PENDAHULUAN
Darah adalah suatu suspensi partikel dalam suatu larutan koloid cair yang
mengandung elektrolit. Darah berperan sebagai medium pertukaran antar sel yang
terfiksasi dalam tubuh dan lingkungan luar, serta memiliki sifat protektif terhadap
organisme dan khususnya terhadap darah sendiri.1
Unsur sel darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit), beberapa jenis sel
darah putih (leukosit) dan fragmen sel yang disebut trombosit. Trombosit
merupakan fragmen-fragmen sel granular, berbentuk cakram dan tidak berinti.
Trombosit ini merupakan unsur selular sumsum tulang terkecil dan penting untuk
homeostasis dan koagulasi.2
1
pembekuan darah, dan (4) akhirnya terjadi pertumbuhan jarngan fibrosa ke dalam
bekuan darah untuk menutup lubang pada pembuluh secara permanen.3
Dalam keadaan normal, darah berada dalam sistem pembuluh darah, dan
berbentuk cair. Keadaan ini dimungkinkan oleh faktor hemostasi yang terdiri dari
hemostasis primer, hemostasis sekunder dan hemostasis tersier. Hemostasis
primer terdiri dari trombosit dan pembuluh darah. Disebut hemostasis primer
karena yang pertama terlibat dalam proses penghentian perdarahan bila terjadi
luka atau trauma. Hemostasis primer dimulai dengan vasokonstriksi pembuluh
darah dan pembentukan plak trombosit yang menutup luka dan menghentikan
perdarahan yang lebih lanjut akan dijelaskan di bab berikutnya.1,4
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Patofisiologi Trombosit
1. Zona perifer
Terdiri atas glikokalik, suatu membran yang terletak di bagian
paling luar, di dalamnya terdapat membran plasma dan lebih dalam
lagi terdapat sistem kanal terbuka
2. Zona sol-gel
Terdiri atas mikrotubulus, mikrofilamen, sistem tubulus padat
(berisi nukleotida adenin dan kalsium). Selain itu juga terdapat
trombostenin, suatu protein yang penting untuk fungsi kontraktil.
3. Zona organella
Terdiri atas granula padat, mitokondria, granula α, dan organella
(lisosom dan retikulum endoplasmik). Granula padat berisi dan
melepaskan nukleotida adenin, serotonin, katekolamin, dan faktor
trombosit. Sedangkan granula α berisi dan melepaskan fibrinogen,
3
PDGF (platelet derived growth factor), enzim lisosom. Terdapat
tujuh faktor trombosit yang telah diidentifikasi dan diketahui ciri-
cirinya. Dua diantaranya dianggap penting yakni faktor trombosit 3
(membran fosfolipoprotein trombosit), dan faktor trombosit 4
(faktor antiheparin).
Gambar 1. Trombosit6
4
menyebabkan penggandaan dan pertumbuhan sel endotel pembuluh darah, sel
otot polos pembuluh darah, dan fibroblas, sehingga menimbulkan
pertumbuhan selular yang akhirnya memperbaiki dinding pembuluh yang
rusak.3,5
5
pembentukan trombosit. Sebaliknya, bila jumlah trombosit tinggi, lebih
banyak trombopoetin yang terikat dan hanya sedikit yang bebas. Hal ini
merupakan suatu bentuk kontrol umpan-balik pada pembentukan trombosit.
Bagian terminal-amino pada molekul trombopoetin memiliki kemampuan
untuk merangsang trombosit, sedangkan bagian terminal karboksil
mengandung banyak residu karbohidrat dan berperan pada ketersediaan
trombosit.5,7
Trombosit adalah fragmen sel anucleate kecil yang beredar dalam darah
memainkan peran penting dalam mengelola integritas vaskular dan mengatur
hemostasis. Trombosit juga terlibat dalam proses biologis dasar peradangan
kronis yang terkait dengan patologi penyakit.4
6
kecil pada pembuluh darah yang sangat kecil, yang terjadi ribuan kali setiap
hari. Berbagai lubang kecil pada sel endotel itu sendiri seringkali ditutupi
oleh trombosit yang sebenarnya bergabung dengan sel endotel untuk
membentuk sel endotel tambahan. Orang yang mempunyai trombosit darah
sedikit sekali, setiap hari mengalami ribuan perdarahan kecil di bawah kulit
dan diseluruh jaringan bagian dalam; pada orang normal hal ini tidak terjadi.
