pribadi utuh dan pribadi yang
manusia yang sesungguhnya (Mastuhu, 2003).
memiliki ketangguhan dan kesiapan dalam
Pendidikan dan pembelajaran di
menghadapi era persaingan global dan nilai-
sekolah selama ini dinilai kurang demokratis.
nilai daya saing yang tinggi dan kritis
Kurangnya ruang bagi peserta didik untuk
terhadap berbagai permasalahan (Haryu,
berimajinasi dan berkreasi menunjukkan
2006).
eksistensinya dengan perspektif mereka
Dengan menerapkan proses Open
sendiri menunjukkan hal itu. Padahal,
Education atau Pendidikan Terbuka yaitu
kreativitas dan kemampuan berpikir kritis
proses pendidikan yang memberikan
merupakan kecakapan yang menjadi modal
kesempatan kepada murid untuk bergerak
anak agar mampu menghadapi tantangan dan
secara bebas di sekitar kelas dan memilih
lebih kompetitif (Arbayah, 2013).
aktivitas belajar mereka sendiri. Guru hanya
Belajar adalah perubahan struktur mental
berperan sebagai pembimbing. Ciri utama dari
individu yang memberikan untuk
proses ini adalah lingkungan fisik kelas yang
menunjukkan perubahan perilaku (learning is
berbeda dengan kelas tradisional, karena
a change in a person’s mental structure that
murid bekerja secara individual atau dalam
provides the capacity to demonstrate change
kelompok-kelompok kecil. Dalam proses ini
in behaviour) (Syarifuddin, 2011).
mensyaratkan adanya pusat-pusat belajar atau
Belajar juga merupakan suatu
pusat-pusat kegiatan di dalam kelas yang
perubahan dalam tingkah laku menuju
memungkinkan murid mengeksplorasi
perubahan tingkah laku yang baik, dimana
bidang-bidang pelajaran, topik-topik,
perubahan tersebut terjadi melalui latihan atau
ketrampilan-ketrampilan atau minat-minat
pengalaman. Perubahan tingkah laku tersebut
tertentu. Pusat ini dapat memberikan petunjuk
harus relatif mantap yang merupakan akhir
untuk mempelajari suatu topik tanpa hadirnya
daripada suatu periode waktu yang cukup
guru dan dapat mencatat partisipasi dan proses belajar yang membuagt murid nyaman
kemajuan murid untuk nantinya dibicarakan dalam melakukan sesuatu.
dengan guru, dengan ini motivasi belajar Untuk meningkatkan kemampuan
siswa pastinya akan meningkat (Rumini, matematis siswa, guru terlebih dahulu harus
1993). mengetahui bahwa aktivitas siswa terlihat
Adapun kriteria yang disyaratkan dalam kondisi baik yang ditunjukkan dengan:
dengan proses pemebelajaran ini adalah terlatihnya siswa sebagai penemu, bukan
sebagai berikut : (a) Tersedia fasilitas yang hanya penerima fakta-fakta dan prosedur-
memudahkan proses belajar, artinya berbagai prosedur, siswa memperolah kesempatan
macam bahan yang diperlukan untuk belajar belajar untuk saling membantu, siswa dapat
harus ada. Murid tidak dilarang untuk belajar berbagai macam cara dalam
bergerak secara bebas di ruang kelas, tidak menyelesaikan masalah, siswa mengkaji
dilarang bicara, tidak ada pengelompokan atas masalah-masalah yang menarik dan
dasar tingkat kecerdasan. (b) Adanya suasana pertanyaan terbuka (open ended) tidak hanya
penuh kasih sayang, hangat, hormat dan latihan-latihan; siswa dapat menggunakan
terbuka. Guru menangani masalah-masalah berbagai teknik penilaian tidak hanya menilai
perilaku dengan jalan berkomunikasi secara siswa berdasar pada kemampuan mengingat
pribadi dengan murid yang bersangkutan, prosedur-prosedur saja, siswa dapat
tanpa melibatkan kelompok. (c) Adanya mengembangkan ide-ide matematika yang
kesempatan bagi guru dan murid untuk terkait dengan sejarah dan budaya; siswa
bersamasama mendiagnosis peristiwa- memiliki kreativitas, percaya diri, mandiri,
peristiwa belajar, artinya murid memeriksa dan penasaran (curiosity), dan siswa
pekerjaan mereka sendiri, guru mengamati menggunakan matematika dalam kehidupan
dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan. (d) sehari-hari. Dapat diketahui bahwa
Pengajaran yang bersifat individual, sehingga pengembangan perangkat bemanfaat bagi
tidak ada tes ataupun buku kerja. (e) Guru pengembangan karakter peserta didik. Ini
mempersepsi dengan cara mengamati setiap berarti pengembangan perangkat ini
proses yang dilalui murid dan membuat bermanfaat bagi peserta didik. Ini berarti pen-
catatan dan penilaian secara individual, hanya gembangan perangkat cukup efektif.
sedikit sekali diadakan tes formal. (f) Adanya Selain validitas dan kepraktisan, guru
kesempatan untuk pertumbuhan professional juga harus mengkaji keefektifan
bagi guru, dalam arti guru boleh pengembangan belajar siswa. Bahwa siswa
menggunakan bantuan orang lain termasuk yang telah memenuhi kriteria efektif, yakni
rekan sekerjanya. (g) Suasana kelas yang bermakna dan tuntas belajar. Kebermaknaan
hangat dan ramah sehingga mendukung yang dimaksud adalah siswa yang
dikembangkan akan memberi dampak yang mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-
baik (useful, helpful, efficient, valuable, baiknya. Jika teori tersebut telah
effectual. diimplementasikan, maka siswa diharapkan
Guru yang berhasil membuat siswa mampu meningkatkan motivasi belajarnya.
