Anda di halaman 1dari 118

TEKNOLOGI BIOGAS

PEMBUATAN, OPERASIONAL, DAN PEMANFAATAN


TEKNOLOGI BIOGAS
PEMBUATAN, OPERASIONAL, DAN PEMANFAATAN

Suyitno
Agus Sujono
Dharmanto
TEKNOLOGI BIOGAS
Pembuatan, Operasional, dan Pemanfaatan
Oleh : Suyitno
Agus Sujono
Dharmanto


Edisi Pertama
Cetakan Pertama, 2010

Hak Cipta  2010 pada penulis,


Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan
sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun, secara elektronis maupun
mekanis, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan teknik perekaman lainnya,
tanpa izin tertulis dari penerbit.

Ruko Jambusari No. 7A


Yogyakarta 55283
Telp. : 0274-889836; 0274-889398
Fax. : 0274-889057
E-mail : info@grahailmu.co.id

Suyitno; Sujono, Agus; Dharmanto


TEKNOLOGI BIOGAS/Suyitno; Agus Sujono; Dharmanto
- Edisi Pertama – Yogyakarta; Graha Ilmu, 2010
viii + 110 hlm, 1 Jil. : 23 cm.

ISBN: 978-979-756-

1. Teknik I. Judul
Kata Pengantar

B
iogas merupakan bahan bakar gas yang sangat menarik untuk
dikembangkan karena dapat diperbaharui dan dapat dibuat
sendiri dengan teknologi yang tidak terlalu rumit. Selain
diperoleh bahan bakar biogas, hasil samping biodigester juga dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk. Dari aspek ekonomi, besar kecilnya
biaya teknologi biogas sangat tergantung pada bahan baku dan bahan
pembuatan biodigester. Secara umum teknologi biogas akan sangat
ekonomis jika bahan baku berupa bahan organik dapat diperoleh
secara murah dan biodigester dibuat dengan memanfaatkan material
lokal. Oleh karena itu, beberapa pengetahuan dasar dan praktis
yang disajikan dalam buku ini perlu dipelajari sebelum membuat,
mengoperasikan, dan memanfaatkan biogas supaya diperoleh hasil
yang baik.
Buku Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional, dan Peman-
faatan ini disusun atas dasar pengalaman penelitian laboratorium dan
lapangan, sehingga terdapat keseimbangan antara aspek teknis dan
teoritis. Buku ini secara khusus ditujukan pada para pegiat teknologi
biogas, dosen, mahasiswa S1, mahasiswa pasca sarjana, peneliti bi-
dang energi, peneliti bidang pertanian dan peternakan, dan masyara-
kat pengguna biogas.
Buku ini dikemas secara padat dan difokuskan pada teknologi
energi biogas. Buku ini disusun menjadi enam bab, yaitu sumber
energi biogas, biodigester, teknik pencucian biogas, dasar-dasar
pembakaran, biogas untuk rumah tangga, dan pembangkit listrik
tenaga biogas. Beberapa contoh dan soal diberikan pula dalam buku
ini supaya memudahkan pembaca untuk memahaminya.
Penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada seluruh
civitas akademika Universitas Sebelas Maret-UNS Surakarta. Terima
kasih penulis tujukan kepada Balitbang Jateng, DP2M DIKTI, dan
Pesantren Wirausaha Abdul Rahman bin Auf Klaten atas kesempatan
dan dukungan pendanaan selama penelitian teknologi biogas ini.
Selanjutnya kritik dan saran sangat penulis harapkan demi
sempurnanya buku ini. Silakan kontak email penulis di suyitno@
gmail.com. Semoga apa yang tersaji dalam buku ini dapat memberikan
manfaat yang nyata bagi perkembangan teknologi energi di Indonesia.
Amiin.
Surakarta, Oktober 2009
Penulis

vi Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan


Daftar Isi

KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vii
Bab 1 Sumber Energi Biogas 1
1.1 Pendahuluan 1
1.2 Bahan Penghasil Biogas 3
1.3 Bahan Baku Pembuatan Biogas 4
1.4 Komposisi Biogas 8
1.5 Teknik Pemanfaatan Biogas 10
2.1 Pendahuluan 13
bab 2 Biodigester 13
2.2 Jenis-Jenis Biodigester 14
2.3 Komponen Utama Biodigester 18
2.4 Kondisi Biodigester yang Baik 21
2.5 Proses Biologis Terbentuknya Biogas 24
2.6 Perancangan Biodigester 26
bab 3 Teknik Pencucian Biogas 33
3.1 Pencucian Biogas dari Unsur H2O 34
3.2 Pencucian Biogas dari Unsur H2S 35
3.3 Pencucian Biogas terhadap H2S dengan Iron chelated
solution (Kwartiningsih, 2006) 38
bab 4 Dasar-dasar Pembakaran 43
4.1 Entalpi Pembentukan, Entalpi Pembakaran, Panas Reaksi 43
4.2 Nilai Kalor (Heating Value, HV) 48
4.3 Pembakaran Stoikiometri 49
4.4 Perbandingan Udara Bahan Bakar 50
4.5 Analisis Teoritis Pembakaran Biogas 52
bab 5 Biogas untuk Rumah Tangga 55
5.1 Aplikasi Biogas di Sektor Rumah Tangga 55
5.2 Merancang Reaktor Biogas untuk
Kompor Rumah Tangga 56
5.3 Analisis Unjuk Kerja Kompor 59
bab 6 Pembangkit Listrik Tenaga Biogas 63
6.1 Dasar-Dasar Motor Bakar 63
6.2 Unjuk Kerja Motor Bakar 64
6.3 Modifikasi Motor Bakar Berbahan Bakar Bensin
Menjadi Berbahan Bakar Biogas 66
6.4 Modifikasi pada Genset 70
6.5 Prinsip Kerja Generator 77
6.6 Analisa Unjuk Kerja Genset Berbahan Bakar Biogas 78
Daftar Pustaka 89
DAFTAR INDEKS 103
TENTANG PENULIS 107

-oo0oo-
Bab 1
Sumber Energi Biogas

1.1 Pendahuluan

B
iogas adalah gas yang dihasilkan oleh bakteri apabila
bahan organik mengalami proses fermentasi dalam reaktor
(biodigester) dalam kondisi anaerob (tanpa udara). Reaktor
yang dipergunakan untuk menghasilkan biogas umumnya disebut
digester atau biodigester, karena di tempat inilah bakteri tumbuh
dengan mencerna bahan-bahan organik. Untuk menghasilkan biogas
dalam jumlah dan kualitas tertentu, maka digester perlu diatur suhu,
kelembaban, dan tingkat keasaman supaya bakteri dapat berkembang
dengan baik. Biogas sendiri merupakan gabungan dari gas metana
(CH4), gas CO2 dan gas lainnya.
Di Indonesia, pemanfaatan biogas masih terbatas pada bahan
bakar kompor untuk memasak. Pemanfaatan biogas untuk kebutuhan
rumah tangga ini, beberapa penduduk di Indonesia sudah mampu
membuat reaktor biogas sendiri dengan skala kecil. Reaktor biogas
(biodigester) untuk skala kecil umumnya dibuat dari plastik maupun
dari drum. Bahan baku biogas diperoleh dari kotoran sapi dengan
jumlah sapi bervariasi dari 3-5 ekor untuk skala kecil.
Ketertarikan akan sumber energi biogas akhir-akhir ini meningkat.
Hal ini didasarkan pada fakta bahwa cadangan sumber energi fosil
semakin berkurang. Salah satu buktinya adalah adanya kebijakan
pemerintah dalam konversi minyak tanah ke gas (LPG). Dengan
fakta ini sebenarnya beberapa anggota masyarakat yang mempunyai
potensi mengolah bahan organik menjadi biogas dapat berperan
serta lebih aktif. Manfaatnya adalah masyarakat dapat memperoleh
energi yang relatif lebih murah dan lingkungannya juga lebih bersih.
Memang, karena biogas dihasilkan dari kotoran sehingga beberapa
masyarakat masih canggung untuk menggunakan biogas khusunya
untuk memasak.
Biogas sangat potensial sebagai sumber energi terbarukan karena
kandungan methane (CH4) yang tinggi dan nilai kalornya yang cukup
tinggi. CH4 sendiri mempunyai nilai kalor 50 MJ/kg. Methane (CH4)
yang memiliki satu karbon dalam setiap rantainya, dapat menghasilkan
pembakaran yang lebih ramah lingkungan dibandingkan bahan bakar
berantai karbon panjang. Hal ini disebabkan karena jumlah CO2 yang
dihasilkan selama pembakaran bahan bakar berantai karbon pendek
adalah lebih sedikit.

Gambar 1.1 Api biogas yang biru


Gambar 1.1. Api biogas yang biru
Sebagaimana bentuk bahan bakar yang lain, selain dimanfaatkan
untuk memasak (lihat Gambar 1.1), biogas dapat dimanfaatkan juga
sebagai bahan bakar untuk penerangan, untuk proses pengeringan,
untuk penghasil panas, untuk pembangkit listrik, atau bahkan untuk
kendaraan bermotor. Pada saat biogas dimanfaatkan untuk pembangkit
listrik dan kendaraan bermotor, maka biogas perlu diolah (treatment).

 Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan


Pengolahan yang dilakukan misalnya dalam bentuk pencucian terhadap
kandungan H2S, pengeringan biogas dari uap air, pengurangan kadar
CO2, atau bahkan kompresi biogas. Beberapa teknik pemanfaatan
biogas baik untuk energi panas atau untuk pembangkit listrik dan
teknik lain yang terkait akan dibahas dalam buku ini.

1.2 Bahan Penghasil Biogas


Biogas dapat diproduksi dari bahan organik dengan bantuan
bakteri untuk proses fermentasi anaerobnya. Pada umumnya hampir
semua jenis bahan organik dapat diolah menjadi biogas. Untuk biogas
sederhana, bahan organik yang paling banyak digunakan di Indonesia
adalah dari kotoran dan urine hewan. Beberapa bahan lain yang
digunakan adalah dari kotoran manusia, sampah bio (organik), dan
sisa proses pembuatan tahu.
Jenis-jenis bahan organik yang diproses termasuk beberapa
contoh di atas sangat mempengaruhi kualitas biogas yang dihasilkan.
Pemilihan bahan biogas dapat ditentukan dari perbandingan kadar
C (karbon) dan N (nitrogen) dalam bahan tersebut. Bahan organik
yang umumnya mampu menghasilkan kualitas biogas yang tinggi
mempunyai rasio C/N sekitar 20-30 (Sasse, 1988) atau 20-25 (Dennis
A., 2001). Perbandingan C dan N dalam bahan biogas merupakan
faktor penting untuk berkembangnya bakteri yang akan menguraikan
bahan organik tersebut. Pada perbandingan C/N kurang dari 8, dapat
menghalagi aktivitas bakteri akibat kadar amonia yang berlebihan (Uli
Werner, 1989). Pada perbandingan C/N lebih dari 43 mengakibatkan
kerja bakteri juga terhambat (Dennis A., 2001). Walaupun demikian,
parameter ini bukan jaminan satu-satunya untuk kualitas biogas yang
tinggi karena masih terdapat beberapa parameter lain yang harus
diperhatikan khususnya pada reaktor biogas (biodigester).
Untuk mendapatkan produksi biogas yang tinggi, maka
penambahan bahan yang mengandung karbon (C) seperti jerami, atau
N (misalnya: urea) perlu dilakukan untuk mencapai rasio C/N = 20

Sumber Energi Biogas 


– 30. Tabel 1.1 adalah harga rasio C/N pada beberapa jenis kotoran
hewan.
Tabel 1.1 Rasio C/N untuk beberapa bahan organik (Uli Werner,
1989)
Jenis Kotoran Rasio C/N
Urine 0,8
Kotoran sapi 10-20
Kotoran babi 9-13
Kotoran ayam 5-8
Kotoran kambing 30
Kotoran manusia 8
Jerami padi-padian 80-140
Jerami jagung 30-65
Rumput hijau 12
Sisa sayuran 35

Tidak semua bahan organik terurai menjadi gas dalam digester


anaerob. Bakteri anaerob tidak menguraikan lignin dan beberapa jenis
hidrokarbon. Digester yang berisi kotoran yang mengandung nitrogen
tinggi dan belerang yang rendah dapat menghasilkan racun berupa
amonia dan H2S. Kotoran yang tidak bercampur dengan air akan
terurai dengan lambat.
Perlu ditekankan disini bahwa proses fermentasi dalam
biodigester sendiri berlangsung secara alami. Mikroba (bakteri) yang
berfungsi untuk menguraikan bahan organik juga dapat terbentuk
secara alami asalkan kondisi biodigester terpenuhi untuk tumbuhnya
bakteri tersebut. Ciri fisik yang terlihat dari terjadinya proses fermentasi
alami adalah terbentuknya gelembung pada permukaan air.

1.3 Bahan Baku Pembuatan Biogas


Bahan baku yang dapat dibuat biogas adalah bahan organik.
Beberapa daftar bahan organik yang dapat dibuat biogas adalah
biomasa, kotoran manusia, kotoran hewan, urin, sampah kota yang

 Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan


berbentuk organik, dan sampah produk pertanian. Di Indonesia, jenis
kotoran yang umum digunakan untuk menghasilkan biogas adalah
kotoran sapi.
Tabel 1.2 menunjukkan spesifikasi kotoran sapi yang dihasilkan
dari sapi dengan bobot waktu hidup 635 kg untuk setiap harinya.
Besarnya padatan total (TS) umumnya dapat juga diperkirakan sekitar
10-15% dari massa kotoran awal. Sedangkan besarnya padatan volatil
dapat diperkirakan sebesar 8-10% dari massa kotoran awal.
Tabel 1.2 Spesifikasi kotoran sapi dengan bobot total 635 kg
Sapi dengan
Spesifikasi
bobot 635 kg
Kotoran 50,8 kg
Kotoran 51,1 liter
Padatan total (total solid, TS) 6,35 kg
Padatan Volatil (volatile solid, VS) 5,4 kg

Sebagai acuan, untuk setiap ekor sapi umumnya mampu


menghasilkan kotoran sebanyak 5-40 kg per hari. Secara nyata, tidak
dapat dipastikan berapa kotoran yang dihasilkan oleh hewan untuk
setiap harinya karena tergantung pada banyak hal, seperti kondisi
hewan, pola makan dari hewan, jenis makanan, jenis kandang, jenis
lantai, dan lainnya. Untuk tujuan perancangan digester yang lebih
baik, maka jumlah kotoran dari hewan dapat diukur atau ditimbang
secara berkala. Langkah ini walaupun tidak umum, tetapi mampu
memberikan data yang lebih baik sehingga rancangan dari digester
dan produksi biogasnya nanti tidak berlebihan atau sebaliknya supaya
tidak kekurangan bahan baku.
Beberapa peneliti mengusulkan metode lain untuk menentukan
jumlah kotoran yang dihasilkan dari makhluk hidup. Metode yang
diusulkan adalah dengan membuat prosentasi dari bobot makhluk
hidup tersebut.

Sumber Energi Biogas 


• Untuk sapi dengan bobot hidup 135-800 kg dan kerbau dengan
bobot 340-420 kg dapat menghasilkan kotoran 5% dan urine 4-
5% dari bobot tersebut.
• Untuk babi dengan bobot 30-75 kg dapat menghasilkan kotoran
sebanyak 2% dan urin 3% dari bobot tersebut.
• Untuk domba/kambing dengan bobot 30-100 kg dapat
menghasilkan kotoran sebanyak 3% dan urin 1-1,5% dari bobot
tersebut.
• Untuk ayam dengan bobot 1,5-2 kg dapat menghasilkan kotoran
sebanyak 4,5% dari bobotnya.
• Untuk manusia dengan bobot 50-80 kg dapat menghasilkan
kotoran sebanyak 1% dan urin sebanyak 2% dari bobotnya.
Tabel 1.3. Komponen padatan volatil (VS) (Uli Werner, 1989).
Komponen % TS
Selulosa 31,0
Hemiselulosa 12,0
Lignin 12,2
Kanji 12,5
Protein 12,5
Eter 2,6
Amonia 0,5
Asam 0,1
Total 83,4

Dari jumlah kotoran yang dihasilkan, yang berperan dalam


menghasilkan biogas adalah komponen padatan total (TS). Di dalam
padatan total (TS) terdapat padatan volatil (VS). Komponen dari
padatan volatil (VS) secara umum terdiri dari selulosa, hemiselulosa,
lignin, kanji, protein, eter, amonia dan asam. Komponen terbesar
dari VS adalah selulosa sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.3.
Besarnya VS adalah sekitar 83,4% TS. Dengan mengingat bahwa TS
dari kotoran hewan tidak jauh dari 10%, maka dalam biodigester perlu
ditambahkan beberapa sisa makanan hewan selain mengandung C/N

 Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan


tinggi juga mempunyai potensi produksi biogas yang tinggi karena
mengandung TS yang tinggi (lihat TaBEL 1.4).
Tabel 1.4. TS beberapa material organik lain selain kotoran hewan
(Uli Werner, 1989).
Material TS (%) VS (% TS)
Jerami padi 89 93
Jerami gandum 82 94
Jerami jagung 80 91
Rumput segar 24 89
Bagase 65 78
Sisa sayuran 12 86

Penting diperhatikan bahwa konsentrasi TS hendaknya dijaga


tidak lebih dari 15% karena akan menghambat metabolisme. Pada saat
memasukkan material organik ke dalam biodigester wajib ditambahkan
sejumlah air. Fungsi air disini selain untuk mempertahankan TS <
15%, juga untuk mempermudah proses pencampuran dan proses
mengalirnya material organik ke dalam biodigester. Fungsi lainnya
adalah untuk mempermudah aliran gas yang terbentuk di bagian
bawah dapat mengalir ke bagian atas biodigester.
Tabel 1.5. Kadar selulosa, hemiselulosa dan lignin dalam biomasa
(Suyitno, 2007)
Material Selulosa (%) Hemiselulosa Lignin
(%) (%)
Kayu 40-50 15-25 15-30
Tongkol jagung 45 35 15
Jerami padi 32,1 24 18
Bagase 33,4 30 18,9
Dedaunan 15-20 80-85 0
Jerami gandum 30 50 15
Rumput 45 31,4 12

Sumber Energi Biogas 


Selulosa dan hemiselulosa dapat diuraikan oleh bakteri dalam
biodigester sedangkan lignin tidak dapat diuraikan. Biomasa termasuk
bahan organik yang mengandung lignin dalam jumlah yang besar
sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.5. Sehingga jika beberapa
material organik yang mengandung lignin dalam jumlah tinggi
misalnya biomasa, maka dari material organik jenis ini, biogas yang
dihasilkan jumlahnya rendah.

1.4 Komposisi Biogas


Komposisi dan produktivitas sistem biogas dipengaruhi
oleh parameter-parameter seperti temperatur digester, ph (tingkat
keasaman), tekanan, dan kelembaban udara. Komponen biogas yang
paling penting adalah metana (CH4). Tabel 1.6 adalah gambaran
komposisi biogas dari Horikawa tahun 2004 dimana biogas tersusun
dari 81,1% CH4.
Tabel 1.6 Komposisi biogas (Horikawa, 2004)
Gas Digester Sludge Sistem Anaerob
(% volume)
CH4 81,1 %
CO2 14,0 %
H 2S 2,2 %
N2 + O 2 2,7 %

Namun demikian, pendapat mengenai komposisi biogas di


bawah ini lebih banyak dijadikan acuan oleh beberapa peneliti. Biogas
umumnya terdiri dari:
1. Methane, CH4 = 55-75%.
2. Carbon dioxide, CO2 = 25-45%.
3. Carbon monoxide, CO = 0-0,3%.
4. Nitrogen, N2 = 1-5%.
5. Hydrogen, H2 = 0-3%.
6. Hydrogen sulfide, H2S = 0,1-0,5%.
7. Oxygen, O2 = sisanya

 Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan


Biogas berbeda dengan gas alam dan gas kota. Beberapa perbe-
daan sifat dari biogas, gas kota, dan gas alam dapat dilihat pada Tabel
1.7 Biogas mempunyai nilai kalor sedang dan besarnya sangat tergan-
tung dari kandungan CH4 dalam biogas. Massa jenis biogas sedikit
lebih tinggi dari massa jenis udara. Jika dibakar, biogas mempunyai
kecepatan maksimum yang rendah, yaitu sekitar 0,25 m/s.
Tabel 1.7. Perbandingan sifat biogas, gas alam, dan gas kota
(Wellinger, 2001)
Parameter Biogas Gas Gas
(60% CH4) Alam Kota
Nilai kalor bawah (MJ/m3) 21,48 36,14 16,1
Massa jenis (kg/m3) 1,21 0,82 0,51
Indeks Wobbe bawah (MJ/m3) 19,5 39,9 22,5
Kecepatan penyalaan maksiumum (m/s) 0,25 0,39 0,70
Kebutuhan udara teoritis (m3 udara/m3 5,71 9,53 3,83
gas)
Konsentrasi maksimum CO2 dalam 17,8 11,9 13,1
cerobong (vol%)
Titik embun (oC) 60-160 59 60

Kandungan methane yang cukup tinggi dalam biogas dapat


menggantikan peran LPG dan petrol (bensin). Tetapi dalam biogas
terdapat kandungan lain selain methane yang perlu adanya proses
pemurnian. Gas tersebut adalah gas H2S yang dianggap sebagai pengotor
dan bila ikut terbakar dan terbebas dengan udara dapat teroksidasi
menjadi SO2 dan SO3 yang bersifat korosif dan bila teroksidasi lebih
lanjut oleh H2O dapat memicu hujan asam. Selain H2S terdapat juga
uap air dan CO2 yang tidak bermanfaat pada saat pembakaran. Biogas
yang mengandung sejumlah H2O dapat berkurang nilai kalornya. Gas
H2O sebagaimana gas H2S juga perlu dibersihkan dari biogas. Prosedur
pencucian dan pemurnian biogas dapat dilihat pada bab III.

Sumber Energi Biogas 


1.5 Teknik Pemanfaatan Biogas
Biogas dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan,
diantaranya adalah:
1. Sumber bahan bakar gas digunakan untuk kompor rumah tangga,
penerangan, pemanas air, dan lainnya.
2. Sumber bahan bakar gas untuk menghasilkan panas yang dapat
digunakan untuk berbagai keperluan misalnya pemanas air,
pemanas udara, pengering, dan lainnya.
3. Sumber bahan bakar gas untuk menggerakkan motor bakar, turbin,
dan lainnya yang kemudian torsi yang diperoleh dapat digunakan
untuk menggerakkan pompa atau mesin-mesin yang lain.
4. Torsi dari motor bakar dan turbin berbahan bakar biogas
selanjutnya dapat dipergunakan untuk menggerakkan generator
dan diperoleh listrik.
Secara teoritis dapat dibuat suatu prediksi umum bahwa (Uli
Werner, 1989):
• Untuk keperluan memasak, 1 orang rata-rata per hari membutuhkan
biogas sebanyak 0,1 – 0,3 m3.
• Untuk penerangan (lampu petromaks), rata-rata membutuhkan
biogas sebanyak 0,1 – 0,15 m3 per jam. Pendapat lain mengatakan
bahwa 1 m3 dapat digunakan untuk penerangan yang sebanding
dengan lampu 60-100 W selama 6 jam .
• Untuk pengganti bahan bakar bensin sebanyak 0,7 kg dibutuhkan
biogas sebanyak 1 m3.
• Untuk menggerakkan motor 1 hp selama 2 jam dibutuhkan biogas
sebanyak 1 m3.
• Untuk pembangkit listrik dengan motor bakar dibutuhkan biogas
sebanyak 0,6 m3 per kWh.

