Ilmu Biogas PDF
Ilmu Biogas PDF
Suyitno
Agus Sujono
Dharmanto
TEKNOLOGI BIOGAS
Pembuatan, Operasional, dan Pemanfaatan
Oleh : Suyitno
Agus Sujono
Dharmanto
Edisi Pertama
Cetakan Pertama, 2010
ISBN: 978-979-756-
1. Teknik I. Judul
Kata Pengantar
B
iogas merupakan bahan bakar gas yang sangat menarik untuk
dikembangkan karena dapat diperbaharui dan dapat dibuat
sendiri dengan teknologi yang tidak terlalu rumit. Selain
diperoleh bahan bakar biogas, hasil samping biodigester juga dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk. Dari aspek ekonomi, besar kecilnya
biaya teknologi biogas sangat tergantung pada bahan baku dan bahan
pembuatan biodigester. Secara umum teknologi biogas akan sangat
ekonomis jika bahan baku berupa bahan organik dapat diperoleh
secara murah dan biodigester dibuat dengan memanfaatkan material
lokal. Oleh karena itu, beberapa pengetahuan dasar dan praktis
yang disajikan dalam buku ini perlu dipelajari sebelum membuat,
mengoperasikan, dan memanfaatkan biogas supaya diperoleh hasil
yang baik.
Buku Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional, dan Peman-
faatan ini disusun atas dasar pengalaman penelitian laboratorium dan
lapangan, sehingga terdapat keseimbangan antara aspek teknis dan
teoritis. Buku ini secara khusus ditujukan pada para pegiat teknologi
biogas, dosen, mahasiswa S1, mahasiswa pasca sarjana, peneliti bi-
dang energi, peneliti bidang pertanian dan peternakan, dan masyara-
kat pengguna biogas.
Buku ini dikemas secara padat dan difokuskan pada teknologi
energi biogas. Buku ini disusun menjadi enam bab, yaitu sumber
energi biogas, biodigester, teknik pencucian biogas, dasar-dasar
pembakaran, biogas untuk rumah tangga, dan pembangkit listrik
tenaga biogas. Beberapa contoh dan soal diberikan pula dalam buku
ini supaya memudahkan pembaca untuk memahaminya.
Penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada seluruh
civitas akademika Universitas Sebelas Maret-UNS Surakarta. Terima
kasih penulis tujukan kepada Balitbang Jateng, DP2M DIKTI, dan
Pesantren Wirausaha Abdul Rahman bin Auf Klaten atas kesempatan
dan dukungan pendanaan selama penelitian teknologi biogas ini.
Selanjutnya kritik dan saran sangat penulis harapkan demi
sempurnanya buku ini. Silakan kontak email penulis di suyitno@
gmail.com. Semoga apa yang tersaji dalam buku ini dapat memberikan
manfaat yang nyata bagi perkembangan teknologi energi di Indonesia.
Amiin.
Surakarta, Oktober 2009
Penulis
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vii
Bab 1 Sumber Energi Biogas 1
1.1 Pendahuluan 1
1.2 Bahan Penghasil Biogas 3
1.3 Bahan Baku Pembuatan Biogas 4
1.4 Komposisi Biogas 8
1.5 Teknik Pemanfaatan Biogas 10
2.1 Pendahuluan 13
bab 2 Biodigester 13
2.2 Jenis-Jenis Biodigester 14
2.3 Komponen Utama Biodigester 18
2.4 Kondisi Biodigester yang Baik 21
2.5 Proses Biologis Terbentuknya Biogas 24
2.6 Perancangan Biodigester 26
bab 3 Teknik Pencucian Biogas 33
3.1 Pencucian Biogas dari Unsur H2O 34
3.2 Pencucian Biogas dari Unsur H2S 35
3.3 Pencucian Biogas terhadap H2S dengan Iron chelated
solution (Kwartiningsih, 2006) 38
bab 4 Dasar-dasar Pembakaran 43
4.1 Entalpi Pembentukan, Entalpi Pembakaran, Panas Reaksi 43
4.2 Nilai Kalor (Heating Value, HV) 48
4.3 Pembakaran Stoikiometri 49
4.4 Perbandingan Udara Bahan Bakar 50
4.5 Analisis Teoritis Pembakaran Biogas 52
bab 5 Biogas untuk Rumah Tangga 55
5.1 Aplikasi Biogas di Sektor Rumah Tangga 55
5.2 Merancang Reaktor Biogas untuk
Kompor Rumah Tangga 56
5.3 Analisis Unjuk Kerja Kompor 59
bab 6 Pembangkit Listrik Tenaga Biogas 63
6.1 Dasar-Dasar Motor Bakar 63
6.2 Unjuk Kerja Motor Bakar 64
6.3 Modifikasi Motor Bakar Berbahan Bakar Bensin
Menjadi Berbahan Bakar Biogas 66
6.4 Modifikasi pada Genset 70
6.5 Prinsip Kerja Generator 77
6.6 Analisa Unjuk Kerja Genset Berbahan Bakar Biogas 78
Daftar Pustaka 89
DAFTAR INDEKS 103
TENTANG PENULIS 107
-oo0oo-
Bab 1
Sumber Energi Biogas
1.1 Pendahuluan
B
iogas adalah gas yang dihasilkan oleh bakteri apabila
bahan organik mengalami proses fermentasi dalam reaktor
(biodigester) dalam kondisi anaerob (tanpa udara). Reaktor
yang dipergunakan untuk menghasilkan biogas umumnya disebut
digester atau biodigester, karena di tempat inilah bakteri tumbuh
dengan mencerna bahan-bahan organik. Untuk menghasilkan biogas
dalam jumlah dan kualitas tertentu, maka digester perlu diatur suhu,
kelembaban, dan tingkat keasaman supaya bakteri dapat berkembang
dengan baik. Biogas sendiri merupakan gabungan dari gas metana
(CH4), gas CO2 dan gas lainnya.
Di Indonesia, pemanfaatan biogas masih terbatas pada bahan
bakar kompor untuk memasak. Pemanfaatan biogas untuk kebutuhan
rumah tangga ini, beberapa penduduk di Indonesia sudah mampu
membuat reaktor biogas sendiri dengan skala kecil. Reaktor biogas
(biodigester) untuk skala kecil umumnya dibuat dari plastik maupun
dari drum. Bahan baku biogas diperoleh dari kotoran sapi dengan
jumlah sapi bervariasi dari 3-5 ekor untuk skala kecil.
Ketertarikan akan sumber energi biogas akhir-akhir ini meningkat.
Hal ini didasarkan pada fakta bahwa cadangan sumber energi fosil
semakin berkurang. Salah satu buktinya adalah adanya kebijakan
pemerintah dalam konversi minyak tanah ke gas (LPG). Dengan
fakta ini sebenarnya beberapa anggota masyarakat yang mempunyai
potensi mengolah bahan organik menjadi biogas dapat berperan
serta lebih aktif. Manfaatnya adalah masyarakat dapat memperoleh
energi yang relatif lebih murah dan lingkungannya juga lebih bersih.
Memang, karena biogas dihasilkan dari kotoran sehingga beberapa
masyarakat masih canggung untuk menggunakan biogas khusunya
untuk memasak.
Biogas sangat potensial sebagai sumber energi terbarukan karena
kandungan methane (CH4) yang tinggi dan nilai kalornya yang cukup
tinggi. CH4 sendiri mempunyai nilai kalor 50 MJ/kg. Methane (CH4)
yang memiliki satu karbon dalam setiap rantainya, dapat menghasilkan
pembakaran yang lebih ramah lingkungan dibandingkan bahan bakar
berantai karbon panjang. Hal ini disebabkan karena jumlah CO2 yang
dihasilkan selama pembakaran bahan bakar berantai karbon pendek
adalah lebih sedikit.
-oo0oo-
2.1 Pendahuluan
B
iodigester merupakan komponen utama dalam produksi bio-
gas. Biodigester merupakan tempat dimana material organik
diurai oleh bakteri secara anaerob (tanpa udara) menjadi gas
CH4 dan CO2. Biodigester harus dirancang sedemikian rupa sehingga
proses fermentasi anaerob dapat berjalan baik. Pada umumnya, bio-
gas dapat terbentuk pada 4–5 hari setelah digester diisi. Produksi bio-
gas yang banyak umumnya terjadi pada 20–25 hari dan kemudian
produksinya turun jika biodigester tidak diisi kembali.
Selama proses penguraian secara anaerob, komponen nitrogen
berubah menjadi amonia, komponen belerang berubah menjadi H2S,
dan komponen fosfor berubah menjadi orthophosphates. Beberapa
komponen lain seperti kalsium, magnesium, atau sodium berubah
menjadi jenis garam (Dennis A., 2001). Lebih lengkapnya, daftar
berikut adalah beberapa tujuan pembuatan biodigester.
1. Mengurangi jumlah padatan. Karena padatan terurai menjadi gas
dan tidak semua padatan dapat terurai, maka tujuan dari proses
digestion adalah mengurangi jumlah padatan.
2. Membangkitkan energi. Sebagaimana diketahui, target utama dari
proses digestion adalah menghasilkan gas CH4 yang mengandung
energi 50 MJ/kg. Semakin besar kandungan CH4 dalam biogas,
semakin besar kandungan energi dalam biogas.
3. Mengurangi bau dari kotoran. Biogas dapat ditujukan untuk
mengurangi bau dan bukan menghilangkan bau dari kotoran.
Setidaknya dengan pembuatan digester bau yang dihasilkan
selama proses digestion dapat diarahkan supaya tidak mengganggu
kenyamanan hidup manusia.
4. Menghasilkan air buangan yang bersih. Sebagian air setelah proses
digestion harus dikeluarkan. Bersihnya air buangan ini menjadi
sangat penting jika akan digunakan untuk irigasi. Sebagian air
buangan juga dapat dikembalikan lagi ke dalam digester.
5. Menghasilkan padatan yang mengandung bahan gizi untuk pupuk.
Padatan yang tidak terurai menjadi gas dapat dimanfaatkan sebagai
pupuk asalkan masih mengandung bahan gizi yang baik. Padatan
yang dihasilkan juga harus dijaga dari zat-zat berbahaya.
