RESUME
“Filsafat”
Oleh :
NIM 115120400111015
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2011
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam melakukan pemenuhan kompetensi untuk membahas dan mengkaji ilmu, filsafat,
dan logika. Khususnya tentang pemahaman dasar – dasar konsep filsafat sebagai pengantar awal.
Sehingga mampu menjelaskan hakikat pengetahuan filsafat dan struktur filsafat. Dituangkanlah
tujuan tersebut ke dalam penulisan ini yang nantinya terfokus dalam pembahasan substansial
ontologi filsafat. Mengacu pada pemikiran-pemikiran yang dinyatakan oleh tokoh-tokoh Yunani
macam Plato, Aristoteles, Thales, dan Socrates, serta penafsiran filsafat dari pengarang buku-
buku terkenal dari Indonesia. Sudut pandang penulis akan merujuk sempit kepada ontologi
filsafat sebagai bagian hakikat filsafat rangkuman manifestasi mereka.
Pengertian filsafat secara bahasa akarnya yaitu Yunani terbagi dua menjadi philos (cinta)
atau philia (tertarik kepada) dan shopia (kebijaksanaa, pengetahuan, intelegensi). Jadi harfiahnya,
filsafat bermaknakan cinta kebijaksanaan atau tertarik kepada kebenaran intelegensi atau
pengetahuan. Pandangan Plato (427-328 SM) terhadap filsafat adalah pengetahuan yang bersifat
untuk mencapai kebenaran yang asli. Sedangkan Poedjawijatna (Pembimbing ke Alam Filsafat,
1974:11) berpendapat, filsafat sebagai sejenis pengetahuan yang berusaha mencari sebab yang
sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan akal pikiran belaka. Secara sederhana filsafat
ialah sesuatu pengetahuan yang dengan berpikir dan hasilnya merupakan pemikiran yang logis
tetapi tidak empiris (Ahmad Tafsir, 2004).
ONTOLOGY FILSAFAT
Pengaruh pemahaman yang luas dari arti penjelasan hakikat pengetahuan khusunya
filsafat sedikit banyak dipengaruhi oleh obyek. Obyek filsafat macam abstrak dan rasional
dengan tetap mempertahankan sifat logisnya. Menjawab konstruksi paradigma filsafat yang
bermetodekan rasionalis (menelaah) dan tersusun sistematis atau struktural (Ahmad Tafsir,
2004). Komposisi tersebut menjadikan filsafat sebagai hakikat ilmu yang terbagi 3 cabang, yaitu
:
Dalam pembahasan selanjutnya, penulis hanya akan mengeksplorasi sub pokok teritoritas
Ontologi, serta koneksinya terhadap hakikat tahapan penelaahan ontologi filsafat.
Ontologi erat kaitannya dengan hakikat yang menerjemahkan wujud hakiki apa yang
dikajinya ada (objek) , baik dalam bentuk (fisik/jasmani/konkret) ataupun rohani (abstrak).
Sesuai dengan etimologi dari Ontologi yang terbentuk oleh kata Ontos (ada) dan Logos (ilmu).
Seperti analisa yang dilontarkan Ahmad Tafsir (2004), bahwa ontologi mencakup banyak
sekali cabang filsafat di dalamnya, mungkin semua jenis (metafisika, etika, estetika, fisika, ,dll)
masuk didalamnya. Wajar saja dikarenakan ontologi merupakan cabang filsafat yang pertama
(first of philosophy) Akan tetapi pengkajiaan melihat aspek penting beberapa jenis saja itu bisa
terjadi. Layaknya eksplanasi ringkasan yang diberikan oleh Jujun S. Suriasumantri (2003)
berupa :
3. a. Metafisika
3. b. Asumsi
Komposis aspek-aspek yang terlintas serta pengetahuan (fakta dan realita) teruang
menjadi anggapan. Walaupun masih belum terbuktikan, tetapi ini sudah bersifat rasional
biasanya.
3. c. Peluang
KESIMPULAN
Ahmad Tafsir, 2004, Filsafat Ilmu Mengurai Ontologi, Episteologi, dan Aksiologi Pengetahuan.
Penerbit Remaja Rosdakarya. Bandung.
Suriasumanatri, Jujun, S. 2003. Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer. Jakarta. Penerbit Sinar
Harapan.
http://nyongandikahendra.blogspot.com/2010/12/ringkasan-filsafat-ilmu-karya-jujun-s.html , 21
Agustus 2011, 11:18
http://usupress.usu.ac.id/files/Filsafat%20Ilmu%20dan%20Metode%20Riset_Normal_bab%201.
pdf , 21 Agustus 2011 , 11:25