10 Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan


Soal Bab I:
1.1. Jelaskan pengertian biogas dan pengertian digester.
1.2. Jelaskan jenis-jenis bakteri yang berkembang dalam biodigester.
1.3. Jelaskan mengapa lignin tidak dapat diuraikan oleh bakteri dalam
biodigester.
1.4. Jelaskan pengertian TS dan VS.
1.5. Sebutkan manfaat energi yang dapat diperoleh dari 1 m3 biogas.

-oo0oo-

Sumber Energi Biogas 11


Bab 2
Biodigester

2.1 Pendahuluan

B
iodigester merupakan komponen utama dalam produksi bio-
gas. Biodigester merupakan tempat dimana material organik
diurai oleh bakteri secara anaerob (tanpa udara) menjadi gas
CH4 dan CO2. Biodigester harus dirancang sedemikian rupa sehingga
proses fermentasi anaerob dapat berjalan baik. Pada umumnya, bio-
gas dapat terbentuk pada 4–5 hari setelah digester diisi. Produksi bio-
gas yang banyak umumnya terjadi pada 20–25 hari dan kemudian
produksinya turun jika biodigester tidak diisi kembali.
Selama proses penguraian secara anaerob, komponen nitrogen
berubah menjadi amonia, komponen belerang berubah menjadi H2S,
dan komponen fosfor berubah menjadi orthophosphates. Beberapa
komponen lain seperti kalsium, magnesium, atau sodium berubah
menjadi jenis garam (Dennis A., 2001). Lebih lengkapnya, daftar
berikut adalah beberapa tujuan pembuatan biodigester.
1. Mengurangi jumlah padatan. Karena padatan terurai menjadi gas
dan tidak semua padatan dapat terurai, maka tujuan dari proses
digestion adalah mengurangi jumlah padatan.
2. Membangkitkan energi. Sebagaimana diketahui, target utama dari
proses digestion adalah menghasilkan gas CH4 yang mengandung
energi 50 MJ/kg. Semakin besar kandungan CH4 dalam biogas,
semakin besar kandungan energi dalam biogas.
3. Mengurangi bau dari kotoran. Biogas dapat ditujukan untuk
mengurangi bau dan bukan menghilangkan bau dari kotoran.
Setidaknya dengan pembuatan digester bau yang dihasilkan
selama proses digestion dapat diarahkan supaya tidak mengganggu
kenyamanan hidup manusia.
4. Menghasilkan air buangan yang bersih. Sebagian air setelah proses
digestion harus dikeluarkan. Bersihnya air buangan ini menjadi
sangat penting jika akan digunakan untuk irigasi. Sebagian air
buangan juga dapat dikembalikan lagi ke dalam digester.
5. Menghasilkan padatan yang mengandung bahan gizi untuk pupuk.
Padatan yang tidak terurai menjadi gas dapat dimanfaatkan sebagai
pupuk asalkan masih mengandung bahan gizi yang baik. Padatan
yang dihasilkan juga harus dijaga dari zat-zat berbahaya.

2.2. Jenis-Jenis Biodigester


Terdapat beberapa jenis biodigester yang dapat dilihat
berdasarkan konstruksi, jenis aliran, dan posisinya terhadap
permukaan tanah. Jenis digester yang dipilih dapat didasarkan pada
tujuan pembuatan digester tersebut. Hal yang penting adalah apapun
jenis digester yang dipilih nantinya, tujuan utama pembuatan digester
adalah mengurangi jumlah kotoran dan menghasilkan biogas yang
mempunyai kandungan CH4 tinggi.
Umumnya, kotoran merupakan campuran fasa padat dan cair
dengan perbandingan tertentu. Energi dihasilkan dari padatan kotoran
tersebut. Pada saat menginginkan hasil biogas yang kontinu, maka
bahan baku harus mampu mengalir kontinu tanpa bantuan pompa dan
biodigester harus didesain supaya tidak terjadi penyumbatan. Padatan
yang dihasilkan setelah proses digestion juga harus dapat dipisahkan

14 Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan


secara alami tanpa bantuan peralatan dari luar. Padatan yang dihasilkan
kemudian dapat dengan mudah dikeluarkan dari digester.
Dari segi konstruksi, digester dibedakan menjadi:
a) Fixed dome (kubah tetap). Digester jenis ini mempunyai volume
tetap. Seiring dengan dihasilkannya biogas, terjadi peningkatan
tekanan dalam reaktor (biodigester). Karena itu, dalam konstruksi
biodigester jenis kubah tetap, gas yang terbentuk akan segera
dialirkan ke pengumpul gas di luar reaktor. Indikator produksi
gas dapat dilakukan dengan memasang indikator tekanan. Skema
Gambar 1.1. Api biogas yang biru
digester jenis kubah tetap dapat dilihat pada Gambar 2.1. Tabel
2.1 merupakan kelebihan dan kekurangan digester jenis kubah
tetap.

Gambar 2.1. Digester jenis kubah tetap (fixed dome) (Sasse, 1988).
Gambar 2.1 Digester jenis kubah tetap (fixed dome) (Sasse, 1988).
Tabel 2.1 Kelebihan dan kekurangan digester

Biodigester 15
jenis kubah tetap.
Kelebihan Kekurangan
1. Sederhana dan dapat dikerjakan 1. Bagian dalam reaktor tidak
dengan mudah. terlihat (khususnya yang dibuat
2. Biaya konstruksinya rendah. di dalam tanah) sehingga jika
terjadi kebocoran tidak segera
3. Tidak terdapat bagian yang
terdeteksi.
bergerak.
2. Tekanan gas berfluktuasi dan
4. Dapat dipilih dari material yang
bahkan fluktuasinya sangat
tahan karat.
tinggi.
5. Umurnya panjang.
3. Temperatur digester rendah.
6. Dapat dibuat di dalam tanah
sehingga menghemat tempat.

b) Floating dome (kubah apung). Pada digester tipe ini terdapat


bagian reaktor yang dapat bergerak seiring dengan kenaikan
tekanan reaktor. Pergerakan bagian kubah dapat dijadikan indikasi
bahwa produksi biogas sudah dimulai atau sudah terjadi. Bagian
yang bergerak tadi juga berfungsi sebagai pengumpul biogas.
Dengan model ini, kelemahan tekanan gas yang berfluktuasi
pada reaktor biodigester jenis kubah tetap dapat diatasi sehingga
tekanan biogas dapat dijaga konstan. Kelemahannya adalah
membutuhkan ketrampilan khusus untuk membuat tampungan
gas yang dapat bergerak. Kelemahan lainnya dari biodigester jenis
ini adalah material dari tampungan biogas yang dapat bergerak
juga harus dipilih dari material yang tahan korosi dan otomatis
harganya lebih mahal.

Gambar 2.2 Digester jenis kubah apung (floating dome)

16 Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan


Pipa aliran Biogas
biogas digunakan

Bahan baku Tampungan


masuk biogas yang
bisa bergerak

Padatan
keluar
Buih

Pengarah
center

Gambar 2.2. Digester jenis kubah apung (floating dome) (Sasse, 1988).
(Sasse, 1988).
Dari segi aliran bahan baku untuk reaktor biogas, biodigester
Tahap Hidrolisis Tahap Pengasaman Tahap Pembentukan
dibedakan menjadi: Metana
Bakteri Fermentasi Bakteri Asetogenik Bakteri Metanogenesis
1. Bak (batch). Pada biodigester jenis bak, bahan baku ditempatkan di
dalam suatu wadah (bak)Hdari
Asam Asetat, 2, sejak awal hingga selesainya proses
dan CO2
digestion. Biodigester jenis ini umumnya digunakan pada tahap
Bahan
organik, Biogas:
eksperimen
karbohidrat, untuk mengetahui potensi gas dari Glimbah as Metana organik
atau digunanakan
lemak, dan Asampada kapasitas biogas yang kecil.Gas CO2
Propionik
protein Asam Butirik Asam Asetat jenis mengalir, aliran
2. Mengalir (continuous).
Alkohol
Untuk biodigester
bahan baku dimasukkan
Senyawa laindan residu dikeluarkan pada selang waktu
tertentu. Lamanya bahan baku berada dalam reaktor digester
disebut waktu Gambar
retensi (retention time/RT).
2.3. Diagram proses biologis terbentuknya biogas
Dilihat dari segi tata letak penempatan, biodigester dibedakan
menjadi:
1. Seluruh biodigester di atas permukaan tanah. Biasanya biodigester
jenis ini dibuat dari tong-tong bekas minyak tanah atau aspal.
Kelemahan tipe ini adalah volume yang kecil, sehingga biogas

Biodigester 17
yang dihasilkan hanya mampu digunakan untuk kebutuhan sebuah
rumah tangga (keluarga). Kelemahan lain adalah kemampuan
material yang rendah untuk menahan korosi sehingga tidak tahan
lama. Untuk pembuatan skala besar, biodigester jenis ini jelas
memerlukan luas lahan yang besar juga.
2. Sebagian tangki biodigester diletakkan di bawah permukaan
tanah. Biasanya biodigester ini terbuat dari campuran semen,
pasir, kerikil, dan kapur yang dibentuk seperti sumur dan ditutup
dari plat baja atau konstruksi semen. Volume tangki dapat dibuat
untuk skala besar ataupun skala kecil sehingga dapat disesuaikan
dengan kebutuhan. Kelemahan pada sistem ini adalah jika
ditempatkan pada daerah yang memiliki suhu rendah (dingin),
suhu dingin yang diterima oleh plat baja merambat ke dalam
bahan baku biogas, sehingga menghambat proses bekerjanya
bakteri. Ingat kembali bahwa bakteri akan bekerja secara optimum
pada temperatur tertentu saja.
3. Seluruh tangki biodigester di letakkan di bawah permukaan tanah.
Model ini merupakan model yang paling popular di Indonesia,
dimana seluruh instalasi biodigester dibuat di dalam tanah dengan
konstruksi yang permanen. Selain dapat menghemat tempat atau
lahan, pembuatan biodigester di dalam tanah juga berguna untuk
mempertahankan temperatur biodigester stabil dan mendukung
pertumbuhan bakteri methanogen. Kekurangannya adalah jika
terjadi kebocoran gas dapat menyulitkan untuk memperbaikinya.

2.3 Komponen Utama Biodigester


Komponen-komponen biodigester cukup banyak dan sangat
bervariasi. Komponen yang digunakan untuk membuat biodigester
tergantung pada jenis biodigester yang digunakan dan tujuan
pembangunan biodigester. Tetapi, secara umum biodigester terdiri
dari empat komponen utama sebagai berikut:
1. Saluran masuk slurry (kotoran segar). Saluran ini digunakan untuk

18 Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan


memasukkan slurry (campuran kotoran ternak dan air) ke dalam
reaktor utama. Tujuan pencampuran adalah untuk memaksimalkan
produksi biogas, memudahkan mengalirnya bahan baku, dan
menghindari terbentuknya endapan pada saluran masuk.
2. Ruang digestion (ruang fermentasi). Ruangan digestion berfungsi
sebagai tempat terjadinya proses digestion dan dibuat kedap
terhadap udara. Ruangan ini dapat juga dilengkapi dengan
penampung biogas.
3. Saluran keluar residu (sludge). Fungsi saluran ini adalah untuk
mengeluarkan kotoran (sludge) yang telah mengalami proses
digestion oleh bakteri. Saluran ini bekerja berdasarkan prinsip
kesetimbangan tekanan hidrostatik. Residu yang keluar pertama
kali merupakan slurry (lumpur) masukan yang pertama setelah
waktu retensi. Slurry yang keluar sangat baik untuk pupuk karena
mengandung kadar nutrisi yang tinggi.
4. Tangki penyimpan biogas. Tujuan dari tangki penyimpan gas
adalah untuk menyimpan biogas yang dihasilkan dari proses
digestion. Jenis tangki penyimpan biogas ada dua, yaitu tangki
bersatu dengan unit reaktor (fixed dome) dan terpisah dengan
reaktor (floating dome). Untuk tangki terpisah, konstruksi dibuat
khusus sehingga tidak bocor dan tekanan yang terdapat dalam
tangki seragam.
Selain empat komponen utama tersebut, pada sebuah
biodigester perlu ditambahkan beberapa komponen pendukung untuk
menghasilkan biogas yang jumlahnya banyak dan aman. Beberapa
komponen pendukung adalah:
1. Katup pengaman tekanan (control valve). Fungsi dari katup
pengaman adalah sebagai pengaman biodigester dari lonjakan
tekanan biogas yang berlebihan. Bila tekanan biogas dalam tabung
penampung biogas lebih tinggi dari tekanan yang diijinkan, maka
biogas akan dibuang keluar. Selanjutnya tekanan dalam biodigester
turun kembali. Katup pengaman tekanan cukup penting dalam

Biodigester 19
reaktor biogas yang besar dan sistem kontinu, karena umumnya
digester dibuat dari material yang tidak tahan pada tekanan yang
tinggi supaya biaya pembuatan biodigester tidak mahal.
2. Sistem pengaduk. Pada digester yang besar, sistem pengaduk
menjadi sangat penting. Untuk digester kecil misalnya digester
untuk 3-5 sapi, sistem pengaduk dapat ditiadakan. Tujuan
dari pengadukan adalah untuk mengurangi pengendapan dan
menyediakan populasi bakteri yang seragam sehingga tidak
terdapat lokasi yang ‘mati’ dimana tidak terjadi proses digestion
karena tidak terdapat bakteri. Selain itu dengan pengadukan dapat
mempermudah pelepasan gas yang dihasilkan oleh bakteri menuju
ke bagian penampung biogas. Pengadukan dapat dilakukan
dengan:
• pengadukan mekanis yaitu dengan menggunakan poros yang
dibawahnya terdapat semacam baling-baling dan digerakkan
dengan motor listrik secara berkala.
• Mensirkulasi bahan dalam digester dengan menggunakan
pompa dan dialirkan kembali melalui bagian atas
biodigester.
Pada saat melakukan proses pengadukan hendaknya dilakukan
dengan pelan. Sebagaimana diketahui bahwa tumbuhnya bakteri
membutuhkan media yang cocok. Media yang cocok sendiri
terbentuk dari bahan organik secara alami dan membutuhkan waktu
tertentu (ingat kembali retention time) sehingga pengadukan yang
terlalu cepat dapat membuat proses digestion justru terhambat.
Tidak ada panduan yang pasti seberapa lambat pengadukan
dilakukan dan bagaimana frekuensinya karena proses pengadukan
sangat tergantung dari bahan baku yang digunakan. Untuk bahan
baku yang larut dengan air dan tidak membentuk stratifikasi justru
tidak diperlukan adanya pengadukan.
3. Saluran biogas. Tujuan dari saluran gas adalah untuk mengalirkan

20 Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan


biogas yang dihasilkan dari biodigester. Bahan untuk saluran
gas disarankan terbuat dari polimer untuk menghindari korosi.
Ingat, kebocoran biogas dapat sangat berbahaya, karena dapat
menimbulkan kebakaran. Untuk pembakaran gas pada tungku,
pada ujung saluran pipa dapat disambung dengan pipa yang
terbuat dari logam supaya tahan terhadap temperatur pembakaran
yang tinggi.

2.4 Kondisi Biodigester yang Baik


Tujuan utama dari pembuatan biodigester adalah membuat suatu
tempat kedap udara supaya bahan organik dapat terurai secara biologi
yaitu dengan bantuan bakteri alami. Hasil dari proses penguraian
bahan organik tersebut dapat dihasilkan gas yang mengandung CH4
dengan konsentrasi tinggi. Untuk itu pada saat membuat biodigester,
maka perlu diperhitungkan beberapa hal, yaitu:
1. Lingkungan anaerob. Biodigester harus tetap dijaga dalam keadaan
anaerob yaitu tidak terjadi kontak langsung dengan oksigen (O2).
Udara mengandung O2 sebanyak 21 vol% sehingga jika memasuki
biodigester dapat menyebabkan penurunan produksi metana.
Penyebabnya adalah bakteri alami untuk proses penguraian bahan
organik membutuhkan kondisi kedap udara, sehingga jika terdapat
udara yang mengandung O2 menyebabkan bakteri berkembang
secara tidak sempurna.
2. Temperatur dalam biodigester. Secara umum terdapat tiga rentang
temperatur yang disenangi oleh bakteri, yaitu:
a. Bakteri fermentasi psycrophilic yang hidup pada temperatur
8–25oC. Bakteri ini biasanya berkembang pada negara-negara
subtropis atau beriklim dingin. Kondisi optimumnya adalah
pada temperatur 15-18oC. Waktu penyimpanan (retention
time, RT) dalam digester adalah lebih dari 100 hari.
b. Bakteri fermentasi mesophilic yang hidup pada temperatur

Biodigester 21
35–37oC. Bakteri ini dapat berkembang pada negara-negara
tropis seperti di Indonesia. Untuk itu kondisi biodigester
yang dibangun di Indonesia tidak perlu dipanasi. Biodigester
yang dibangun di dalam tanah juga mempunyai keuntungan
tersendiri, yaitu temperatur dalam biodiegester cenderung
konstan sehingga baik untuk pertumbuhan bakteri. Temperatur
dimana bakteri ini bekerja secara optimum adalah pada
35-45oC. Waktu penyimpanan (retention time, RT) dalam
biodigester adalah lebih dari 30-60 hari.
c. Bakteri fermentasi thermophilic yang hidup pada temperatur
optimum 53–55oC. Bakteri yang berkembang pada temperatur
tinggi umumnya digunakan hanya untuk mengurai material,
bukan untuk menghasilkan biogas. Waktu penyimpanan (RT)
dalam digester adalah lebih dari 10-16 hari.
Temperatur minimum supaya bakteri berkembang selama proses
fermentasi anaerob khususnya pada biodigester yang tidak dipanasi
adalah 15oC (Uli Werner, 1989). Biodigester yang beroperasi pada
temperatur di bawah 15oC hanya diperoleh biogas yang jumlahnya
terbatas sehingga sangat tidak ekonomis. Oleh karena itu, pada daerah
yang dingin, pada saat membuat biodigester perlu diperhitungkan
adanya pemakaian bahan penyekat panas.
1. Derajat keasaman (pH) dalam biodigester. Bakteri alami pengurai
bahan organik dapat berkembang dengan baik pada keadaan
yang agak asam, yaitu pH antara 6,6 – 7,0. Beberapa peneliti
lain menyarankan bahwa untuk produksi biogas yang optimum
diperlukan kondisi yang agak basa dengan pH antara 7-8,5.
Namun demikian perbedaan tersebut tidak terlalu menjadi masalah
karena selama proses fermentasi anaerob, pH dalam biodigester
akan berada angka pH sekitar 7. Selain itu, derajat keasaman
(pH) dalam biodigester sangat dipengaruhi oleh bahan baku
yang berupa bahan organik. Karena pada tahap awal fermentasi
dapat terbentuk asam, maka pH akan turun. Beberapa peneliti

22 Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan


menyarankan untuk menambahkan larutan kapur (CaOH2) atau
kapur (CaCO3) supaya pH kembali naik ke angka sekitar 7,0. Jika
pH turun di bawah 6,2, maka bakteri methanogen akan keracunan
dan akibatnya produksi biogas turun.
2. Kebutuhan nutrisi. Bakteri fermentasi membutuhkan beberapa
bahan nutrisi tertentu dan sedikit logam. Kekurangan salah satu
nutrisi atau bahan logam yang dibutuhkan dapat memperkecil
proses produksi metana. Nutrisi yang diperlukan antara lain
nitrogen, sulfur, fosfor, potasium, kalsium, magnesium dan
sejumlah logam seperti besi, mangan, molibdenum, seng, kobalt,
selenium, nikel, dan lainnya. Bahan baku berupa bahan organik
pada umumnya sudah mengandung zat nutrisi yang disebutkan di
atas dalam jumlah yang cukup. Tabel 2.2 memberikan gambaran
tentang konsentrasi maksimum beberapa zat yang diijinkan
dalam biodigester. Keberadaan beberapa zat yang disebutkan di
atas dalam jumlah yang banyak justru dapat menghambat proses
pembentukan biogas.

Tabel 2.2 Batasan konsentrasi beberapa zat yang diijinkan terdapat


dalam biodigester (Werner Kossmann, 1999)
Zat Konsentrasi (mg/l)
Tembaga 10-250
Kalsium 8000
Sodium 8000
Magnesium 3000
Nikel 100-1000
Seng 350-1000
Chromium 200-2000
Sulfur 200
Cyanide 2

3. Kadar padatan (TS). Tiap jenis bakteri memiliki nilai “kapasitas


kebutuhan air” tersendiri. Bila kapasitasnya tepat, maka aktifitas
bakteri juga akan optimal. Proses pembentukan biogas mencapai

Biodigester 23
titik optimum apabila konsentrasi bahan kering terhadap air adalah
0,26 kg/L. Pada umumnya proses pencampuran antara bahan
organik dan air berkisar antara 1:1 sampai 1:2.
4. Pengadukan (lihat di sub bab 2.3)
5. Pengaruh starter. Starter yang mengandung bakteri methanogen
diperlukan untuk mempercepat proses fermentasi anaerob.
Beberapa jenis starter antara lain:
• Starter alami, yaitu lumpur aktif seperti lumpur kolam ikan, air
comberan atau cairan septic tank, sludge, timbunan kotoran,
dan timbunan sampah organik. Kotoran sapi juga merupakan
starter alami yang baik karena secara alami karena kaya akan
bakteri metana.
• Starter semi buatan, yaitu dari fasilitas biodigester dalam
stadium aktif.
• Starter buatan, yaitu bakteri yang dibiakkan secara laboratorium
dengan media buatan.

2.5 Proses Biologis Terbentuknya Biogas


Berikut ini adalah beberapa tahapan (lihat Gambar 2.3) untuk
terbentuknya biogas dari proses fermentasi anaerob (http://www.
ganesha.co.uk/Articles/Biogas%20Technology%20in%20India.htm):
• Tahap pertama adalah tahap hidrolisis.
• Tahap kedua adalah tahap pengasaman.
• Tahap ketiga adalah tahap pembentukan gas CH4.