Gambar 2.1. Digester jenis kubah tetap (fixed dome) (Sasse, 1988).
Gambar 2.1 Digester jenis kubah tetap (fixed dome) (Sasse, 1988).
Tabel 2.1 Kelebihan dan kekurangan digester
Biodigester 15
jenis kubah tetap.
Kelebihan Kekurangan
1. Sederhana dan dapat dikerjakan 1. Bagian dalam reaktor tidak
dengan mudah. terlihat (khususnya yang dibuat
2. Biaya konstruksinya rendah. di dalam tanah) sehingga jika
terjadi kebocoran tidak segera
3. Tidak terdapat bagian yang
terdeteksi.
bergerak.
2. Tekanan gas berfluktuasi dan
4. Dapat dipilih dari material yang
bahkan fluktuasinya sangat
tahan karat.
tinggi.
5. Umurnya panjang.
3. Temperatur digester rendah.
6. Dapat dibuat di dalam tanah
sehingga menghemat tempat.
Padatan
keluar
Buih
Pengarah
center
Gambar 2.2. Digester jenis kubah apung (floating dome) (Sasse, 1988).
(Sasse, 1988).
Dari segi aliran bahan baku untuk reaktor biogas, biodigester
Tahap Hidrolisis Tahap Pengasaman Tahap Pembentukan
dibedakan menjadi: Metana
Bakteri Fermentasi Bakteri Asetogenik Bakteri Metanogenesis
1. Bak (batch). Pada biodigester jenis bak, bahan baku ditempatkan di
dalam suatu wadah (bak)Hdari
Asam Asetat, 2, sejak awal hingga selesainya proses
dan CO2
digestion. Biodigester jenis ini umumnya digunakan pada tahap
Bahan
organik, Biogas:
eksperimen
karbohidrat, untuk mengetahui potensi gas dari Glimbah as Metana organik
atau digunanakan
lemak, dan Asampada kapasitas biogas yang kecil.Gas CO2
Propionik
protein Asam Butirik Asam Asetat jenis mengalir, aliran
2. Mengalir (continuous).
Alkohol
Untuk biodigester
bahan baku dimasukkan
Senyawa laindan residu dikeluarkan pada selang waktu
tertentu. Lamanya bahan baku berada dalam reaktor digester
disebut waktu Gambar
retensi (retention time/RT).
2.3. Diagram proses biologis terbentuknya biogas
Dilihat dari segi tata letak penempatan, biodigester dibedakan
menjadi:
1. Seluruh biodigester di atas permukaan tanah. Biasanya biodigester
jenis ini dibuat dari tong-tong bekas minyak tanah atau aspal.
Kelemahan tipe ini adalah volume yang kecil, sehingga biogas
Biodigester 17
yang dihasilkan hanya mampu digunakan untuk kebutuhan sebuah
rumah tangga (keluarga). Kelemahan lain adalah kemampuan
material yang rendah untuk menahan korosi sehingga tidak tahan
lama. Untuk pembuatan skala besar, biodigester jenis ini jelas
memerlukan luas lahan yang besar juga.
2. Sebagian tangki biodigester diletakkan di bawah permukaan
tanah. Biasanya biodigester ini terbuat dari campuran semen,
pasir, kerikil, dan kapur yang dibentuk seperti sumur dan ditutup
dari plat baja atau konstruksi semen. Volume tangki dapat dibuat
untuk skala besar ataupun skala kecil sehingga dapat disesuaikan
dengan kebutuhan. Kelemahan pada sistem ini adalah jika
ditempatkan pada daerah yang memiliki suhu rendah (dingin),
suhu dingin yang diterima oleh plat baja merambat ke dalam
bahan baku biogas, sehingga menghambat proses bekerjanya
bakteri. Ingat kembali bahwa bakteri akan bekerja secara optimum
pada temperatur tertentu saja.
3. Seluruh tangki biodigester di letakkan di bawah permukaan tanah.
Model ini merupakan model yang paling popular di Indonesia,
dimana seluruh instalasi biodigester dibuat di dalam tanah dengan
konstruksi yang permanen. Selain dapat menghemat tempat atau
lahan, pembuatan biodigester di dalam tanah juga berguna untuk
mempertahankan temperatur biodigester stabil dan mendukung
pertumbuhan bakteri methanogen. Kekurangannya adalah jika
terjadi kebocoran gas dapat menyulitkan untuk memperbaikinya.
Biodigester 19
reaktor biogas yang besar dan sistem kontinu, karena umumnya
digester dibuat dari material yang tidak tahan pada tekanan yang
tinggi supaya biaya pembuatan biodigester tidak mahal.
2. Sistem pengaduk. Pada digester yang besar, sistem pengaduk
menjadi sangat penting. Untuk digester kecil misalnya digester
untuk 3-5 sapi, sistem pengaduk dapat ditiadakan. Tujuan
dari pengadukan adalah untuk mengurangi pengendapan dan
menyediakan populasi bakteri yang seragam sehingga tidak
terdapat lokasi yang ‘mati’ dimana tidak terjadi proses digestion
karena tidak terdapat bakteri. Selain itu dengan pengadukan dapat
mempermudah pelepasan gas yang dihasilkan oleh bakteri menuju
ke bagian penampung biogas. Pengadukan dapat dilakukan
dengan:
• pengadukan mekanis yaitu dengan menggunakan poros yang
dibawahnya terdapat semacam baling-baling dan digerakkan
dengan motor listrik secara berkala.
• Mensirkulasi bahan dalam digester dengan menggunakan
pompa dan dialirkan kembali melalui bagian atas
biodigester.
Pada saat melakukan proses pengadukan hendaknya dilakukan
dengan pelan. Sebagaimana diketahui bahwa tumbuhnya bakteri
membutuhkan media yang cocok. Media yang cocok sendiri
terbentuk dari bahan organik secara alami dan membutuhkan waktu
tertentu (ingat kembali retention time) sehingga pengadukan yang
terlalu cepat dapat membuat proses digestion justru terhambat.
Tidak ada panduan yang pasti seberapa lambat pengadukan
dilakukan dan bagaimana frekuensinya karena proses pengadukan
sangat tergantung dari bahan baku yang digunakan. Untuk bahan
baku yang larut dengan air dan tidak membentuk stratifikasi justru
tidak diperlukan adanya pengadukan.
3. Saluran biogas. Tujuan dari saluran gas adalah untuk mengalirkan
Biodigester 21
35–37oC. Bakteri ini dapat berkembang pada negara-negara
tropis seperti di Indonesia. Untuk itu kondisi biodigester
yang dibangun di Indonesia tidak perlu dipanasi. Biodigester
yang dibangun di dalam tanah juga mempunyai keuntungan
tersendiri, yaitu temperatur dalam biodiegester cenderung
konstan sehingga baik untuk pertumbuhan bakteri. Temperatur
dimana bakteri ini bekerja secara optimum adalah pada
35-45oC. Waktu penyimpanan (retention time, RT) dalam
biodigester adalah lebih dari 30-60 hari.
c. Bakteri fermentasi thermophilic yang hidup pada temperatur
optimum 53–55oC. Bakteri yang berkembang pada temperatur
tinggi umumnya digunakan hanya untuk mengurai material,
bukan untuk menghasilkan biogas. Waktu penyimpanan (RT)
dalam digester adalah lebih dari 10-16 hari.
Temperatur minimum supaya bakteri berkembang selama proses
fermentasi anaerob khususnya pada biodigester yang tidak dipanasi
adalah 15oC (Uli Werner, 1989). Biodigester yang beroperasi pada
temperatur di bawah 15oC hanya diperoleh biogas yang jumlahnya
terbatas sehingga sangat tidak ekonomis. Oleh karena itu, pada daerah
yang dingin, pada saat membuat biodigester perlu diperhitungkan
adanya pemakaian bahan penyekat panas.
1. Derajat keasaman (pH) dalam biodigester. Bakteri alami pengurai
bahan organik dapat berkembang dengan baik pada keadaan
yang agak asam, yaitu pH antara 6,6 – 7,0. Beberapa peneliti
lain menyarankan bahwa untuk produksi biogas yang optimum
diperlukan kondisi yang agak basa dengan pH antara 7-8,5.
Namun demikian perbedaan tersebut tidak terlalu menjadi masalah
karena selama proses fermentasi anaerob, pH dalam biodigester
akan berada angka pH sekitar 7. Selain itu, derajat keasaman
(pH) dalam biodigester sangat dipengaruhi oleh bahan baku
yang berupa bahan organik. Karena pada tahap awal fermentasi
dapat terbentuk asam, maka pH akan turun. Beberapa peneliti
Biodigester 23
titik optimum apabila konsentrasi bahan kering terhadap air adalah
0,26 kg/L. Pada umumnya proses pencampuran antara bahan
organik dan air berkisar antara 1:1 sampai 1:2.
4. Pengadukan (lihat di sub bab 2.3)
5. Pengaruh starter. Starter yang mengandung bakteri methanogen
diperlukan untuk mempercepat proses fermentasi anaerob.
Beberapa jenis starter antara lain:
• Starter alami, yaitu lumpur aktif seperti lumpur kolam ikan, air
comberan atau cairan septic tank, sludge, timbunan kotoran,
dan timbunan sampah organik. Kotoran sapi juga merupakan
starter alami yang baik karena secara alami karena kaya akan
bakteri metana.
• Starter semi buatan, yaitu dari fasilitas biodigester dalam
stadium aktif.
• Starter buatan, yaitu bakteri yang dibiakkan secara laboratorium
dengan media buatan.
Pengarah
center
oksigen dan karbon yang diperoleh dari oksigen yang terlarut dalam
larutan. Untuk terjadinya metabolisme yang merata diperlukan
pencampuran yang baik dengan konsentrasi air > 60%. Selain itu,
bakteri tersebut juga mengubah senyawa yang bermolekul rendah
Gambar
menjadi alkohol, asam Digester asam
2.2.organik, jenis kubah
amino,apung
CO2, H S dan dome)
(floating
2
sedikit(Sasse,
gas 1988).
