Anda di halaman 1dari 4

Profesi perawat ialah salah satu profesi yang memiliki disiplin ilmu khususnya dalam hal pemberian

asuhan keperawatan baik kepada individu yang sakit ataupun yang sehat. Perawat disebut sebagai
profesi karena perawat merupakan pekerjaan yang membutuhkan suatu pengetahuan, keterampilan,
dan persiapan khusus (Berman et al,2016). Peran serta dari profesi perawat sangat memberikan
dampak yang besar untuk peningkatan derajat kesehatan klien. Ketika melaksanakan tugasnya sebagai
profesi perawat, perawat harus mampu menerapkan sikap profesional didalam diri. Namun,
berdasarkan faktanya masih banyak perawat di Indonesia yang menjalankan tugasnya dengan tidak
menerapkan sikap profesional.

Berdasarkan sumber yang saya baca terdapat sebuah kasus yakni perawat melakukan operasi kepada
pasien hingga menyebabkan saraf dari pasien putus. Kasus itu terjadi di Kecamatan Pegantenan,
Pamekasan pada tahun 2012. Kasus itu terjadi ketika korban bernama Sudeh 42 tahun datang ke klinik
harapan yang menjadi tempat praktik perawat itu di rumahnya. Ketika itu, korban merasakan pusing -
pusing dan perawat itu menyarankan untuk dilakukan operasi karena dibagian punggung korban
terdapat benjolan yang diduga sebagai penyebab dari penyakit yang diderita pasien.

Perawat yang bernama Bustami itu memaksa keluarga korban untuk tidak melakukan operasi di rumah
sakit lain padahal keluarga korban telah mengatakan untuk merujuk korban ke rumah sakit lain, karena
perawat itu mengaku bisa melakukan tindakan medis dan juga ia mengaku sebagai dokter spesialis
bedah. Setelah dilakukan operasi ternyata pasien tidak sembuh, bahkan pandangan mata kian
memburam, pendengaran terganggu, dan terjadi kelumpuhan. Setelah itu korban dilarikan ke rumah
sakit lain, dan ternyata saraf korban putus akibat dari operasi yang dilakukan oleh perawat Bustami.
Ternyata setelah diselidiki perawat Bustami merupakan perawat di unit gawat darurat Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD).

Kasus yang dilakukan oleh perawat Bustami ini membuktikan bahwa masih belum diterapkannya sikap
profesional dalam menjalankan praktik keperawatan. Sikap profesional ini mencakup bagaimana
pemahaman mengenai perbedaan dari profesi perawat dengan profesi lain, penerapan nilai -nilai
profesionalisme dalam praktik keperawatan serta etika dan moral dalam praktik keperawatan.

Perlu kita ketahui perbuatan yang dilakukan oleh Bustami melanggar beberapa aspek dari
profesionalisme keperawatan. Sebagai profesi perawat dalam menjalankan asuhan keperawatan,
perawat harus menerapkan sikap profesional. Namun, Bustami tidak menjalankan hal tersebut.
Berdasarkan kasus tersebut perawat Bustami mengaku sebagai dokter spesialis bedah, padahal profesi
dokter dan profesi perawat memiliki perbedaan serta memiliki ranah ilmu masing - masing. Perbedaan
antara perawat dan dokter dapat dilihat dari tanggung jawab dan wewenang ketika menangani pasien.

Dokter memiliki wewenang dalam hal curing yaitu tindakan yang lebih mengarahkan kepada tindakan
pengobatan aspek kesehatan dan fisik, sedangkan perawat berwewenang dalam hal caring yaitu
kemampuan untuk berdedikasi bagi orang lain, menunjukkan perhatian, empati, cinta, dan menyayangi.
Caring lebih di titik beratkan pada kebutuhan dan respon klien untuk ditanggapi dengan pemberian
keperawatan yang dilihat dari aspek fisik, psikologi, sosial, dan spiritualnya. Berdasarkan hal tersebut
seseorang perawat tidak boleh berperan sebagai profesi dokter seperti apa yang telah dilakukan oleh
perawat Bustami dalam kasus tersebut, karena pada dasarnya perawat dan dokter memiliki wewenang
yang berbeda.

Perawat Bustami juga telah melanggar nilai - nilai profesionalisme dalam keperawatan. Nilai
didefinisikan sebagai keyakinan pribadi tentang gagasan, sikap, kebiasaan, atau objek tertentu yang
menetapkan dan mempengaruhi perilaku (Potter & Perry, 2013). Nilai profesional keperawatan
berfungsi sebagai fondasi bagi perawat ketika menjalankan praktik, mengarahkan perawat dalam
berinteraksi dengan klien, rekan sejawat, praktisi profesional lain, dan publik (AACN,2008).