Tahap pertama adalah tahap hidrolisis


Pada tahap hidrolisis, bahan-bahan organik yang mengandung
selulosa, hemiselulosa dan bahan ekstraktif seperti protein, karbohidrat
dan lipida akan diurai menjadi senyawa dengan rantai yang lebih
pendek. Sebagai contoh polisakarida terurai menjadi monosakarida
sedangkan protein terurai menjadi peptida dan asam amino. Pada tahap
hidrolisis, mikroorganisme yang berperan adalah enzim ekstraselular
seperti selulose, amilase, protease dan lipase.

24 Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan


Pipa aliran Biogas
biogas digunakan

Tahap keduaBahan bakutahap pengasaman Tampungan


adalah
masuk biogas yang
Pada tahap pengasaman, bakteri akan menghasilkan asam yang
bisa bergerak
akan berfungsi untuk mengubah senyawa pendek hasil hidrolisis
menjadi asam asetat (CH3COOH), H2 dan CO2. Bakteri iniPadatan merupakan
bakteri anaerob yang dapat tumbuh pada keadaan asam, yaitu dengan
keluar
Buih
pH 5,5-6,5. Bakteri ini bekerja secara optimum pada temperatur sekitar
30oC Untuk menghasilkan asam asetat, bakteri tersebut memerlukan

Pengarah
center
oksigen dan karbon yang diperoleh dari oksigen yang terlarut dalam
larutan. Untuk terjadinya metabolisme yang merata diperlukan
pencampuran yang baik dengan konsentrasi air > 60%. Selain itu,
bakteri tersebut juga mengubah senyawa yang bermolekul rendah
Gambar
menjadi alkohol, asam Digester asam
2.2.organik, jenis kubah
amino,apung
CO2, H S dan dome)
(floating
2
sedikit(Sasse,
gas 1988).
CH4.

Tahap Hidrolisis Tahap Pengasaman Tahap Pembentukan


Metana
Bakteri Fermentasi Bakteri Asetogenik Bakteri Metanogenesis

Asam Asetat, H2,


dan CO2
Bahan
organik, Biogas:
karbohidrat, Gas Metana
lemak, dan Asam Propionik Gas CO2
protein Asam Butirik Asam Asetat
Alkohol
Senyawa lain

Gambar 2.3. Diagram proses biologis terbentuknya biogas


Gambar 2.3 Diagram proses biologis terbentuknya biogas

Tahap ketiga adalah tahap pembentukan gas CH4


Pada tahap pembentukan gas CH4, bakteri yang berperan adalah
bakteri methanogenesis (bakteri metana). Kelompok bakteri metana,
yaitu dari jenis methanobacterium, methanobacillus, methanosacaria,
dan methanococcus. Bakteri ini membutuhkan kondisi digester yang
benar-benar kedap udara dan gelap. Temperatur dimana bakteri ini
bekerja secara optimum adalah pada 35oC dan sangat sensitif terhadap

Biodigester 25
perubahan temperatur sekitar 2-3oC. Kisaran pH adalah 6,5-7,5. Pada
akhir metabolisme dihasilkan CH4 dan CO2 dari gas H2, CO2 dan asam
asetat yang dihasilkan pada tahap pengasaman. Perlu diketahui bahwa
pada kotoran sapi terdapat banyak bakteri metana sehingga sangat
baik untuk starter.

2.6 Perancangan Biodigester


Ukuran dari biodigester tergantung dari kuantitas, kualitas
bahan organik, jenis bahan organik yang ada dan temperatur proses
fermentasi. Ukuran biodigester dapat dinyatakan dengan volume
digester (Vd). Secara umum Vd dapat diperhitungkan dari:
Vd = S d xRT (2.1)
Dimana
Sd adalah jumlah masukan bahan baku setiap hari [m3/hari].
RT adalah retention time (waktu bahan baku berada dalam
digester) [hari].
Pada umumnya RT dipengaruhi oleh temperatur operasi dari
biodigester. Untuk di Indonesia karena temperatur sepanjang musim
yang hampir stabil, maka banyak biodigester dibuat dan beroperasi
pada temperatur kamar (unheated biodigester). Pada kondisi
biodigester semacam ini, dalam perancangan biodigester, temperatur
operasi dapat dipilih 1-2oC diatas temperatur tanah. Sedangkan RT
untuk biodigester sederhana tanpa pemanasan dapat dipilih 40 hari
(Uli Werner, 1989).
Pemasukan bahan baku tergantung seberapa banyak air harus
dimasukkan kedalam biodigester sehingga kadar bahan baku padatnya
sekitar 4-8%.

S d = Padatan + Air [m3/hari] (2.2)

Umumnya, pencampuran kotoran dari air dibuat dengan


perbandingan antara 1:3 dan 2:1 (Uli Werner, 1989). Di Indonesia,

26 Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan


untuk kotoran sapi umumnya dicampur dengan air pada perbandingan
1:1 sampai 1:2.
Setelah ukuran dari biodigester ditentukan, maka langkah selan-
jutnya adalah merancang gas penampung. Volume dari penampung
gas dinyatakan dengan Vg. Dalam perancangan ukuran penampung
gas (Vg) harus diperhatikan laju konsumsi gas puncak (Vg1) dan laju
konsumsi nol untuk jangka waktu yang lama (Vg2).

 Vg1 jika Vg1 > Vg 2


Vg =  [m3] (2.3)
Vg 2 jika Vg 2 > Vg1

Vg1 = konsumsi gas maks per jam x


(2.4)
waktu konsumsi maks
Vg 2 = G x t z, max (2.5)
Dimana
G adalah produksi biogas (m3/jam)
Tz,max = waktu maksimum pada saat konsumsi biogas nol (jam)

Besarnya G (produksi biogas per jam, m3/jam) dihitung dari


produksi biogas spesifik (Gy) dari bahan baku dan pemasukan bahan
baku harian (Sd).

G y xS d
G= [- x m3/hari x 1 hari/24 jam = m3/jam] (2.6)
2
4
Dimana Gy dapat diperkirakan dari Tabel 2.3. Perkiraan produksi
biogas dari beberapa jenis kotoran yang lain dapat dilihat pada Tabel
2.4.
Untuk keselamatan, ukuran dari penampung gas (Vg) dibuat
10-20% lebih besar dari hasil perhitungan di atas. Secara umum,
perancangan volume biodigester dengan volume penampung biogas
dapat dibuat dengan perbandingan 3:1 sampai 10:1 dengan 5:1 sampai
6:1 adalah yang paling umum digunakan (Uli Werner, 1989).

Biodigester 27
Tabel 2.3 Perkiraan produksi biogas dari berbagai kotoran hewan pada temperatur

28
o
digester
Tabel 2.3. Perkiraan produksi 22-27
biogas (Uli Werner,
dariCberbagai 1989)
kotoran hewan pada temperatur
digester 22-27oC (Uli Werner, 1989)
Jenis kotoran Sapi (bobot 200-300 kg) Kerbau (bobot 300-450 kg) Babi (bobot 50-60 kg)
Biodigester

Produksi Produksi gas Produksi Produksi gas Produksi Produksi gas


kotoran (m 3 / hari) Kotoran (m 3 / hari) kotoran (m 3/ hari)
(kg/ hari) RT=60 RT=80 (kg/ hari) RT=60 RT=80 (kg/ hari) RT=60 RT=80
Hanya kotoran
(basah), lantai tidak 0,3- 0,45-
9-13 0,35-0,5 14-18 0,3-0,62 - - -
berubin (rugi-rugi 0,45 0,54
10%)
Kotoran dan urine, 0,35- 0,45- 0,54- 0,12- 0,15-
20-30 30-40 0,45-0,6 2,5-3,0
lantai beton 0,51 0,61 0,71 0,14 0,18
Kotoran stabil
0,45- 0,53- 0,55- 0,63-
(kotoran + 2 kg 22-32 32-42 - - -
0,63 0,73 0,74 0,89
pakan), lantai beton
Gy
Untuk 1 L
0,02 0,025 0,02 0,024 0,05 0,06
kotoran/ hari
Untuk 1 kg
0,022 0,027 0,022 0,026 - -
kotoran/ hari
51

Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan


Jumlah material organik dan air yang ditambahkan ke dalam
digester setiap hari merupakan sesuatu yang sangat penting untuk
digester jenis kontinu. Pemasukan material organik dan air yang terlalu
banyak dapat mengganggu kinerja digester, yaitu turunnya pH.
Tabel 2.4 Perkiraan produksi biogas dari beberapa jenis kotoran
Jenis kotoran Perkiraan produksi biogas (m3) per kg kotoran

Sapi/kerbau 0,023-0,04
Babi 0,04-0,059
Unggas 0,065-0,116
Manusia 0,02-0,028
Kuda 0,02-0,035
Domba/Kambing 0,01-0,031
Jerami padi 0,017-0,028
Jerami jagung 0,035-0,048
Rumput 0,028-0,055
Rumput gajah 0,033-0,056
Bagase 0,014-0,019
Sayuran 0,03-0,04
Alga 0,038-0,055

Contoh Soal 2.1.


Diketahui tiga keluarga mempunyai 6 ekor sapi. Jika semua kotoran
sapi tersebut akan dibuat biogas, maka perkirakan:
a. Ukuran dari digester
b. Ukuran dari penampung gas

Jawaban:
Diasumsikan bahwa lantai untuk ternak sapi tersebut berbeton
dan sebagian pakan akan bercampur dengan kotoran berikut urinenya.
Berikut langkah-langkah perhitungan:
1. Setiap ekor sapi diperkirakan menghasilkan 22-32 kg kotoran per
hari (lihat Tabel 1.2). Misalkan untuk perhitungan logis diambil
setiap ekor sapi menghasilkan 25 kg kotoran per hari.

Biodigester 29
d waktu konsumsi maks
d
S d Padatan  Air [m3/hari] (2.2)
Vg 2 G x t z,max (2.5)

RT = 60
S d Padatan
2. Untuk [m3diperkirakan
Airhari /hari] produksi biogas adalah 0,45-(2.2)
0,63 m­V jika V
/hari (lihat
3 g1 g1 ! V
Tabel 2.3).
g2
Vg G ®y xS d [m3] (2.3)
G
3. MisalkanV jika
[- x m V
3
¯24g 2untuk perhitungan/hari
g2 ! V
x 1 hari/24 jam = m3/jam]
g1 logis diperkirakan untuk RT = 60,(2.6)
besarnyaVg1produksi jikagasVbiogas adalah 0,5x m3/hari. Sehingga besarnya
Vg1 ­konsumsi 1 ! Vg 2
gmaks per jam
Vg dapat
G ® dihitung:
3
[m ] (2.4)
(2.3)
y
¯ V
waktu
g 2 jika V
konsumsi g 2 ! V
maks
g1
Vg 2 konsumsi
V Gxm (2.5)
t z,3maxbiogas
gas maks per jam x
g1
0,5 (2.4)
Gy waktu hari
konsumsi maks 3
0,02 m biogas/kg kotoran
Vg 2 G x kg
t kotoran(2.5)
25 z,max
G y xS d hari 3
G [- x m /hari x 1 hari/24 jam = m3/jam] (2.6)
4. Untuk 24 total 6 ekor sapi diperoleh kotoran = 150 kg kotoran
Vd hari.
per S xRT Jumlah kotoran ini yang akan dimasukkan ke dalam
G yd xS d
G
digester. kg[- x m3/hari x 1 hari/24 jam = m3/jam] (2.6)
V 24
300 x 60 hari
5. Selain
d kotoran, ke dalam digester ditambahkan air sebanyak 150
mhari
3
biogas
LVatau0setara
,5
18000 dengan
kg 150 kg.
G
d hari 0,02 m3 biogas/kg kotoran
6. Jumlah
y totalkg3kotoran
kotoran + air adalah Sd = 300 kg/hari.
25 m
7. Sehingga volume biogas digester yang dibutuhkan untuk RT = 60
018000
,5 hari
kg
Vd
adalah:
G hari3 = 16,4 3
0,02m m3 biogas/kg kotoran
y 1100kgkg/m kotoran
Vd S25 d xRT hari
mkg biogas
3
kg 1 hari
GVd 0,300
02 hari x60 hari x150 x
Vd S d xRT kg kotoran hari 24 jam
Vd 18000 3kg
mkg
GVd 0,300
125 x60 hari
hari
8. Perkirakan jam massa jenis campuran kotoran sapi dan air sebesar
18000 kg
VVdd kg/m
1100
18000 3 kg
, sehingga = 16,4 m3
diperoleh:
1100 kg/m3
18000 kg
Vd 3 3
= 16,4 m3
1100mkg/m biogas kg 1 hari
G 0,02 x150 x
kg kotoran hari 24 jam
∴ Ukuran dari
33
biodigester adalah 16,4 m3
m
m biogas kg 1 hari
G
G 0
0,,125
02 x150 x
jam
kg kotoran hari 24 jam
m3
G 0,125
jam
30 Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan
Vd S d xRT
kg
Vd 300 x60 hari
hari
Vd dari
9. Ukuran 18000 kg
penampung gas dapat diprediksikan dari:
• Jumlah kotoran total = 150 kg/hari
• Gy = 0,02 m3 kg
18000 biogas / kg kotoran
V
• Besarnya
d produksi = 16,4 m3
3 biogas (G) dihitung dari:
1100 kg/m
G = Gy x jumlah kotoran total

m3 biogas kg 1 hari
G 0,02 x150 x
kg kotoran hari 24 jam
m3
G 0,125
jam

10. Asumsikan waktu maksimum pemakaian pada saat pemakaian


biogas nol Tz,max = 19 jam. Asumsi ini berarti bahwa biogas
digunakann untuk keperluan sehari-hari minimal selama 6 jam
sehari.

Vg GxTz,max
m3
Vg 0,125 x19 jam
jam
Vg 2,4 m3

Untuk keamanan tambahkan 20% sehingga:


Vg = 2,4 m3 x (1,2) = 2,9 m3 m  m / 't
a2 a1
Efektifitas penyerapan H2O = (3.1)
∴ Ukuran dari gas penampung dapat Q biogas
dibuat sebesar 2,9 atau 3
m3 dengan catatan bahwa biogas harus digunakan sebanyak
minimal 6 jam per hari. Jika ketentuan ini tidak dipenuhi maka
2>Fe(EDTA) @  H2S o 2>Fe(EDTA) @2  S  2H  (3.2)
diwajibkan dalam gas penampung juga dibuatkan pressure
relief yang fungsinya untuk mengeluarkan biogas jika ruang
h= u + pV tersebut telah terisi penuh supaya tidak terjadi hal- (4.1)
penampung
hal yang diinginkan. Sebaliknya jika ukuran dari penampung
 2H2 o
C biogas CH 4 besar, selain biayanya mahal juga menyebabkan (4.2)
terlalu
tekanan dalam gas penampung akan rendah. Akibatnya gas
x mengalir
x dalamx pipa dengan
x kecepatan yang rendah.
Q cv  mC hC  mH2 hH2 mCH4 hCH4 (4.3)
Biodigester
x x x x 31
Q cv  nC h,
C  nH2 hH2 nCH4 hCH4 (4.4)
,
0 0
x
Soal Bab II:
2.1 Jelaskan jenis-jenis biodigester.
2.2 Jelaskan kondisi apa saja yang mempengaruhi kinerja digester dan
jelaskan juga bagaimana pengaruhnya.
2.3 Jelaskan proses-proses biologis terbentuknya biogas dari bahan
organik.
2.4 Hitunglah ukuran dari biodigester dan ukuran penampung biogas
untuk menghasilkan biogas dengan jumlah sapi 50 ekor dan RT =
80 hari.
2.5 Bandingkan ukuran dari biodigester dan ukuran dari penampung
biogas untuk peternakan:
a. 100 ekor sapi
b. 100 ekor kerbau
c. Kotoran dari 100 manusia

-oo0oo-

32 Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan


Bab 3
Teknik Pencucian Biogas

B
iogas mengandung unsur-unsur yang tidak bermanfaat untuk
pembakaran khususnya H2O dan H2S. Pada saat biogas hendak
dimanfaatkan untuk bahan bakar kompor rumah tangga,
maka kedua unsur tersebut secara praktis tidak perlu dibersihkan. Hal
ini disebabkan karena kompor hanya kontak dengan biogas pada saat
dipakai saja. Alasan lain adalah proses pencucian merupakan kegiatan
yang membutuhkan biaya.
Tetapi jika biogas hendak digunakan untuk bahan bakar
pembangkit listrik, maka proses pencucian menjadi sangat penting.
Pencucian terhadap H2O dan H2S dapat memperpanjang umur dari
mesin. Bahkan pemurnian terhadap CO2 juga perlu dipertimbangkan
karena dapat meningkatkan nilai kalor biogas. Tabel 3.1 menunjukkan
kebutuhan pemurnian dari H2S, H2O dan CO2 pada berbagai
aplikasi.
Tabel 3.1 Kebutuhan pemurnian biogas (Wellinger, 2001)
Aplikasi H 2O H 2S CO2
Boiler Tidak perlu < 1000 ppm Tidak perlu
Kompor Tidak perlu Tidak perlu Perlu
Mesin stationer (CHP, Hindari < 1000 ppm Tidak perlu
combined heat and kondensasi
power)
Transportasi Perlu Perlu Direkomendasikan
Grid gas alam Perlu Perlu Perlu

3.1 Pencucian Biogas dari Unsur H2O


Tujuan dari pengurangan H2O adalah karena kondensat yang
terbentuk dapat terakumulasi dalam saluran gas dan dapat juga
membentuk larutan asam yang korosif ketika H2S terlarut dalam air
(Wellinger, 2001). Pengurangan kadar H2O yang sederhana dilakukan
dengan cara melewatkan biogas pada suatu kolom yang terdiri dari
silika gel atau karbon aktif (lihat Gambar 3.1). H2O selanjutnya dapat
diserap oleh silika gel atau karbon aktif.
Efektivitas dari penyerapan H2O oleh silika gel atau karbon aktif
dapat dinyatakan dengan perumusan sederhana sebagai berikut:

(ma2 − ma1 )/ ∆t
Efektifitas penyerapan H2O = (3.1)
Qbiogas

Dimana:
Ma1 adalah massa absorben awal [g]
Ma2 adalah massa absorben akhir [g]
∆t adalah selang waktu pengambilan data [detik]
Qbiogas adalah debit (laju aliran volume biogas) [m3/detik]

34 Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan


Gambar 3.1. Teknik pencucian biogas dengan silika gel
Gambar 3.1. Teknik pencucian biogas dengan silika gel
Dari beberapa pengujian yang dilakukan di Lab Konversi Energi Teknik
Mesin Universitas Sebelas Maret Surakarta diperoleh data bahwa rata-
rata efektivitas penyerapan H2O oleh silika gel adalah sekitar 4,1 g
Biogas yang
H2O/m3 biogas. sudah dicuci

3.2 Pencucian Biogas dari Unsur H2S


Ai r masuk
Tujuan dari pencucian biogas terhadap H2S adalah (Wellinger, 2001):
• Mencegah korosi.
Pencucian
Reakt or

• Menghindari keracunan H2S (maksimum yang diperbolehkan


ditempat kerja Kompresor
adalah 5 ppm).
• Mencegah kandungan sulfur dalam biogas yang jika terbakar
Bi ogas
menjadi
masuk SO2 atau SO3 yang lebih beracun dari H2S. Ai r ke
r egenerasi
• SO2 yang terbawa oleh gas buang biogas menyebabkan turunnya
titik embun gas dalam cerobong.
Gambar
• H2SO3 yang3.2. terbentuk
Teknik pencucian biogas
bersifat sangat dengan scrubber air.
korosif.

Teknik Pencucian Biogas 35


Secara umum, pencucian (pengurangan) H2S dari biogas dapat
dilakukan secara fisika, kimia, atau biologi (Zicari, 2003). Pemurnian
secara fisika misalnya penyerapan dengan air, pemisahan dengan
menggunakan membran atau absorbsi dengan absorben misalnya
Gambar
dengan 3.1. Teknik
menggunakan pencucian
absorben karbonbiogas denganfisika
aktif. Metode silika
inigel
relatif
mahal karena absorben sulit diregenerasi dan efektivitas pengurangan
H2S yang rendah. H2S yang dipisahkan dari biogas masih berupa
larutan (Zicari, 2003).

Biogas yang
sudah dicuci

Pencucian Ai r masuk
Reakt or

Kompresor

Bi ogas
masuk Ai r ke
r egenerasi

Gambar
Gambar 3.2Teknik
3.2. Teknik pencucian
pencucian biogas
biogasdengan
denganscrubber air.air.
scrubber
Pemurnian H2S dengan scrubber air dapat juga digunakan
untuk mengurangi konsentrasi CO2 dalam biogas (lihat Gambar 3.2).
Metode pemurnian H2S dengan scrubber air dapat terjadi karena H2S
mempunyai kelarutan yang tinggi dalam air dibandingkan kelarutan
CO2. Air yang mengandung H2S dan CO2 kemudian dapat diregenarasi
dan dialirkan kembali ke dalam kolom scrubber. Regenerasi dapat
dilakukan dengan de-pressurizing atau dengan melepaskan udara
dalam kolom yang sama. Namun demikian, pelepasan udara tidak
direkomendasikan ketika kandungan H2S cukup tinggi karena air akan
dengan cepat terkontaminasi H2S (Wellinger, 2001). Pelepasan udara
yang berlebihan juga berbahaya. Biogas yang bercampur dengan udara

36 Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan


dapat meledak jika konsentrasinya mencapai 6-12% (tergantung dari
kandungan CH4 dalam biogas).
Pemurnian dengan cara biologi yaitu dengan menggunakan
bakteri yang mampu menguraikan H2S menjadi sulfat. Kebanyakan
mikroorganisme yang digunakan untuk menguraikan H2S adalah dari
keluarga thiobacillus (Wellinger, 2001). Metode biologi ini efektif
untuk mereduksi kandungan H2S dalam biogas, tetapi metode ini selain
sulit dalam pengoperasiannya juga sangat mahal. Metode biologi ini
juga dapat menambah jumlah oksigen dalam biogas.
Pemurnian biogas dari kandungan H2S yang sering dilakukan
adalah diserap secara kimiawi. Pada metode ini H2S diserap secara
kimiawi (bereaksi secara kimia) oleh larutan absorben. Selanjutnya
absorben yang kaya H2S diregenerasi untuk melepas kembali H2S-nya
dalam bentuk gas atau sulfur padat (Kohl, 1985). Absorben yang umum
digunakan adalah larutan nitrit, larutan garam alkali, slurry besi oksida
atau seng oksida dan iron chelated solution (Zicari, 2003; Wellinger,
2001).
Absorben yang banyak digunakan di Industri adalah MEA
(Methyl Ethanol Amine). Absorben menggunakan MEA sangat efektif
mengurangi kandungan sulfur dari gas, tetapi H2S yang diserap
selanjutnya dibuang ke udara saat regenerasi MEA. Hal ini tentu
mencemari udara dan hanya sesuai untuk pengolahan gas dengan
kandungan sulfur yang kecil. Selain itu larutan MEA korosif sehingga
perlu peralatan proses yang tahan korosi.
Jenis absorben lain untuk mengabsorbsi H2S yaitu absorben
larutan nitrit, larutan garam alkali atau slurry besi oksida atau
seng oksida. Absorben jenis ini sebenarnya cukup efektif tetapi
kelemahannya absorben jenis ini tidak dapat diregenerasi sehingga
biaya operasional mahal karena konsumsi absorben besar.
Pemurnian biogas (juga gas lain) dari kandungan H2S menggunakan
iron chelated solution memberikan banyak kelebihan (Wubs, 1994).