Selain itu fungsi lain dari trombosit yaitu sebagai alat transport substansi
tertentu, sebagai pertahanan tubuh nonspesifik, mempertahankan integritas
pembuluh darah , dan sebagai sumber pembentukan protrombin.3,5
7
pada permukaan bukan trombosit, misalnya pada membran basalis/kolagen),
maupun agregasi (interaksi antar trombosit).1
8
membran trombosit untuk meningkatkan akumulasi trombosit (agregasi
trombosit.7
Manusia memiliki paling sedikit tiga jenis reseptor ADP trombosit : P2Y1,
P2Y2, dan P2x1. Proses agregasi ini juga dirangsang oleh platelet activating
factor (PAF), yakni suatu sitokin yang disekresi oleh neutrofil dan monosit
serta oleh trombosit. Senyawa ini juga memiliki aktivitas inflamasi. PAF
merupakan eter fosfolipid, 1-alkil-2-asetilgliseril-3-fosforilkolin yang
dibentuk dari membran fosfolipid. Senyawa ini bekerja melalui reseptor
terkait protein G untuk meningkatkan produksi derivat asam arakidonat,
termasuk tromboksan A2. Membran fosfolipid ini memfasilitasi pembentukan
komplek protein koagulasi yang terjadi secara berurutan. Membran fosfolipid
trombosit maupun sel endotel diubah menjadi asam arakidonat oleh enzim
fosfolipase A2 (PLA2) yang diaktifkan oleh trombin maupun kolagen. Asam
arakidonat diubah menjadi prostaglandin G2 (PGG2) dan prostaglandin H2
(PGH2) oleh enzim siklooksigenase. Pada membran trombosit, tromboksan
sintase mengubah PGH2 menjadi tromboksan A2. ADP dan tromboksan
kemudian mengaktifkan trombosit yang berdekatan, dan karena sifat lengket
dari trombosit tambahan ini maka akan menyebabkannya melekat pada
trombosit semula yang sudah aktif.1,7
9
kemudian terikat dengan reseptor, yang akan menghambat sekresi trombosit
maupun agregasi yang diinduksi oleh trombin.1,4,5
Dengan demikian, pada setiap lokasi dinding pembuluh darah yang luka,
dinding pembuluh darah yang rusak menimbulkan suatu siklus aktivasi
trombosit yang jumlahnya terus meningkat yang menyebabkannya menarik
lebih banyak lagi trombosit tambahan, sehingga membentuk sumbat
trombosit. Sumbat ini pada mulanya longgar, namun biasanya berhasil
menghalangi hilangnya darah bila luka di pembuluh ukurannya kecil. Setelah
itu, selama proses pembekuan darah selanjutnya, benang-benang fibrin
terbentuk. Benang fibrin ini melekat erat pada trombosit, sehingga
terbentuklah sumbat yang kuat.7
10
akan diisi oleh bekuan darah. Setelah 20 menit sampai satu jam, bekuan akan
mengalami retraksi; ini akan menutup tempat luka. Trombosit juga
memegang peranan penting dalam peristiwa retraksi bekuan ini.7
Setelah bekuan darah terbentuk, dua proses berikut dapat terjadi : (1)
Bekuan dapat diinvasi oleh fibroblas, yang kemudian membentuk jaringan ikat
pada seluruh bekuan tersebut, atau (2) dapat juga bekuan itu dihancurkan.
Biasanya bekuan yang terbentuk pada luka kecil di dinding pembuluh darah
akan diinvasi oleh fibroblas, yang mulai terjadi beberapa jam setelah bekuan
itu terbentuk (dipermudah, paling tidak oleh faktor-faktor pertumbuhan yang
disekresi oleh trombosit). Hal ini berlanjut sampai terjadi pembentukan
bekuan yang lengkap menjadi jaringan fibrosa dalam waktu kira-kira 1 sampai
2 minggu.4,5,7
E. Pemeriksaan Trombosit
Salah satu pemeriksaan trombosit yaitu hitung jumlah trombosit. Tes ini
penting untuk mengetahui jumlah trombosit normal atau tidak. Pemeriksaan
hitung jumlah trombosit dapat dilakukan secara langsung maupun tidak
langsung dengan nilai normal 150.000-400.000/mm3.8
1. Cara Langsung
a. Secara Manual dengan Menggunakan Kamar Hitung
11
Darah diencerkan dengan pengenceran tertentu menggunakan
larutan pengencer tertentu, kemudian sel-sel trombosit dihitung di
dalam kamar hitung dengan volume tertentu, dengan mengalikan
faktor pengenceran dan volume kamar hitung akan didapatkan
jumlah trombosit per millimeter kubik.
b. Metode Automatic Cell Counter Prinsip flow cytometry.
Flow cytometry adalah metode pengukuran jumlah dan sifat-sifat
sel yang dibungkus oleh aliran cairan melalui celah sempit. Ribuan
sel dialirkan melalui celah tersebut. Trombosit yang berukuran
besar atau giant plateletdihitung sebagai eritrosit. Keadaan tersebut
menyebabkan jumlah trombosit menjadi rendah. Sebaliknya
adanya non platelet partikel seperti debu, pecahan eritrosit dan
pecahan leukosit dapat terhitung sebagai trombosit sehingga
hasilnya tinggi palsu.