CH4.
Biodigester 25
perubahan temperatur sekitar 2-3oC. Kisaran pH adalah 6,5-7,5. Pada
akhir metabolisme dihasilkan CH4 dan CO2 dari gas H2, CO2 dan asam
asetat yang dihasilkan pada tahap pengasaman. Perlu diketahui bahwa
pada kotoran sapi terdapat banyak bakteri metana sehingga sangat
baik untuk starter.
G y xS d
G= [- x m3/hari x 1 hari/24 jam = m3/jam] (2.6)
2
4
Dimana Gy dapat diperkirakan dari Tabel 2.3. Perkiraan produksi
biogas dari beberapa jenis kotoran yang lain dapat dilihat pada Tabel
2.4.
Untuk keselamatan, ukuran dari penampung gas (Vg) dibuat
10-20% lebih besar dari hasil perhitungan di atas. Secara umum,
perancangan volume biodigester dengan volume penampung biogas
dapat dibuat dengan perbandingan 3:1 sampai 10:1 dengan 5:1 sampai
6:1 adalah yang paling umum digunakan (Uli Werner, 1989).
Biodigester 27
Tabel 2.3 Perkiraan produksi biogas dari berbagai kotoran hewan pada temperatur
28
o
digester
Tabel 2.3. Perkiraan produksi 22-27
biogas (Uli Werner,
dariCberbagai 1989)
kotoran hewan pada temperatur
digester 22-27oC (Uli Werner, 1989)
Jenis kotoran Sapi (bobot 200-300 kg) Kerbau (bobot 300-450 kg) Babi (bobot 50-60 kg)
Biodigester
Sapi/kerbau 0,023-0,04
Babi 0,04-0,059
Unggas 0,065-0,116
Manusia 0,02-0,028
Kuda 0,02-0,035
Domba/Kambing 0,01-0,031
Jerami padi 0,017-0,028
Jerami jagung 0,035-0,048
Rumput 0,028-0,055
Rumput gajah 0,033-0,056
Bagase 0,014-0,019
Sayuran 0,03-0,04
Alga 0,038-0,055
Jawaban:
Diasumsikan bahwa lantai untuk ternak sapi tersebut berbeton
dan sebagian pakan akan bercampur dengan kotoran berikut urinenya.
Berikut langkah-langkah perhitungan:
1. Setiap ekor sapi diperkirakan menghasilkan 22-32 kg kotoran per
hari (lihat Tabel 1.2). Misalkan untuk perhitungan logis diambil
setiap ekor sapi menghasilkan 25 kg kotoran per hari.
Biodigester 29
d waktu konsumsi maks
d
S d Padatan Air [m3/hari] (2.2)
Vg 2 G x t z,max (2.5)
RT = 60
S d Padatan
2. Untuk [m3diperkirakan
Airhari /hari] produksi biogas adalah 0,45-(2.2)
0,63 mV jika V
/hari (lihat
3 g1 g1 ! V
Tabel 2.3).
g2
Vg G ®y xS d [m3] (2.3)
G
3. MisalkanV jika
[- x m V
3
¯24g 2untuk perhitungan/hari
g2 ! V
x 1 hari/24 jam = m3/jam]
g1 logis diperkirakan untuk RT = 60,(2.6)
besarnyaVg1produksi jikagasVbiogas adalah 0,5x m3/hari. Sehingga besarnya
Vg1 konsumsi 1 ! Vg 2
gmaks per jam
Vg dapat
G ® dihitung:
3
[m ] (2.4)
(2.3)
y
¯ V
waktu
g 2 jika V
konsumsi g 2 ! V
maks
g1
Vg 2 konsumsi
V Gxm (2.5)
t z,3maxbiogas
gas maks per jam x
g1
0,5 (2.4)
Gy waktu hari
konsumsi maks 3
0,02 m biogas/kg kotoran
Vg 2 G x kg
t kotoran(2.5)
25 z,max
G y xS d hari 3
G [- x m /hari x 1 hari/24 jam = m3/jam] (2.6)
4. Untuk 24 total 6 ekor sapi diperoleh kotoran = 150 kg kotoran
Vd hari.
per S xRT Jumlah kotoran ini yang akan dimasukkan ke dalam
G yd xS d
G
digester. kg[- x m3/hari x 1 hari/24 jam = m3/jam] (2.6)
V 24
300 x 60 hari
5. Selain
d kotoran, ke dalam digester ditambahkan air sebanyak 150
mhari
3
biogas
LVatau0setara
,5
18000 dengan
kg 150 kg.
G
d hari 0,02 m3 biogas/kg kotoran
6. Jumlah
y totalkg3kotoran
kotoran + air adalah Sd = 300 kg/hari.
25 m
7. Sehingga volume biogas digester yang dibutuhkan untuk RT = 60
018000
,5 hari
kg
Vd
adalah:
G hari3 = 16,4 3
0,02m m3 biogas/kg kotoran
y 1100kgkg/m kotoran
Vd S25 d xRT hari
mkg biogas
3
kg 1 hari
GVd 0,300
02 hari x60 hari x150 x
Vd S d xRT kg kotoran hari 24 jam
Vd 18000 3kg
mkg
GVd 0,300
125 x60 hari
hari
8. Perkirakan jam massa jenis campuran kotoran sapi dan air sebesar
18000 kg
VVdd kg/m
1100
18000 3 kg
, sehingga = 16,4 m3
diperoleh:
1100 kg/m3
18000 kg
Vd 3 3
= 16,4 m3
1100mkg/m biogas kg 1 hari
G 0,02 x150 x
kg kotoran hari 24 jam
∴ Ukuran dari
33
biodigester adalah 16,4 m3
m
m biogas kg 1 hari
G
G 0
0,,125
02 x150 x
jam
kg kotoran hari 24 jam
m3
G 0,125
jam
30 Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan
Vd S d xRT
kg
Vd 300 x60 hari
hari
Vd dari
9. Ukuran 18000 kg
penampung gas dapat diprediksikan dari:
• Jumlah kotoran total = 150 kg/hari
• Gy = 0,02 m3 kg
18000 biogas / kg kotoran
V
• Besarnya
d produksi = 16,4 m3
3 biogas (G) dihitung dari:
1100 kg/m
G = Gy x jumlah kotoran total
m3 biogas kg 1 hari
G 0,02 x150 x
kg kotoran hari 24 jam
m3
G 0,125
jam
Vg GxTz,max
m3
Vg 0,125 x19 jam
jam
Vg 2,4 m3
-oo0oo-
B
iogas mengandung unsur-unsur yang tidak bermanfaat untuk
pembakaran khususnya H2O dan H2S. Pada saat biogas hendak
dimanfaatkan untuk bahan bakar kompor rumah tangga,
maka kedua unsur tersebut secara praktis tidak perlu dibersihkan. Hal
ini disebabkan karena kompor hanya kontak dengan biogas pada saat
dipakai saja. Alasan lain adalah proses pencucian merupakan kegiatan
yang membutuhkan biaya.
Tetapi jika biogas hendak digunakan untuk bahan bakar
pembangkit listrik, maka proses pencucian menjadi sangat penting.
Pencucian terhadap H2O dan H2S dapat memperpanjang umur dari
mesin. Bahkan pemurnian terhadap CO2 juga perlu dipertimbangkan
karena dapat meningkatkan nilai kalor biogas. Tabel 3.1 menunjukkan
kebutuhan pemurnian dari H2S, H2O dan CO2 pada berbagai
aplikasi.
Tabel 3.1 Kebutuhan pemurnian biogas (Wellinger, 2001)
Aplikasi H 2O H 2S CO2
Boiler Tidak perlu < 1000 ppm Tidak perlu
Kompor Tidak perlu Tidak perlu Perlu
Mesin stationer (CHP, Hindari < 1000 ppm Tidak perlu
combined heat and kondensasi
power)
Transportasi Perlu Perlu Direkomendasikan
Grid gas alam Perlu Perlu Perlu
(ma2 − ma1 )/ ∆t
Efektifitas penyerapan H2O = (3.1)
Qbiogas
Dimana:
Ma1 adalah massa absorben awal [g]
Ma2 adalah massa absorben akhir [g]
∆t adalah selang waktu pengambilan data [detik]
Qbiogas adalah debit (laju aliran volume biogas) [m3/detik]
Biogas yang
sudah dicuci
Pencucian Ai r masuk
Reakt or
Kompresor
Bi ogas
masuk Ai r ke
r egenerasi
Gambar
Gambar 3.2Teknik
3.2. Teknik pencucian
pencucian biogas
biogasdengan
denganscrubber air.air.
scrubber
Pemurnian H2S dengan scrubber air dapat juga digunakan
untuk mengurangi konsentrasi CO2 dalam biogas (lihat Gambar 3.2).