Teknik Pencucian Biogas 37


Kelebihan tersebut diantaranya adalah efektifitas penyerapan H2S
tinggi, larutan absorben dapat diregenerasi sehingga biaya operasional
murah. Kelebihan lain yang tidak ada pada proses lain adalah sulfur
yang terpisahkan dari biogas berupa sulfur padat atau paling tidak
berupa residu yang mudah dan aman dalam pembuangannya sehingga
tidak mencemari lingkungan. Istilah chelated pada absorben ini adalah
senyawa kimia dalam bentuk cincin heterosiklis yang mengandung
ion logam yang terikat secara koordinatif oleh minimal dua ion non
metal. Chelated agent yang biasa digunakan adalah EDTA (Ethylene
Diamine Tetra Acetate) (Sax, 1997). Iron chelated solution dibuat
dengan melarutkan senyawa garam besi (misal FeCl2) ke dalam larutan
EDTA (Horikawa, 2004).
Mekanisme pencucian H2S dengan larutan Fe-EDTA dapat
dirumuskan sebagai berikut: (http://en.wikipedia.org/wiki/EDTA)
2[Fe(EDTA)]− + H2S → 2[Fe(EDTA)]2− + S + 2
H +
(3.2)
Sulfur yang berbentuk padatan kemudian dapat diambil. Sedangkan
larutan Fe(EDTA) dapat diregenerasi kembali dengan menggunakan
udara.

3.3 Pencucian Biogas terhadap H2S


dengan Iron chelated solution
(Kwartiningsih, 2006)
3.3.1 Bahan-bahan yang Digunakan dalam Pembuatan Garam
FeCl2.
Terdapat empat bahan utama dalam pembuatan garan FeCl2, yaitu:
1. Hidrochloric Acid ( HCl ).
Karakteristik umum (Perry, 1997):
• Berat molekul : 36,461 g/mol
• Bentuk fisik : cair (1 atm , 30oC)
• Warna : Bening kekuningan
• Densitas : 1,16 g/cm3

38 Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan


• Fasa : Liquid
• Solubility in water : Fully miscible
• Melting point : - 260C (larutan 38%)
• Boiling point : 480C (larutan 38%)
• Sifat kimia : sangat korosif, non flammable.
Hidrochloric Acid (HCl) merupakan asam manopraktik. Hal ini
berarti bahwa HCl dapat mengalami ionisasi sehingga melepas
ion H+. Di dalam ion H+ akan bergabung dengan molekul
H2O membentuk ion H3O+, sedangkan ion lain yang terbentuk
adalah ion Cl- karena sifat asamnya sangat kuat penanganan HCl
harus dilakukan sebaik mungkin untuk menghindari efek yang
dapat ditimbulkan dalam tubuh manusia, antara lain gangguan
pernafasan, iritasi mata dan iritasi pada kulit. Dalam kehidupan
sehari–hari HCl banyak sekali digunakan baik dalam industri
maupun dalam laboratorium penelitian.
2. Ethylene Diamine Tetra Acetic (EDTA)
Karakteristik umum (Perry, 1997):
Rumus molekul : C10H16N2O8
Berat molekul : 292,24 g/mol
Bentuk fisik : Kristal
Warna : Putih
Densitas : 0,86 g/cm3
Fasa : Solid
Melting point : 237 – 245oC
Sifat kimia : Korosif , non flammable
Ethylene diamene tetra acetic (EDTA) merupakan senyawa kimia
yang biasa digunakan dalam proses penggaraman (chelating agent).
Senyawa ini biasa disintetis dari ethylene diamine tormaldyhyde,
air, dan sodium sianida.
3. Aquadest.
4. Limbah besi dari industri mesin bubut.

Teknik Pencucian Biogas 39


3.3.2. Cara Kerja
a. Pembuatan Garam FeCl2 :
1. Siapkan tabung/gelas dengan ukuran 1000 ml.
2. Tuang HCl teknis 600 ml ke dalam tabung/gelas.
3. Masukkan besi bekas sebanyak 120 gram ke dalam tabung/
gelas.
4. Aduk selama kurang lebih 30 menit.
5. Diamkan selama kurang lebih 3 jam untuk terjadinya reaksi.
6. Saring endapan garam FeCl2 yang terbentuk dari reaksi.
7. Pisahkan garam FeCl2 ke dalam wadah lain dan keringkan.
8. Setelah garam FeCl2 dikeringkan kemudian lakukan
penghalusan dengan cara ditumbuk.
9. Pisahkan padatan kasar dan halus menggunakan saringan.
10. Haluskan kembali padatan yang kasar, kemudian ayak
kembali.
11. Bagian yang tidak lolos pengayakan dikumpulkan di tempat
penyortiran.
12. Murnikan garam FeCl2 yang lolos pengayakan dari besi yang
tidak larut menggunakan magnet.
b. Pembuatan Adsorben Fe-EDTA 0,2 M 4 liter:
1. Ambil EDTA sebanyak 297,92 g dan tempatkan ke dalam
ember.
2. Tambahkan aquadest ke dalam ember.
3. Aduk EDTA dan aquadest dalam ember hingga semua EDTA
larut.
4. Tambahkan aquadest hingga volume larutan 4 liter.
5. Ambil garam FeCl2­ sebanyak 88,9 g dan masukkan ke dalam
larutan EDTA. Garam FeCl2 dibuat dari langkah a di atas.
6. Aduk hingga semua FeCl2­ larut.
7. Diamkan beberapa saat, hingga pengotor yang ada dalam
larutan mengendap.

40 Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan


8. Saring larutan Fe-EDTA dan memasukkanya ke dalam
jerigen.
Dalam proyek ini penyerapan gas H2S dalam biogas dilakukan
dengan larutan Fe-EDTA sebagai absorben. Rangkaian alat penyaring
H2S dan H2O yang dirancang untuk proyek ini terdiri dari silika gel,
absorber, tabung penampung, regenerator, dan pemisah partikel.
Adapun skema rangkaian alatnya ditunjukkan pada Gambar 3.3.
Rancangan peralatan tersebut dilengkapi dengan tangki penampung.
Fungsi dari tangki penampung adalah untuk memudahkan kontrol laju
alir agar laju alir absorben tetap stabil.

Gambar 3.3.Diagram
Gambar 3.3 Diagramaliralir proses
proses pencucian
pencucian biogas biogas
dari H Sdari
dan H O2 2
(diadaptasi dari Kwartiningsih, 2006)

30 14
Teknik Pencucian Biogas 41
AFR_stoikiometri 12
25
Volume
biogas)
biogas)

Rasio volume udara dan biogas_stoikiometri 10


20
Proses start up rangkain alat adalah sebagai berikut:
1. Memasukkan absorben ke dalam tangki pengendapan dan tanki
penampung.
2. Menghidupkan pompa untuk mengisi menara absorber.
3. Setelah ketiga tangki terisi absorben, air stone (pompa udara)
dihidupkan agar Fe2+/EDTA kontak dengan udara sehingga
menjadi Fe+3/EDTA.
4. Setelah aliran stabil maka kran over flow dibuka untuk mengatur
besar kecilnya laju aliran dalam tabung.
Besarnya efektivitas larutan Fe EDTA untuk menyaring H2S
dinyatakan dalam gram H2S yang tersaring setiap jamnya. Dari hasil
pengujian diperoleh hasil bahwa terdapat 1,76 g H2S yang dapat
disaring per menit dari aliran biogas.

Soal Bab III:


3.1. Jelaskan kapan dan mengapa H2S harus dikurangi kadarnya dari
biogas.
3.2. Jelaskan kapan dan mengapa H2O harus dikurangi kadarnya dari
biogas.
3.3. Jelaskan metode untuk mencuci biogas dari H2O dan H2S.
3.4. Jelaskan langkah-langkah untuk membuat iron chelated agent.
3.5. Berikan pendapat saudara tentang keekonomian dari proses
pencucian biogas.
-oo0oo-

42 Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan


Bab 4
Dasar-dasar Pembakaran

4.1 Entalpi Pembentukan, Entalpi


Pembakaran, Panas Reaksi

S
ecara sederhana dapat dinyatakan bahwa entalpi (h) adalah
ukuran panas suatu zat. Dalam kaidah termodinamika, entalpi
merupakan penjumlahan dari energi dalam (u) dan pV.
h = u + pV (4.1)

Energi dalam (internal energy) adalah jumlah dari semua bentuk


mikroskopik dari energi (Cengel, 2006). V adalah volume dan p adalah
tekanan.
Pada reaksi kimia dikenal istilah entalpi pembentukan (enthalpy
o
of formation, h f ) yaitu entalpi dari senyawa pada kondisi standard.
Entalpi pembentukan sendiri didefinisikan sebagai jumlah energi yang
dilepaskan atau diserap ketika suatu senyawa dibentuk dari elemen-
elemennya pada Tref dan pref. Tref dan pref yang banyak disepakati adalah
pada 25oC dan 1 atm. Penting sekali untuk dicatat bahwa secara definisi
panas pembentukan dari elemen yang stabil pada kondisi standard
adalah nol. Contoh elemen yang stabil adalah O2, H2, N2, dan lain-
lain. Contohnya adalah metana (CH4) yang dibentuk dari elemen C
dan H2.
ma2  ma1 / 't
Efektifitas penyerapan H22O = (3.1)
h = u + pV Q biogas (4.1)

 2H2 o @CH
C>Fe(EDTA)  H 2S o 2>Fe(EDTA) @2  S  2H 
 4 (4.2)
2 (4.2) (3.2)
Pada saat terjadi reaksi, maka energi sebelum dan sesudah
x x x x
reaksi hQ = u m
harus
cv
+ pV  mH hdenganmCH
sama
C hC sesuai 2 H2
prinsip kekekalan energi. Dengan
4 h CH4
(4.1)
(4.3)
mengasumsikan
x x
bahwa
x
tidak x terdapat kerja yang masuk maupun
C  2H
keluar Qsistem, o
cv  n2C h
CH
C  n4Hkinetik
energi
, 2hH2 nCH4 energi
dan hCH4 potensial diabaikan, dapat (4.2)
(4.4)
,
diperoleh hubungan bahwa:
0 0

x x x x x
Q  mH h
QCH
h cv  m C hcv C 22 H22 mCH44 hCH44

(4.3)
(4.3) (4.5)
4 x
x x n CH x x
4
Q cv  nC h, C  nH22 hH22 nCH44 hCH44 (4.4)
, (4.4)
0 0

o
> o
@
h T,p) hf  h T,p)  h Tref ,p ref hf  ǻh
Q
x (4.6)
h CH44 x cv (4.5) (4.5)
n CHo 44
h T,p) h f  c p T  Tref (4.7)
• •

hx T,p) m
Dimana
laju aliran molar,
>
 hn T,p)
hf , h,
o

dan
, dan hh adalah
entalpi per
@
Tref ,p reflaju
mol.
aliran
o massa,
hf  ǻ
Jika
h entalpi spesifik, (4.6)
besarnya perpindahan
Q cv •
h P  hR Q (4.8)
panas dari
x sistem ke lingkungan ( cv ) dapat diukur dengan teliti,
hn
o
T,p) f  c p pembentukan
hentalpi T  Tref
F
maka besarnya dari metana dapat dihitung dan (4.7)
ditemukan besarnya adalah -74.850 kJ/kmol metana yang terbentuk.
x
Beberapa
Qx entalpihP - hR
pembentukan dari beberapa senyawa lain dapat dilihat (4.9)
Q cv
pada Tabel cv 4.1. Perlu ditambahkan disini bahwa notasi superscript
hP  hR (4.8)
o x
P
§¨ hof  'di
yang hditemukan h f
·¸beberapa tabel menunjukkan sifat pada 1 atm. (4.10)
nF © ¹ CO2
Tanda negatif dari entalpi pembentukan metana menunjukkan bahwa
terjadinya § o

hxP ¨ h f  h T 900  h T antara
metana
©
dari reaksi 298 ¸
· C dan hidrogen mempunyai sifat
¹ CO
eksoterm
Q cvyaitu hPmenghasilkan
- hR panas dari2 reaktor ke lingkungan. (4.9)
Entalpi spesifik dari suatu senyawa pada suatu tingkat keadaan
hP §¨ h f  'h f ·¸
o
(4.10)
© tingkat¹ CO
yang lain dari keadaan
22 standardnya dapat dihitung dengan
menambahkan o perubahan entalpi spesifik ( ∆ h ) antara keadaan standar

hP §¨ h f  h T 900  h T 298 ·¸
dan keadaan© yang sebenarnya. ¹ CO

22

44 Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan


h CH44 x (4.5)
nx CH4
n CH4

o
>>
h T,p) hof  h T,p)  h Tref ,p ref
h T,p) hf  h T,p)  h Tref ,p ref
@@ o
hof  ǻh
hf  ǻh
(4.6)
(4.6) (4.6)

o
h T,p) hof  c p T  Tref (4.7) (4.7)
h T,p) h f  c p T  Tref (4.7)

x
Tabel 4.1 Entalpi pembentukan beberapa senyawa
x
Q
Q cv hP  hR o o (4.8)
No x cv
Senyawa hP  hR h f (kkal/kmol) (4.8)
x
nF h f (kJ/kmol)
nF
1. CO2(g) -94.030 -393.520
x
2. CO
x (g) -26.400 -110.530
Q cv hP - hR (4.9)
Q cv hP - hR (4.9)
3. H2O(l) -68.300 -285.840
hP §¨§ hof  'h f ·¸·
o
(4.10)
4. hP2O(g)©¨ h f
H  'h f ¹¸ CO
-57.780 -241.830 (4.10)
© ¹ CO22
5. C2H6(l)§ oo
hP ¨§ h f
hP ©¨ h f
 hT
 hT
-23.400
900
900
 hT
 hT
298
298
·¸¹·¸ -97.930
6. SO2(g) © -70.200 ¹ CO
CO2
2 -293.790
7. CH3OH(l) -60.00 -251.100
8. NH3(g) -11.000 -46.040
9. C2H5OH(l) -66.200 -277.050
10. HCl(g) -22.060 -92.320
11. CHCL3(l) -31.500 -131.830
12. C (grafit) 0 0
13. O2 0 0
14. H2 0 0
15. N2 0 0
16. O 249.170
17. H 217.990
18. N 472.650

Dasar-dasar Pembakaran 45
g
jam
Vg 2,4 m3

o o
No Senyawa h f (kkal/kmol) h f (kJ/kmol)
ma2  ma1 / 't
19. Efektifitas
NO penyerapan H2O = 90.590 (3.1)
Q biogas
20. NO2 33.720
21. CH4(g) -74.850
2>Fe(EDTA) @  H2S o 2>Fe(EDTA) @2  S  2H  (3.2)
22. C2H2(g) 52.280
23. hC2=
H6(g)
u + pV -84.680 (4.1)
24. C3H6(g) 20.410
C  2H2 o CH 4 (4.2)
25. C3H8(g) -103.850
26. C4H10(g) -126.150
x x x x
QH
27. C cv  m C hC  mH2 hH2
5 12(g)
mCH4 hCH4 -146.440 (4.3)

28. Cx8H18(g)x x x
-208.450
Q cv  nC h,
C  nH2 hH2 nCH4 hCH4 (4.4)
,
29. C8H18(l) 0 0 -249.910
x
Q cv (the heat of reaction) didefinisikan sebagai jumlah
Panas reaksi
h CH4 x
(4.5)
perubahan entalpi yang dihasilkan selama proses reaksi kimia.
n CH4
Entalpi reaksi (the enthalpy of reaction) disebut juga dengan entalpi
pembakaran (the enthalpy of combustion) atau panas reaksi (the heat
o
h T,p)didefinisikan
of reaction) hf  h T,p)juga > Tref ,prefperbedaan
 hsebagai @
hof  ǻhantara entalpi produk (4.6)
pada kondisi tertentu dan entalpi reaktan pada tingkat keadaan yang
sama untuk terjadinya
o
pembakaran secara sempurna. Panas reaksi
h T,p) h
dapat dihitung dari f  c T  Tref antara panas pembentukan antara (4.7)
pperbedaan

produk dengan reaktan, sehingga.


x
Q cv
x
hP  hR (4.8)
nF (4.8)
Dimana hP dan hR menyatakan entalpi dari produk dan entalpi dari
x
reaktan. Notasi
Q cv hP F- hmenyatakan
R bahan bakar (fuel). (4.9)

hP §¨ hof  'h f ·¸ (4.10)


© ¹ CO2

·¸¹
46 Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan
hP §¨ hof  h T 900  hT 298
© CO2
o
h T,p) hofo  c p T  Tref (4.7)
T,p) hhff  ccpp TT  TTref
hh T,p)
ref
(4.7)
(4.7)
Contoh soal 4.1.
x
xx
HitungQ
Q panas
cv pembakaran dari reaksi CO + 0,5O2 pada temperatur
Q cv hP  hR (4.8)
awal 400 x cv
o
C h
hPP 
hhRR CO2 pada temperatur 900oC.
menjadi (4.8)
(4.8)
xx
nF
nnFF
Jawab:
x
xx
Q hP - hR (4.9)
Q
Qcvcv
cv
hhPP -- hhRR (4.9) (4.9)
(4.9)
§¨ hoofo  'h f ·¸
hP
hhPP §¨§h f  'h f ·¸·
©¨ h f  'h f ¹¸CO2 (4.10) (4.10)
(4.10)
(4.10)
©© ¹¹CO
CO22

hP
hhPP

§¨ hoofo  h T 900  h T 298 ·¸
§¨§h f  h T 900  h T 298 ·¸·
©¨ h f  h T 900  h T 298 ¹¸CO2

©©  393.520  37.405 ¹¹9CO 22 =-365.479 kJ/kmol
h
hPP  393.520  37.405  9CO ..364
364 =-365.479 kJ/kmol
hP  393.520  37.405  9.364 =-365.479 kJ/kmol

­­ o §§ o ·· ½½°
°°§ o ·
h ®®§¨¨ h f  'h f ¸ · 
00,,5
¨
5¨¨ h
o
f  'h f ¸¸ °¾ (4.11) (4.11)
hRR ­°̄©© hof  'h f ¹¸¹ CO ¨
h,
,f  'h f ¸
©§© o00
¾
¹·¸¹ O2 ½°°¿
(4.11)
°°̄§ · CO
hR ®¨ h f  'h f ¸  0,5¨ h,  'h f ¸ 2 ¿¾
O (4.11)
¨ f ¸
°̄­­©§ oo ¹ CO
h
hRR §
¨ h 
h  h
®®¨ h f  h T 400  h T 298 ¸
f T 400 T
© 0·
298
¸· 

¹¹ CO 0,5 h T

¹ O2 °¿
0,5 h T 400 
hh TT
298
½½
O2 ¾
O2 ¾
¯­¯©© o 400 298
¿¿½
hR
§ h f  h T 400  h T 298 ·¸ CO  0,5 h T
®¯¨© 110 400  h T 298 O2 ¾
h
hRR 110..520520  11 644 
11..644 8 CO 
8..¹669
669  ¿
hR 01100
,5 11
,5 11 . 711
.711
.520
 8682
  11
8682
.644  8.669 
hh RR  0,5 ..11
106
106 031
031  8682
kJ/kmol
.711
kJ/kmol
hR 106 .031 kJ/kmol
Sehingga:

Q cv =Kalor
Nilai
Nilai Kalor 'H-cc(- 106.031) = -259.449 kJ/kmol (CO)
−365.479
'H (4.12)
(4.12)
Catatan:
Nilai Kalor 'Hc (4.12)

Qcv = −259 .449 kJ/kmol (CO) berharga negatif. Artinya reaksi yang
HHV LHV
terjadi HHV LHV 
adalah reaksi
m
m xx h
 eksoterm
h fg
H2O

fg (menghasilkan energi). Sebaliknya jika
(4.13)
(4.13)
H2O
HHV LHV  m
entalpi pembakaran atau panasx h
fg H reaksi
2O

yang diperoleh adalah positif (4.13)
(> 0), maka
CH 4 reaksi yang
2(O 2  terjadi
3,76N adalah
2 )) o CO 2  2H2endoterm
reaksi O  7,52N(membutuhkan (4.14)
CH 4  2(O 
3,76N 2 o CO 2  2H2 O  7,52N2 (4.14)
, 2
, 2





energi).metana
metana udara
CH4  2(O 2 udara3,76N2 ) o CO 2  2H2O  7,52N2 (4.14)
,

metana udara
massa udara
Dasar-dasar Pembakaran
massa udara
47
AFR
AFR (4.15)
(4.15)
massa
massa bahan
bahan bakar
bakar
massa udara
AFR (4.15)
massa bahan bakar
hP  393.520  37.405  9.364 =-365.479 kJ/kmol
4.2 Nilai Kalor (Heating Value, HV)
Nilai kalor (HV) adalah jumlah energi yang dilepaskan ketika
suatu bahan ­bakar dibakar secara§ sempurna ½
· dalam suatu proses aliran
° o °
hR ®§¨ hdan 'h f ·¸ dikembalikan
o
f  produk  0,5¨ h, f ¸ ke
f  'hlagi dari reaktan. (4.11)
tunak (steady)
© ¹ CO ¨ ¸ ¾ keadaan
°̄ © 0
Besarnya nilai kalor dari suatu bahan bakar sama ¹ °
O2 ¿ dengan harga mutlak

dari entalpi pembakaran bahan bakar.