Terdapat lima nilai- nilai profesionalisme yang harus diterapkan oleh perawat ketika sedang
memberikan asuhan keperawatan lima nilai tersebut antara lain nilai altruism, autonomy, human
dignity, integrity, dan social justice. Masing - masing dari setiap nilai tersebut memiliki contoh sikap
penerapannya. Nilai - nilai profesional dalam keperawatan tersebut terbentuk oleh beberapa faktor
menurut Berman et al, 2016 proses pembentukan nilai ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, yakni
budaya, pendidikan, dan usia. Menurut Potter & Perry, 2013 faktor pembentuk nilai -- nilai dipengaruhi
oleh keluarga, peran sekolah, pemerintah, dan tradisi keluarga.

Dalam kasus tersebut terdapat tiga nilai yang telah dilanggar oleh Perawat Bustami. Tiga nilai tersebut
adalah alturism, autonomy, dan integrity. Altruism memiliki pengertian peduli terhadap keselamatan
dan kesejahteraan orang lain, salah satu sikap cerminan dari nilai altruism adalah commitment. Perawat
Bustami jelas melanggar nilai dari altruism karena ia tidak berkomitmen terhadap profesi yang ia miliki.
Ia seharusnya dapat berkomitmen atas profesi perawatnya, tetapi ia malah mengaku sebagai dokter
spesialis bedah, padahal faktanya ia adalah perawat unit gawat darurat RSUD.

Autonomy adalah hak untuk menentukan nasib sendiri, salah satu sikap cerminannya adalah openness
(keterbukaan), dalam hal ini perawat harus memiliki sikap keterbukaan seperti menerima

pendapat dan keinginan dari pasien. Perawat Bustami tidak melaksanakan nilai tersebut, terbukti ketika
ia tidak memperbolehkan bahkan memaksa korban untuk tidak melakukan operasi di rumah sakit lain.
Integrity yaitu bertindak sesuai dengan kode etik dan standar praktik.

Sikap cerminan dari nilai tersebut salah satunya adalah honesty (jujur), dalam hal ini perawat Bustami
tidak mencerminkan sikap dari nilai integrity. Hal ini ditunjukkan ketika kasus itu terjadi, perawat
Bustami mengaku sebagai dokter spesialis bedah padahal faktanya ia adalah seorang perawat RSUD
yang membuka praktik klinik pribadi, sehingga terbukti bahwa perawat Bustami tidak jujur (honesty).

Berdasarkan kasus yang dilakukan oleh perawat Bustami, ia juga melanggar dalam segi konsep etik dan
moral dalam keperawatan. Sebagian dari kita memahami arti dari moral dan etika adalah sama, namun
pada dasarnya keduanya merupakan dua hal yang berbeda. Etika lebih bertitik pada baik atau buruk,
sedangkan moral bertitik pada salah atau benar dan moral merupakan suatu tuntutan/aturan. Dalam
konsep etika dan moral ini terdapat prinsip dari etika dan moral yakni autonomy, nonmaleficence,
beneficence, justice, fidelity, veracity.

Kasus tersebut telah melanggar lima prinsip dari etika dan moral yakni autonomy, nonmaleficence,
beneficence, fidelity, dan veracity. Autonomy mengacu kepada hak untuk membuat keputusan sendiri,
perawat yang memiliki sikap otonomi mengakui bahwa setiap klien unik, memiliki hak untuk menjadi
siapa individu tersebut dan juga memiliki hak untuk memilih tujuan klien. Tetapi prinsip tersebut tidak
diterapkan oleh perawat Bustami, karena ia memaksa tujuan dan kehendak klien untuk melakukan
operasi di rumah sakit lain. Non maleficence adalah prinsip untuk tidak membahayakan pasien,
meskipun prinsip ini terlihat sederhana namun kenyataannya rumit. Membahayakan dalam prinsip ini
memiliki makna sesuatu yang dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja menyebabkan kerusakan.
Perawat Bustami jelas melakukan pelanggaran prinsip nonmaleficence, yakni dia melakukan tindakan
operasi yang mengakibatkan pasien menjadi tuli, lumpuh, dan penglihatannya menjadi memburam.

Beneficence, prinsip ini memiliki makna yakni perawat wajib melakukan kebaikan untuk menerapkan
tindakan yang menguntungkan klien dan juga untuk orang - orang pendukung klien. Perawat Bustami
telah melakukan hal buruk yakni melakukan operasi hingga saraf dari pasien putus, hal itu menunjukkan
bahwa perawat Bustami tidak melakukan tindakan yang menguntungkan pasien.

Fidelity yang berarti setia terhadap perjanjian atau berkomitmen, perawat Bustami melanggar prinsip ini
karena ia tidak berkomitmen terhadap profesinya sendiri yang seharusnya ia berkomitmen

berperan berprofesi sebagai perawat, ia malah mengaku sebagai dokter dalam kasus tersebut.

Veracity yang memiliki makna sebagai seorang perawat harus mengatakan yang sebenarnya dan tidak
membohongi pasien, perawat Bustami juga melanggar prinsip ia tidak mengatakan yang sejujurnya
bahwa ia seorang perawat, malahan ia mengaku sebagai dokter spesialis bedah.