Metode pemurnian H2S dengan scrubber air dapat terjadi karena H2S
mempunyai kelarutan yang tinggi dalam air dibandingkan kelarutan
CO2. Air yang mengandung H2S dan CO2 kemudian dapat diregenarasi
dan dialirkan kembali ke dalam kolom scrubber. Regenerasi dapat
dilakukan dengan de-pressurizing atau dengan melepaskan udara
dalam kolom yang sama. Namun demikian, pelepasan udara tidak
direkomendasikan ketika kandungan H2S cukup tinggi karena air akan
dengan cepat terkontaminasi H2S (Wellinger, 2001). Pelepasan udara
yang berlebihan juga berbahaya. Biogas yang bercampur dengan udara
Gambar 3.3.Diagram
Gambar 3.3 Diagramaliralir proses
proses pencucian
pencucian biogas biogas
dari H Sdari
dan H O2 2
(diadaptasi dari Kwartiningsih, 2006)
30 14
Teknik Pencucian Biogas 41
AFR_stoikiometri 12
25
Volume
biogas)
biogas)
S
ecara sederhana dapat dinyatakan bahwa entalpi (h) adalah
ukuran panas suatu zat. Dalam kaidah termodinamika, entalpi
merupakan penjumlahan dari energi dalam (u) dan pV.
h = u + pV (4.1)
2H2 o @CH
C>Fe(EDTA) H 2S o 2>Fe(EDTA) @2 S 2H
4 (4.2)
2 (4.2) (3.2)
Pada saat terjadi reaksi, maka energi sebelum dan sesudah
x x x x
reaksi hQ = u m
harus
cv
+ pV mH hdenganmCH
sama
C hC sesuai 2 H2
prinsip kekekalan energi. Dengan
4 h CH4
(4.1)
(4.3)
mengasumsikan
x x
bahwa
x
tidak x terdapat kerja yang masuk maupun
C 2H
keluar Qsistem, o
cv n2C h
CH
C n4Hkinetik
energi
, 2hH2 nCH4 energi
dan hCH4 potensial diabaikan, dapat (4.2)
(4.4)
,
diperoleh hubungan bahwa:
0 0
x x x x x
Q mH h
QCH
h cv m C hcv C 22 H22 mCH44 hCH44
(4.3)
(4.3) (4.5)
4 x
x x n CH x x
4
Q cv nC h, C nH22 hH22 nCH44 hCH44 (4.4)
, (4.4)
0 0
o
> o
@
hT,p) hf hT,p) hTref ,p ref hf ǻh
Q
x (4.6)
h CH44 x cv (4.5) (4.5)
n CHo 44
hT,p) h f c p T Tref (4.7)
• •
hxT,p) m
Dimana
laju aliran molar,
>
hnT,p)
hf , h,
o
dan
, dan hhadalah
entalpi per
@
Tref ,p reflaju
mol.
aliran
o massa,
hf ǻ
Jika
h entalpi spesifik, (4.6)
besarnya perpindahan
Q cv •
h P hR Q (4.8)
panas dari
x sistem ke lingkungan ( cv ) dapat diukur dengan teliti,
hn
o
T,p) f c p pembentukan
hentalpi T Tref
F
maka besarnya dari metana dapat dihitung dan (4.7)
ditemukan besarnya adalah -74.850 kJ/kmol metana yang terbentuk.
x
Beberapa
Qx entalpihP - hR
pembentukan dari beberapa senyawa lain dapat dilihat (4.9)
Q cv
pada Tabel cv 4.1. Perlu ditambahkan disini bahwa notasi superscript
hP hR (4.8)
o x
P
§¨ hof 'di
yang hditemukan h f
·¸beberapa tabel menunjukkan sifat pada 1 atm. (4.10)
nF © ¹ CO2
Tanda negatif dari entalpi pembentukan metana menunjukkan bahwa
terjadinya § o
hxP ¨ h f h T 900 h T antara
metana
©
dari reaksi 298 ¸
· C dan hidrogen mempunyai sifat
¹ CO
eksoterm
Q cvyaitu hPmenghasilkan
- hR panas dari2 reaktor ke lingkungan. (4.9)
Entalpi spesifik dari suatu senyawa pada suatu tingkat keadaan
hP §¨ h f 'h f ·¸
o
(4.10)
© tingkat¹ CO
yang lain dari keadaan
22 standardnya dapat dihitung dengan
menambahkan o perubahan entalpi spesifik ( ∆ h ) antara keadaan standar
hP §¨ h f h T 900 h T 298 ·¸
dan keadaan© yang sebenarnya. ¹ CO
22
o
>>
hT,p) hof hT,p) hTref ,p ref
hT,p) hf hT,p) hTref ,p ref
@@ o
hof ǻh
hf ǻh
(4.6)
(4.6) (4.6)
o
hT,p) hof c p T Tref (4.7) (4.7)
hT,p) h f c p T Tref (4.7)
x
Tabel 4.1 Entalpi pembentukan beberapa senyawa
x
Q
Q cv hP hR o o (4.8)
No x cv
Senyawa hP hR h f (kkal/kmol) (4.8)
x
nF h f (kJ/kmol)
nF
1. CO2(g) -94.030 -393.520
x
2. CO
x (g) -26.400 -110.530
Q cv hP - hR (4.9)
Q cv hP - hR (4.9)
3. H2O(l) -68.300 -285.840
hP §¨§ hof 'h f ·¸·
o
(4.10)
4. hP2O(g)©¨ h f
H 'h f ¹¸ CO
-57.780 -241.830 (4.10)
© ¹ CO22
5. C2H6(l)§ oo
hP ¨§ h f
hP ©¨ h f
hT
hT
-23.400
900
900
hT
hT
298
298
·¸¹·¸ -97.930
6. SO2(g) © -70.200 ¹ CO
CO2
2 -293.790
7. CH3OH(l) -60.00 -251.100
8. NH3(g) -11.000 -46.040
9. C2H5OH(l) -66.200 -277.050
10. HCl(g) -22.060 -92.320
11. CHCL3(l) -31.500 -131.830
12. C (grafit) 0 0
13. O2 0 0
14. H2 0 0
15. N2 0 0
16. O 249.170
17. H 217.990
18. N 472.650
Dasar-dasar Pembakaran 45
g
jam
Vg 2,4 m3
o o
No Senyawa h f (kkal/kmol) h f (kJ/kmol)
ma2 ma1 / 't
19. Efektifitas
NO penyerapan H2O = 90.590 (3.1)
Q biogas
20. NO2 33.720
21. CH4(g) -74.850
2>Fe(EDTA) @ H2S o 2>Fe(EDTA) @2 S 2H (3.2)
22. C2H2(g) 52.280
23. hC2=
H6(g)
u + pV -84.680 (4.1)
24. C3H6(g) 20.410
C 2H2 o CH 4 (4.2)
25. C3H8(g) -103.850
26. C4H10(g) -126.150
x x x x
QH
27. C cv m C hC mH2 hH2
5 12(g)
mCH4 hCH4 -146.440 (4.3)
28. Cx8H18(g)x x x
-208.450
Q cv nC h,
C nH2 hH2 nCH4 hCH4 (4.4)
,
29. C8H18(l) 0 0 -249.910
x
Q cv (the heat of reaction) didefinisikan sebagai jumlah
Panas reaksi
h CH4 x
(4.5)
perubahan entalpi yang dihasilkan selama proses reaksi kimia.
n CH4
Entalpi reaksi (the enthalpy of reaction) disebut juga dengan entalpi
pembakaran (the enthalpy of combustion) atau panas reaksi (the heat
o
hT,p)didefinisikan
of reaction) hf hT,p)juga > Tref ,prefperbedaan
hsebagai @
hof ǻhantara entalpi produk (4.6)
pada kondisi tertentu dan entalpi reaktan pada tingkat keadaan yang
sama untuk terjadinya
o
pembakaran secara sempurna. Panas reaksi
h T,p) h
dapat dihitung dari f c T Tref antara panas pembentukan antara (4.7)
pperbedaan
·¸¹
46 Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan
hP §¨ hof h T 900 hT 298
© CO2
o
hT,p) hofo c p T Tref (4.7)
T,p) hhff ccppTT TTref
hhT,p)
ref
(4.7)
(4.7)
Contoh soal 4.1.
x
xx
HitungQ
Q panas
cv pembakaran dari reaksi CO + 0,5O2 pada temperatur
Q cv hP hR (4.8)
awal 400 x cv
o
C h
hPP
hhRR CO2 pada temperatur 900oC.
menjadi (4.8)
(4.8)
xx
nF
nnFF
Jawab:
x
xx
Q hP - hR (4.9)
Q
Qcvcv
cv
hhPP -- hhRR (4.9) (4.9)
(4.9)
§¨ hoofo 'h f ·¸
hP
hhPP §¨§h f 'h f ·¸·
©¨ h f 'h f ¹¸CO2 (4.10) (4.10)
(4.10)
(4.10)
©© ¹¹CO
CO22
hP
hhPP
§¨ hoofo h T 900 h T 298 ·¸
§¨§h f h T 900 h T 298 ·¸·
©¨ h f h T 900 h T 298 ¹¸CO2
©© 393.520 37.405 ¹¹9CO 22 =-365.479 kJ/kmol
h
hPP 393.520 37.405 9CO ..364
364 =-365.479 kJ/kmol
hP 393.520 37.405 9.364 =-365.479 kJ/kmol
o §§ o ·· ½½°
°°§ o ·
h ®®§¨¨ h f 'h f ¸ ·
00,,5
¨
5¨¨ h
o
f 'h f ¸¸ °¾ (4.11) (4.11)
hRR °̄©© hof 'h f ¹¸¹ CO ¨
h,
,f 'h f ¸
©§© o00
¾
¹·¸¹ O2 ½°°¿
(4.11)
°°̄§ · CO
hR ®¨ h f 'h f ¸ 0,5¨ h, 'h f ¸ 2 ¿¾
O (4.11)
¨ f ¸
°̄©§ oo ¹ CO
h
hRR §
¨ h
h h
®®¨ h f h T 400 h T 298 ¸
f T 400 T
© 0·
298
¸·
¹¹ CO 0,5 h T
¹ O2 °¿
0,5 h T 400
hh TT
298
½½
O2 ¾
O2 ¾
¯¯©© o 400 298
¿¿½
hR
§ h f h T 400 h T 298 ·¸ CO 0,5 h T
®¯¨© 110 400 h T 298 O2 ¾
h
hRR 110..520520 11 644
11..644 8 CO
8..¹669
669 ¿
hR 01100
,511
,5 11 . 711
.711
.520
8682
11
8682
.644 8.669
hh RR 0,5..11
106
106 031
031 8682
kJ/kmol
.711
kJ/kmol
hR 106 .031 kJ/kmol
Sehingga:
•
Q cv =Kalor
Nilai
Nilai Kalor 'H-cc(- 106.031) = -259.449 kJ/kmol (CO)
−365.479
'H (4.12)
(4.12)
Catatan:
Nilai Kalor 'Hc (4.12)
•
Qcv = −259 .449 kJ/kmol (CO) berharga negatif. Artinya reaksi yang
HHV LHV
terjadi HHV LHV
adalah reaksi
m
m xx h
eksoterm
h fg
H2O
fg (menghasilkan energi). Sebaliknya jika
(4.13)
(4.13)
H2O
HHV LHV m
entalpi pembakaran atau panasx h
fg H reaksi
2O
yang diperoleh adalah positif (4.13)
(> 0), maka
CH 4 reaksi yang
2(O 2 terjadi
3,76N adalah
2 )) o CO 2 2H2endoterm
reaksi O 7,52N(membutuhkan (4.14)
CH 4 2(O
3,76N 2 o CO 2 2H2 O 7,52N2 (4.14)
, 2
, 2
energi).metana
metana udara
CH4 2(O 2 udara3,76N2 ) o CO 2 2H2O 7,52N2 (4.14)
,
metana udara
massa udara
Dasar-dasar Pembakaran
massa udara
47
AFR
AFR (4.15)
(4.15)
massa
massa bahan
bahan bakar
bakar
massa udara
AFR (4.15)
massa bahan bakar
hP 393.520 37.405 9.364 =-365.479 kJ/kmol
4.2 Nilai Kalor (Heating Value, HV)
Nilai kalor (HV) adalah jumlah energi yang dilepaskan ketika
suatu bahan bakar dibakar secara§ sempurna ½
· dalam suatu proses aliran
° o °
hR ®§¨ hdan 'h f ·¸ dikembalikan
o
f produk 0,5¨ h, f ¸ ke
f 'hlagi dari reaktan. (4.11)
tunak (steady)
© ¹ CO ¨ ¸ ¾ keadaan
°̄ © 0
Besarnya nilai kalor dari suatu bahan bakar sama ¹ °
O2 ¿ dengan harga mutlak
2x32
48 AFR stoi 4,0 Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan (4.18)
Teknologi Biogas:
1x(12 4)
Dasar-dasar Pembakaran 49
o § o · ½°
°
hR ®§¨ h f 'h f ·¸ 0,5¨ h, 'h f¸ (4.11)
Tabel 4.3 Temperatur
© penyalaan
¹
f
¨ sendiri ¸ ¾ berbagai jenis bahan
untuk
°̄ CO © 0 ¹ O2 °¿
bakar
No hJenis
R
Bahan
·¸
§ o h T 400 h T 298Temperatur
®¨ h f Bakar
¹ CO
0,5 Penyalaan
h T 400 hSendiri o ½
T 298 (OC)¾
¯© 2
¿
1. Bensin 260
2.