­ o

hR ®§¨ h f  h T 400  h T 298 ·¸ ¹ CO
½
 0,5 h T 400  h T 298 O2 ¾
¯©
Nilai Kalor = ∆Hc ¿
(4.12)
TerdapathR dua jenis 11.644
nilaikalor,
110.520  8.669 
yaitu:
0,5 11.711  8682
a. Higher Heating Value (HHV), yaitu nilai kalor atas. Nilai kalor atas
h R 106
ditentukan .031saat
pada H2O pada produk pembakaran berbentuk
kJ/kmol
cairan.
b. Lower Heating Value (LHV), yaitu nilai kalor bawah. Nilai kalor
bawah ditentukan
Nilai Kalor 'Hcpada saat H2O pada produk pembakaran (4.12)
berbentuk gas.
Sehingga dapat dinyatakan bahwa:
HHV
LHV  m x h fg H O
2
(4.13) (4.13)

Dimana m adalah massa uap air dan hfg adalah entalpi penguapan uap
air. CH4  2(O 2  3,76N2 ) o CO 2  2H2O  7,52N2 (4.14)
,

metana udara
Tabel 4.2 Nilai kalor dan massa jenis beberapa bahan bakar
Bahan Bakar HHV LHV Massa Jenis
massa udara (MJ/kg) (MJ/kg) (kg/m3)*
AFR (4.15)
massa(CO)
Karbon monoksida bahan bakar 10,9 10,9 1,165
Metana (CH4) 55,5 50,1 0,667
Gas alam AFR aktual 42,5 38,1 0,708
O (4.16)
Propana (C3AFR
H8) stoikiometri 48,9 45,8 1,833
Bensin (umumnya adalah oktana C8H18) 46,7 42,5
Solar (Umumnya adalah dodekana 45,9 43,0
C12H26Pembakaran
) metana dengan oksigen.
Hidrogen (H2) 141,9 120,1 0,084
Producer
, 4 2 O
CHgas
,2
o CO 2  2H2 O 5,81 5,30 1,089 (4.17)
metana
* Pada 1 atm, 37oC oksigen

2x32
48 AFR stoi 4,0 Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan (4.18)
Teknologi Biogas:
1x(12  4)

Pembakaran metana dengan udara


Tabel 4.2 merupakan nilai kalor beberapa jenis bahan bakar.
Karena biogas umumnya terdiri dari CH4 dan CO2, maka nilai kalor
biogas secara sederhana dapat dihitung dari konsentrasi CH4 dalam
biogas. Tetapi perlu diperhatikan bahwa umumnya konsentrasi CH4
dalam biogas dinyatakan dalam prosen volume sedangkan nilai kalor
yang tertera pada Tabel 4.2 adalah dalam satuan massa sehingga perlu
dilakukan konversi satuan terlebih dahulu.

4.3 Pembakaran Stoikiometri


Pembakaran adalah reaksi kimia antara bahan yang dapat
terbakar dengan oksigen, disertai timbulnya cahaya dan menghasilkan
kalor yang berlangsung secara cepat. Ketika terjadi pembakaran,
ikatan molekul dari bahan bakar dan udara pecah dan kemudian
tersusun senyawa baru. Pada umumnya, reaksi pembakaran dapat
menghasilkan energi.
Perlu ditekankan disini bahwa tidak selamanya jika bahan bakar
bertemu dengan udara dapat terjadi pembakaran. Syarat terjadinya
pembakaran adalah jika tiga kondisi terpenuhi, yaitu:
1. Terdapat bahan bakar
2. Terdapat udara (oksigen)
3. Terdapat sumber api atau mencapai kondisi penyalaan sendiri.
Contoh sumber api adalah busi pada motor bensin. Contoh
kondisi penyalaan sendiri adalah pada motor diesel, dimana pada
tekanan yang tinggi, temperatur campuran udara dan solar mencapai
kondisi yang disebut temperatur penyalaan sendiri (autoignition
temperature).

Dasar-dasar Pembakaran 49
­ o § o · ½°
°
hR ®§¨ h f  'h f ·¸  0,5¨ h,  'h f¸ (4.11)
Tabel 4.3 Temperatur
© penyalaan
¹
f
¨ sendiri ¸ ¾ berbagai jenis bahan
untuk
°̄ CO © 0 ¹ O2 °¿
bakar
No hJenis
R
­Bahan
·¸
§ o h T 400  h T 298Temperatur
®¨ h f  Bakar
¹ CO

 0,5 Penyalaan
h T 400  hSendiri o ½
T 298 (OC)¾
¯© 2
¿
1. Bensin 260
2.
hR  110.520  11.644  8.669 
Karbon 400
0,5 11.711  8682
3. Hidrogen 580
4. hCO
R 106 .031 kJ/kmol 610
5. CH4 630
6. Minyak Tanah 230
Nilai Kalor 'Hc (4.12)
Pembakaran sempurna atau disebut juga pembakaran stoikiome-
tri adalah pembakaran dimana semua konstituen yang dapat terbakar
di dalam bahan bakar membentuk gas CO2 dan uap air (H2O) sehingga
HHV
tak tersisa LHV  yang
lagi bahan
m x dapat
h fg H terbakar.
2O Berikut adalah contoh pem- (4.13)
bakaran sempurna dari gas metana (CH4)
CH4  2(O 2  3,76N2 ) o CO 2  2H2O  7,52N2 (4.14) (4.14)
,

metana udara
Pada pembakaran sempurna 1 mol metana membutuhkan 2 mol
massa udara
AFRdihasilkan 1 mol CO2 + 2 mol H2O + 7,52 mol N2. Tujuan (4.15)
udara dan
massa bahan bakar
perumusan pembakaran stoikiometri adalah untuk menentukan dengan
tepat seberapa banyak udara diperlukan untuk proses pembakaran
suatu bahan AFR aktual
secara sempurna menjadi gas CO2 dan H2O.
O (4.16)
AFR stoikiometri
4.4 Perbandingan Udara Bahan Bakar
Pembakaran
AFR (air fuel metana denganperbandingan
ratio) adalah oksigen. antara massa udara
terhadap massa bahan bakar.
CH4  2 O 2 o CO 2  2H2 O (4.17)
, ,
metana massa udara
AFR = oksigen (4.15)
massa2x32 bahan bakar
AFR stoi 4,0 (4.18)
Besarnya AFR
1x(12 yang
 4)dihitung pada saat pembakaran stoikiometri
disebut AFRstoikiometri. Besarnya AFR yang dihitung dari perbandingan
Pembakaran metana dengan udara
50 Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan
CH
,4  2(O
2  3,76N 2 ) o CO2  2H2 O  7 ,52 N2


metana udara (4.19)
HHV LHV  m x h fg H O (4.13)
Nilai Kalor 'Hc 2 (4.12)
Nilai Kalor 'Hc (4.12)
Nilai Kalor 'Hc (4.12)
CH4 aktual
massa udara 2(O 2  3,76N2massa
dengan ) o CO bahan
2  2Hbakar
2 O  7 ,52
aktualN 2selama proses (4.14)
,

pembakaran

metana disebut udara

dengan AFR . Besarnya perbandingan antara
HHV LHV  m x h fg H O aktual
AFRaktual dengan AFRstoikiometri disebut λ. Jika λ < 1 disebut pembakaran
(4.13)

kayaHHV LHV massa


(rich combustion).

HHV LHV  m x h fg H O
 m xudara
2

h fg Hλ2O= 1 disebut pembakaran stoikiometri.


Jika
(4.13)
(4.13)
Jika λCHAFR
> 1 disebut pembakaran
2
miskin (lean combustion). λ sendiri (4.15)
2(O
massa  3,76N
bahan ) o CO
2bakar 2  2H2 O  7,52N2 (4.14)
,4 2

merupakan
CH4  kebalikan
2(O 2 udara dari perbandingan
CO  2HekivalenO  7,52(equivalence ratio).
3,76N 2 )) o N (4.14)
metana
,4  2(O
CH 2 

3,76N
2 o CO 22  2H22O  7,52N22 (4.14)
,

metana
metana AFR udara
aktual
O udara
(4.16) (4.16)
AFRmassa udara
AFR stoikiometri (4.15)
massa
massa bahanudarabakar
AFR massa udara (4.15)
AFRSoalmassa
Contoh 4.2: bahan bakar (4.15)
Pembakaran
massa bahan metana bakar dengan oksigen.
Hitunglah AFR aktual
AFR stoikiometri dari dua reaksi pembakaran di bawah ini:
O (4.16)
AFR AFR
 2aktual o CO 2dengan  2H2 O
O CH
a. Pembakaran4AFR O
gas
aktual
stoikiomet
2 metana
ri oksigen. (4.17)
(4.16)
O , AFR stoikiomet
, (4.16)
b. Pembakaran gas
AFR stoikiometri
metana oksigen metana
ri dengan udara.
Pembakaran metana 2x32 dengan oksigen.
Jawab: AFR stoi 4,0 (4.18)
Pembakaran 1x(12 metana  dengan oksigen.
4)
Pembakaran metana dengan oksigen.
a. Pembakaran
CH4  2 O 2metana o COdengan oksigen.
, , 2  2H2 O (4.17)
CH 4  2oksigen o CO  2H2 Oudara
O 2 metana (4.17)
metana
Pembakaran
CH
, 4 2 O ,2 o CO 22 dengan  2H2 O (4.17)
(4.17)
,
metana , 2x32
oksigen
AFR stoi
metana oksigen 4,0 (4.18)
CH  1x(12
2(O 2x323,76N
4) ) o CO  2 H O  7 ,52 N
AFR
AFR , 4
stoi
stoi
2x32
2

1x(12 udara

4) 4,0
4 2,0 2 2 2 (4.18)
(4.18)
(4.18)
metana
1x(12  4) (4.19)
Pembakaran metana dengan udara
b. Pembakaran metana dengan udara
Pembakaran metana dengan udara
CH
,4  2(O 2  3,76N 2 ) o CO2  2H2 O  7 ,52 N2

(4.19)
CH
metana
CH  2(O  3,76N
udara 2) o CO2  2H2 O  7 ,52 N2 (4.19)
4  2(O  3,76N 2 ) o CO2  2H2 O  7 ,52 N2
, 4 2
,

2






2x 32  3,76x28
metana
metana
udara (4.19)
AFR stoi
udara
17,2 (4.19)
(4.20)
(4.20)
1x(12  4)

Catatan:
Dari persoalan sederhana ini terlihat bahwa untuk membakar metana
secara sempurna, maka massa oksigen
kebutuhan yang dibutuhkan jauh lebih
energi
Kebutuhan biogas (5.1)
nilai kalor biogas
Sehingga:
Dasar-dasar Pembakaran 95 MJ 51
Kebutuhan biogas 4,9 m3
19,23 MJ/m3
sedikit dari massa udara yang dibutuhkan. Hal ini terjadi karena udara
mengandung 79% nitrogen (N2) yang tidak ikut dalam pembakaran.

4.5 Analisis Teoritis Pembakaran Biogas


Komponen utama biogas adalah CH4. Jika 1 kg CH4 dibakar
Gambar 3.3.
sempurna, makaDiagram alir proses
memerlukan pencucian
udara sebanyak 17,2biogas
kg ataudari
dengan
kata lain AFR (air fuel ratio) stoikiometri dari campuran CH4 dan udara
adalah 17,2. Sedangkan perbandingan volume udara dengan volume
CH4 supaya terbakar sempurna adalah 9,0.

30 14
AFR_stoikiometri 12
25

Perbandingan Volume
(udara/volume biogas)
AFR (kg udara/kg biogas)

Rasio volume udara dan biogas_stoikiometri 10


20
8
15
6
10
4
5 2

0 0
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Konsentrasi CH4 dalam Biogas

Gambar
Gambar4.1.
4.1AFR stoikiometri
AFR stoikiometri dandan perbandingan
perbandingan volume
volume udara
terhadap biogas untuk berbagai konsentrasi CH4 dalam biogas
(Suyitno, 2009).
Karena biogas utamanya terdiri dari CH4 dan CO2, maka
supaya terjadi pembakaran sempurna, jumlah udara yang diperlukan
sangat tergantung dengan konsentrasi methana (CH4) dalam biogas.
Sebagaimana terlihat pada Gambar 4.1, semakin besar konsentrasi
CH4 maka AFR stoikiometri juga semakin besar. Artinya diperlukan
semakin banyak udara untuk terjadinya pembakaran sempurna jika

52 Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan


konsentrasi CH4 dalam biogas meningkat. Besarnya volume udara
yang diperlukan juga meningkat untuk konsentrasi CH4 dalam biogas
yang semakin tinggi. Pada konsentrasi CH4 sebanyak 50%, maka nilai
AFR stoikiometri adalah 4,6 dan nilai perbandingan volume udara
terhadap volume biogas adalah 5,8.

Soal Bab IV:


4.1 Hitunglah entalpi pembakaran dari biogas dengan komposisi di
bawah ini:
a. 50% CH4 + 50% CO2
b. 60% CH4 + 40% CO2
c. 75% CH4 + 25% CO2
Asumsikan bahwa pembakaran dilakukan dengan udara pada
temperatur awal 298oC dan menghasilkan sejumlah produk yang
temperaturnya 1000oC.
4.2 Hitunglah nilai kalor dari biogas dengan komposisi di bawah ini:
a. 50% CH4 + 50% CO2
b. 60% CH4 + 40% CO2
c. 75% CH4 + 25% CO2
4.3 Hitunglah AFR stoikiometri dari pembakaran biogas yang
mengandung:
a. 50% CH4 + 50% CO2
b. 60% CH4 + 40% CO2
c. 75% CH4 + 25% CO2
Pembakaran dilakukan dengan menggunakan udara. Selanjutnya
berikan analisis saudara dari AFR untuk ketiga jenis komposisi
biogas tersebut.
4.4 Pada suatu reaktor biogas diperoleh data bahwa komposisi
biogas terdiri dari 50% CH4 + 50% CO2. Biogas ini kemudian
dibakar dengan udara. Jika selama pembakaran tersebut terukur
debit biogas adalah 500 L/jam dan debit udara adalah 2.000 L/
jam, maka hitunglah λ dari proses pembakaran tersebut. Jelaskan

Dasar-dasar Pembakaran 53
pula apakah pembakaran tersebut termasuk pembakaran kaya,
stoikiometri, atau miskin.
(Catatan: hati-hati dengan definisi AFR adalah perbandingan
massa dan bukan perbandingan volume).
4.5 Jika pembakaran biogas dengan kadar 50% CH4 + 50% CO2
terjadi tidak secara stoikiometri, maka perkirakan jenis-jenis gas
apa yang akan akan dihasilkan.
4.6 Jelaskan bahwa dalam proses pembakaran harus memenuhi salah
satu hukum termodinamika, yaitu tentang kekekalan massa.

-oo0o-

54 Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan


Bab 5
Biogas untuk Rumah Tangga

5.1 Aplikasi Biogas di Sektor Rumah


Tangga

B
iogas dapat diaplikasikan di pedesaan maupun di perkotaan.
Di pedesaan dengan jumlah hewan ternak yang banyak atau
di perkotaan yang banyak membuang sampah organik, maka
konsep kemandirian energi berupa energi biogas dapat dikaji dengan
lebih serius. Sejak beberapa tahun ini sebenarnya konsep energi
pedesaan/perkotaan atau konsep desa mandiri energi/kota mandiri
energi di beberapa daerah sudah mulai terwujud. Untuk menjalankan
konsep ini di tempat lain, maka perlu diawali dengan pemetaan potensi
sumber energi lokal yang dapat diperbaharui dan jenis pemakaian
energi di lokasi tersebut.
Pada umumnya, kebutuhan bahan bakar untuk sektor rumah
tangga di perkotaan dan pedesaan adalah untuk memasak, penerangan,
dan transportasi. Jenis bahan bakar yang digunakan untuk memasak
pada umumnya adalah biomasa kering, minyak tanah, dan LPG. Jenis
bahan bakar yang digunakan untuk penerangan pada umumnya adalah
dari minyak tanah untuk lampu penerangan/petromaks dan solar untuk
genset listrik. Bahan bakar untuk transportasi pada umumnya adalah
bensin dan solar.
Biogas sebagaimana bahan bakar gas lainnya dapat dimanfaatkan
sebagai bahan bakar untuk memasak dan untuk penerangan. Untuk
dapat mengaplikasikan biogas untuk sektor rumah tangga dengan baik
khususnya untuk memasak, beberapa informasi berikut penting untuk
dijadikan informasi awal kebutuhan energi di pedesaan.
1. Rata-rata konsumsi energi perkapita harian dalam rumah tangga
pedesaan adalah sekitar 25 MJ (Suyitno, 2009).
2. Kegiatan utama yang menyerap banyak energi adalah untuk
memasak sekitar 95% dan penerangan yaitu sekitar 5%.
3. Selain kebutuhan energi untuk memasak dan penerangan, energi
pedesaan diperlukan untuk kegiatan ekonomi. Listrik dan bahan
bakar minyak utamanya untuk menggerakkan peralatan pertanian,
pertukangan, penggergajian, dan lain-lain.

5.2 Merancang Reaktor Biogas untuk


Kompor Rumah Tangga
Berikut ini adalah contoh tahapan untuk merancang reaktor
biogas untuk kompor rumah tangga.
1. Tentukan kebutuhan energi.
a. Dari informasi sebelumnya diperoleh data bahwa rata-rata
konsumsi energi harian untuk memasak adalah 95% x 25 MJ
= 23,75 MJ per kapita.
b. Kebutuhan energi untuk satu keluarga yang terdiri dari 4 orang
adalah 4 x 23,75 MJ = 95 MJ.
2. Tentukan nilai kalor dari biogas.
Nilai kalor dari biogas dengan kadar metana 50% adalah sekitar
19,23 MJ/m3 atau 13,3 MJ/kg.

56 Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan


3. Hitung jumlah biogas yang dibutuhkan.
Jumlah biogas yang dibutuhkan dapat dihitung dari:
kebutuhan energi
Kebutuhan biogas = (5.1)
nilai kalor biogas

Sehingga:
9
5 M
J
Kebutuhan biogas = 3
= 4,9 m3
19,23 MJ/m

∴ Besarnya penampung biogas dapat dibuat dengan volume


minimum 5 m3.
4. Untuk merancang biodigester, jumlah kotoran, dan jumlah hewan
yang dibutuhkan untuk menghasilkan biogas minimal 5 m3 per
hari dapat mengacu pada perhitungan yang terdapat dalam bab II
buku ini.
Prinsip dari kompor biogas adalah seperti kompor gas pada
umumnya. Beberapa perbedaan yang perlu diperhatikan adalah:
1. Nilai kalor biogas sangat tergantung dari kadar metana dalam
biogas. Semakin besar kadar metana, semakin tinggi nilai kalor
dari biogas.
2. Nilai kalor biogas lebih rendah dari nilai kalor LPG.
3. Tekanan biogas yang berasal dari digester umumnya jauh di
bawah tekanan gas dari tabung LPG. Pemanfaatan kompor gas
LPG perlu sedikit dilakukan modifikasi khususnya pada bagian
nosel. Tekanan biogas yang umumnya rendah dapat membuat
aliran dan semburan api pada kompor tidak terlalu besar dan tidak
stabil.
Oleh karena itu, jika hendak memanfaatkan kompor LPG dengan
menggunakan bahan bakar biogas, maka diperlukan beberapa
modifikasi.
Gambar 5.1 merupakan beberapa variasi jenis kompor biogas.
Gambar sebelah kiri merupakan kompor biogas yang didesain mirip

Biogas untuk Rumah Tangga 57


dengan kompor gas LPG. Gambar tengah menunjukkan api dari
biogas pada kompor yang didesain hanya dari burnernya saja. Api
tidak menyebar sebagaimana pada kompor di sebelah kiri. Gambar
sebelah kanan merupakan desain kompor yang berupa rangka dan
pipa yang kemudian dihubungkan dengan burner. Api yang dihasilkan
dari rancangan kompor di sebelah kanan adalah mirip seperti pada
rancangan kompor di bagian tengah.

Gambar 5.1. Beberapa jenis kompor biogas


Gambar 5.1 Beberapa jenis kompor biogas
Gambar 5.1. Beberapa jenis kompor biogas

Gambar 5.2 Saluran masuk dan pengarah gas (dudukan burner)


Gambar 5.2. Saluran masuk dan pengarah gas (dudukan burner) kompor LPG
kompor LPG
Gambar 5.2. Saluran
Gambar masuk dan pengarah
5.1 adalah gas (dudukan
saluran masuk burner)
gas, saluran udara kompor
dan LPG
dudukan burner dari kompor LPG. Kompor LPG yang hendak memakai
biogas sebagai bahan bakarnya perlu dilakukan modifikasi pada
saluran udaranya. Umumnya saluran udara dan burner untuk kompor
LPG ada di satu tempat. Pada saat gas LPG dari tabung bertekanan
mengalir melalui nosel, maka kecepatan gas meningkat sehingga

58 Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan


tekanan di depan nosen turun. Akibatnya udara dari luar akan masuk
dan bercampur dengan gas LPG.
Pada saat biogas mengalir ke dalam saluran gas dari kompor
LPG, tekanan biogas dari biodigester adalah rendah. Akibatnya nosel
tidak berfungsi sebagaimana mestinya seperti pada saat memakai gas
LPG bertekanan. Tekanan yang rendah pada bagian depan nosel tidak
terbentuk dan tidak ada udara yang masuk atau justru sebagian biogas
keluar ke lingkungan melalui bagian lubang udara. Kebocoran biogas
melalui saluran ini dapat berakibat fatal. Alternatif lainnya adalah
menutup lubang udara pada kompor LPG, sehingga udara untuk
pembakaran hanya diperoleh dari sekeliling burner.

5.3 Analisis Unjuk Kerja Kompor


Energi yang terkandung dalam biogas sejatinya tidak dapat
dimanfaatkan semuanya sebagai sumber panas untuk kompor rumah
tangga. Terdapat sebagian panas yang terbuang ke lingkungan. Untuk
mengetahui besarnya unjuk kerja dari suatu kompor dapat diuji dengan
menggunakan metode uji water boiling test (WBT).
Metode water boiling test (WBT) adalah suatu uji unjuk kerja
tungku dan kompor dengan cara mendidihkan air yang berada di
dalam panci, yang tujuannya untuk mengetahui jumlah energi yang
dihasilkan dari bahan bakar yang dipindahkan ke dalam panci yang
berisi air dan kemudian mendidihkannya. Pada dasarnya pengujian
WBT dibagi menjadi tiga bagian penting yaitu pengujian WBT start
dingin, pengujian WBT start panas, dan pengujian WBT simmering.
Prosedur dasar yang digunakan dalam metode WBT adalah:
1. Metode WBT start dingin: yaitu pengujian dilakukan pada saat
kompor dalam keadaan dingin, kemudian air yang berada di
dalam panci dipanaskan sampai airnya mendidih. Setelah airnya
mendidih, kompor dimatikan dan dicatat waktu yang diperlukan
untuk mendidihkan air, massa air yang di uapkan, temperatur air
setelah mendidih, dan massa bahan bakar yang digunakan.