12
diproduksi. Sebaliknya, penurunan MPV merupakan indikasi
penurunan jumlah trombosit (trombositopenia). Nilai normal [6,5-
11,0] µm3.
2. Platelet distribution width (PDW). Seperti halnya RDW, PDW
merupakan indikasi variasi ukuran trombosit yang dapat menjadi
tanda pelepasan platelet aktif. Nilai normal [10,0-18,0] %.
3. Tes agregasi trombosit. Tes agregasi trombosit adalah menguji fungsi
agregasi trombosit. Peningkatan agregasi trombosit dapat
menimbulkan trombosis sehingga pembuluh darah tersumbat. Tes
agregasi trombosit dapat dengan berbagai cara, yang banyak
digunakan adalah yang berdasarkan perubahan transmisi cahaya.
Dipantau perubahan agregasi trombosit. Dibuat platelet rich plasma
(PRP) yang diinkubasi pada suhu 370C. Bila ditambahkan induktor
maka trombosit akan beragregasi, sehingga ada perubahan transmisi
cahaya yang melalui PRP. Untuk pemeriksaan agregasi trombosit
digunakan induktor ADP, adrenalin, atau kolagen. Pada kecurigaan
penyakit von Willebrand digunakan ristocetin sebagai induktor.
Pemeriksaan agregasi trombosit dilakukan menggunakan metoda
turbidimetrik menurut Born yang didasarkan pada perubahan
transmisi cahaya. Dengan cara tersebut hasil pemeriksaan agregasi
trombosit disajikan dalam bentuk kurva yang menggambarkan
perubahan transmisi cahaya. Penilaian hasil dapat dilakukan dengan
menganalisis bentuk kurva agregasi trombosit yaitu dengan
menghitung presentasi transmisi cahaya maksimal. Hasil pemeriksaan
agregasi trombosit tergantung pada jenis dan kadar agonist yang
dipakai. Pada penggunaan ADP sebagai agonist, dengan kadar ADP
yang rendah akan timbul agregasi kemudian diikuti dengan
deagregasi. Bila kadar ADP di tingkatkan, akan dihasilkan agregasi
bersifat ireversibel dengan bentuk kurva yang bifasik. Hal ini terjadi
karena proses agregasi primer yang disebabkan oleh ADP eksogen,
diikuti oleh agregasi sekunder yang disebabkan oleh pelepasan ADP
13
endogen dari trombosit. Dengan kadar ADP yang lebih tinggi lagi
akan diperoleh kurva yang monofasik, karena gelombang primer dan
sekunder menjadi satu.
14
BAB III
PENUTUP
15
biomarker non-invasif murah untuk menilai keadaan pasien. Selain itu
juga dapat dilakukan pemeriksaan agregasi trombosit.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo, Aru., et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi VI.
Jakarta : EGC. 2014.
2. Price, Sylvia., Lorraine M. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Volume 1. Edisi 6 Jakarta : EGC. 2010
3. Guyton and Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12 Jakarta : EGC.
2013
4. Khandekar, Gauri., Seongcheol Kim., and Pudur Jagadeeswaran.
Thrombocytes: Functions and Origins. Journal of Advances in
Hematology. 2012. From
(https://www.hindawi.com/journals/ah/2012/857058/), cited (04 Agustus
2017)
5. Ghoshal, Kakali and Maitree Bhattacharyya. Overview of Platelet
Physiology: Its Hemostatic and Nonhemostatic Role in Disease
Pathogenesis. Journal of Advances in Hematology. 2014. From
(https://www.hindawi.com/journals/tswj/2014/781857/), cited (04 Agustus
2017)
6. Pearson/Benjamin Cummings. Campbell Biology (9th edition). 2010.
Disadur dari Sukorini, usi. Pemeriksaan Agregasi Trombosit. Yogyakarta :
Bagian Patologi Klinik FKUGM. 2012. From :
(http://www.slideserve.com/amatrajasa/pemeriksaan-agregasi-trombosit),
cited (04 Agustus 2017)
7. Ganong, W.F. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta : EGC.
2013
8. Sacher, RA, McPherson, RA. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium Edisi 11. Jakarta : EGC. 2012.
9. Choi Jae-Lim, Shuhua Li, and Jin-Yeong Han. Platelet Function Tests: A
Review of Progresses in Clinical Application. Journal of Advances in
Hematology. 2014. From
17
(https://www.hindawi.com/journals/bmri/2014/456569/), cited (04
Agustus 2017)
18