hR 110.520 11.644 8.669
Karbon 400
0,511.711 8682
3. Hidrogen 580
4. hCO
R 106 .031 kJ/kmol 610
5. CH4 630
6. Minyak Tanah 230
Nilai Kalor 'Hc (4.12)
Pembakaran sempurna atau disebut juga pembakaran stoikiome-
tri adalah pembakaran dimana semua konstituen yang dapat terbakar
di dalam bahan bakar membentuk gas CO2 dan uap air (H2O) sehingga
HHV
tak tersisa LHV yang
lagi bahan
m x dapat
h fg H terbakar.
2O Berikut adalah contoh pem- (4.13)
bakaran sempurna dari gas metana (CH4)
CH4 2(O 2 3,76N2 ) o CO 2 2H2O 7,52N2 (4.14) (4.14)
,
metana udara
Pada pembakaran sempurna 1 mol metana membutuhkan 2 mol
massa udara
AFRdihasilkan 1 mol CO2 + 2 mol H2O + 7,52 mol N2. Tujuan (4.15)
udara dan
massa bahan bakar
perumusan pembakaran stoikiometri adalah untuk menentukan dengan
tepat seberapa banyak udara diperlukan untuk proses pembakaran
suatu bahan AFR aktual
secara sempurna menjadi gas CO2 dan H2O.
O (4.16)
AFR stoikiometri
4.4 Perbandingan Udara Bahan Bakar
Pembakaran
AFR (air fuel metana denganperbandingan
ratio) adalah oksigen. antara massa udara
terhadap massa bahan bakar.
CH4 2 O 2 o CO 2 2H2 O (4.17)
, ,
metana massa udara
AFR = oksigen (4.15)
massa2x32 bahan bakar
AFR stoi 4,0 (4.18)
Besarnya AFR
1x(12 yang
4)dihitung pada saat pembakaran stoikiometri
disebut AFRstoikiometri. Besarnya AFR yang dihitung dari perbandingan
Pembakaran metana dengan udara
50 Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan
CH
,4 2(O
2 3,76N 2 ) o CO2 2H2 O 7 ,52 N2
metana udara (4.19)
HHV LHV m x h fg H O (4.13)
Nilai Kalor 'Hc 2 (4.12)
Nilai Kalor 'Hc (4.12)
Nilai Kalor 'Hc (4.12)
CH4 aktual
massa udara 2(O 2 3,76N2massa
dengan ) o CO bahan
2 2Hbakar
2 O 7 ,52
aktualN 2selama proses (4.14)
,
pembakaran
metana disebut udara
dengan AFR . Besarnya perbandingan antara
HHV LHV m x h fg H O aktual
AFRaktual dengan AFRstoikiometri disebut λ. Jika λ < 1 disebut pembakaran
(4.13)
3,76N
2 o CO 22 2H22O 7,52N22 (4.14)
,
metana
metana AFR udara
aktual
O udara
(4.16) (4.16)
AFRmassa udara
AFR stoikiometri (4.15)
massa
massa bahanudarabakar
AFR massa udara (4.15)
AFRSoalmassa
Contoh 4.2: bahan bakar (4.15)
Pembakaran
massa bahan metana bakar dengan oksigen.
Hitunglah AFR aktual
AFR stoikiometri dari dua reaksi pembakaran di bawah ini:
O (4.16)
AFR AFR
2aktual o CO 2dengan 2H2 O
O CH
a. Pembakaran4AFR O
gas
aktual
stoikiomet
2 metana
ri oksigen. (4.17)
(4.16)
O , AFR stoikiomet
, (4.16)
b. Pembakaran gas
AFR stoikiometri
metana oksigen metana
ri dengan udara.
Pembakaran metana 2x32 dengan oksigen.
Jawab: AFR stoi 4,0 (4.18)
Pembakaran 1x(12 metana dengan oksigen.
4)
Pembakaran metana dengan oksigen.
a. Pembakaran
CH4 2 O 2metana o COdengan oksigen.
, , 2 2H2 O (4.17)
CH 4 2oksigen o CO 2H2 Oudara
O 2 metana (4.17)
metana
Pembakaran
CH
, 4 2 O ,2 o CO 22 dengan 2H2 O (4.17)
(4.17)
,
metana , 2x32
oksigen
AFR stoi
metana oksigen 4,0 (4.18)
CH 1x(12
2(O 2x323,76N
4) ) o CO 2 H O 7 ,52 N
AFR
AFR , 4
stoi
stoi
2x32
2
1x(12 udara
4) 4,0
42,0 2 2 2 (4.18)
(4.18)
(4.18)
metana
1x(12 4) (4.19)
Pembakaran metana dengan udara
b. Pembakaran metana dengan udara
Pembakaran metana dengan udara
CH
,4 2(O 2 3,76N 2 ) o CO2 2H2 O 7 ,52 N2
(4.19)
CH
metana
CH 2(O 3,76N
udara 2) o CO2 2H2 O 7 ,52 N2 (4.19)
4 2(O 3,76N 2 ) o CO2 2H2 O 7 ,52 N2
, 4 2
,
2
2x32 3,76x28
metana
metana
udara (4.19)
AFR stoi
udara
17,2 (4.19)
(4.20)
(4.20)
1x(12 4)
Catatan:
Dari persoalan sederhana ini terlihat bahwa untuk membakar metana
secara sempurna, maka massa oksigen
kebutuhan yang dibutuhkan jauh lebih
energi
Kebutuhan biogas (5.1)
nilai kalor biogas
Sehingga:
Dasar-dasar Pembakaran 95 MJ 51
Kebutuhan biogas 4,9 m3
19,23 MJ/m3
sedikit dari massa udara yang dibutuhkan. Hal ini terjadi karena udara
mengandung 79% nitrogen (N2) yang tidak ikut dalam pembakaran.
30 14
AFR_stoikiometri 12
25
Perbandingan Volume
(udara/volume biogas)
AFR (kg udara/kg biogas)
0 0
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Konsentrasi CH4 dalam Biogas
Gambar
Gambar4.1.
4.1AFR stoikiometri
AFR stoikiometri dandan perbandingan
perbandingan volume
volume udara
terhadap biogas untuk berbagai konsentrasi CH4 dalam biogas
(Suyitno, 2009).
Karena biogas utamanya terdiri dari CH4 dan CO2, maka
supaya terjadi pembakaran sempurna, jumlah udara yang diperlukan
sangat tergantung dengan konsentrasi methana (CH4) dalam biogas.
Sebagaimana terlihat pada Gambar 4.1, semakin besar konsentrasi
CH4 maka AFR stoikiometri juga semakin besar. Artinya diperlukan
semakin banyak udara untuk terjadinya pembakaran sempurna jika
Dasar-dasar Pembakaran 53
pula apakah pembakaran tersebut termasuk pembakaran kaya,
stoikiometri, atau miskin.
(Catatan: hati-hati dengan definisi AFR adalah perbandingan
massa dan bukan perbandingan volume).
4.5 Jika pembakaran biogas dengan kadar 50% CH4 + 50% CO2
terjadi tidak secara stoikiometri, maka perkirakan jenis-jenis gas
apa yang akan akan dihasilkan.
4.6 Jelaskan bahwa dalam proses pembakaran harus memenuhi salah
satu hukum termodinamika, yaitu tentang kekekalan massa.
-oo0o-
B
iogas dapat diaplikasikan di pedesaan maupun di perkotaan.
Di pedesaan dengan jumlah hewan ternak yang banyak atau
di perkotaan yang banyak membuang sampah organik, maka
konsep kemandirian energi berupa energi biogas dapat dikaji dengan
lebih serius. Sejak beberapa tahun ini sebenarnya konsep energi
pedesaan/perkotaan atau konsep desa mandiri energi/kota mandiri
energi di beberapa daerah sudah mulai terwujud. Untuk menjalankan
konsep ini di tempat lain, maka perlu diawali dengan pemetaan potensi
sumber energi lokal yang dapat diperbaharui dan jenis pemakaian
energi di lokasi tersebut.
