Anda di halaman 1dari 3

Dwi Ninta Rizky Fitriyatsi

Politik Diaspora dan Migrasi Internasional

Organisasi Interanasional untuk Migrasi

IOM atau Organisasi Internasional untuk Migrasi merupakan topik penelitian yang
seringkali diabaikan. IOM telah lama diabaikan oleh para peneliti, dengan alasan yang mencakup
hal-hal berikut; (1) Sejarah kacau: selama 40 tahun pertama keberadaannya, IOM bukan
organisasi permanen (2) penggambaran IOM sebagai aktor marjinal, hanya berfungsi sebagai
'agen perjalanan' bagi para migran berbeda dengan tujuan jangka panjang dan normatif lainnya;
hingga hari ini, IOM tidak lebih dari penyedia layanan untuk negara, dengan sedikit pengaruh
hukum atau politik (3) Kurangnya transparansi dan informalitas IOM tidak memfasilitasi akses
peneliti ke informasi tentang kegiatannya.

Namun, sejak 1990-an, ia mulai mengalami pertumbuhan yang substansial; peran dan
visibilitasnya dalam politik migrasi global pun telah meningkat dan terjadi peningkatan IOM ke
status organisasi terkait-PBB pada tahun 2016 yang tentunya mendorong minat yang semakin
besar terhadap Organisasi Internasional untuk Migrasi itu sendiri. Akademisi maupun kelompok
masyarakat sipil kini juga semakin menyadari bahwa di balik kegiatannya yang tampaknya biasa
dan teknis, IOM memainkan peran dalam transformasi yang memengaruhi politik migrasi global.

Sejarah IOM dimulai pada tahun 1951 dengan dibentuk Komite Antarpemerintah Sementara
untuk Gerakan Migran dari Eropa. Beberapa bulan kemudian, komite ini berganti nama menjadi
Komite Antarpemerintah untuk Migrasi Eropa. Kemudian pada tahun 1980, ia berganti nama lagi
menjadi Komite Antarpemerintah untuk Migrasi dan yang terakhir pada tahun 1989 berubah
menjadi Organisasi Internasional untuk Migrasi. Beberapa kali perubahan nama ini
mencerminkan sejarah yang bermasalah dan ambivalen, disisi lain sejarah juga menunjukkan
bahwa migrasi telah lama menjadi agenda IO.
IOM awalnya dibentuk sebagai respon terhadap Perang Dunia Kedua yang telah membuat
jutaan orang kehilangan tempat tinggal di seluruh benua, masalah 'kelebihan penduduk' juga
dianggap sebagai tantangan bagi Negara dan sebagai ancaman bagi pemulihan sosial-ekonomi
dan politik Eropa. IOM ditugaskan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Tetapi mandat
teknis ini secara progresif menyiratkan kegiatan yang lebih kompleks seperti mengidentifikasi
dan merekrut migran; memberi mereka informasi dan kelas bahasa; memeriksa kondisi
kesehatan mereka; menampung mereka saat kedatangan; memfasilitasi integrasi sosial-ekonomi
mereka dengan mencari peluang di daerah penerima; dan mendorong perjanjian politik antara
negara pengirim dan penerima. IOM sendiri selain memiliki fokus pada migrasi juga melakukan
tugas-tugas lainnya yang bahkan tidak ada hubungannya dengan migrasi (seperti membangun
kembali daerah yang terkena dampak bencana alam).

Pada tahun 1989, IOM akhirnya diubah menjadi organisasi permanen. IOM juga berhasil
memperlihatkan manfaatnya di berbagai kesempatan. Salah satu tonggak pentingnya adalah
krisis pengungsi Hongaria tahun 1956, di mana IOM mengatur pemindahan pengungsi yang
melarikan diri dari penindasan setelah pemberontakan. Kemudian Perang Teluk pertama
1990/1991, ketika IOM bertanggung jawab atas pekerja migran yang melarikan diri dari Kuwait
setelah invasi Irak (yang merugikan peran tradisional UNHCR sebagai agen pengungsi utama).
Sejarah singkat ini menyoroti beberapa karakteristik IOM yang masih terlihat sampai sekarang
yaitu; (1) Sifat teknis dari pekerjaan IOM kontras dengan keterikatannya dalam lingkungan
politik, yang ditandai oleh pemahaman khusus tentang bagaimana migrasi harus diatur (2)
Penekanan pada kerja operasional dengan reputasi IOM yang efisien, berorientasi hasil, hemat
biaya dan organisasi yang fleksibel (3) Mandat IOM yang luas dan sukarela.

Kemudian untuk dapat memahami Migrasi Internasional lebih lanjut kita dapat melihatnya
dengan beberapa isu utama dalam sebuah penelitian yaitu; (1) bagaimana peran IOM dalam
politik migrasi dan hubungannya dengan kedaulatan negara, (2) pendekatan manajerial dan pasar
yang diilhami oleh peran migrasi dalam ekonomi global, (3) Hubungan IOM dengan masyarakat
sipil dan implikasi kegiatannya dalam hal hak asasi manusia dan perlindungan kemanusiaan, dan
(4) pengaruh normatif IOM terhadap produksi pengetahuan dan cara migrasi dibangun secara
intelektual dan politis sebagai masalah penelitian dan kebijakan.
Pertama, kedaulatan negara dan politik migrasi: dengan tidak adanya standar internasional
yang diterima secara luas, migrasi tetap terkait erat dengan kedaulatan negara; hal ini
menimbulkan masalah tentang bagaimana IOM berhubungan dengan pemerintah dan campur
tangan dalam orientasi politik mereka, khususnya sejauh upaya mereka untuk mengendalikan
migrasi. Kedua, Pasar dan ekonomi global: migrasi adalah fitur struktural dari ekonomi global;
sebagai organisasi antar pemerintah, IOM menampilkan logika kewirausahaan dan berbasis
pasar; ini menunjukkan peran IOM dalam mengendalikan migrasi dan memfasilitasi mobilitas
tenaga kerja. Ketiga, Masyarakat sipil, perlindungan kemanusiaan dan hak asasi manusia: IOM
adalah aktor kemanusiaan utama, sementara juga bekerja sama dengan aktor masyarakat sipil; ia
juga sering dikritik oleh LSM karena kurangnya komitmen hak asasi manusia; ini panggilan
untuk memeriksa hubungan IOM yang kompleks dengan perlindungan para migran. Keempat,
Produksi pengetahuan: walaupun tidak terikat oleh kerangka hukum, IOM berkontribusi terhadap
norma-norma yang kurang formal mengenai bagaimana migrasi harus diatur, yang juga didukung
oleh produksi data dan pengetahuannya sendiri; ini membutuhkan pemahaman dampak norma-
norma dan studi IOM pada berbagai pelaku, termasuk komunitas penelitian.

Sumber :

Pécoud, A. (2018). What do we know about the International Organization for Migration?
Journal of Ethnic and Migration Studies, Vol. 44, No. 10, 1621–1638. Available at
http://www.tandfonline.com/action/journalInformation?journalCode=cjms20

Anda mungkin juga menyukai