Selain terdapat prinsip dari etika dan moral, terdapat juga mengenai kode etik perawat. Kode etik
perawat adalah suatu pernyataan yang mengungkapkan kepedulian moral, nilai, dan tujuan
keperawatan (PPNI,2003). Terdapat lima isi dari kode etik perawat yaitu perawat dan klien, perawat dan
praktik, perawat dan masyarakat, perawat dan teman sejawat dan yang terakhir adalah perawat dan
profesi. Kasus perawat Bustami ini melanggar kode etik, yakni pada bagian perawat dan praktik. Dalam
bagian perawat dan praktik, terdapat pernyataan bahwa seorang perawat memelihara mutu pelayanan
keperawatan yang tinggi, disertai kejujuran profesional.

Kasus yang dilakukan oleh perawat Bustami ini jelas tidak melakukan praktik pelayanan keperawatan
yang tinggi dan disertai kejujuran yang profesional. Berdasarkan sumber lain yang saya dapatkan
berkaitan dengan kasus perawat Bustami, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Pamekasan mengatakan
bahwa klinik bedah milik seorang perawat bernama Bustami tidak mengantongi izin operasional alias
ilegal. Kepala Dinas juga menjelaskan, izin pusat pelayanan medis yang ada di wilayah Kecamatan
Pakong hanya puskesmas, puskesdes dan polides, sedangkan klinik kesehatan dengan operasi bedah
tidak ada.

Dalam kasus tersebut perawat Bustami melakukan operasi yang mengakibatkan korban mengalami
kelumpuhan dan tuli. Hal itu menunjukkan bahwa perawat Bustami tidak memelihara mutu pelayanan
keperawatan yang tinggi, meskipun ia membuka klinik pribadi seharusnya ia mengurus beberapa
persyaratan yang dibutuhkan agar tidak menjadi ilegal. Disertai dengan kejujuran yang profesional,
perawat Bustami juga melanggar hal tersebut, karena ia mengaku dirinya sebagai dokter spesialis bedah.

Jadi berdasarkan analisis kasus yang dilakukan oleh perawat Bustami, telah terjadi pelanggaran sikap
profesional yang seharusnya ia terapkan dalam praktik keperawatannya. Pelanggaran tersebut antara
lain dalam segi pemahaman terkait perbedaan dari profesi perawat dengan dokter, pelanggaran nilai -
nilai profesionalime dalam keperawatan, etika dan moral dalam keperawatan khususnya di dalam
prinsip dari etika dan moral serta kode etik perawat.

Kasus ini merupakan masalah besar bagi para calon perawat, karena dengan semakin banyak terjadinya
kasus negatif yang dilakukan oleh perawat semakin besar juga citra buruk perawat yang akan terbentuk
di tengah - tengah masyarakat. Untuk itu para calon perawat harus mengetahui metode dan cara untuk
menumbuhkan nilai - nilai profesionalisme dalam keperawatan, sehingga nilai tersebut akan terus
tertanam di dalam diri dan tidak akan terlepas dari kehidupan praktik asuhan keperawatan.

Metode tersebut terdiri dari tiga tahapan (Berman et al,2016) , pertama choosing/ memilih perawat
bebas memilih nilai sesuai dengan keyakinan tanpa intervensi dari luar dan perawat telah merefleksikan
serta memikirkan konsekuensinya. Kedua adalah prizing/ menghargai yakni perawat merasa puas
setelah memilih apa yang diinginkannya dan bersedia mengatakan kepada orang lain. Terakhir adalah
acting/ tindakan perawat menegaskan keyakinan kepada klien, menjadikan sebagai kebiasaan
mengulanginya secara konsisten dalam kehidupan serta melakukan dengan senang hati apa yang sudah
dipilih.

Daftar Pustaka

AACN. (2008). The Essentials of Baccalaureate Education for Professional Nursing.

Berman, A., Snyder, S., Frandsen, G. (2016). Fundamental of nursing consepts, process, and practice
10th Edition. New Jersey: Pearson.

https://ppni-inna-org/doc/ADART/KODE_ETIK_KEPERAWATAN_INDONESIA.pdf

Potter, P.A., Perry, A.G., Stocker, P.A., & Hall, A.M. (2013). Fundamentals Of Nursing 8th Edition.
Singapore: Elsevier, Inc

Susanto, G. A. (2013). Oknum Perawat Ini Operasi Pasien Hingga Sarafnya Putus.
Retrieved from https://www.liputan6.com/health/read/691951/oknum-perawat-ini-operasi pasien-
hingga-sarafnya-putus

Susanto, G. A. (2013). Klinik Bustami di Pamekasan Ilegal. Retrieved


from https://www.google.com/amp/s/m.liputan6.com/amp/687977/klinik-bustami-di-
pamekasan-ilegal

Victoria Elfrink, E. M. (1991). American Association of Colleges of Nursing essential values: National
study of faculty perceptions, practices, and plans. Elsevier Inc.

Anda mungkin juga menyukai