Pada umumnya, kebutuhan bahan bakar untuk sektor rumah
tangga di perkotaan dan pedesaan adalah untuk memasak, penerangan,
dan transportasi. Jenis bahan bakar yang digunakan untuk memasak
pada umumnya adalah biomasa kering, minyak tanah, dan LPG. Jenis
bahan bakar yang digunakan untuk penerangan pada umumnya adalah
dari minyak tanah untuk lampu penerangan/petromaks dan solar untuk
genset listrik. Bahan bakar untuk transportasi pada umumnya adalah
bensin dan solar.
Biogas sebagaimana bahan bakar gas lainnya dapat dimanfaatkan
sebagai bahan bakar untuk memasak dan untuk penerangan. Untuk
dapat mengaplikasikan biogas untuk sektor rumah tangga dengan baik
khususnya untuk memasak, beberapa informasi berikut penting untuk
dijadikan informasi awal kebutuhan energi di pedesaan.
1. Rata-rata konsumsi energi perkapita harian dalam rumah tangga
pedesaan adalah sekitar 25 MJ (Suyitno, 2009).
2. Kegiatan utama yang menyerap banyak energi adalah untuk
memasak sekitar 95% dan penerangan yaitu sekitar 5%.
3. Selain kebutuhan energi untuk memasak dan penerangan, energi
pedesaan diperlukan untuk kegiatan ekonomi. Listrik dan bahan
bakar minyak utamanya untuk menggerakkan peralatan pertanian,
pertukangan, penggergajian, dan lain-lain.
Sehingga:
9
5 M
J
Kebutuhan biogas = 3
= 4,9 m3
19,23 MJ/m
m w c p Tf Ti
SH (5.3) (5.3)
ǻt s
Ne 30.N e
T = (6.1)
2.S.n S.nair (kg). c adalah panas jenis spesifik dari air
Dimana mw §¨adalah·¸ massa
m 60
© w, h
e fg¹
p
(J/kgK).LH
Tf adalah temperatur air awal (K). Ti adalah temperatur air akhir (5.4)
ǻt L
(K). ∆ts adalah lamanya waktu air dipanasi dari Tf sampai Ti (s).
kerja per siklus
bmep = (6.2)
volume langkah torak
60 N Teknologi30.NBiogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan
T = = e Ne
bmep
e
(6.1)
(6.3)
§ 2.SV.n ·.z.n.aS.n
¨ L¸
© 60 ¹
m w c p Tf Ti
SH (5.3)
ǻt s
m w,ehfg
LH (5.4) (5.4)
ǻt L
Dimana mw,e adalah massa air yang diuapkan (kg). hfg adalah entalpi
penguapan dari air (J/kg). ∆tL adalah lamanya waktu air menguap (s).
Ne 30.Ne
T = (6.1)
∆mf =§ 2ñ.fSQ.nf · S.n (5.5)
¨ ¸
© 60 ¹massa jenis bahan bakar (kg/m3). Q adalah debit
Dimana ρf adalah f
bahan bakar mengalir (m3/s).
kerja per siklus
bmep
Soal Bab V:= volume langkah torak (6.2)
-oo0oo-
P
emanfaatan biogas untuk pembangkit listrik dapat melalui
berbagai cara seperti menggunakan turbin, fuel cell, dan motor
bakar. Pada aplikasi pembangkit listrik skala kecil, cara yang
banyak dipakai adalah menggunakan motor bakar sebagai penggerak.
Sehingga bab ini akan membahas pembangkit listrik tenaga biogas
dengan menggunakan motor bakar dan generator.
Vmaks
r (6.6)
Vmin
64 Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan
kerja per siklus
bmep = (6.2)
volume langkah torak
Ne
bmep = (6.3)
VL .z.n.a
dimana :
bmep : tekanan efektif rata-rata (kg/m2 atau Pa)
N e : daya poros/daya efektif (watt)
V L : Volume langkah torak per silinder (m )
3
Gf
B= (6.4)
N
dimana :
B : pemakaian bahan bakar (kg bahan bakar/jam.W)
Gf : jumlah bahan bakar yang digunakan (kg /jam)
N : jumlah tenaga yang dihasilkan per waktu (W)
Ne
ηe= x 100% (6.5)
G f .Q c
dimana :
η e : efisiensi termal efektif (%)
N e : daya efektif (W)
G f : jumlah BB yang dipergunakan (kg /s)
Qc : nilai kalor bahan bakar (J/kg)
GambarGambar
6.1. Pengaruh perbandingan
6.1 Pengaruh kompresi
perbandingan terhadap
kompresi terhadapefisiensi
efisiensi dengan
perbandingan panas spesifik Cp/Cv = 1,4 (Cengel, 2006).
dengan perbandingan panas spesifik Cp/Cv = 1,4 (Cengel, 2006).
Besarnya rasio kompresi dapat mempengaruhi efisiensi dari
motor bakar. Secara umum dikatakan bahwa dengan rasio kompresi
yang lebih tinggi akan diperoleh peningkatan efisiensi sebagaimana
dapat dilihat pada Gambar 6.1 Perbandingan kompresi yang umum
pada motor bensin adalah 7-10. Perbandingan kompresi bukanlah
Vmaks
r= (6.6)
Vmin
Untuk biogas, rasio kompresi direkomendasikan tidak lebih dari
13 (Mitzlatf, 1988). Semakin tinggi rasio kompresi dapat meningkatkan
temperatur campuran udara bahan bakar. Hal ini dapat menyebabkan
penyalaan sendiri yang tidak terkontrol dan proses pembakaran yang
tidak rata. Keduanya dapat menjadi hal yang merugikan untuk mesin.
Kecepatan pembakaran dari biogas lebih rendah dari kecepatan
pembakaran bensin. Penyebabnya adalah biogas mengandung CO2
dalam konsentrasi yang cukup tinggi dimana CO2 tidak dapat terbakar
sehingga menghambat perambatan panas pembakaran. Kecepatan
pembakaran campuran udara bahan bakar selama satu langkah
pembakaran pada motor bensin sangat mempengaruhi efisiensi
motor bensin tersebut. Sebagaimana diketahui bahwa waktu yang
tersedia untuk sempurnanya pembakaran dalam ruang bakar motor
bensin sangatlah singkat. Sebagai gambaran, pada motor bensin
yang beroperasi pada 3.000 rpm, maka waktu yang tersedia untuk
pembakaran selama satu langkah adalah 1/100 detik.
Pembakaran mulai terjadi dari sumber pengapian dan
membutuhkan beberapa waktu untuk api tersebut dapat berkembang
atau menyebar. Karena adanya pembakaran, maka tekanan meningkat
dan puncak tekanan terjadi dekat setelah piston mencapai titik mati
atas (TMA) sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 6.2. Tekanan
piston yang tinggi setelah TMA menyebabkan gaya yang tinggi pada
piston. Penyalaan premature atau tekanan yang terlalu tinggi setelah
TMA akan mengonsumsi kerja atau daya tambahan dari piston padahal
piston membutuhkannya untuk menekan melawan pembakaran
dan membuang campuran gas buang. Penyalaan yang mundur atau
pembakaran lambat dari campuran udara bahan bakar akan berakibat
Gambar 6.2. Tekanan sebagai fungsi dari sudut pengapian (Mitzlatf, 1988).
Gambar 6.2 Tekanan sebagai fungsi dari sudut pengapian
(Mitzlatf, 1988).
Gambar
Gambar 6.3
6.3. Celah katup motor
motor bakar
bakar
b. Kepala silinder
Modifikasi pada bagian ini dilakukan dengan membubut kepala
silinder sebesar 0,5 mm sebagaimana dapat dilihat pada Gambar
6.4. Tujuan dari pembubutan kepala silinder adalah untuk
menaikkan rasio kompresi dari standardnya 8,5 menjadi sekitar
9,2. Hal ini dimaksudkan agar campuran bahan bakar (biogas)
dan udara dapat lebih mudah dibakar di ruang bakar.
Gambar6.4.
Gambar 6.4Kepala
Kepala silinder
silinder setelah
setelah dibubut
dibubut0,5
0,5 mm.
mm .
GambarGambar
6.5. Modifikasi saluran
6.5 Modifikasi masuk
saluran masuk biogas
biogas dan udara.
dan udara.
Karburator berfungsi untuk mencampur udara dan bahan
bakar (biogas) dengan perbandingan tertentu yang akan masuk
ke dalam ruang bakar. Saluran masuk biogas dan udara ke
dalam ruang bakar dibuat sedemikian rupa sehingga biogas
dan udara dapat bercampur dengan perbandingan tertentu.
Saluran pencampuran dibuat dari material tembaga supaya
lebih 6.5.
Gambar awetModifikasi
(lihat Gambar 6.5).
saluran Pemasangan
masuk alat udara.
biogas dan pencampur
udara dan biogas dapat dilihat pada Gambar 6.6.
a. Pemasangan saluran pencampur biogas-udara
Alat pencampur
yang baru
Karburator lama
b. Pemasangan
Gambar saluran
6.6 Pemasangan pencampur
saluran biogas biogas-udara antara
dan udara antara karburator
karburator
lama lama dengan
dengan kepalakepala silinder
silinder.
• Busi
Gambar 6.6. Pemasangan
Loncatan bunga apisaluran biogas dan
pada sebuah busiudara
yang antara
dihubungkan
karburator
dengan sebuahlama dengan
kabel kepala silinder.
pada terminal yang berada di bagian
atas dari busi, ujung kabel yang lain berhubungan dengan
sumber daya tegangan tinggi.
Bunga api menyalakan campuran yang berada disekitarnya
¾ Busi
kemudian menyebar keseluruh arah dalam ruang bakar. Pem-
Loncatan
bakaran bunga
tidak terjadiapi pada tapi
serentak, sebuah busi
bergerak yang
secara progresif
melintasi campuran yang belum terbakar. Pembakaran dimu-
dihubungkan dengan sebuah kabel pada terminal
lai di tempat yang paling panas yaitu dekat busi. Busi tidak
yang terlalu
boleh beradapanas,
di bagian atas
karena darimemudahkan
akan busi, ujung terbentuknya
kabel
endapan karbon
yang lain pada permukaan
berhubungan isolatornya
dengan sumber(porselen)
daya dan
dapat menimbulkan hubungan singkat. Secara umum tidak
tegangan tinggi.
diperlukan modifikasi untuk busi.
kompresor
Reaktor
pencucian
discharge
discharge
suction
suction
Gambar
Gambar 6.10 Kompresor
6.10.6.10.