Biogas untuk Rumah Tangga 59


2. Metode WBT start panas: yaitu hampir mirip dengan metode WBT
start dingin tetapi pengujian dilakukan pada saat kompor dalam
keadaan panas.
3. Metode simmering: yaitu pengujian dilakukan dengan cara
menjaga 2x 32  3,76x28
AFR stoi suhu air yang telah mendidih
17,2 supaya konstan selama 45 (4.20)
1x(12  4)
menit, dan suhu tidak boleh naik atau turun lebih dari 3oC dari
suhu air yang telah mendidih tadi. Langkah selanjutnya mencatat
waktu yang diperlukan untuk mendidihkan air, massa air yang
diuapkan, temperatur air setelah mendidih, dan massa bahan
bakar yang digunakan. kebutuhan energi
Kebutuhan biogas (5.1)
Besarnya 2x 32kerja
unjuk  3,76x28
nilai
dari kalor dan
tungku biogas
kompor dinyatakan dengan
AFR stoi 17,2 (4.20)
Sehingga:
efisiensi termal. Efisiensi  4) adalah rasio energi yang digunakan
1x(12 termal
95 MJ
dalam pendidihan dan dalam penguapan air terhadap energi panas
Kebutuhan biogas 3
4,9 m3
yang tersedia dalam bahan bakar. Efisiensi
19,23 MJ/m termal (TE) dihitung dengan
rumus:
SH  biogas
LH kebutuhan energi
Kebutuhan
TE (5.1)
(5.2)
nilai kalor biogas (5.2)
'm f
HV x
Sehingga:f 't f

95 MJ
Kebutuhan biogas 4,9 m3
Dimana SH adalah panas sensibel [W].3LH adalah panas laten [W].
m w c p Tf  Ti 19,23 MJ/m
SH nilai kalor bahan bakar [MJ/kg]. ∆mf adalah jumlah massa
HVf adalah (5.3)
ǻt s
bahan bakar yang digunakan (kg). ∆tf adalah waktu yang diperlukan
SH  LH
TE sampai akhir pengujian (s).
dari awal (5.2)
'm
m w,f exhfg f
HV
Beberapa
LH persamaan
't f di bawah ini dapat digunakan untuk (5.4)
ǻ t
menghitung SH, LH, dan mf.
L

m w c p Tf  Ti
SH (5.3) (5.3)
ǻt s
Ne 30.N e
T = (6.1)
2.S.n S.nair (kg). c adalah panas jenis spesifik dari air
Dimana mw §¨adalah·¸ massa
m 60
© w, h
e fg¹
p
(J/kgK).LH
Tf adalah temperatur air awal (K). Ti adalah temperatur air akhir (5.4)
ǻt L
(K). ∆ts adalah lamanya waktu air dipanasi dari Tf sampai Ti (s).
kerja per siklus
bmep = (6.2)
volume langkah torak
60 N Teknologi30.NBiogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan
T = = e Ne
bmep
e
(6.1)
(6.3)
§ 2.SV.n ·.z.n.aS.n
¨ L¸
© 60 ¹
m w c p Tf  Ti
SH (5.3)
ǻt s

m w,ehfg
LH (5.4) (5.4)
ǻt L
Dimana mw,e adalah massa air yang diuapkan (kg). hfg adalah entalpi
penguapan dari air (J/kg). ∆tL adalah lamanya waktu air menguap (s).
Ne 30.Ne
T = (6.1)
∆mf =§ 2ñ.fSQ.nf · S.n (5.5)
¨ ¸
© 60 ¹massa jenis bahan bakar (kg/m3). Q adalah debit
Dimana ρf adalah f
bahan bakar mengalir (m3/s).
kerja per siklus
bmep
Soal Bab V:= volume langkah torak (6.2)

5.1 Hitunglah kebutuhan Ne biogas untuk keperluan memasak 10 orang


bmep =
jika biogas Vmemiliki kadar CH4 60%. Hitung pula kebutuhan (6.3)
L .z.n.a
kotoran dan jumlah sapi yang diperlukan.
5.2 Hitunglah kebutuhan LPG untuk keperluan memasak 10 orang
Gf
dan
B=hitunglah harga LPG yang digunakan tersebut. (6.4)
N
5.3 Jika dari suatu pengujian diketahui:
a. Air sebanyak 5 liter mendidih dari temperatur 27oC sampai
o Ne
Ke 100
= C selama 15 menit.
x 100% (6.5)
Gf .Q ctemperatur 100oC tercapai, pengujian diteruskan
b. Setelah
selama 10 menit sehingga air yang menguap sebanyak 150
gram.
Vmaks
c. r Selama
Vmin 25 menit pengujian tersebut, jumlah biogas dengan
(6.6)
kadar metana 50% yang dibutuhkan adalah 0,5 m3.
Maka tentukan berapa unjuk kerja dari kompor tersebut.

-oo0oo-

Biogas untuk Rumah Tangga 61


Bab 6
Pembangkit Listrik Tenaga Biogas

P
emanfaatan biogas untuk pembangkit listrik dapat melalui
berbagai cara seperti menggunakan turbin, fuel cell, dan motor
bakar. Pada aplikasi pembangkit listrik skala kecil, cara yang
banyak dipakai adalah menggunakan motor bakar sebagai penggerak.
Sehingga bab ini akan membahas pembangkit listrik tenaga biogas
dengan menggunakan motor bakar dan generator.

6.1 Dasar-Dasar Motor Bakar


Motor bakar merupakan salah satu mesin penggerak mula yang
mempunyai peranan penting sebagai tenaga penggerak berbagai
macam peralatan dari kapasitas kecil sampai besar. Jenis peralatan
yang digerakkan adalah peralatan yang tidak bergerak (stationer) dan
bergerak (marine, aviation, automotive).
Motor bakar terdiri dari motor dengan kerja bolak balik
(reciprocating engine) dan motor dengan kerja putar (rotary engine).
Motor dengan kerja bolak-balik terdiri dari motor bensin (Otto)
dan motor Diesel, dengan sistem 2 tak maupun 4 tak. Perbedaan
utama motor bensin (Otto) dengan motor diesel adalah pada sistem
penyalaannya. Motor bensin dengan bahan bakar bensin dicampur
kebutuhan energi
Kebutuhan biogas (5.1)
nilai kalor biogas
Sehingga:
terlebih dahulu dalam karburator dengan udara pembakaran sebelum
95 MJ
Kebutuhan
dimasukkan biogas silinder (ruang 3bakar).
ke dalam m3
4,9Selanjutnya campuran
19,23 MJ/m
udara-bensin dinyalakan oleh loncatan api listrik antara kedua elektroda
busi. Karena itu motor bensin dinamai juga Spark Ignition Engines.
SH  LH
TE (5.2)
'm f
6.2. Unjuk Kerja Motor Bakar
HVf x
't
Kinerja suatuf motor bakar diperoleh dengan serangkaian uji
unjuk kerja. Beberapa paramater penting yang berpengaruh pada
unjukSH w c p Tbakar
kerjammotor f  Ti adalah sebagai berikut:
(5.3)
ǻt s
a. Torsi dan Daya Poros
Torsi adalah ukuran kemampuan mesin untuk menghasilkan ker-
m w,eprakteknya,
ja. Dalam hfg torsi dari mesin berguna untuk mengatasi
LH (5.4)
hambatan ǻt Lsewaktu kendaraan jalan menanjak, atau waktu mem-
percepat laju kendaraan (otomotif). Besar torsi dapat dihitung den-
gan rumus:
Ne 30.Ne
T = (6.1) (6.1)
§ 2.S.n · S.n
¨ ¸
© 60 ¹
dimana :
kerja per siklus
bmep
T =
: torsi (N.m) (6.2)
volume langkah torak
Ne : daya poros/daya efektif (Watt)
Ne
n
bmep: putaran
= poros engkol (rpm) (6.3)
VL .z.n.a
Putaran poros engkol dapat diukur dengan menggunakan
tachometer.
G
B= f Efektif Rata-Rata (Brake Mean Effective Pressure = (6.4)
b. TekananN
bmep)
tekanan efektif rata-rata didefinisikan sebagai tekanan teoritis
Ne
Ke =
(konstan), x 100%
yang apabila mendorong torak sepanjang langkah kerja (6.5)
Gf .Q c
dari motor dapat menghasilkan tenaga (tenaga poros).

Vmaks
r (6.6)
Vmin
64 Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan
kerja per siklus
bmep = (6.2)
volume langkah torak

Ne
bmep = (6.3)
VL .z.n.a
dimana :
bmep : tekanan efektif rata-rata (kg/m2 atau Pa)
N e : daya poros/daya efektif (watt)
V L : Volume langkah torak per silinder (m )
3

: (luas penampang torak x panjang langkah torak )


z : jumlah silinder
n : putaran poros engkol (rpm)
a : jumlah siklus per putaran, (siklus/putaran)
: 1, untuk motor 2 tak
: ½, untuk motor 4 tak.
c. Pemakaian Bahan Bakar Spesifik
Pemakaian bahan bakar spesifik menyatakan banyaknya bahan
bakar yang dikonsumsi mesin per jam untuk setiap daya kuda
yang dihasilkan. Harga pemakaian bahan bakar spesifik yang
lebih rendah menyatakan efisiensi yang lebih tinggi. Jika dalam
suatu pengujian mesin diperoleh data mengenai penggunaan
jumlah bahan bakar (kg bahan bakar/jam), dan dalam waktu 1
jam diperoleh tenaga yang dihasilkan N, maka pemakaian bahan
spesifik dihitung sebagai berikut:

Gf
B= (6.4)
N
dimana :
B : pemakaian bahan bakar (kg bahan bakar/jam.W)
Gf : jumlah bahan bakar yang digunakan (kg /jam)
N : jumlah tenaga yang dihasilkan per waktu (W)

Pembangkit Listrik Tenaga Biogas 65


d. Efisiensi Total
Efisiensi total menyatakan efisiensi pemanfaatan panas dari bahan
bakar untuk diubah menjadi tenaga berguna. Besarnya efisiensi
total dapat dihitung dengan rumus:

Ne
ηe= x 100% (6.5)
G f .Q c

dimana :
η e : efisiensi termal efektif (%)
N e : daya efektif (W)
G f : jumlah BB yang dipergunakan (kg /s)
Qc : nilai kalor bahan bakar (J/kg)

6.3 Modifikasi Motor Bakar Berbahan


Bakar Bensin Menjadi Berbahan Bakar
Biogas
Modifikasi dari mesin otto (motor bensin) cukup mudah karena
mesin sudah didesain untuk beroperasi pada campuran udara/bahan
bakar dengan pengapian busi. Beberapa modifikasi yang dapat
dilakukan adalah:
• Modifikasi saluran masuk bahan bakar dan udara.
• Modifikasi rasio kompresi.
• Waktu pengapian
Modifikasi dasar adalah merubah campuran udara dan bahan
bakar di dalam karburasi. Perbandingan massa udara dan massa
bahan bakar untuk pembakaran sempurna dapat dilihat pada Tabel
6.1. Perbandingan massa udara dan massa bensin pada pembakaran
sempurna adalah 15. Perbandingan massa udara dan massa biogas
dengan kadar CH4 50% adalah 4,6. Dengan dasar ini, saluran
campuran bahan bakar bensin dan udara yang semula menggunakan
karburasi, maka pada biogas dibuat peralatan pencampur yang dapat
menghasilkan campuran untuk terjadinya pembakaran yang baik.

66 Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan


Tabel 6.1 Perbandingan jumlah udara dan jumlah bahan bakar
untuk pembakaran sempurna (Suyitno, 2009).
No Bahan Bakar Perbandingan Perbandingan
massa udara volume udara
terhadap massa terhadap volume
Gambar 5.2. Saluran masuk dan pengarahbahan
gas bakar
(dudukanbahan bakar
burner) kompor LPG
1. Bensin 15,05 5275
2. Methane 17,16 9
3. Biogas 50% CH4 + 50% CO2 4,6 5,8

GambarGambar
6.1. Pengaruh perbandingan
6.1 Pengaruh kompresi
perbandingan terhadap
kompresi terhadapefisiensi
efisiensi dengan
perbandingan panas spesifik Cp/Cv = 1,4 (Cengel, 2006).
dengan perbandingan panas spesifik Cp/Cv = 1,4 (Cengel, 2006).
Besarnya rasio kompresi dapat mempengaruhi efisiensi dari
motor bakar. Secara umum dikatakan bahwa dengan rasio kompresi
yang lebih tinggi akan diperoleh peningkatan efisiensi sebagaimana
dapat dilihat pada Gambar 6.1 Perbandingan kompresi yang umum
pada motor bensin adalah 7-10. Perbandingan kompresi bukanlah

Pembangkit Listrik Tenaga Biogas 67


perbandingan tekanan. Perbandingan kompresi (r) sendiri didefinisikan
sebagai berikut:

Vmaks
r= (6.6)
Vmin
Untuk biogas, rasio kompresi direkomendasikan tidak lebih dari
13 (Mitzlatf, 1988). Semakin tinggi rasio kompresi dapat meningkatkan
temperatur campuran udara bahan bakar. Hal ini dapat menyebabkan
penyalaan sendiri yang tidak terkontrol dan proses pembakaran yang
tidak rata. Keduanya dapat menjadi hal yang merugikan untuk mesin.
Kecepatan pembakaran dari biogas lebih rendah dari kecepatan
pembakaran bensin. Penyebabnya adalah biogas mengandung CO2
dalam konsentrasi yang cukup tinggi dimana CO2 tidak dapat terbakar
sehingga menghambat perambatan panas pembakaran. Kecepatan
pembakaran campuran udara bahan bakar selama satu langkah
pembakaran pada motor bensin sangat mempengaruhi efisiensi
motor bensin tersebut. Sebagaimana diketahui bahwa waktu yang
tersedia untuk sempurnanya pembakaran dalam ruang bakar motor
bensin sangatlah singkat. Sebagai gambaran, pada motor bensin
yang beroperasi pada 3.000 rpm, maka waktu yang tersedia untuk
pembakaran selama satu langkah adalah 1/100 detik.
Pembakaran mulai terjadi dari sumber pengapian dan
membutuhkan beberapa waktu untuk api tersebut dapat berkembang
atau menyebar. Karena adanya pembakaran, maka tekanan meningkat
dan puncak tekanan terjadi dekat setelah piston mencapai titik mati
atas (TMA) sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 6.2. Tekanan
piston yang tinggi setelah TMA menyebabkan gaya yang tinggi pada
piston. Penyalaan premature atau tekanan yang terlalu tinggi setelah
TMA akan mengonsumsi kerja atau daya tambahan dari piston padahal
piston membutuhkannya untuk menekan melawan pembakaran
dan membuang campuran gas buang. Penyalaan yang mundur atau
pembakaran lambat dari campuran udara bahan bakar akan berakibat

68 Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan


pada campuran masih terbakar ketika langkah pembakaran telah
selesai dan katup buang terbuka. Akibatnya selain banyak panas
terbuang dan berbahaya juga banyak energi bahan bakar terbuang
bersama gas buang. Kecepatan pembakaran dari campuran udara
bahan bakar meningkat secara signifikan sebagai fungsi dari tekanan
dan temperatur aktualnya.
Waktu yang sesuai dengan kecepatan pembakaran tergantung
pada beberapa parameter operasi:
• Kecepatan mesin
• Kelebihan udara pembakaran
• Jenis bahan bakar
• Tekanan dan temperatur.
Dalam kasus pembakaran biogas, karena kecepatan pembakarannya
yang rendah, maka waktu pengapian yang dibutuhkan biasanya dapat
dimajukan 100 – 150 lebih awal dari waktu pengapian standar bahan
bakar bensin.

Gambar 6.2. Tekanan sebagai fungsi dari sudut pengapian (Mitzlatf, 1988).
Gambar 6.2 Tekanan sebagai fungsi dari sudut pengapian
(Mitzlatf, 1988).

Pembangkit Listrik Tenaga Biogas 69


6.4 Modifikasi pada Genset
Genset yang digunakan dalam proyek ini mempunyai spesifikasi
standar sebagai berikut:
Jenis mesin : 1 cylinder, 4 stroke, pendinginan udara, OHV
Bore x stroke : 68 x 45 mm
Displacement : 163 cm
Rasio kompresi : 8,5:1
Max. Output : 5,5 HP/4,1 kW
Rated Output : 4,6 HP/3,5 kW
Max Torque : 10,8 Nm
Ignition System : Transistor magneto
Silinder motor bakar terbuat dari aluminium paduan dan diberi
sirip pendingin. Kepala silinder yang menutup silinder terbuat dari
alumunium dan dilengkapi juga dengan sirip pendingin. Kepala silinder
ini juga dilengkapi dengan busi yang menimbulkan percikan bunga api
dan mekanisme katup isap dan katup buang. Sistem pengapian adalah
sistem magnet. Pemutus arus, komponen pengapian dan sebagainya
dari sistem pengapian ditempatkan di dalam roda gayanya. Sedangkan
puli untuk menstart dipasang pada ujung poros engkol.
Berikut adalah beberapa modifikasi yang dilakukan:
a. Katup
Mekanisme katup pada genset menggunakan model katup OHV
(Over Head Valve), yaitu dengan ciri–ciri:
• Katup menggantung.
• Poros cam terletak di bawah.
• Katup di kepala silinder.
Perubahan yang dilakukan dengan penyetelan katup (lihat Gambar
6.3), yaitu dengan:
• Katup hisap (standar 0,25 mm).
o Celah katup hisap dirubah menjadi 0,30 mm– 0,35 mm.

70 Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan


Gambar 6.2. Tekanan sebagai fungsi dari sudut pengapian (Mitzlatf, 1988).
• Katup buang (standar 0,35).
o Celah katup buang dirubah menjadi 0,40 mm – 0,50
mm.

Gambar
Gambar 6.3
6.3. Celah katup motor
motor bakar
bakar
b. Kepala silinder
Modifikasi pada bagian ini dilakukan dengan membubut kepala
silinder sebesar 0,5 mm sebagaimana dapat dilihat pada Gambar
6.4. Tujuan dari pembubutan kepala silinder adalah untuk
menaikkan rasio kompresi dari standardnya 8,5 menjadi sekitar
9,2. Hal ini dimaksudkan agar campuran bahan bakar (biogas)
dan udara dapat lebih mudah dibakar di ruang bakar.

Gambar6.4.
Gambar 6.4Kepala
Kepala silinder
silinder setelah
setelah dibubut
dibubut0,5
0,5 mm.
mm .

Pembangkit Listrik Tenaga Biogas 71


Gambar 6.4. Kepala silinder setelah dibubut 0,5 mm .
c. Komponen Penyalaan
• Karburator

Gambar 6.4. Kepala silinder setelah dibubut 0,5 mm .

GambarGambar
6.5. Modifikasi saluran
6.5 Modifikasi masuk
saluran masuk biogas
biogas dan udara.
dan udara.
Karburator berfungsi untuk mencampur udara dan bahan
bakar (biogas) dengan perbandingan tertentu yang akan masuk
ke dalam ruang bakar. Saluran masuk biogas dan udara ke
dalam ruang bakar dibuat sedemikian rupa sehingga biogas
dan udara dapat bercampur dengan perbandingan tertentu.
Saluran pencampuran dibuat dari material tembaga supaya
lebih 6.5.
Gambar awetModifikasi
(lihat Gambar 6.5).
saluran Pemasangan
masuk alat udara.
biogas dan pencampur
udara dan biogas dapat dilihat pada Gambar 6.6.
a. Pemasangan saluran pencampur biogas-udara

a. Pemasangan saluran pencampur biogas-udara

a. Pemasangan saluran pencampur biogas-udara

72 Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan


130 Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional, dan
b. Pemasangan saluran pencampur biogas-udara antara
karburator lama dengan kepala silinder

Alat pencampur
yang baru

Karburator lama

b. Pemasangan
Gambar saluran
6.6 Pemasangan pencampur
saluran biogas biogas-udara antara
dan udara antara karburator
karburator
lama lama dengan
dengan kepalakepala silinder
silinder.
• Busi
Gambar 6.6. Pemasangan
Loncatan bunga apisaluran biogas dan
pada sebuah busiudara
yang antara
dihubungkan
karburator
dengan sebuahlama dengan
kabel kepala silinder.
pada terminal yang berada di bagian
atas dari busi, ujung kabel yang lain berhubungan dengan
sumber daya tegangan tinggi.
Bunga api menyalakan campuran yang berada disekitarnya
¾ Busi
kemudian menyebar keseluruh arah dalam ruang bakar. Pem-
Loncatan
bakaran bunga
tidak terjadiapi pada tapi
serentak, sebuah busi
bergerak yang
secara progresif
melintasi campuran yang belum terbakar. Pembakaran dimu-
dihubungkan dengan sebuah kabel pada terminal
lai di tempat yang paling panas yaitu dekat busi. Busi tidak
yang terlalu
boleh beradapanas,
di bagian atas
karena darimemudahkan
akan busi, ujung terbentuknya
kabel
endapan karbon
yang lain pada permukaan
berhubungan isolatornya
dengan sumber(porselen)
daya dan
dapat menimbulkan hubungan singkat. Secara umum tidak
tegangan tinggi.
diperlukan modifikasi untuk busi.

Pembangkit Listrik Tenaga Biogas 73


• Alat pembangkit tegangan tinggi
Tegangan antara 5.000 sampai dari 10.000 V harus diberikan
pada elektroda tengah agar dapat terjadi loncatan bunga
api antara celah atau eleltroda busi tegangan tinggi dapat
dihasilkan sebagai berikut:
Magnit  interuptor yang menaikkan tegangan dengan
penahanan arus  coil penyalaan transformator.
Magnet permanen ditempatkan pada roda penerus yang
dipasang pada poros engkol. Inti besi ditempatkan sebagai
stator. Magnet berputar bersama dengan roda penerus dan
antara inti besi dengan magnet terdapat celah kecil. Medan
magnet berubah–ubah karena perputaran magnet dan
menimbulkan listrik dalam lilitan primer pada inti besi. Sirkuit
dilengkapi dengan titik kontak. Akibat gerakan cam, titik
kontak terbuka maka akan terjadi loncatan bunga api pada
busi. Kenaikan tegangan pada transformator yang terdiri dari
lilitan primer dan sekunder inilah yang dibutuhkan oleh busi.
Kapasitor yang disisipkan dalam sirkuit akan menghindari
terjadinya loncatan api pada titik kontak akibat tegangan
tinggi yang timbul dalam lilitan sekunder.