merasa senang dan membuat mereka merasa Untuk meningkatkan kemampuan
diterima dan dihormati sebagai individu, lebih matematis siswa, guru harus mengetahui
besar peluangnya untuk membantu mereka bahwa aktivitas siswa terlihat dalam kondisi
menjadi bersemangat untuk belajar demi baik yang ditunjukkan dengan: terlatihnya
pembelajaran dan kesediaan berkorban untuk siswa sebagai penemu, bukan hanya penerima
menjadi kreatif dan terbuka terhadap ide-ide fakta-fakta dan prosedur-prosedur, siswa
baru. Apabila siswa dikehendaki menjadi memperolah kesempatan belajar untuk saling
pelajar yang mandiri, mereka harus yakin membantu, siswa dapat belajar berbagai
bahwa guru akan merespon secara adil dan macam cara dalam menyelesaikan masalah,
konsisten kepada mereka dan bahwa mereka (open ended), siswa dapat mengembangkan
tidak akan ditertawakan atau dihukum karena ide-ide matematika yang terkait dengan
murni berbuat kekeliruan. sejarah dan budaya; siswa memiliki
kreativitas, percaya diri, mandiri, dan
Kesimpulan
penasaran (curiosity), dan siswa
Pembelajaran humanistik memandang siswa
menggunakan matematika dalam kehidupan
sebagai subjek yang bebas untuk menentukan
sehari-hari.
arah hidupnya, maka dari itu guru harus
mengembangkan potensi yang tertanam dalam
Daftar Pusaka
diri siswa. Siswa diarahkan untuk dapat Arbayah. (2013). Model Pembelajaran
Humanistik. Dinamika Ilmu. Vol 13.
bertanggung jawab penuh atas hidupnya
No. 2, Desember, 205.
sendiri dan juga atas hidup orang lain. Dalam Baharuddin, M. M. (2009). Pendidikan
Humanistik, Konsep, Teori dan
pembelajaran humanistik seorang guru tidak
Aplikasi Praktis dalam Dunia
bertindak sebagai guru yang hanya Pendidikan. Yogyakarta: AR-Ruzz
Media.
memberikan asupan materi yang dibutuhkan
Baharun, H.(2017).Pengembangan Kurikulum;
siswa secara keseluruhan, namun guru hanya Teori dan Praktik (Konsep, Prinsip,
Pendekatan dan Langkah-langkah
berperan sebagai fasilitator dan partner dialog.
Pengembangan Kurikulum PAI.
Menurut teori belajar humanistic tujuan Yogyakarta: CV Cantrik Pustaka.
belajar adalah untuk memanusiakan manusia, Baharun, H. (2018). Penerapan
Pembelajaran Active Learning untuk
yang mana proses belajar dianggap berhasil Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
jika si pelajar memahami lingkungannya dan di Madrasah. Jurnal Pedagogik,
1(1).
dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya Bayazit, I. 2010. The influence of Teaching on
harus berusaha agar lambatlaun ia mampu Student Learning: The Notion of
Piecewise Function. International Ulya, H. (2016). Profil kemampuan
Electronic Journal of Mathematics pemecahan masalah siswa
Education-IEIJME, Volume 5 No. 3. bermotivasi belajar tinggi
Capraroa, M. M. dkk. (2011). An berdasarkan ideal problem
Investigation Of Pre- service solving. Jurnal Konseling
Teachers’ Use Of Guess And Check Gusjigang, 2(1).
Insolving A Semi Open-Ended
Mathematics Problem. Journal of
Mathematic Behavior, 23 November
2011, halaman 105-116
Dalyono, M. (2009). Psikologi Pendidikan.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Djamarah, S. B. (2002). Psikologi Belajar.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Dwyer, J. dkk. (2011). Educational
Development and Developmental
Research in Mathematics Education.
Journal for Research in Mathematics
Edu- cation. 25: Hal 443-471.
Hanafy, M. S. (2014). Konsep Belajar dan
Pembelajaran. Lentera Pendidikan, Vol.
17 No. 1 Juni , 66.
Haryu. (2006). Aplikasi Psikologi Humanistik
dalam Pendidikan di Indonesia.
Tadrîs Volume 1.Nomor 1. , 77.
Muali, C. (2017). Strategi Pembelajaran Berbasis
Multiple Intelligences sebagai Upaya
Pemecahan Masalah Belajar. Jurnal
Pedagogik, 3(2), 1 - 12.
Nidawati. (2013). Belajar dalam Perspektif
Psikologi dan Agama. Jurnal Pionir,
Volume 1, Nomor 1, Juli-Desember,
14.
Sudarwan Darnim, K. (2011). Psikologi
Pendidikan; dalam Perspektif Baru.
Bandung: CV. Alfabeta.
Sudjana, N. (2005). Dasar-dasar Proses
Belajar Mengajar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Syifa’a Rachmahana, Ratna. Jurnal
Psikologi Humanistik dan
Aplikasinya dalam Pendidikan.
Volume 1. No. 1
Suprihatin, S. (2015). Upaya guru dalam
meningkatkan motivasi belajar
siswa. Jurnal Pendidikan Ekonomi
UM Metro, 3(1), 73-82.

Anda mungkin juga menyukai