Kompresor yangyang digunakan
digunakan untuk
untuk
Gambar Kompresor yang digunakan untuk
mengkompresi
mengkompresi biogas
biogas
mengkompresi biogas
Gambar
Gambar 6.11.
Gambar Tabung
6.11 6.11.
Tabung penampung
penampung
Tabung biogas
biogas
penampung setelah
setelah
biogas dikompresi.
setelah
dikompresi.
dikompresi.
Pencucian
biogas
Kompresor
Tabung
Penampung
Genset
4,5
4,0
3,5
3,0
Torsi (Nm)
2,5
2,0
1,5
1,0
0,5
0,0
0 200 400 600 800 1000 1200
Beban (W)
70%
60%
Efisiensi Volumetrik
50%
40%
30%
20%
10%
0%
0 200 400 600 800 1000 1200
Beban (W)
Gambar
Gambar 6.15
6.15. Efisiensi
Efisiensivolumetrik mesinberbahan
volumetrik mesin berbahan bakar
bakar biogas.
biogas.
Dari penelitian yang lain disebutkan bahwa efisieni volumetrik
genset dengan bahan bakar minyak tanah akan sangat rendah. Pada
350
beban 1 kW, efisiensi volumetrik yang diperoleh adalah sekitar 30%.
300
Nilai yang rendah ini diakibatkan oleh setingan throtle yang ditutup
250
sebagian pada saat menggunakan bahan bakar minyak tanah (Kapadia,
bmep (kPa)
200
2006). Menurut Heywood, besarnya efisiensi volumetrik maksimum
150
pada motor bensin standar adalah sekitar 80-90% (Heywood, J.B,
100
1988). Pada pengujian genset berbahan bakar biogas pemasukan
50
biogas dilakukan dengan membuat saluran bahan bakar udara yang
0
dipasang dekat dengan katup masuk. Dengan modifikasi ini karburator
0 200 400 600 800 1000 1200
dan governor tidak difungsikan lagi. Akibatnya efisiensi volumetrik
Beban (W)
pesifik
8,0
25.000
meningkat dibandingkan dengan genset berbahan bakar minyak tanah
yang sebagian throttlenya ditutup. Dari Gambar 6.15 juga terlihat
bahwa perubahan efisiensi volumetrik hampir sama untuk semua
beban karena governor tidak difungsikan dan pemasukan bahan bakar
udara hanya fungsi dari tarikan piston dalam ruang bakar. Penyebab
tingginya efisiensi volumetrik genset berbahan bakar biogas ini juga
70%
dikarenakan terdapatnya sedikit tekanan biogas masuk. Sebelum
60%
biogas masuk ke dalam ruang bakar, biogas ditekan pada tekanan rata-
Efisiensi Volumetrik
50%
rata 11 psig untuk memudahkan penyalaan dan menstabilkan putaran
40%
mesin.
30%
Bmep
adalah indikar unjuk kerja motor bakar yang menyatakan
20%
perbandingan
10% antara kerja dan volume silinder. Mesin yang mempunyai
bmep 0%
tinggi berarti mampu menghasilkan kerja yang lebih tinggi.
Besarnya bmep
0 pada
200 motor 400bakar adalah
600 850-1050
800 kPa pada1200
1000 torsi
maksimumnya (Heywood, 1988). Besarnya
Beban (W) bmep dari pengujian
motor bakar berbahan bakar biogas adalah 320 kPa pada beban 1000
W sebagaimana
Gambar ditunjukkan
6.15. Efisiensi pada Gambar
volumetrik mesin6.16. Semakin
berbahan besarbiogas.
bakar beban
akan diperoleh peningkatan bmep.
350
300
250
bmep (kPa)
200
150
100
50
0
0 200 400 600 800 1000 1200
Beban (W)
8,0
25.000
20.000 6,0
84 Teknologi Biogas: Pembuatan, Operasional dan Pemanfaatan
(Pg/J)
(cc/J)
15.000
4,0
10.000
2,0
5.000
Beban (W)
20.000 6,0
(Pg/J)
(cc/J)
15.000
4,0
10.000
2,0
5.000
0 0,0
0 200 400 600 800 1000 1200
Beban (W)
16%
14%
Eksperimen
12%
Kapadia, 2006
Efisiensi Total
10%
8%
6%
4%
2%
0%
0 200 400 600 800 1000 1200
Beban (W)
Daftar Pustaka 91
LAMPIRAN
Tabel L.1. Nilai h (kJ/kmol) untuk berbagai gas ideal (Moran, 2006)
T (oC) CO2 CO H 2O O2 N2
0 0 0 0 0 0
220 6.601 6.391 7.295 6.404 6.391
230 6.938 6.683 7.628 6.694 6.683
240 7.280 6.975 7.961 6.984 6.975
250 7.627 7.266 8.294 7.275 7.266
260 7.979 7.558 8.627 7.566 7.558
270 8.335 7.849 8.961 7.858 7.849
280 8.697 8.140 9.296 8.150 8.141
290 9.063 8.432 9.631 8.443 8.432
298 9.364 8.669 9.904 8.682 8.669
300 9.431 8.723 9.966 8.736 8.723
310 9.807 9.014 10.302 9.030 9.014
320 10.186 9.306 10.639 9.325 9.306
330 10.570 9.597 10.976 9.620 9.597
340 10.959 9.889 11.314 9.916 9.888
350 11.351 10.181 11.652 10.213 10.180
360 11.748 10.473 11.992 10.511 10.471
370 12.148 10.765 12.331 10.809 10.763
380 12.552 11.058 12.672 11.109 11.055
390 12.960 11.351 13.014 11.409 11.347
400 13.372 11.644 13.356 11.711 11.640
410 13.787 11.938 13.699 12.012 11.932
420 14.206 12.232 14.043 12.314 12.225
430 14.628 12.526 14.388 12.618 12.518
440 15.054 12.821 14.734 12.923 12.811
450 15.483 13.116 15.080 13.228 13.105
460 15.916 13.412 15.428 13.535 13.399
470 16.351 13.708 15.777 13.842 13.693
480 16.791 14.005 16.126 14.151 13.988
490 17.232 14.302 16.477 14.460 14.285
T (oC) CO2 CO H 2O O2 N2
500 17.678 14.600 16.828 14.770 14.581
510 18.126 14.898 17.181 15.082 14.876
520 18.576 15.197 17.534 15.395 15.172
530 19.029 15.497 17.889 15.708 15.469
540 19.485 15.797 18.245 16.022 15.766
550 19.945 16.097 18.601 16.338 16.064
560 20.407 16.399 18.959 16.654 16.363
570 20.870 16.701 19.318 16.971 16.662
580 21.337 17.003 19.678 17.290 16.962
590 21.807 17.307 20.039 17.609 17.262
600 22.280 17.611 20.402 17.929 17.563
610 22.754 17.915 20.765 18.250 17.864
620 23.231 18.221 21.130 18.572 18.166
630 23.709 18.527 21.495 18.895 18.468
640 24.190 18.833 21.862 19.219 18.772
650 24.674 19.141 22.230 19.544 19.075
660 25.160 19.449 22.600 19.870 19.380
670 25.648 19.758 22.970 20.197 19.685
680 26.138 20.068 23.342 20.524 19.991
690 26.631 20.378 23.714 20.854 20.297
700 27.125 20.690 24.088 21.184 20.604
710 27.622 21.002 24.464 21.514 20.912
720 28.121 21.315 24.840 21.845 21.220
730 28.622 21.628 25.218 22.177 21.529
740 29.124 21.943 25.597 22.510 21.839
750 29.629 22.258 25.977 22.844 22.149
760 30.135 22.573 26.358 23.178 22.460
770 30.644 22.890 26.741 23.513 22.772
780 31.154 23.208 27.125 23.850 23.085
790 31.665 23.526 27.510 24.186 23.398
800 32.179 23.844 27.896 24.523 23.714
Lampiran 97
T (oC) CO2 CO H 2O O2 N2
1240 56.108 38.466 46.137 39.877 38.129
1260 57.244 39.154 47.022 40.594 38.807
1280 58.381 39.884 47.912 41.312 39.488
1300 59.522 40.534 48.807 42.033 40.170
1320 60.666 41.266 49.707 42.753 40.853
1340 61.813 41.919 50.612 43.475 41.539
1360 62.963 42.613 51.521 44.198 42.227
1380 64.116 43.309 52.434 44.923 42.915
1400 65.271 44.007 53.351 45.648 43.605
1420 66.427 44.707 54.273 46.374 44.295
1440 67.586 45.408 55.198 47.102 44.988
1460 68.748 46.110 56.128 47.831 45.682
1480 69.911 46.813 57.062 48.561 46.377
1500 71.078 47.517 57.999 49.292 47.073
1520 72.246 48.222 58.942 50.024 47.771
1540 73.417 48.928 59.888 50.756 48.470
1560 74.590 49.635 60.838 51.490 49.168
1580 76.767 50.344 61.792 52.224 49.869
1600 76.944 51.053 62.748 52.961 50.571
1620 78.123 51.763 63.709 53.696 51.275
1640 79.303 52.472 64.675 54.434 51.980
1660 80.486 53.184 65.643 55.172 52.686
1680 81.670 53.895 66.614 55.912 53.393
1700 82.856 54.609 67.589 56.652 54.099
1720 84.043 55.323 68.567 57.394 54.807
1740 85.231 56.039 69.550 58.136 55.516
1760 86.420 56.756 70.535 58.800 56.227
1780 87.612 57.473 71.523 59.624 56.938
1800 88.806 58.191 72.513 60.371 57.651
1820 90.000 58.910 73.507 61.118 58.363
1840 91.196 59.629 74.506 61.866 59.075
Lampiran 99
T (oC) CO2 CO H 2O O2 N2
3200 174.695 109.667 147.457 114.809 108.830
3250 177.822 111.534 150.272 116.827 110.690
-oo0oo-
cp
T dalam K = α + βT + γT 2 + δT 3 + εT 4
R
Persamaan ini hanya berlaku dari 300 K sampai 1000 K.