Penyalaan dan pembakaran


Loncatan bunga api terjadi sesaat sebelum torak mencapai titik
mati atas (TMA) sewaktu langkah kompresi. Saat loncantan bunga api
biasa dinyatakan dalam derajat sudut engkol sebelum torak mencapai
titik mati atas (TMA). Pada pembakaran sempurna setelah penyalaan
dimulai, api menjalar dari busi dan menyebar ke seluruh arah dalam
waktu yang sebanding dengan 20 derajat sudut engkol atau lebih
untuk campuran sampai tekanan maksimum. Kecepatan api umumnya
kurang dari 10-30 m/detik. Panas pembakaran pada TMA diubah dalam
bentuk kerja dengan efisiensi yang tinggi. Kelambatan waktu akan
menurunkan efisiensi karena rendahnya tekanan akibat pertambahan
volume dan waktu penyebaran api yang telah lambat. Penyalaan yang

74 Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan


terlalu cepat juga dapat menurunkan efisiensi sekalipun tekanannya
tinggi akibat langkah kompresi.
Pada genset ini untuk memudahkan pembakaran campuran
bahan bakar biogas dan udara maka dilakukan modifikasi berupa
menaikkan rasio kompresi sehingga tekanan torak atau tekanan pada
waktu kompresi menjadi tinggi. Akibatnya panas yang dihasilkan dari
campuran tersebut tinggi dan memudahkan bahan bakar tersebut
mudah terbakar. Meningkatnya tekanan kompresi dapat juga dinaikkan
dengan mengurangi volume ruang bahan bakar pada kepala silinder.
Penyetelan celah katup juga mempengaruhi peningkatan tekanan
kompresi dimana semakin kecil celah katup maka terjadi kompresi
yang rendah. Sedangkan celah katup yang besar mengakibatkan
kompresi yang dihasilkan tinggi. Pada proyek ini penyetelan celah
katup yang besar dilakukan pada katup buang. Hal ini dimaksudkan
agar pembukaan katup buang menjadi kecil sehingga waktu kompresi
menjadi lebih lama. Selanjutnya tekanan yang dihasilkan menjadi
besar sehingga hasil tekanan tersebut diharapkan mampu menaikkan
temperatur dari campuran biogas dan udara. Dengan temperatur yang
tinggi memudahkan campuran udara biogas untuk terbakar dengan
cepat. Sedangkan penyetelan celah untuk katup masuk lebih kecil dari
celah pada katup buang.
Untuk membangkitkan listrik antara kedua elektroda busi
diperlukan perbedaan tegangan yang cukup besar. Besarnya tergantung
pada faktor-faktor berikut:
1. Perbandingan campuran bahan bakar dan udara.
2. Kepadatan campuran bahan bakar dan udara.
3. Jarak antara kedua elektroda serta bantuk elektroda.
4. Jumlah molekul campuran yang terdapat diantara kedua
elektroda.
5. Temperatur campuran dan kondisi operasi yang lain.

Pembangkit Listrik Tenaga Biogas 75


Pada umumnya disediakan tegangan yang lebih besar untuk
menjamin agar selalu terjadi loncatan api listrik di dalam keadaan
antara 10.000 – 20.000 volt. Hal ini disebabkan juga kondisi operasi
yang berubah–ubah sebagai keausan mesin yang tidak dapat dihindari.
Makin padat campuran bahan bakar dan udara makin tinggi tegangan
yang diperlukan untuk jarak elektoda yang sama. Karena itu diperlukan
tegangan yang lebih tinggi bagi motor dengan perbandingan kompresi
yang besar. Hal ini perlu mendapat perhatian terutama apabila tekanan
campuran yang masuk ke silinder itu tinggi dan loncatan listrik
ditentukan pada waktu torak berada lebih dekat pada TMA. Makin
besar jarak elektroda busi makin besar pula perbedaan tegangan yang
diperlukan untuk memperoleh intensitas api listrik yang sama. Jumlah
minimum molekul banyak tergantung di antara kedua elektroda
pada waktu terjadi loncatan listrik yang sangat menentukan apakah
penyalaan dapat berlangsung sebaik–baiknya.
Karena jumlah molekul banyak tergantung pada perbandingan
campuran, jumlah gas sisa, temperatur dan kondisi operasi yang
lain, jumlah itu dapat berubah–ubah. Dengan memperbesar jarak
elektroda diharapkan jumlah minimum itu dapat dicapai walaupun
keadaan operasi berubah–ubah. Akan tetapi, jumlah elektroda juga
menentukan besarnya tegangan.
Pada mesin genset ini menggunakan sistem penyalaan magneto
dimana medan magnet di dalam kumparan primer dan sekunder
dibangkitkan oleh putaran magnet permanen. Apabila magnet
dibangkitkan, maka akan berubah–ubah dari harga maksimum positif
menuju harga maksimum negatif dan sebaliknya. Pada waktu medan
magnet turun dari harga maksimum positif, maka akan terinduksi
tegangan dan arus listrik di dalam kumparan primer. Arus primer ini
membangkitkan medan magnet pula yang menentang perubahaan
medan magnet dari magnet yang berputar. Dengan demikian medan
magnet (total) yang melingkupi kumparan primer tetap konstan (tinggi)
meskipun besarnya medan magnet didalamnya turun pada waktu

76 Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan


Alat pencampur
yang baru
magnet permanen berputar menjauhi katup. Akan tetapi pemutus
arus segera terbuka sehingga arus primer itupun terputus. Di dalam
kumparan sekunder akan terinduksi tegangan tinggi sehingga terjadi
Karburator
loncatan listrik lamaelektroda busi. Gerakan katup isap dan
diantara kedua
katup buang dapat dilihat pada Tabel 6.2.
Tabel 6.2 Gerakan katup isap dan katup buang
Katup isap Katup buang
Mulai terbuka Tertutup Mulai terbuka Tertutup
Mesin
(0sudut engkol) (0sudut engkol) (0sudut engkol) (0sudut
4
engkol)
langkah
10 – 30 sebelum 45 – 90 45 – 90 15 – 45
TMA sesudah TMB sebelum TMB sesudah TMA

b. Pemasangan saluran pencampur biogas-udara antara karbu


6.5 Prinsip Kerja Generator
dengan kepala silinder
Secara sederhana, pembangkitan listrik merupakan hasil dari
gerakan magnet dalam suatu kumparan (perhatikan Gambar 6.7). Pada
Gambar
saat magnet 6.6. Pemasangan
bergerak dalam kumparansaluran
terjadibiogas danyang
aliran arus udara antara karbu
arahnya
dengan
tergantung dari arah kutub magnet yang kepala
bergerak. silinder.
Pada gambar e tidak
terjadi aliran arus karena magnet tidak bergerak dalam kumparan.

Gambar 6.7. Prinsip pembangkitan listrik


Gambar 6.7 Prinsip pembangkitan listrik
Sebagaimana terlihat pada Gambar 6.8 bahwa rotor magnet
yang berputar menyebabkan perubahan medan magnet. Akibat
selanjutnya arah arus berubah-rubah dalam suatu siklus sehingga

Pembangkit Listrik Tenaga Biogas 77


terbentuk arus yang bersifat bolak-balik (AC, alternating current). Pada
pembangkit listrik tenaga biogas, rotor magnet digerakkan oleh poros
yang terhubung dengan poros engkol dari motor bakar. Jika frekuensi
listrik yang dibangkitkan adalah 50 Hz, artinya arus listrik berubah
Gambar 6.7. Prinsip pembangkitan listrik
arah 50 kali setiap detiknya.

Gambar 6.8. Rotor6.8


Gambar magnet yang berputar
Rotor magnet untuk
yang berputar menghasilkan
untuk menghasilkanlistrik AC
listrik AC

6.6 Analisa Unjuk Kerja Genset Berbahan


Bakar Biogas
Pembangkit listrik yang dikembangkan oleh Laboratorium
Konversi Energi Teknik Mesin UNS terdiri dari:
• Satu unit digester kapasitas 13 m3
• Reaktor pencucian biogas dari H2O
• Reaktor pencucian biogas dari H2S dengan absorben larutan Fe-
EDTA.
• Kompresor biogas dengan daya ½ hp.
• Tabung penampung biogas.
• Motor bakar yang sudah dimodifikasi.
• Generator listrik.
Secara lengkap, skema pembangkit listrik tersebut dapat dilihat
pada Gambar 6.13. Pada awalnya, biogas yang diproduksi dari
biodigester dengan bahan baku kotoran sapi dilakukan pencucian.

78 Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan


Pencucian biogas dilakukan untuk menurunkan konsentrasi H2O dan
H2S. Selanjutnya, biogas yang mempunyai kandungan H2O dan H2S
rendah dikompresi dengan menggunakan kompresor (lihat Gambar
6.10). Biogas yang telah dikompresi ditambung dalam suatu tabung
penampung biogas bertekanan (lihat Gambar 6.11). Tekanan dalam
tabung ini dijaga tidak terlalu tinggi, yaitu maksimum 30 psig dengan
menggunakan katup pengaman. Jika tekanan dalam tabung penampung
biogasPembangkit Listrik Tenaga
sudah mendekati batas Biogas
tekanan tersebut, maka kompresor 143
berhenti bekerja dan tidak ada suplai biogas ke tabung penampung
biogas. Tekanan rata-rata tabung penampung pada saat peralatan
ini diuji coba adalah sekitar 11 psig. Gas dari tabung penampung
penampung
kemudian kemudian
dialirkan ke motor dialirkan ke (lihat
generator motorGambar
generator (lihat
6.12). untuk
menghasilkan listrik.
Gambar 6.12) untuk menghasilkan listrik.
Panel listrik Tabung penampung biogas

kompresor
Reaktor
pencucian

GambarGambar 6.9. Reaktor


6.9 Reaktor pencucian,
pencucian, kompresor,kompresor, tabung
tabung penampung, dan
penampung, dan
panel panel listrik
listrik

Pembangkit Listrik Tenaga Biogas 79


144 144 Teknologi Biogas:
Teknologi Pembuatan,
Biogas: Operasional,
Pembuatan, dan dan
Operasional,

discharge
discharge
suction
suction

Gambar
Gambar 6.10 Kompresor
6.10.6.10.
Kompresor yangyang digunakan
digunakan untuk
untuk
Gambar Kompresor yang digunakan untuk
mengkompresi
mengkompresi biogas
biogas
mengkompresi biogas

Pressure relief relief


Pressure
Pressure gaugegauge
Pressure

Gambar
Gambar 6.11.
Gambar Tabung
6.11 6.11.
Tabung penampung
penampung
Tabung biogas
biogas
penampung setelah
setelah
biogas dikompresi.
setelah
dikompresi.
dikompresi.

80 Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan


Panel listrik
146 Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional, dan

Gambar 6.12 Motor generator kapasitas 1000 W setelah dimodifikasi


Gambar 6.12. Motor generator kapasitas 1000 W setelah
dimodifikasi

Pencucian
biogas

Kompresor

Tabung
Penampung

Genset

Gambar 6.13. Skema pembangkit listrik tenaga biogas


Gambar 6.13 Skema pembangkit listrik tenaga biogas yang
yang dikembangkan oleh tim peneliti dari Laboratorium
dikembangkan oleh tim peneliti dari Laboratorium Konversi Energi
Konversi Energi Teknik Mesin UNS
Teknik Mesin UNS

Pembangkit Listrik Tenaga Biogas 81


Kompresor
Terdapat empat indikator penting dalan unjuk kerja suatu motor
bakar dan genset, yaitu torsi, bmep, efisiensi volumetrik dan efisiensi
Tabung ukuran kemampuan mesin untuk melakukan
total. Torsi merupakan
kerja. Dari hasil pengujian genset berbahan bakar biogas, dapat
diperoleh torsiPenampung
yang diperlihatkan pada Gambar 6.14. Semakin besar
beban membutuhkan torsi yang lebih besar. Pada beban 1000 W,
torsi yang dibutuhkan adalah 4,1 Nm pada putaranGense 2320 rpm. Torsi
yang terjadi ternyata lebih rendah dari torsi maksimum spesifikasi
standar
Gambar genset
6.13.berbahan bakar bensin sebesar
Skema pembangkit 10,8 Nm.
listrik tenaga Hal ini
biogas dapat
yang dikembangk
dimengerti karena energi yang terkandung dalam biogas lebih rendah
tim peneliti dari Laboratorium Konversi Energi Teknik Mesin UN
dari energi yang terkandung dalam bensin.

4,5
4,0
3,5
3,0
Torsi (Nm)

2,5
2,0
1,5
1,0
0,5
0,0
0 200 400 600 800 1000 1200
Beban (W)

Gambar 6.14 Torsi mesin berbahan bakar biogas.


Gambar 6.14. Torsi mesin berbahan bakar biogas.
Di dalam mesin berbahan bakar gas, efisiensi volumetrik
merupakan kemampuan dari engine untuk memasukkan dan
mengeluarkan sejumlah campuran gas bahan bakar dan udara.
Secara definisi, efisiensi volumetrik adalah perbandingan volume
fluida kerja (bahan bakar dan udara) yang secara aktual dimasukkan
(yang diukur pada tekanan dan temperatur tertentu) terhadap volume
langkah piston. Sedangkan untuk mesin berbahan bakar cair, efisiensi
volumetrik didefinisikan sebagai perbandingan volume udara yang
ditarik ke dalam silinder dengan volume langkah piston.

82 Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan


Secara umum dapat dinyatakan bahwa mesin yang mempunyai
efisiensi volumetrik tinggi akan mampu bekerja pada rpm yang tinggi
dan menghasilkan daya total yang lebih banyak karena rendahnya rugi-
rugi daya hambat udara yang bergerak masuk dan keluar silinder.
Pada pengujian mesin berbahan bakar biogas, terlihat bahwa
pada saat idle, efisiensi volumetriknya rendah yaitu sekitar 16%. Pada
beban yang lebih tinggi, efisiensi volumetriknya meningkat. Efisiensi
volumetrik genset berbahan bakar biogas pada beban 200-1000 W
berada pada kisaran 43-64%.

70%
60%
Efisiensi Volumetrik

50%
40%
30%
20%
10%
0%
0 200 400 600 800 1000 1200
Beban (W)

Gambar
Gambar 6.15
6.15. Efisiensi
Efisiensivolumetrik mesinberbahan
volumetrik mesin berbahan bakar
bakar biogas.
biogas.
Dari penelitian yang lain disebutkan bahwa efisieni volumetrik
genset dengan bahan bakar minyak tanah akan sangat rendah. Pada
350
beban 1 kW, efisiensi volumetrik yang diperoleh adalah sekitar 30%.
300
Nilai yang rendah ini diakibatkan oleh setingan throtle yang ditutup
250
sebagian pada saat menggunakan bahan bakar minyak tanah (Kapadia,
bmep (kPa)

200
2006). Menurut Heywood, besarnya efisiensi volumetrik maksimum
150
pada motor bensin standar adalah sekitar 80-90% (Heywood, J.B,
100
1988). Pada pengujian genset berbahan bakar biogas pemasukan
50
biogas dilakukan dengan membuat saluran bahan bakar udara yang
0
dipasang dekat dengan katup masuk. Dengan modifikasi ini karburator
0 200 400 600 800 1000 1200
dan governor tidak difungsikan lagi. Akibatnya efisiensi volumetrik
Beban (W)

Pembangkit Listrik Tenaga Biogas 83


Gambar 6.16. Bmep mesin berbahan bakar biogas.
30.000
pesifik

pesifik

8,0
25.000
meningkat dibandingkan dengan genset berbahan bakar minyak tanah
yang sebagian throttlenya ditutup. Dari Gambar 6.15 juga terlihat
bahwa perubahan efisiensi volumetrik hampir sama untuk semua
beban karena governor tidak difungsikan dan pemasukan bahan bakar
udara hanya fungsi dari tarikan piston dalam ruang bakar. Penyebab
tingginya efisiensi volumetrik genset berbahan bakar biogas ini juga
70%
dikarenakan terdapatnya sedikit tekanan biogas masuk. Sebelum
60%
biogas masuk ke dalam ruang bakar, biogas ditekan pada tekanan rata-
Efisiensi Volumetrik

50%
rata 11 psig untuk memudahkan penyalaan dan menstabilkan putaran
40%
mesin.
30%
Bmep
adalah indikar unjuk kerja motor bakar yang menyatakan
20%
perbandingan
10% antara kerja dan volume silinder. Mesin yang mempunyai
bmep 0%
tinggi berarti mampu menghasilkan kerja yang lebih tinggi.
Besarnya bmep
0 pada
200 motor 400bakar adalah
600 850-1050
800 kPa pada1200
1000 torsi
maksimumnya (Heywood, 1988). Besarnya
Beban (W) bmep dari pengujian
motor bakar berbahan bakar biogas adalah 320 kPa pada beban 1000
W sebagaimana
Gambar ditunjukkan
6.15. Efisiensi pada Gambar
volumetrik mesin6.16. Semakin
berbahan besarbiogas.
bakar beban
akan diperoleh peningkatan bmep.

350
300
250
bmep (kPa)

200
150
100
50
0
0 200 400 600 800 1000 1200
Beban (W)

Gambar 6.16 Bmep mesin berbahan bakar biogas.


Gambar 6.16. Bmep mesin berbahan bakar biogas.
30.000
msi Bahan Bakar Spesifik

si Bahan Bakar Spesifik

8,0
25.000

20.000 6,0
84 Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan
(Pg/J)

(cc/J)

15.000
4,0
10.000
2,0
5.000
Beban (W)

Gambar 6.16. Bmep mesin berbahan bakar biogas.


30.000
Konsumsi Bahan Bakar Spesifik

Konsumsi Bahan Bakar Spesifik


8,0
25.000

20.000 6,0
(Pg/J)

(cc/J)
15.000
4,0
10.000
2,0
5.000

0 0,0
0 200 400 600 800 1000 1200
Beban (W)

Gambar 6.17 Konsumsi bahan bakar spesifik mesin


Gambar 6.17. Konsumsi bahan bakar spesifik mesin berbahan bakar biogas.
berbahan bakar biogas
Menurut Heywood, besarnya konsumsi bahan bakar spesifik
untuk motor bensin standar adalah 75 µg/J atau 0,0001 cc/J
(Heywood, 1988). Dengan menggunakan biogas, karena AFR yang
rendah menyebabkan jumlah bahan bakar yang diperlukan lebih
tinggi. Dengan biogas, semakin besar beban menyebabkan konsumsi
bahan bakar spesifik menurun. Pada beban 1000 W sebagaimana
diperlihatkan pada Gambar 6.17 diperoleh konsumsi bahan bakar
spesifik sebesar 1100 µg/J atau 0,6 cc/J.

16%
14%
Eksperimen
12%
Kapadia, 2006
Efisiensi Total

10%
8%
6%
4%
2%
0%
0 200 400 600 800 1000 1200
Beban (W)

Gambar 6.18 Efisiensi total mesin berbahan bakar biogas.


Gambar 6.18. Efisiensi total mesin berbahan bakar biogas.
Pembangkit Listrik Tenaga Biogas 85
Ukuran dari unjuk kerja suatu motor bakar yang lebih realistis
adalah efisiensi termal atau efisiensi total. Gambar 6.18 menunjukkan
efisiensi total mesin berbahan bakar biogas. Terlihat bahwa efisiensi
total memingkat seiring dengan meningkatnya beban. Pada beban
1000 W dapat diperoleh efisiensi total sebesar 15%. Nilai ini memang
lebih rendah dari motor bakar berbahan bakar bensin yang berkisar
antara 25-32% atau solar yang berkisar antara 30-40% pada umumnya
(Mitzlatf, 1988). Hal ini disebabkan karena biogas mempunyai nilai
kalor yang lebih rendah dari nilai kalor bensin sehingga pada saat
dibakar menghasilkan torsi yang rendah. Selain itu, campuran udara
dengan biogas sangat sensitif terhadap pembakaran dalam ruang
bakar. Perubahan campuran udara bahan bakar sedikit saja dapat
menyebabkan ketidakstabilan nyala dan akibatnya juga tidak stabilnya
putaran mesin. Karena kandungan CO2 dalam biogas, pembakaran
biogas pada umumnya lebih lambat dari pembakaran bensin. Akibatnya
pada putaran mesin yang tinggi, pembakaran biogas dalam ruang
bakar menjadi tidak sempurna dan akibatnya efisiensinya turun. Harga
efisiensi motor berbahan bakar biogas yang rendah juga diperoleh
oleh Kapadia sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 6.18 (Kapadia,
2006). Efisiensi motor bakar berbahan bakar biogas dari Kapadia sedikit
lebih tinggi dari hasil eksperimen ini karena menggunakan premixed
charged induction sehingga campuran udara biogas lebih baik dan
pembakaran yang terjadi dapat lebih sempurna.

Soal Bab VI:


1.1 Jelaskan bagaimana perubahan energi yang terkandung dalam
biogas menjadi energi listrik.
1.2 Jelaskan mengapa bahan bakar biogas mempunyai kecepatan
pembakaran yang rendah dibandingkan kecepatan pembakaran
motor bensin.
1.3 Jelaskan modifikasi yang perlu dilakukan supaya motor bakan
berbahan bakar bensin dapat bekerja dengan bahan bakar
biogas.

86 Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan


1.4 Jelaskan langkah apa saja yang dapat digunakan untuk
meningkatkan efisiensi termal dari motor bakar.
1.5 Jika efisiensi listrik dari genset yang dijelaskan pada bab ini hanya
15%, maka terdapat rugi-rugi energi sebesar 85%. Jelaskan langkah
apa saja yang dapat ditempuh supaya rugi-rugi energi sebesar 85%
dapat diperkecil.
-oo0oo-

Pembangkit Listrik Tenaga Biogas 87


Daftar Pustaka

Cengel Y. A., Boles, M. A., 2006, Thermodynamics: An Engineering


Approach, , 5th ed, McGraw-Hill, USA.
Dennis A. Burke P.E., 2001, Dairy Waste Anaerobic Digestion
Handbook, Environmental Energy Company, Olympia .
Heywood John B., 1988, Internal Combustion Engine Fundamentals,
McGrawHill, Inc., USA.
Horikawa M.S., 2004, Chemical Absorbtion of H2S for Biogas
Purification, Brazilian Journal of Chemical Engineering, Vol.
21., pp. 415-422.
http://en.wikipedia.org/wiki/EDTA.
http://www.ganesha.co.uk/Articles/Biogas%20Technology%20in%20
India.htm.
Kapadia, B. K., 2006, Development of a Single Cylinder SI Engine
for 100% Biogas Operation, Master Thesis, Indian Institute of
Science, Bangalore, India.
Kohl A.L., Riesenfeld, F.C., 1985, Gas Purification, 4th ed., Gulf
Publishing Company, Texas.
Kwartiningsih, E., 2006, Pemurnian Biogas dari Kandungan Hidrogen
Sulfida (H2S) Menggunakan Larutan Absroben dari Besi Bekas
(Besi Rongsok), LPPM UNS, Indonesia.
Mitzlatf, K. V., 1988, Engines for Biogas, GTZ, Germany.
Perry, R.H., Green, D.W., 1997, Chemical Engineer’s Hand Book, ,
7th edition, Mc. Graw Hill Book Co. Ltd, New York .
Sasse, L., 1988, Biogas Plants, The Deutsches Zentrum für
Entwicklungstechnologien - GATE, Germany.
Sax, N.I., Lewis, R.J., 1997, Hawley’s Condensed Chemical Dictionary,
11th ed., Van Nostrand Reinhold Company, New York.
Suyitno, 2009, Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBio) yang
Dilengkapi dengan Kompresi Biogas, Balitbang Jateng,
Indonesia.
Suyitno, 2007, Process Simulation of Wood Pyrolysis, Char Reduction
and Partial Oxidation in Staged Gasification Using CFD,
Dissertaion at Graz University of Technology, Austria.
Suyitno, 2009, Renewable Energy from Biomass: Potential, Technology,
Strategy, Seminar Nasional Energi Terbarukan 10 Maret 2009,
FMIPA UNS, Surakarta, Indonesia.
Uli, W., Ulrich, S., Nicolai, H., 1989, Biogas Plants in Animal
Husbandry, GTZ, Germany.
Wellinger, A., Lindberg, A., 2001, Biogas Upgrading and Utilisation,
IEA Bioenergy.
Werner, K., Uta, P., Habermehl, S., Hoerz, T., et. Al., 1999, Biogas
Digest Volume I. Biogas Basics, GTZ-ISAT, Germany.