-oo0oo-
Daftar Indeks
D H
de-pressurizing 36 H2O 9, 33, 34, 35, 39, 41, 42,
Derajat keasaman 22 45, 48, 50
digester 1, 4, 5, 8, 11, 13, 14, H2S 3, 4, 8, 9, 13, 25, 33, 34,
15, 16, 17, 20, 21, 22, 25, 35, 36, 37, 38, 41, 42, 89,
26, 29, 30, 32, 57 90
digestion 13, 14, 17, 19, 20 Hemiselulosa 6, 7
hidrolisis 24, 25
E Hydrogen 8, 91
EDTA 38, 39, 40, 41, 42, 89, 91
Efisiensi 60, 66, 83, 85, 86 I
ekstraktif 24 Indeks Wobbe 9
energi 1, 2, 3, 11, 14, 43, 44,
47, 48, 49, 55, 56, 59, 60, J
69, 82, 86, 87 jagung 4, 7, 29
Energi dalam 43 Jerami 4, 7, 29
entalpi 43, 44, 46, 47, 48, 53,
61
K
equivalence ratio 51 kambing 4, 6
Eter 6 Kanji 6
kapur 18, 23
F karbon 2, 3, 25, 34, 36, 73
fermentasi 1, 3, 4, 13, 19, 21, Karburator 72
22, 23, 24, 26 Katup 19, 70, 71, 77
Fixed dome 15 kimiawi 37
Floating dome 16 kobalt 23
fuel cell 63 kompor 1, 10, 33, 56, 57, 58,
59, 60, 61 nitrogen 3, 4, 13, 23, 52
Kotoran 4, 5, 24, 32 nutrisi 19, 23
kubah apung 16
kubah tetap 15, 16 O
Kuda 29 organik 1, 2, 3, 4, 7, 8, 13, 17,
20, 21, 22, 23, 24, 25, 26,
L 29, 32, 55
Lignin 6, 7 Oxygen 8
listrik 2, 10, 20, 33, 56, 63, 64,
74, 75, 76, 81, 86, 87 P
LPG 2, 9, 55, 57, 58, 59, 61 padatan 5, 6, 13, 14, 23, 38, 40
padatan total 5, 6
M Padatan Volatil 5
mangan 23 padi 4, 7, 29
manusia 3, 4, 6, 14, 39 panas 2, 10, 22, 43, 44, 46, 47,
Massa jenis 9 59, 60, 66, 67, 68, 69, 73,
mekanis 20 75
Metana 48 pembakaran 2, 9, 21, 33, 46,
metana 1, 8, 21, 23, 24, 25, 43, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53,
44, 50, 51, 56, 57, 61 54, 59, 64, 66, 67, 68, 69,
methanogenesis 25 74, 75, 86
Mikroba 4 pembangkit 2, 10, 33, 63, 74,
minyak tanah 2, 17, 55, 83 81
molibdenum 23 pemurnian 9, 33, 34, 36
Motor bakar 63 pencucian 3, 9, 33, 35, 36, 38,
motor bakar 10, 63, 64, 67, 70, 41, 42
71, 82, 84, 86, 87 pengaduk 20
motor bensin 49, 63, 66, 67, pengaman 19
68, 83, 85, 86 pengasaman 24, 25, 26
penyalaan 9, 49, 50, 68, 74, 76,
N 84
nikel 23 Perbandingan kompresi 67
Nilai kalor 9, 48, 56, 57 pH 22, 25, 26, 28
Nitrogen 8
Propana 48 stoikiometri 50, 51, 52, 53, 54
Protein 6
T
R tekanan 8, 15, 16, 19, 31, 43,
rasio kompresi 66, 67, 68, 71, 49, 57, 59, 64, 65, 68, 74,
75 75, 76, 82, 84
Reaktor 1, 56 Teknik Mesin 35, 81
retention time 17, 20, 21, 22, termodinamika 43, 54
26 Titik embun 9
rumah tangga 1, 10, 18, 33, 55, TMA 68, 74, 76, 77
56, 59 Torsi 10, 64, 82
Rumput 4, 7, 29 torsi 10, 64, 82, 84, 86
Transportasi 34
S treatment 2
sapi 1, 4, 5, 6, 20, 24, 26, 27,
29, 30, 32, 61 U
sayuran 4, 7 udara 1, 8, 9, 10, 13, 19, 21,
scrubber 36 25, 36, 37, 42, 49, 50, 51,
selenium 23 52, 53, 58, 59, 64, 66, 67,
Selulosa 6, 7, 8 68, 69, 70, 71, 72, 73, 75,
seng 23, 37 76, 82, 83, 86
silika gel 34, 35, 41 Unggas 29
silinder 64, 65, 70, 71, 73, 75, unjuk kerja 59, 60, 61, 64, 82,
76, 82, 83, 84 84, 86
simmering 59, 60 UNS 81, 90
slurry 18, 19, 37 urine 3, 6
SO2 9, 35
Solar 48 W
water boiling test 59
-oo0oo-
Tentang Penulis
D
r. techn. Suyitno, lahir di Sukoharjo, tanggal 2 September
1974. Pendidikan dasar sampai menengah diselesaikannya
di Sukoharjo. Suyitno menyelesaikan pendidikan program
sarjana Teknik Mesin dari Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun
1998 dengan topik tugas akhir polusi gas buang kendaraan bermotor.
Pada tahun 2001, ia menyelesaikan program Magister Teknik Mesin
di institut yang sama, yaitu ITB dengan predikat cumlaude dengan IPK
4,0 dengan topik thesis pengeringan batubara dengan fluidized bed.
Sejak tahun 2001, ia menjadi dosen tetap di Jurusan Teknik Mesin
Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) sampai sekarang. Pada
tahun 2004, ia menempuh pendidikan doktor di Institute of Thermal
Engineering, Graz University of Technology, Austria dan lulus pada
tahun 2007 dengan topik disertasi pirolisis dan gasifikasi biomasa.
Selama karirnya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), penulis
telah menduduki beberapa jabatan diantaranya kepala laboratorium
Perpindahan Panas dan Termodinamika Teknik Mesin UNS tahun
2002-2004, Ketua Humas dan Kerjasama Fakultas Teknik UNS tahun
2007-sekarang, Koordinator International Staff Development pada
Kantor Internasional UNS tahun 2009-sekarang, dan pendiri program
Magister Teknik Mesin UNS. Pada program studi Teknik Mesin UNS,
ia mengampu beberapa matakuliah diantaranya, termodinamika,
perpindahan panas, mesin konversi energi, generator uap, dan
pendingin-pemanas.
Penulis telah banyak mendapat dana penelitian mengenai
pengembangan energi alternatif diantara dari UNS, Balitbang Jateng,
dan DP2M DIKTI. Terdapat lebih dari 30 artikel yang ia tulis dan
dipublikasikan di beberapa jurnal ilmiah dan proseding seminar baik
dalam maupun luar negeri. Selain itu beberapa tulisan ringan mengenai
energi telah penulis publikasikan di http://kajian-energi.blogspot.com.
Selanjutnya, penulis dapat dihubungi melalui email: suyitno@gmail.
com.
M
uhammad Nizam, Ph.D, lahir di Solo, 20 Juli 1970.
Muhammad Nizam menyelesaikan pendidikan tinggi
program sarjana Teknik Elektro dari Universitas Gadjah
Mada (UGM) pada tahun 1994. Pada tahun 2002, ia menyelesaikan
program Magister Teknik Elektro di UGM. Program doktoral diselesaikan
oleh Muhammad Nizam pada tahun 2008 dari Universiti Kebangsaan
Malaysia (UKM) di bidang Teknik Elektro sehingga memperoleh gelar
Ph.D.
Sebelum bergabung dengan Universitas Sebelas Maret pada tahun
1999, Muhammad Nizam pernah bekerja sebagai Electrical Engineer,
ElectroFlow Tech. Sdn. Bhd., Kuala Lumpur, Malaysia pada tahun
1995-1997 dan sebagai Director CV Cipta Agung Jaya Abadi, Solo,
Indonesia (1998-1999). Selain itu, ia juga pernah menjabat sebagai
Ketua Unit Pelayanan Konsultasi dan Pengembangan Energi pada
UNS tahun 2003-2004. Pada tahun 2004-2005, ia menjabat sebagai
anggota tim pendamping Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Provinsi Jawa Tengah. Sejak tahun 2009-sekarang, Muhammad Nizam
aktif sebagai pendiri Program Magister Teknik Mesin UNS.
D
harmanto, S.T., lahir di Surakarta, 29 Desember 1978. Ia
menyelesaikan pendidikan tinggi program sarjana Teknik
Mesin dari Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) pada
tahun 2008.
Awal karir Dharmanto adalah sebagai Workshop and
Engineering Drafter di PT. Mega Safe Tyres Industry Argo Manunggal
Groups Salatiga tahun 1999-2006. Pada tahun 2004 bekerja sebagai
Engineering Drafter pada CV. Reka Cipta Teknik Semarang dan tahun
2007 di CV. Tokyo Engineering Semarang. Pada tahun 2008 ia bekerja
di PT. Tirta Abadi Kencana Solo sebagai Engineering Drafter dan
Estimator sebelum akhirnya bergabung dengan Jurusan Teknik Mesin
sebagai peneliti di PAKSI EGRU UNS.
Selain bekerja, Dharmanto juga menggeluti beberapa topik
penelitian diantaranya adalah perancangan stasiun Pick and Place,
PLC untuk pengendalian proses, pengembangan bioetanol untuk
mesin pengering, pengembangan kompor bioetanol, pengembangan
alat penghangat ayam dari biogas, dan pengembangan pembangkit
listrik tenaga producer gas bersama Dr. Suyitno.
-oo0oo-