90 Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan


Wubs, H.J., Beenackers, A.A.C.M., 1993, Kinetics of the Oxidation of
Ferous Chelates of EDTA and HEDTA into Aquaeous Solution,
Ind. Eng. Chem. Res.
Zicari, S.M., 2003, Removal of Hydrogen Sulphyde Using Cow Manure
Compost, Master Thesis, Cornel University, USA.
-oo0oo-

Daftar Pustaka 91
LAMPIRAN
Tabel L.1. Nilai h (kJ/kmol) untuk berbagai gas ideal (Moran, 2006)
T (oC) CO2 CO H 2O O2 N2
0 0 0 0 0 0
220 6.601 6.391 7.295 6.404 6.391
230 6.938 6.683 7.628 6.694 6.683
240 7.280 6.975 7.961 6.984 6.975
250 7.627 7.266 8.294 7.275 7.266
260 7.979 7.558 8.627 7.566 7.558
270 8.335 7.849 8.961 7.858 7.849
280 8.697 8.140 9.296 8.150 8.141
290 9.063 8.432 9.631 8.443 8.432
298 9.364 8.669 9.904 8.682 8.669
300 9.431 8.723 9.966 8.736 8.723
310 9.807 9.014 10.302 9.030 9.014
320 10.186 9.306 10.639 9.325 9.306
330 10.570 9.597 10.976 9.620 9.597
340 10.959 9.889 11.314 9.916 9.888
350 11.351 10.181 11.652 10.213 10.180
360 11.748 10.473 11.992 10.511 10.471
370 12.148 10.765 12.331 10.809 10.763
380 12.552 11.058 12.672 11.109 11.055
390 12.960 11.351 13.014 11.409 11.347
400 13.372 11.644 13.356 11.711 11.640
410 13.787 11.938 13.699 12.012 11.932
420 14.206 12.232 14.043 12.314 12.225
430 14.628 12.526 14.388 12.618 12.518
440 15.054 12.821 14.734 12.923 12.811
450 15.483 13.116 15.080 13.228 13.105
460 15.916 13.412 15.428 13.535 13.399
470 16.351 13.708 15.777 13.842 13.693
480 16.791 14.005 16.126 14.151 13.988
490 17.232 14.302 16.477 14.460 14.285
T (oC) CO2 CO H 2O O2 N2
500 17.678 14.600 16.828 14.770 14.581
510 18.126 14.898 17.181 15.082 14.876
520 18.576 15.197 17.534 15.395 15.172
530 19.029 15.497 17.889 15.708 15.469
540 19.485 15.797 18.245 16.022 15.766
550 19.945 16.097 18.601 16.338 16.064
560 20.407 16.399 18.959 16.654 16.363
570 20.870 16.701 19.318 16.971 16.662
580 21.337 17.003 19.678 17.290 16.962
590 21.807 17.307 20.039 17.609 17.262
600 22.280 17.611 20.402 17.929 17.563
610 22.754 17.915 20.765 18.250 17.864
620 23.231 18.221 21.130 18.572 18.166
630 23.709 18.527 21.495 18.895 18.468
640 24.190 18.833 21.862 19.219 18.772
650 24.674 19.141 22.230 19.544 19.075
660 25.160 19.449 22.600 19.870 19.380
670 25.648 19.758 22.970 20.197 19.685
680 26.138 20.068 23.342 20.524 19.991
690 26.631 20.378 23.714 20.854 20.297
700 27.125 20.690 24.088 21.184 20.604
710 27.622 21.002 24.464 21.514 20.912
720 28.121 21.315 24.840 21.845 21.220
730 28.622 21.628 25.218 22.177 21.529
740 29.124 21.943 25.597 22.510 21.839
750 29.629 22.258 25.977 22.844 22.149
760 30.135 22.573 26.358 23.178 22.460
770 30.644 22.890 26.741 23.513 22.772
780 31.154 23.208 27.125 23.850 23.085
790 31.665 23.526 27.510 24.186 23.398
800 32.179 23.844 27.896 24.523 23.714

96 Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan


T (oC) CO2 CO H 2O O2 N2
810 32.694 24.164 28.284 24.861 24.027
820 33.212 24.483 28.672 25.199 24.342
830 33.730 24.803 29.062 25.537 24.658
840 34.251 25.124 29.454 25.877 24.974
850 34.773 25.446 29.846 26.218 25.292
860 35.296 25.768 30.240 26.559 25.610
870 35.821 26.091 30.635 26.899 25.928
880 36.347 26.415 31.032 27.242 26.248
890 36.876 26.740 31.429 27.584 26.568
900 37.405 27.066 31.828 27.928 26.890
910 37.935 27.392 32.228 28.272 27.210
920 38.467 27.719 32.629 28.616 27.532
930 39.000 28.046 33.032 28.960 27.854
940 39.535 28.375 33.436 29.306 28.178
950 40.070 28.703 33.841 29.652 28.501
960 40.607 29.033 34.247 29.999 28.826
970 41.145 29.362 34.653 30.345 29.151
980 41.685 29.693 35.061 30.692 29.476
990 42.226 30.024 35.472 31.041 29.803
1000 42.769 30.355 35.882 31.389 30.129
1020 43.859 31.020 36.709 32.088 30.784
1040 44.953 31.688 37.542 32.789 31.442
1060 46.051 32.357 38.380 33.490 32.101
1080 47.153 33.029 39.223 34.194 32.762
1100 48.258 33.702 40.071 34.899 33.426
1120 49.369 34.377 40.923 35.606 34.092
1140 50.484 35.054 41.780 36.314 34.760
1160 51.602 35.733 42.642 37.023 35.430
1180 52.724 36.406 43.509 37.734 36.104
1200 53.848 37.095 44.380 38.447 36.777
1220 54.977 37.780 45.256 39.162 37.452

Lampiran 97
T (oC) CO2 CO H 2O O2 N2
1240 56.108 38.466 46.137 39.877 38.129
1260 57.244 39.154 47.022 40.594 38.807
1280 58.381 39.884 47.912 41.312 39.488
1300 59.522 40.534 48.807 42.033 40.170
1320 60.666 41.266 49.707 42.753 40.853
1340 61.813 41.919 50.612 43.475 41.539
1360 62.963 42.613 51.521 44.198 42.227
1380 64.116 43.309 52.434 44.923 42.915
1400 65.271 44.007 53.351 45.648 43.605
1420 66.427 44.707 54.273 46.374 44.295
1440 67.586 45.408 55.198 47.102 44.988
1460 68.748 46.110 56.128 47.831 45.682
1480 69.911 46.813 57.062 48.561 46.377
1500 71.078 47.517 57.999 49.292 47.073
1520 72.246 48.222 58.942 50.024 47.771
1540 73.417 48.928 59.888 50.756 48.470
1560 74.590 49.635 60.838 51.490 49.168
1580 76.767 50.344 61.792 52.224 49.869
1600 76.944 51.053 62.748 52.961 50.571
1620 78.123 51.763 63.709 53.696 51.275
1640 79.303 52.472 64.675 54.434 51.980
1660 80.486 53.184 65.643 55.172 52.686
1680 81.670 53.895 66.614 55.912 53.393
1700 82.856 54.609 67.589 56.652 54.099
1720 84.043 55.323 68.567 57.394 54.807
1740 85.231 56.039 69.550 58.136 55.516
1760 86.420 56.756 70.535 58.800 56.227
1780 87.612 57.473 71.523 59.624 56.938
1800 88.806 58.191 72.513 60.371 57.651
1820 90.000 58.910 73.507 61.118 58.363
1840 91.196 59.629 74.506 61.866 59.075

98 Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan


T (oC) CO2 CO H 2O O2 N2
1860 92.394 60.351 75.506 62.616 59.790
1880 93.593 61.072 76.511 63.365 60.504
1900 94.793 61.794 77.517 64.116 61.220
1920 95.995 62.516 78.527 64.868 61.936
1940 97.197 63.238 79.540 65.620 62.654
1960 98.401 63.961 80.555 66.374 63.381
1980 99.606 64.684 81.573 67.127 64.090
2000 100.804 65.408 82.593 67.881 64.810
2050 103.835 67.224 85.156 69.772 66.612
2100 106.864 69.044 87.735 71.668 68.417
2150 109.898 70.864 90.330 73.573 70.226
2200 112.939 72.688 92.940 75.484 72.040
2250 115.984 74.516 95.562 77.397 73.856
2300 119.035 76.345 98.199 79.316 75.676
2350 122.091 78.178 100.846 81.243 77.496
2400 125.152 80.015 103.508 83.174 79.320
2450 128.219 81.852 106.183 85.112 81.149
2500 131.290 83.692 108.868 87.057 82.981
2550 134.368 85.537 111.565 89.004 84.814
2600 137.449 87.383 114.273 90.956 86.650
2650 140.533 89.230 116.991 92.916 88.488
2700 143.620 91.077 119.717 94.881 90.328
2750 146.713 92.930 122.453 96.852 92.171
2800 149.808 94.784 125.198 98.826 94.014
2850 152.908 96.639 127.952 100.808 95.859
2900 156.009 98.495 130.717 102.793 97.705
2950 159.117 100.352 133.486 104.785 99.556
3000 162.226 102.210 136.264 106.780 101.407
3050 165.341 104.073 139.051 108.778 103.260
3100 168.456 105.939 141.846 110.784 105.115
3150 171.576 107.802 144.648 112.795 106.972

Lampiran 99
T (oC) CO2 CO H 2O O2 N2
3200 174.695 109.667 147.457 114.809 108.830
3250 177.822 111.534 150.272 116.827 110.690

-oo0oo-

100 Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan


Tabel L.2. Variasi nilai c p (kJ/kmolK) untuk berbagai gas ideal
(Moran, 2006)

cp
T dalam K = α + βT + γT 2 + δT 3 + εT 4
R
Persamaan ini hanya berlaku dari 300 K sampai 1000 K.

T (oC) α β x 103 γ x 106 δ x 109 ε x 1012


CO 3,710 -1,619 3,692 -2,032 0,240
CO2 2,401 8,735 -6,607 2,002 0,000
H2 3,057 2,677 -5,810 5,521 -1,812
H 2O 4,070 -1,108 4,152 -2,964 0,807
O2 3,626 -1,878 7,055 -6,764 2,156
N2 3,675 -1,208 2,324 -0,632 -0,226
Udara 3,653 -1,337 3,294 -1,913 0,276
SO2 3,267 5,324 0,684 -5,281 2,559
CH4 3,826 -3,979 24,558 -22,733 6,963
C2H2 1,410 19,057 -24,501 16,391 -4,135
C2H4 1,426 11,383 7,989 -16,254 6,749
Monatomic gases 2,5 0 0 0 0

-oo0oo-
Daftar Indeks

A 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25,


37
Absorben 37
batch 17
AFR 50, 51, 52, 53, 54, 85
Bensin 48, 50, 66, 67
Alga 29
besi 23, 37, 38, 39, 40, 74
alkohol 25
Biodigester 13, 14, 17, 18, 21,
Amonia 6
22, 26
anaerob 1, 4, 13, 21, 22, 24, 25
biodigester 1, 3, 4, 6, 7, 8, 11,
api 49, 57, 58, 64, 68, 70, 73,
13, 14, 15, 16, 17, 18, 19,
74, 76
20, 21, 22, 23, 24, 26, 27,
Asam 6
30, 32, 57, 59
ayam 4, 6
Biogas 1, 2, 3, 4, 8, 9, 10, 14,
B 24, 33, 34, 35, 36, 38, 52,
babi 4, 6 53, 55, 56, 66, 67, 89, 90
Bagase 7, 29 biologi 21, 36, 37
Bahan baku 1, 4, 23 bmep 64, 65, 82, 84
Bak 17 Boiler 34
bakteri 1, 3, 4, 8, 11, 13, 18, busi 49, 64, 66, 70, 73, 74, 75,
76, 77
C G
CHP 34 Gas alam 48
CO 8, 45, 47, 48, 50 gas alam 9, 34
CO2 1, 2, 3, 8, 9, 13, 25, 26, gas kota 9
33, 34, 36 Genset 70

D H
de-pressurizing 36 H2O 9, 33, 34, 35, 39, 41, 42,
Derajat keasaman 22 45, 48, 50
digester 1, 4, 5, 8, 11, 13, 14, H2S 3, 4, 8, 9, 13, 25, 33, 34,
15, 16, 17, 20, 21, 22, 25, 35, 36, 37, 38, 41, 42, 89,
26, 29, 30, 32, 57 90
digestion 13, 14, 17, 19, 20 Hemiselulosa 6, 7
hidrolisis 24, 25
E Hydrogen 8, 91
EDTA 38, 39, 40, 41, 42, 89, 91
Efisiensi 60, 66, 83, 85, 86 I
ekstraktif 24 Indeks Wobbe 9
energi 1, 2, 3, 11, 14, 43, 44,
47, 48, 49, 55, 56, 59, 60, J
69, 82, 86, 87 jagung 4, 7, 29
Energi dalam 43 Jerami 4, 7, 29
entalpi 43, 44, 46, 47, 48, 53,
61
K
equivalence ratio 51 kambing 4, 6
Eter 6 Kanji 6
kapur 18, 23
F karbon 2, 3, 25, 34, 36, 73
fermentasi 1, 3, 4, 13, 19, 21, Karburator 72
22, 23, 24, 26 Katup 19, 70, 71, 77
Fixed dome 15 kimiawi 37
Floating dome 16 kobalt 23
fuel cell 63 kompor 1, 10, 33, 56, 57, 58,
59, 60, 61 nitrogen 3, 4, 13, 23, 52
Kotoran 4, 5, 24, 32 nutrisi 19, 23
kubah apung 16
kubah tetap 15, 16 O
Kuda 29 organik 1, 2, 3, 4, 7, 8, 13, 17,
20, 21, 22, 23, 24, 25, 26,
L 29, 32, 55
Lignin 6, 7 Oxygen 8
listrik 2, 10, 20, 33, 56, 63, 64,
74, 75, 76, 81, 86, 87 P
LPG 2, 9, 55, 57, 58, 59, 61 padatan 5, 6, 13, 14, 23, 38, 40
padatan total 5, 6
M Padatan Volatil 5
mangan 23 padi 4, 7, 29
manusia 3, 4, 6, 14, 39 panas 2, 10, 22, 43, 44, 46, 47,
Massa jenis 9 59, 60, 66, 67, 68, 69, 73,
mekanis 20 75
Metana 48 pembakaran 2, 9, 21, 33, 46,
metana 1, 8, 21, 23, 24, 25, 43, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53,
44, 50, 51, 56, 57, 61 54, 59, 64, 66, 67, 68, 69,
methanogenesis 25 74, 75, 86
Mikroba 4 pembangkit 2, 10, 33, 63, 74,
minyak tanah 2, 17, 55, 83 81
molibdenum 23 pemurnian 9, 33, 34, 36
Motor bakar 63 pencucian 3, 9, 33, 35, 36, 38,
motor bakar 10, 63, 64, 67, 70, 41, 42
71, 82, 84, 86, 87 pengaduk 20
motor bensin 49, 63, 66, 67, pengaman 19
68, 83, 85, 86 pengasaman 24, 25, 26
penyalaan 9, 49, 50, 68, 74, 76,
N 84
nikel 23 Perbandingan kompresi 67
Nilai kalor 9, 48, 56, 57 pH 22, 25, 26, 28
Nitrogen 8
Propana 48 stoikiometri 50, 51, 52, 53, 54
Protein 6
T
R tekanan 8, 15, 16, 19, 31, 43,
rasio kompresi 66, 67, 68, 71, 49, 57, 59, 64, 65, 68, 74,
75 75, 76, 82, 84
Reaktor 1, 56 Teknik Mesin 35, 81
retention time 17, 20, 21, 22, termodinamika 43, 54
26 Titik embun 9
rumah tangga 1, 10, 18, 33, 55, TMA 68, 74, 76, 77
56, 59 Torsi 10, 64, 82
Rumput 4, 7, 29 torsi 10, 64, 82, 84, 86
Transportasi 34
S treatment 2
sapi 1, 4, 5, 6, 20, 24, 26, 27,
29, 30, 32, 61 U
sayuran 4, 7 udara 1, 8, 9, 10, 13, 19, 21,
scrubber 36 25, 36, 37, 42, 49, 50, 51,
selenium 23 52, 53, 58, 59, 64, 66, 67,
Selulosa 6, 7, 8 68, 69, 70, 71, 72, 73, 75,
seng 23, 37 76, 82, 83, 86
silika gel 34, 35, 41 Unggas 29
silinder 64, 65, 70, 71, 73, 75, unjuk kerja 59, 60, 61, 64, 82,
76, 82, 83, 84 84, 86
simmering 59, 60 UNS 81, 90
slurry 18, 19, 37 urine 3, 6
SO2 9, 35
Solar 48 W
water boiling test 59

-oo0oo-
Tentang Penulis

D
r. techn. Suyitno, lahir di Sukoharjo, tanggal 2 September
1974. Pendidikan dasar sampai menengah diselesaikannya
di Sukoharjo. Suyitno menyelesaikan pendidikan program
sarjana Teknik Mesin dari Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun
1998 dengan topik tugas akhir polusi gas buang kendaraan bermotor.
Pada tahun 2001, ia menyelesaikan program Magister Teknik Mesin
di institut yang sama, yaitu ITB dengan predikat cumlaude dengan IPK
4,0 dengan topik thesis pengeringan batubara dengan fluidized bed.
Sejak tahun 2001, ia menjadi dosen tetap di Jurusan Teknik Mesin
Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) sampai sekarang. Pada
tahun 2004, ia menempuh pendidikan doktor di Institute of Thermal
Engineering, Graz University of Technology, Austria dan lulus pada
tahun 2007 dengan topik disertasi pirolisis dan gasifikasi biomasa.
Selama karirnya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), penulis
telah menduduki beberapa jabatan diantaranya kepala laboratorium
Perpindahan Panas dan Termodinamika Teknik Mesin UNS tahun
2002-2004, Ketua Humas dan Kerjasama Fakultas Teknik UNS tahun
2007-sekarang, Koordinator International Staff Development pada
Kantor Internasional UNS tahun 2009-sekarang, dan pendiri program
Magister Teknik Mesin UNS. Pada program studi Teknik Mesin UNS,
ia mengampu beberapa matakuliah diantaranya, termodinamika,
perpindahan panas, mesin konversi energi, generator uap, dan
pendingin-pemanas.
Penulis telah banyak mendapat dana penelitian mengenai
pengembangan energi alternatif diantara dari UNS, Balitbang Jateng,
dan DP2M DIKTI. Terdapat lebih dari 30 artikel yang ia tulis dan
dipublikasikan di beberapa jurnal ilmiah dan proseding seminar baik
dalam maupun luar negeri. Selain itu beberapa tulisan ringan mengenai
energi telah penulis publikasikan di http://kajian-energi.blogspot.com.
Selanjutnya, penulis dapat dihubungi melalui email: suyitno@gmail.
com.

M
uhammad Nizam, Ph.D, lahir di Solo, 20 Juli 1970.
Muhammad Nizam menyelesaikan pendidikan tinggi
program sarjana Teknik Elektro dari Universitas Gadjah
Mada (UGM) pada tahun 1994. Pada tahun 2002, ia menyelesaikan
program Magister Teknik Elektro di UGM. Program doktoral diselesaikan
oleh Muhammad Nizam pada tahun 2008 dari Universiti Kebangsaan
Malaysia (UKM) di bidang Teknik Elektro sehingga memperoleh gelar
Ph.D.
Sebelum bergabung dengan Universitas Sebelas Maret pada tahun
1999, Muhammad Nizam pernah bekerja sebagai Electrical Engineer,
ElectroFlow Tech. Sdn. Bhd., Kuala Lumpur, Malaysia pada tahun
1995-1997 dan sebagai Director CV Cipta Agung Jaya Abadi, Solo,
Indonesia (1998-1999). Selain itu, ia juga pernah menjabat sebagai
Ketua Unit Pelayanan Konsultasi dan Pengembangan Energi pada
UNS tahun 2003-2004. Pada tahun 2004-2005, ia menjabat sebagai
anggota tim pendamping Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Provinsi Jawa Tengah. Sejak tahun 2009-sekarang, Muhammad Nizam
aktif sebagai pendiri Program Magister Teknik Mesin UNS.

108 Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan


Selama karirnya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di UNS,
Muhammad Nizam selain mengampu beberapa matakuliah seperti
teknik listrik dan analisis biaya juga melakukan penelitian di bidang
Stabilitas Sistem Daya, Energi Terbarukan, Sistem Manajemen Energi,
dan Sistem Konversi Energi dan Energi Alternatif. Dari hasil penelitian
tersebut, Muhammad Nizam telah berhasil mempublikasikan lebih
dari 27 karya ilmiah di tingkat nasional maupun internasional.

D
harmanto, S.T., lahir di Surakarta, 29 Desember 1978. Ia
menyelesaikan pendidikan tinggi program sarjana Teknik
Mesin dari Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) pada
tahun 2008.
Awal karir Dharmanto adalah sebagai Workshop and
Engineering Drafter di PT. Mega Safe Tyres Industry Argo Manunggal
Groups Salatiga tahun 1999-2006. Pada tahun 2004 bekerja sebagai
Engineering Drafter pada CV. Reka Cipta Teknik Semarang dan tahun
2007 di CV. Tokyo Engineering Semarang. Pada tahun 2008 ia bekerja
di PT. Tirta Abadi Kencana Solo sebagai Engineering Drafter dan
Estimator sebelum akhirnya bergabung dengan Jurusan Teknik Mesin
sebagai peneliti di PAKSI EGRU UNS.
Selain bekerja, Dharmanto juga menggeluti beberapa topik
penelitian diantaranya adalah perancangan stasiun Pick and Place,
PLC untuk pengendalian proses, pengembangan bioetanol untuk
mesin pengering, pengembangan kompor bioetanol, pengembangan
alat penghangat ayam dari biogas, dan pengembangan pembangkit
listrik tenaga producer gas bersama Dr. Suyitno.

-oo0oo-

Tentang Penulis 109

Anda mungkin juga menyukai